BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari seluruh PTM yang dilaporkan, yaitu sebesar 57,89%, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit Diabetes Melitus yang dapat disingkat dengan DM.Menurut American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. mampu menggunakan insulin yang dihasilkan oleh pankreas (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data International Diabetes Federatiaon (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) sebagai suatu penyakit tidak menular yang cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. adekuat untuk mempertahankan glukosa plasma yang normal (Dipiro et al, 2005;

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) dalam darahnya. Yang dicirikan dengan hiperglikemia, yang disertai. berbagai komplikasi kronik (Harmanto Ning, 2005:16).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindroma gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia dan disebabkan oleh defisiensi absolut atau relatif dari sekresi insulin dan atau gangguan kerja insulin (Greenstein et.al, 2007 dikutip dari Rizal, 2008). Pada tahun 2012, dikatakan prevalensi angka kejadian DM di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa, dimana proporsi kejadian DM tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1 (Sadikot, 2013). Menurut laporan badan kesehatan dunia atau World Health Organisation (WHO) pada tahun 2010 sebanyak 171 juta jiwa menderita diabetes melitus tipe 2 dan diperkirakan pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan sebanyak 195 juta jiwa lagi yang akan menderita diabetes tipe 2 (WHO, 2013). Jumlah penderita DM ini juga meningkat cukup signifikan di Indonesia, menurut Sadikot (2013) dalam International Diabetes Federation (IDF) (2013) angka kejadian DM di Indonesia pada tahun 2009 sebesar 7 juta jiwa diperkirakan akan meningkat menjadi 12 juta jiwa pada tahun 2020, berdasarkan data ini dapat terlihat bahwa akan terjadi peningkatan 2 sampai 3 kali lipat penderita DM di Indonesia pada tahun 2030. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke empat setelah China, India dan Amerika Serikat 1

2 sebagai negara yang penduduknya menyandang penyakit DM terbanyak. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Tengah (2013), prevalensi DM tipe 1 di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,09% lebih tinggi dibanding tahun 2011 sebesar 0,06%. Sedangkan prevalensi kasus DM tipe 2, mengalami peningkatan dari 0,55% pada tahun 2011 menjadi 0,63% pada tahun 2012. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014 didapatkan angka kejadian kasus Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) sebanyak 1754 kasus, sedangkan tipe IDDM sebanyak 257 kasus. Angka kejadian kasus NIDDM di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara tahun 2014 tertinggi di Wilayah Puskesmas Rakit 2 sebanyak 571 kasus dan angka kejadian Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) berada di Wilayah Puskesmas Punggelan 1 sebanyak 166 kasus. Sedangkan pada tahun 2015, kejadian NIDDM sebanyak 2224 kasus, sedangkan tipe IDDM sebanyak 213 kasus. Angka kejadian kasus NIDDM di wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Banjarnegara tahun 2015 tertinggi di Wilayah Puskesmas Rakit 2 sebanyak 647 kasus dan angka kejadian IDDM tertinggi di Wilayah Puskesmas Punggelan 1 sebanyak 128 kasus Terjadinya peningkatan angka penderita DM akan berdampak bagi kesehatan secara keseluruhan, karena DM merupakan penyakit kronis yang akan dialami oleh penderita seumur hidup. Komplikasi merupakan masalah serius yang dikhawatirkan penderita DM. Menurut IDF (2011), komplikasi yang dialami penderita DM dapat berupa penyakit kardiovaskuler, retinopati, nefropati, dan neuropati. Komplikasi-komplikasi ini dapat berkembang dan

