BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak. memasuki dunia kehidupannya. Sains menekankan pada pemberian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar apabila dalam dirinya telah terjadi perubahan perilaku dan tidak tahu

2015 PENERAPAN MODEL INQUIRY PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Hasil belajar biologi siswa ditinjau dari penggunaan berbagai metode mengajar dengan pendekatan discovery

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan alam secara umum masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI DAN KEAKTIFAN SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TIPE BUZZ GROUP

BAB I PENDAHULUAN. batin, cerdas, sehat, dan berbudi pekerti luhur. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempelajari pengetahuan berdasarkan fakta, fenomena alam, hasil pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari IPA tidak terbatas pada pemahaman konsep-konsep IPA, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang studi yang diajarkan disetiap

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraannya, pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Nuri Annisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan mampu melahirkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Materi pokok sistem pencernaan termasuk ke dalam mata pelajaran Biologi.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar pada dasarnya adalah proses untuk memperoleh pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Winkel (dalam Darsono dkk., 2000) mengungkapkan pengertian

PELATIHAN SEBUAH SOLUSI DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU BAGI DOSEN IPA DI LINGKUNGAN PRODI PGMI. Budiyono Saputro

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman pada kegiatan proses pembelajaran IPA. khususnya pada pelajaran Fisika di kelas VIII disalah satu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMP Negeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

RANCANGAN ALAT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP N 1 AMBARAWA TAHUN AJARAN

I. PENDAHULUAN. bertujuan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. mendukung cara tersebut makin disempurnakan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi mendorong terjadinya perubahan dan pembaharuan pada. beberapa aspek pendidikan, termasuk kurikulum.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pembukaan Undang-undang Dasar Melalui pendidikan, kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kelangsungan peradaban di seluruh dunia. Di Indonesia, tujuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Materi Ekologi merupakan materi yang mempelajari hubungan timbal balik

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat membantu proses perkembangan di semua aspek kehidupan bangsa. Salah satunya adalah aspek pendidikan. Pendidikan sebagai suatu proses untuk menyiapkan generasi masa depan sehingga pelaksanaan pendidikan harus berorientasi pada wawasan kehidupan mendatang. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan secara berkesinambungan. Salah satu wujud nyata yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan penyempurnaan kurikulum pendidikan. Penyempurnaan kurikulum pendidikan ini, diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini, menuntut kegiatan pembelajaran yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk dapat menguasai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik diharapkan untuk memiliki kompetensi khusus dalam semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran sesuai dengan tingkat atau jenjang pendidikannya. Kompetensi ini dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik untuk menanggapi berbagai isu dan permasalahan yang berkembang di masyarakat baik lokal maupun global serta dapat memberikan sumbangan dan penilaian yang kritis terhadap perkembangan sains. 1

Tujuan pembelajaran IPA, diarahkan untuk mencapai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada mata pelajaran IPA, sebagaimana termuat dalam kurikulum untuk setiap kegiatan pembelajaran IPA yang dilakukan. Pembelajaran IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami tentang apa yang ada di dalamnya. Saat ini, salah satu inovasi yang disertakan di dalam KTSP adalah model pembelajaran IPA terpadu untuk jenjang SMP/MTs. Model pembelajaran IPA terpadu merupakan model pembelajaran yang mencoba untuk memadukan beberapa pokok bahasan dalam bidang kajian IPA seperti fisika, biologi dan kimia secara lebih menyeluruh dan tidak terpisah-pisah. Model pembelajaran IPA terpadu juga mensyaratkan bahwa pelajaran IPA yang terdiri dari bidang fisika, biologi, dan kimia diajarkan oleh satu orang guru saja. Pembelajaran IPA terpadu dimaksudkan agar peserta didik dapat mengetahui hubungan antar konsep dari berbagai bidang kajian IPA yang terkait. Pengetahuan tentang keterkaitan konsep dari beberapa bidang kajian IPA, dapat membentuk kebermaknaan konsep yang bersangkutan. 2

