BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian dan perkebunan memegang peranan penting dan

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

Pusat Wisata Kopi Sidikalang BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. tropis yang dapat tumbuh dimana saja, terkecuali pada tempat tempat yang terlalu tinggi

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. bersaing dari negara lain yaitu tanaman kopi. Dari 10 negara penghasil kopi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, dan pertanian memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia masing menggantungkan hidupnya di sektor ini. Sektor

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

PENDAHULUAN. Kopi (Coffea sp.) sebagai salah satu komoditi non migas. Kopi memiliki

I. PENDAHULUAN. produsen dan banyak negara konsumen. Kopi berperan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

Kata Kunci: Nilai Ekspor, GDP Amerika Serikat, Kurs Nominal, Surpus Konsumen, Surplus Produsen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

Pe n g e m b a n g a n

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KOMODITI KOPI DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris. Hal ini dapat

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

ANALISA RANTAI NILAI DISTRIBUSI KOPI DI KABUPATEN GARUT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi menjadi komoditi penting dan merupakan komoditi paling besar

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tumbuh di daerah dataran tinggi Mandailing Natal. Kopi ini memiliki ciri

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman kopi. merupakan tanaman unggulan yang sudah dikembangkan dan juga menjadi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan komoditas perkebunan yang dijual ke pasar dunia. Menurut International Coffee Organization (ICO) konsumsi kopi meningkat dari tahun ke tahun sehingga peningkatan produksi kopi di Indonesia memiliki peluang besar untuk mengekspor kopi ke negara-negara pengonsumsi kopi utama dunia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Biji kopi Indonesia juga dipasok ke geraigerai penjual kopi (coffee shop) seperti Starbucks dan Quick Check yang berlokasi di Indonesia maupun yang berada di luar negeri. Kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan bagi petani, penciptaan lapangan kerja, pendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Produksi kopi Indonesia telah mencapai 600 ribu ton pertahun dan lebih dari 80 persen berasal dari perkebunan rakyat Devisa yang diperoleh dari ekspor kopi dapat mencapai ± US $ 824,02 juta (tahun 2009), dengan melibatkan ± 1,97 juta KK yang menghidupi 5 juta jiwa keluarga petani (Anonimous, 2011) Lepi Tarmizi (1990) memperkirakan bahwa permintaan kopi untuk dikonsumsi di Indonesia adalah 0,50 Kg/ kapita/ tahun, hal ini sesuai dengan

perhitungan Assosiasi Ekonomi Kopi Indonesia (AEKI) 1987 yaitu sebesar 0,50 Kg/kapita/ tahun (Ilyas, 1991). Angka ini tentunya sangat kecil jika dibandingkan dengan permintaan kopi untuk konsumsi masyarakat di negara-negara Amerika Latin seperti Brazil, Colombia dan negara lainnya. Sementara itu konsumsi kopi masyarakat di Brazil adalah 5,50 Kg/ kapita/ tahun, Colombia adalah 4,50 Kg/kapita/ tahun, Costarica adalah 6,50 Kg/kapita/ tahun, Elsalvador adalah 2,00 Kg/kapita/ tahun, Guatemala adalah 4,00 Kg/kapita/tahun, Haiti adalah 3,00 Kg/kapita/ tahun dan Mexico adalah 1,50 Kg/kapita/tahun. Permintaan kopi untuk konsumsi di Indonesia juga masih sangat rendah, jika dibandingkan dengan permintaan masyarakat terhadap kopi di negara-negara Afrika, bahkan Asia seperti India. Dengan demikian permintaan kopi untuk konsumsi di Indonesia, jika dibandingkan dengan negara-negara lain sebagai produsen kopi, relatif sangat rendah. Provinsi Sumatera Utara, selain dikenal karena keindahan alam dan budayanya juga dikenal sebagai daerah penghasil kopi arabika dan robusta terbaik di dunia, seperti: kopi Sidikalang yang berasal dari dataran tinggi Dairi dan kopi Mandailing yang berasal dari Mandailing Natal. Adanya produksi kopi ini yang telah memberikan kontribusi penting pada perekonomian masyarakat dan daerah. baik melalui perdagangan kopi secara langsung, produk olahan dan sektor jasa. Keadaan ini tentunya didukung oleh letak geografis, suhu dan curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhannya sehingga luas kebun kopi cenderung bertambah. Beberapa ahli ekonomi mengemukakan bahwasannya permintaan suatu komoditi itu dipengaruhi oleh: harga komoditi terkait, substitusinya, komplementernya dan faktor-faktor lain. Komoditi teh merupakan komoditi salah

