DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN.

Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung Indonesia ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

Proses Penularan Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

Juli Desember Abstract

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

Prevalensi pre_treatment

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB 4 HASIL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

LAPORAN HASIL PENELITIAN

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENDIDIKAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS YANG DITENTUKAN BERDASARKAN DISTRIBUSI IGG4 ANTIFILARIA. Biyan Maulana*, Heri Wibowo**

ABSTRAK. Pembimbing II : Kartika Dewi, dr., M.Kes., Sp.Ak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk cenderung

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

ABSTRAK. Cecilia Martinelly Putri, Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

Yahya* *Loka Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Baturaja Jl. A.Yani KM. 7 Kemelak Baturaja Sumatera Selatan 32111

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

DI DAERAH ENDEMIS FILARIASIS KECAMATAN PONDOK GEDE, KABUPATEN BEKASI, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

SURVEI DARAH JARI FILARIASIS DI DESA BATUMARTA X KEC. MADANG SUKU III KABUPATEN OGAN KOMERING ULU (OKU) TIMUR, SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN MADANG SUKU III KABUPATEN OKU TIMUR TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa medis. disebut filariasis limfatik atau elephantiasis adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah di Kelurahan Jati Sampurna

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP FILARIASIS DI KABUPATEN MAMUJU UTARA, SULAWESI BARAT. Ni Nyoman Veridiana*, Sitti Chadijah, Ningsi

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DI KABUPATEN KEPUALAUAN MENTAWAI SELAMA JANUARI-DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS

PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS OLEH KELUARGA DI DESA RUMPIN KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR

Diana Andriyani Pratamawati 1*, Siti Alfiah 1. Jl. Hasanudin No.123 Salatiga 50721

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. ditularkan melalui tanah. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan kesehatan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

SITUASI FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA TENGAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

MDA dan CMA sebagai Strategi Eliminasi Filariasis. MDA and CMA as Elimination of Filariasis Strategy

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

Transkripsi:

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN 2014 DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS Donny Pangemanan 1, Budi W. Lana 2, Adi Pramono 3 1 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, 2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 3 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori, ditularkan melalui cucukan nyamuk. Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung merupakan daerah yang endemis filariasis. Di desa ini ada penderita yang meninggal karena filariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis pada tahun 2014. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 247 responden di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat. Hasil penelitian yang diperoleh adalah tingkat pengetahuan mengenai filariasis adalah cukup (96,35%), sikap responden mengenai upaya pencegahan filariasis cukup (100%) dan tingkat perilaku responden secara keseluruhan adalah cukup (99,6%). Simpulan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat Bandung tentang filariasis adalah cukup. Kata Kunci: pengetahuan, sikap, perilaku, filariasis ABSTRACT Filariasis is a disease caused by worms Wuchereria bancrofti (W. bancrofti), Brugia (B) malayi and B. timori and transmitted through mosquito bites. Nanjung village Margaasih District of Bandung Regency is an area that is filarial endemic. In this village there are patients who died due to filariasis. This study aims to achieve description of knowledge, attitude, and behaviour of the people at RW 1 Nanjung village subdistrict Margaasih Bandung regency West Java about filariasis in 2014.