3 mempengaruhi kehidupan penderita DM. Soegondo (2009), lebih lanjut menjelaskan penderita DM memiliki risiko dua kali lebih besar terkena penyakit jantung koroner dan penyakit pembuluh darah otak, lima kali lebih mudah terkena ulkus diabetes, tujuh kali lebih mudah terkena gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih mudah terkena komplikasi kebutaan akibat DM. Hasil penelitian yang dilakukan di Pakistan menunjukkan 43% penderita DM mengalami komplikasi retinopati, 39% mengalami neuropati, 4% mengalami luka DM, dan nefropati 20,2% yang sangat erat berkaitan dengan hipertensi yang berjumlah 64% penderita (Jawad, 2004). Menurut Sitompul (2011), menujukkan 60 hingga 70% penderita DM mengalami neuropati dan paling sering dialami setelah mengalami DM selama 25 tahun. Beberapa kajian menunjukkan neuropati lebih banyak dialami penderita DM yang memiliki riwayat kadar glukosa tidak terkontrol, hipertensi dan mengalami kelebihan berat badan. Di Indonesia tidak banyak ditemukan kajian tentang kecacatan dan kematian akibat DM. Walaupun demikian, The DiabCare Asia (2008) dalam Sitompul (2011), menjelaskan jumlah kejadian komplikasi kebutaan pada penderita DM di Indonesia diperkirakan 6,4% dari 64% penderita yang mengalami komplikasi. Upaya pencegahan merupakan cara terbaik dalam menghindari komplikasi DM. Untuk mencegah komplikasi yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan dan pengobatan tekanan darah, perawatan kaki diabetes, pemeriksaan mata secara rutin pemeriksaan protein dalam urine, menghentikan kebiasaan merokok. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola

4 dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan DM meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan/diit, latihan fisik teratur dan minum obat hipoglikemik oral (OHO)/insulin seumur hidup (Soegondo, 2005). Sacket dalam Niven (2005), menyatakan untuk mendapatkan status kesehatan lebih baik, penderita DM dianjurkan untuk patuh melaksanakan penatalaksanaan DM. Kepatuhan merupakan kondisi dimana penderita DM bersedia dan melakukan anjuran terapi yang dilakukan (Kaplan, 2007). Hasil penelitian oleh Hidayat (2013), di Bogor menjelaskan bahwa masih terdapat 45,5% responden yang tidak patuh dalam melakukan penatalaksanaan DM. Menurut Stein dalam Niven (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien termasuk kepatuhan dalam melaksanakan penatalaksanaan DM yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, dukungan sosial keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian pasien. Ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan DM dapat meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau dapat memperpanjang maupun memperburuk penyakit yang dialami. Menurut Stein, et, al (1999) dalam Niven (2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, dukungan keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian klien. Dari keempat faktor tersebut, dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan klien DM. Pelaksanaan Diabetes Mellitus sangat

5 dipengaruhi adanya dukungan dari keluarga. Menurut Friedman (2010) peran dukungan keluarga yang mempengaruhi kepatuhan yaitu mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota yang menderita Diabetes Mellitus, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat pada pasien Diabetes Mellitus, memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita Diabetes Mellitus, mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya, memanfaatkan dengan baik fasilitas fasilitas kesehatan untuk pasien Diabetes Mellitus. Dukungan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga yang sakit yaitu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan (Friedman, 2010). Penelitian Senok (2009) mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM didapatkan hubungan yang bermakna antara hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM dalam menjalani diet. Namun dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebanyak 41% klien DM dengan dukungan keluarga yang baik tetap tidak patuh terhadap diet DM sedangkan 12,5% klien DM yang tidak mendapat dukungan keluarga yang baik tetap mampu menjalani diet DM sesuai anjuran. Penelitian lainnya oleh Lestari (2010) mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM dalam melaksanakan program diet di RSUD Cimahi didapatkan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kepatuhan klien DM dalam melaksanakan diet dengan p value = 0,0001.

6 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Puskesmas Rakit 2 didapatkan data angka kejadian DM pada bulan Januari 2016 sebanyak 98 kasus. Hasil wawancara kepada 10 penderita DM yang ditemui saat melakukan pemeriksaan dengan cara wawancara, saat diberikan pertanyaan tentang apakah keluarga menyarankan dan mengingatkan untuk mengontrol kadar gula darah didapatkan data 50% responden mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal tersebut, 30% responden mengatakan bahwa keluarga jarang melakukan hal tersebut dan 20% responden mengatakan bahwa keluarga selalu melakukan hal tersebut, sedangkan dari 50% responden yang mengatakan bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal tersebut seluruhnya memiliki tingkat kepatuhan yang buruk dilihat dari konsumsi obat yang tidak sesuai jadwal Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Dukungan Keluarga Pasien DM Dengan Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016. B. Rumusan Masalah DM merupakan penyakit kronis yang dapat mempengaruhi seluruh kehidupan penderitanya. Sebagai penyakit kronis maka DM dapat menimbulkan berbagai risiko komplikasi. Untuk mencegah terjadinya risiko komplikasi maka penderita DM harus mematuhi aturan hidup sehat yang disampaikan petugas kesehatan. Namun jika penderita DM tidak dapat menjaga