satu komoditi unggulan di Sumatera Utara yang juga sangat penting artinya bagi kebutuhan masyarakat, dimana teh merupakan barang substitusi dari komoditi kopi. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat luas lahan dan produksi teh di Sumatera Utara sebagai berikut: No Tahun Luas Lahan Teh (Ha) Pertumbuhan (%) Produksi Teh (Ton) Pertumbuhan (%) 1 2000 11.401,00 0 22.228 0 2 2001 10.102,00-11,39 21.259-4,36 3 2002 8.764,00-13,24 78.468 269,10 4 2003 8.621,00-1,63 73.986-5,71 5 2004 9.311,00 8,00 73.125-1,16 6 2005 5.396,00-42,05 2.542-96,52 7 2006 5.396,04 0,00 11.915 368,73 8 2007 5.396,11 0,00 12.049 1,12 9 2008 4.998,09-7,38 9.975-17,21 10 2009 4.438,66-11,19 9.919-0,56 Sumber : BPS Sumatera Utara, 2010. Tabel 1. Luas Lahan dan Produksi Teh Sumatera Utara Tahun 2000 2009. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa luas tanaman teh pada tahun 2000 adalah 11.401 Ha, dengan produksi sebesar 22.228 Ton, dan pada tahun 2004 luas lahan teh menjadi 9.311 Ha, dengan produksi sebesar 73.125 Ton. Namun pada tahun 2002 luas lahan tanaman teh di Sumatera Utara berkurang menjadi 8.764 ha, dengan produksi 78.468 Ton dan mengalami peningkatan yang drastis dari tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2009 luas lahan teh di Sumatera Utara mengalami penurunan menjadi 4.438,66 Ha dengan produksi yang menurun menjadi 9.919 Ton. Mubyarto (1991), menyebutkan bahwa tahun 1980-an hampir seluruh kopi Indonesia diproduksi oleh petani kecil. Dan sejak tahun 1986 kopi menjadi komoditas penting dalam ekspor komoditi pertanian Indonesia. Selanjutnya Mc

Stoker (1987), juga menyatakan bahwa kopi merupakan sumber devisa yang menjanjikan bagi Indonesia, hal ini setidaknya dapat memberikan gambaran bahwa kalau terjadi krisis kopi maka banyak petani kopi yang terkena dampaknya. Secara umum sektor pertanian di Negara berkembang sangat dipengaruhi oleh kecendrungan globalisasi dan liberalisasi. Dan salah satu komoditas pertanian yang sangat dipengaruhi oleh pasar global adalah komoditi kopi. Konsumen komoditas pertanian ini sebagian besar berada di negara maju sedangkan produsennya sebagian besar berada di negara sedang berkembang (Soekartawi, 2002). Kopi merupakan komoditas perdagangan global yang penting dan menjadi sumber devisa utama bagi sejumlah negara yang sedang berkembang. Komoditas ini diyakini sebagai salah satu cash crops yang penting dan vital bagi kehidupan lebih dari 25 juta petani kopi skala kecil di negara yang sedang berkembang (Ilyas, 1991). Jika dilihat secara Nasional tingkat produktivitas kopi per hektarnya di Indonesia umumnya masih relatif rendah, hal ini dipengaruhi oleh iklim, ekologi, tanah dan sistem pertanian yang ada sangat mempengaruhi tinggi rendahnya produktifitas hasil kopi Indonesia (Ilyas, 1991). Dimana produktivitas kopi diindonesia hanya rata-rata 500 Kg/ha, sementara negara Brazil bisa menghasilkan 600 Kg/ha, Costarica menghasilkan 1.200 Kg/ha dan Colombia menghasilkan 800 Kg/ha. Mubyarto (1984), juga menyampaikan bahwa mutu kopi yang dihasilkan oleh Indonesia masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang juga merupakan produsen komoditi kopi, hal ini disebabkan karena di Indonesia penanganan proses produksinya masih sederhana. Dan sekitar 80% luas

areal tanaman kopi di Indonesia dikelola oleh rakyat (perkebunan rakyat) dan 88,80% produksi kopi Indonesia berasal dari perkebunan kopi rakyat dengan sistem pertanian, teknik budidaya, perlakuan dalam proses pasca panen dan kondisi sosial petani kopi masih relatif sederhana dan bersifat tradisional sehingga menyebabkan mutu kopi yang dihasilkan petani kita sangat rendah (Mubiyarto, 1984). Kopi yang di perdagangkan dipasaran sekarang ini, bukan saja dalam bentuk tradisional green coffee (biji kopi mentah) yang ditampung oleh para pengolah roasters, tetapi juga telah siap untuk dikonsumsi dalam bentuk produk turunan. Produk turunan dari kopi tersebut diantaranya kopi bubuk nescafe, indocafe, coffeemix dan capuccino dalam bentuk powder coffee. Kopi selain digunakan sebagai minuman kenikmatan juga dipergunakan sebagai penyedap berbagai jenis makanan ringan seperti; tar moka (kue) hingga es krim moka yang sangat disukai oleh masyarakat, hal ini menyebabkan komoditi kopi menjadi komoditi yang menarik dalam dunia perdagangan (Spillane, 1991). Dan pada akhir-akhir ini perkembangan kopi Indonesia sudah mulai menunjukkan perbaikan, baik dari sisi produksi maupun dari sisi lahan (areal) tanamannya. Pengelola perkebunan kopi terbesar di Indonesia adalah perkebunan rakyat (PR) yang luasnya mencapai 94,2% dari total luas tanaman kopi di Indonesia (Hiraw, 2006). Perkebunan kopi tersebut tersebar diseluruh wilayah Indonesia, namun hanya beberapa kawasan yang sangat cocok untuk menjadi sentra produksi kopi seperti Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu serta Sumatera Utara. Pertumbuhan produksi kopi di Lampung dan Sumatera Utara mencapai 14% per tahun, sedangkan pertumbuhan luas areal tanaman untuk