Kebermaknaan inilah yang dapat menyebabkan peserta didik dapat memahami konsep secara mantap. Kenyataannya penerapan pembelajaran IPA terpadu belum terlaksana. Hal tersebut dijumpai di SMP N 2 Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi selama pra KKN-PPL yang dilaksanakan pada tanggal 8 Februari 2011 dan kegiatan KKN-PPL yang dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 2 September 2011 di SMP N 2 Yogyakarta, pembelajaran IPA yang dilakukan di sekolah tersebut belum dilakukan secara terpadu. Pembelajaran IPA masih dilakukan secara terpisah antar bidang kajian IPA seperti fisika dan biologi. Pembelajaran fisika dan biologi dilakukan oleh guru yang berbeda sesuai bidangnya dan dilakukan pada jam pelajaran yang berbeda pula. Salah satu penyebab belum terlaksananya pembelajaran IPA terpadu yaitu guru yang mengampu mata pelajaran IPA berlatar belakang disiplin ilmu tertentu, sehingga guru mengalami kesulitan jika harus mengadakan pembelajaran yang tidak sesuai dengan latar belakang keilmuannya. Walaupun pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan secara team teaching namun pada pelaksanaannya kurang adanya koordinasi antara guru tim yang menyebabkan tidak akan terpenuhinya Kompetensi Dasar (KD) yang akan dicapai. Kendala lainnya adalah masih terbatasnya panduan dan contoh-contoh perangkat pembelajaran IPA terpadu yang tersedia sehingga pembelajaran yang dilaksanakan masih terpisah-pisah. Pembelajaran IPA yang tidak diajarkan secara terpadu menjadikan konsep yang didapat peserta didik kurang bermakna. 3

Melihat fakta yang ada di lapangan saat ini, selain belum dilaksanakannya pembelajaran IPA secara terpadu, banyak ditemukan juga bahwa kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya mata pelajaran IPA, pembelajaran yang dilakukan guru masih didominasi oleh pendekatan konvensional dengan metode ceramah. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya berpusat pada guru (teacher centered). Guru lebih banyak bercerita dan menginformasikan semua fakta dan konsep, sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat halhal yang disampaikan guru. Kegiatan belajar semacam ini menyebabkan berkurangnya keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Peserta didik memiliki banyak konsep, tetapi tidak dilatih untuk menemukan dan mengembangkan konsep. Sebagian besar dari mereka tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan atau dimanfaatkan. Selain itu, pelajaran IPA yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada manipulasi matematika. Guru memulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan persamaan matematis. Oleh karena itu, IPA menjadi terkesan sebagai mata pelajaran yang menghafal rumus-rumus. Banyak hambatan yang dialami oleh guru, di antaranya masalah efektivitas dan efisiensi waktu dalam penyampaian materi, sehingga perhatian guru hanya cenderung pada penyelesaian materi agar tepat waktu dan nilai kognitif peserta didik bagus. Guru hanya memperhatikan nilai kognitif, sehingga penilaian psikomotor dan afektif tidak dilakukan oleh guru. 4

Meskipun begitu, guru terkadang telah melakukan pembelajaran yang dapat memicu peserta didik untuk aktif, namun hasil dari proses pembelajaran hanya dipusatkan pada aspek kecerdasan (kognitif) dan kemampuan peserta didik dalam mendapatkan nilai bagus pada mata pelajaran IPA. Mengenai bagaimana peserta didik melakukan proses IPA untuk mendapatkan fakta, pengetahuan dan konsep, kurang diperhatikan. Peningkatan dan pencapaian hasil belajar IPA yang optimal dapat dilakukan dengan upaya meningkatkan dan mengembangkan kreativitas guru agar mereka dapat mengembangkan berbagai pendekatan dan inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran. Namun, berdasarkan observasi selama KKN- PPL, kreativitas dalam mengembangkan pendekatan dan inovasi pembelajaran masih rendah. Pendekatan dan inovasi baru dalam pembelajaran IPA, diharapkan dapat memperkaya pengalaman belajar peserta didik, yaitu dengan menempatkan peserta didik sebagai pusat perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan dan inovasi baru, yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut, diharapkan pula dapat lebih mendekatkan peserta didik pada lingkungan belajarnya, misalnya dengan mengaitkan pembelajaran pada permasalahan sains yang biasa ditemukan dalam keseharian mereka. Peserta didik akan lebih termotivasi dan tertarik untuk dapat memecahkan sendiri permasalahan tersebut, sehingga akan mempunyai minat yang tinggi untuk belajar IPA. Apabila peserta didik dapat melakukan dan menemukan pengalaman belajarnya sendiri, maka bukan tidak mungkin hasil belajarnya akan meningkat. 5