This study is a descriptive cross-sectional study design. Data obtained using a questionnaire distributed to 247 respondents at RW 1 Nanjung village subdistrict Margaasih Bandung regency West Java. The results obtained are the level of respondents knowledge about filariasis which is adequate (96,35%), respondents' attitudes regarding prevention of filariasis adequate (100%) and the overall level of respondent behavior is adequate (99,6%). Conclusion The level of knowledge, attitudes and behavior of respondents in the RW 1 village Nanjung subdistrict Margaasih Bandung Bandung West Java district of filariasis is adequate. Keywords: knowledge, attitude, behaviour, filariasis PENDAHULUAN Filariasis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh cacing Wuchereria Bancrofti (W. Bancrofti), Brugia(B) Malayi dan B. Timori. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan pada kaki. Masyarakat biasa menyebut penyakit ini dengan kaki gajah (elephantiasis). Cacing masuk melalui cucukan nyamuk yang terinfeksi oleh telur-telur cacing tersebut. Kemudian telur-telur cacing dibawa ke pembuluh limfe, lalu tumbuh dewasa dan menyumbat pembuluh limfe serta menghasilkan jutaan telur yang akan dibawa oleh darah yang kemudian akan dibawa oleh nyamuk sebagai vektor. Nyamuk yang sering menyebarkan penyakit ini adalah nyamuk culex. Umumnya penyakit ini menyerang masyarakat usia dewasa muda yang aktif bekerja, sehingga menurunkan produktivitas akibat adanya demam yang kerap menyerang penderita selama 3-5 hari. Demam yang diderita umumnya terjadi 2-3 kali setahun yang disertai dengan pembengkakan kelenjar lipat paha (1). Dengan pembesaran kaki, akan mengganggu aktivitas penderita, menurunkan rasa percaya diri dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas serta menurunkan kualitas hidup. Disamping itu, penyakit ini bisa menjadi irreversibel bila sudah parah. Penyakit ini menyerang hampir di seluruh dunia, World Health Organization (WHO) mencatat hampir 1,4 miliar orang di 73 negara di seluruh dunia terancam oleh filariasis limfatik, umumnya dikenal sebagai kaki gajah. Sekitar 65% dari mereka yang terinfeksi hidup di Kawasan Asia Tenggara, 30% di wilayah Afrika, dan sisanya di daerah tropis lainnya (2). Di Indonesia sampai dengan tahun 2009 dilaporkan sebanyak 31 propinsi dan 337 kabupaten/kota endemis filariasis dan 11.914 kasus kronis (3). Hampir seluruh wilayah Indonesia adalah daerah endemis filariasis, terutama wilayah Indonesia Timur yang memiliki prevalensi lebih tinggi. Sejak tahun 2000 hingga 2009 di laporkan kasus kronis filariasis sebanyak 11.914 kasus yang tersebar di 401 Kabupaten/kota. Hasil laporan kasus klinis kronis filariasis dari kabupaten/kota yang ditindaklanjuti dengan survey endemisitas filariasis, sampai dengan tahun 2009 terdapat 337 kabupaten/kota endemis dan 135 kabupaten/kota non endemis.

Di dunia, penyakit ini merupakan salah satu dari penyakit yang diharapkan dapat tereradikasi pada tahun 2020. Diperkirakan kerugian ekonomi mencapai 43 trilyun rupiah, jika tidak dilakukan Pemberian Obat Massal Pencegahan filariasis. Sampai dengan tahun 2009 dilaporkan sebanyak 31 propinsi dan 337 kabupaten/kota endemis filariasis dan 11.914 kasus kronis (4). Filariasis limfatik menimpa lebih dari 25 juta orang dengan penyakit genital dan lebih dari 15 juta orang dengan lymphoedema. Karena prevalensi dan intensitas infeksi yang terkait dengan kemiskinan, eliminasinya dapat berkontribusi untuk mencapai United Nations Millennium Development Goals (UN MDG) (2). Untuk mengatasi penyakit ini, WHO meluncurkan Program global untuk menghilangkan filariasis limfatik, yaitu Global Programme to Eliminate Lymphatic Filariasis (GPELF) pada tahun 2000. Tujuan dari GPELF adalah menghilangkan filariasis limfatik sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2020. Strategi ini didasarkan pada dua komponen utama yaitu (1) Mengganggu transmisi melalui program tahunan skala besar pengobatan, dikenal sebagai pemberian obat massal, dilaksanakan untuk menutupi seluruh populasi berisiko; (2) Mengurangi penderitaan yang disebabkan oleh filariasis limfatik melalui manajemen morbiditas dan pencegahan kecacatan (2). Jumlah kasus klinis filariasis terbanyak pada tahun 2009 terdapat di kabupaten Aceh Utara (1.353) selanjutnya diikuti oleh kabupaten Manokwari (667), Mappi (652), Sikka (619) dan Ende (244). Jumlah Kabupaten/kota yang endemis filariasis tahun 2009 adalah 356 kabupaten/kota dari 495 kabupaten/kota (71,9%) dan 139 kabupaten/kota (28,1%) yang tidak endemis filariasis. Daerah dengan mikrofilaria rate tertinggi tahun 2009 adalah kabupaten Bonebolango (40%) selanjutnya diikuti oleh kabupaten Manokwari (38,57%) Kota Cilegon (37,50 %), Mamberamo Raya (31,46%) dan Kutai Kertanegara (26,00%) (3). Jumlah penderita filariasis di kabupaten Bandung tahun 2013 sebanyak 46 orang, diantaranya 10 kasus baru. Di kecamatan Margaasih terdapat total 4 penderita filariasis, terdiri dari 1 laki-laki dan 3 perempuan (5). Penulis tertarik melakukan penelitian di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat karena merupakan daerah yang endemis filariasis di kabupaten bandung. Dilaporkan juga terdapat penderita yang meninggal di daerah tersebut. Penelitian dilakukan di RW 1, karena di RW ini terdapat seorang penderita filariasis yang meninggal dunia. METODOLOGI Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen pengumpul data berupa kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang disebarkan kepada sebanyak 247 responden yang merupakan masyarakat yang terpilih di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat. Peneliti menyiapkan kuesioner untuk menilai pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di RW 1 desa Nanjung kecamatan Margaasih kabupaten Bandung Jawa Barat tentang filariasis tahun 2014. Kemudian, peneliti mengecek daftar responden yang menjadi sampel dalam penelitian berdasarkan daftar KK yang diolah dengan tabel bilangan random. Responden yang dipilih adalah kepala keluarga.