daerah Lampung mencapai 9,1% dan Sumatera Utara mencapai 4,1%, hal ini menggambarkan bahwa produktifitas untuk kedua kawasan tersebut sudah mengalami perbaikan (Hiraw, 2006). Propinsi Sumatera Utara memiliki luas areal kopi 79.544,99 Ha, dengan produksi berkisar 53.721,42 Kg/ tahun (tahun 2010) dengan produksi rata-rata mencapai 976,19 Kg/ Ha (BPS, 2010). Kopi yang ada di Sumatera Utara adalah merupakan tanaman kopi arabica, yang tersebar pada dataran tinggi antara 700 1.300 m diatas permukaan laut, yaitu di Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Selatan. Sedangkan kopi robusta umumnya hidup pada dataran rendah pada ketinggian dibawah 600 m diatas permukaan laut. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat luas lahan dan produksi kopi Sumatera Utara pada tahun 2000 2009, sebagai berikut: No Tahun Luas Lahan Kopi (Ha) Pertumbuhan (%) Produksi Kopi (Ton) Pertumbuhan (%) 1 2000 62,040.00 0.00 38,113.00 0.00 2 2001 61,708.00 2.85 39,198.00 2.85 3 2002 65,469.00 6.09 42,973.00 9.63 4 2003 65,152.00-0.48 43,252.00 0.65 5 2004 53,969.00-17.16 43,804.00 1.28 6 2005 77,720.00 44.01 54,857.00 25.23 7 2006 78,962.00 1.60 49,452.00-9.85 8 2007 78,980.00 0.02 50,816.00 2.76 9 2008 80,384.00 1.78 53,925.00 6.12 10 2009 79,545.00-1.04 53,721.00-0.38 Sumber : BPS Sumatera Utara, 2010. Tabel 2. Luas Lahan dan Produksi Kopi Sumatera Utara Tahun 2000 2009 Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa luas lahan tanaman kopi di Sumatera Utara pada tahun 2000 adalah 62.040 Ha dengan produksi sebesar 38.113 Ton. Dan pada tahun 2005 luas lahan kopi Sumatera Utara adalah 77.720 Ha dengan produksi sebesar 58.857 Ton dan terus mengalami perubahan. Dan pada tahun

2009 luas lahan kopi Sumatera Utara menjadi 79.545 Ha dengan total produksi menjadi 53.721 Ton. Dalam penelitian ini ada tiga komoditi pertanian yang akan diteliti harganya dalam 21 tahun terakhir. Tiga komoditi tersebut ialah harga kopi domestik, harga gula dan harga teh. Dimana komoditi gula sebagai komplementernya komoditi kopi dan komoditi teh sebagai barang substitusi dari komoditi kopi. Produktivitas kopi yang dihasilkan di Indonesia secara umum dan Sumatera Utara secara khusus masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan daerah penghasil kopi lainnya, hal ini menyebabkan Sumatera Utara masih mendatangkan komoditi kopi dari luar daerah untuk memenuhi permintaaan masyarakat (kebutuhan domestik) dan luar negeri (untuk ekspor). Dalam memenuhi permintaan komoditi kopi tersebut Sumatera Utara mendatangkannya dari daerah Aceh dan daerah lainnya. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa komoditi kopi memiliki potensi yang menjanjikan untuk dikembangkan sebagai komoditi primadona di Sumatera Utara, dengan demikian akan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kesejahteraan petani kopi di Sumatera Utara, oleh karena itu penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara, maka penelitian ini berjudul; Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara.

1.2. Identifikasi Masalah. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : Berapa besar pengaruh harga kopi arabika, harga kopi robusta, harga teh, harga gula dan perdapatan perkapita terhadap permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui berapa besar pengaruh harga kopi arabika, harga kopi robusta, harga teh, harga gula dan perdapatan perkapita terhadap permintaan komoditi kopi di Sumatera Utara. 1.4. Manfaat Penelitian. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Sebagai bahan masukan bagi petani dalam rangka pemenuhan permintaan kopi di Sumatera Utara. Dan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan komoditi kopi di Sumatera Utara. Untuk menambah kazanah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan komoditi kopi. Sebagai bahan studi bagi peneliti yang berminat untuk melakukan penelitian lanjutan.