Salah satu pendekatan yang dapat dipilih untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada mata pelajaran IPA adalah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Pendekatan keterampilan proses cocok dengan sifat pembelajaran IPA yang menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Melalui pendekatan keterampilan proses, guru bukan hanya memberikan pengetahuan saja, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring peserta didik untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Selain itu peralatan praktikum yang ada di sekolah sangat mendukung untuk dilalukannya pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses. Berdasarkan uraian-uraian di atas, perangkat pembelajaran belum sesuai dengan struktur kurikulum IPA yang terpadu. Guna terlaksananya pembelajaran IPA secara terpadu dan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik, maka diperlukan perangkat pembelajaran yang berfungsi sebagai fasilitas untuk dilaksanakan pembelajaran tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian pengembangan dengan judul Pengembangan RPP dan LKPD IPA Terpadu pada Tema Karenamu Aku Bisa dengan Menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah 6

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti diuraikan tersebut maka diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. KTSP menuntut para guru untuk menerapkan pembelajaran IPA secara terpadu di SMP namun belum terlaksana. Pembelajaran IPA masih terpisah antara materi fisika dan biologi dengan guru masing-masing sesuai bidangnya maupun jam pelajarannya. 2. Masih terbatasnya panduan dan contoh-contoh perangkat pembelajaran IPA terpadu. 3. Pembelajaran IPA yang diberikan secara tidak terpadu mengakibatkan konsep yang didapat peserta didik kurang bermakna. 4. Pembelajaran yang didominasi pada teacher centered mengakibatkan kurangnya keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. 5. Penilaian keterampilan psikomotorik dan afektif pada peserta didik kurang diperhatikan. 6. Kreativitas dalam mengembangkan pendekatan dan inovasi pembelajaran masih rendah. Pendekatan dan inovasi baru diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk memecahkan masalah sains yang biasa ditemukan. 7. Perangkat pembelajaran IPA belum sesuai dengan struktur kurikulum IPA yang terpadu. Untuk itu diperlukan pengembangan perangkat pembelajaran yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran tersebut. 7

C. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan yang ada maka penelitian ini hanya dibatasi pada: 1. Pengembangan RPP dan LKPD IPA terpadu dengan menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. 2. Keterampilan proses yang diterapkan yaitu mengamati, menggunakan alat, mengklasifikasi, mengukur, menghitung, komunikasi, dan menyimpulkan. 3. Kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan melakukan percobaan dari awal sampai mendapat kesimpulan yang benar. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, timbul permasalahan: 1. Bagaimana kualitas RPP dan LKPD IPA terpadu dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses (PKP) berdasarkan penilaian dosen ahli dan guru IPA? 2. Bagaimana penguasaan kemampuan pemecahan masalah peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan RPP dan LKPD yang dikembangkan? 8

E. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kualitas RPP dan LKPD IPA terpadu dengan menerapkan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) berdasarkan penilaian dosen ahli dan guru IPA. 2. Mengetahui penguasaan kemampuan pemecahan masalah peserta didik selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan RPP dan LKPD yang dikembangkan. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru IPA: RPP dan LKPD yang telah tersusun dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun perangkat pembelajaran pada tema yang lain. 2. Bagi peserta didik: menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan dan bermakna. 3. Bagi sekolah: dapat dijadikan masukan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. 4. Bagi peneliti: memberikan pengetahuan langkah-langkah dalam mengembangkan RPP dan LKPD IPA terpadu dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses. 9