Pada tahap pelaksanaan, peneliti memberi penjelasan kepada responden tentang maksud dan tujuan penelitian. Responden menandatangani lembar persetujuan (informed concent) dan memberikan tanda tangan diatas lembar persetujuan tersebut. Peneliti melakukan wawancara, lalu menginterpretasikan data yang sudah diolah dan dianalisis dalam bentuk laporan tertulis. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1 menjabarkan pengetahuan, sikap, dan perilaku responden secara keseluruhan. Terdapat 238 responden (96.35%) yang memiliki pengetahuan tinggi, sedangkan 9 responden (3.64%) memiliki pengetahuan rendah. 247 responden (100%) memiliki sikap baik, sedangkan 0 responden (0 %) memiliki sikap kurang. 246 responden (99,6 %) memiliki perilaku baik, sedangkan 1responden (0,4 %) yang memiliki Perilaku kurang. Tabel 1. Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden Secara Keseluruhan Kriteria Tingkat Jumlah (n=247) Persentase (%) Pengetahuan Cukup 238 96,35 Kurang 9 3,64 Sikap Cukup 247 100 Kurang 0 0 Perilaku Cukup 246 99,6 Kurang 1 0,4 KESIMPULAN Tingkat pengetahuan responden terhadap filariasis sebagian besar cukup, yaitu sebesar 96,35%, sikap responden terhadap filariasis adalah cukup, yaitu sebesar 100%, dan perilaku responden terhadap filariasis sebagian besar cukup, yaitu sebesar 99,6%. DAFTAR PUSTAKA 1 Anorital, Dewi RM. Pengetahuan,. Sikap dan Perilaku Penderita Filariasis Malayi Selama Pelaksanaan Pengobatan di Kabupaten Tabalong Kalsel. Media Litbang Kesehatan. 2004; XIV: p. 52-50. 2. World Health Organization. www.who.int. [Online].; 2013 [cited 2014 january 19. Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsh eets/fs102/en/.

3 Wahyono TYM. Analisis Epidemiologi. Deskriptif Filariasis di Indonesia. Buletin Jendela Epidemiologi. 2010; 1: p. 1-8. 4 Kementrian Kesehatan Republik. Indonesia. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. [Online].; 2010 [cited 2014 January 18. Available from: http://pppl.depkes.go.id/_asset/_downlo ad/national_plan_filariasis_20 10-IND 2010-14.pdf. 5 Dinkes Kabupaten Bandung, 2014.. TABEL PROFIL DINKES KAB BANDUNG 2013 - perapril2014, Bandung: Dinkes.