7 kepatuhan tehadap aturan tersebut maka penderita DM akan mengalami berbagai komplikasi. Ketidakpatuhan terhadap pengobatan atau terapi dapat meningkatkan risiko berkembangnya masalah kesehatan atau dapat memperpanjang maupun memperburuk penyakit yang dialami. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan klien yaitu pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi, dukungan keluarga, serta keyakinan, sikap dan kepribadian klien. Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diabaikan begitu saja karena dukungan keluarga merupakan salah satu dari faktor yang memiliki kontribusi yang cukup berarti dan sebagai faktor penguat yang mempengaruhi kepatuhan klien DM Berdasarkan uraian di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Adakah Hubungan Dukungan Keluarga Pasien Dengan Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga pasien dengan kepatuhan pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk:

8 a. Mengidentifikasi dukungan keluarga pasien di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016. b. Mengidentifikasi kepatuhan pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016. c. Menganalisis hubungan dukungan keluarga pasien dengan kepatuhan pengendalian gula darah pada penderita diabetes mellitus di Wilayah Puskesmas Rakit 2 Banjarnegara Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1. Bagi Peneliti Sebagai sarana belajar dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan dan dipelajari di instansi pendidikan serta sebagai pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan peneliti dalam menambah wawasan dalam melakukan penelitian secara nyata. 2. Bagi Tempat Penelitian Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk membuat protokol/aturan tentang penatalaksanaan pada penderita DM khususunya di Puskesmas Rakit 2 untuk dapat mengantisipasi komplikasi yang terjadi pada penderita DM.

9 3. Bagi Penderita Menjadi motivasi bagi penderita DM agar mengetahui dampak yang diakibatkan jika tidak patuh dalam melakukan penatalaksanaan DM. Memberikan gambaran secara nyata hal-hal minimal yang dapat dilakukan penderita DM di rumah. 4. Bagi Keluarga dan Masyarakat Menjadi bahan pertimbangan dan saran bagi keluarga dan masyarakat tentang pentingnya kepatuhan penatalaksanaan DM. Support dan dukungan keluarga sangatlah dibutuhkan oleh penderita DM, karena lamanya pengobatan dan banyaknya obat yang harus diminum dan hal-hal apa saja yang menjadi anjuran dan pantangan pada penderita DM. Tanpa adanya dukungan dan support keluarga penderita DM akan merasakan kejenuhan karena penyakitnya yang melelahkan. E. Penelitian Terkait Berdasarkan penelusuran kepustakaan menemukan beberapa penelitian sejenis yang pernah dilakukan sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini, tetapi tidak sama yaitu : 1. Senuk (2013) tentang Hubungan Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Menjalani Diet DM Di Poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional study. Teknik pengambilang sampel yang digunakan yaitu purposive sampling dimana sampel dimbil sesuai dengan

10 yang dikehendaki peneliti untuk dijadikan sampel yaitu 69 orang. Teknik analisa data dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan menjalani diet DM di poliklinik RSUD Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara. 2. Hidayat (2013) tentang Hubungan Koping Individu dengan Tingkat Kepatuhan Penderita DM Sebagai Anggota Persadia cabang RSMM Bogor. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional dengan jumlah responden 88 penderita DM, dengan uji statsistik Chi square. Hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik responden tidak ada hubungan dengan tingkat kepatuhan kecuali usia (p value 0.043; α 0.05) dan jenis kelamin (p value 0.044; α 0.05), ada hubungan koping individu dengan tingkat kepatuhan (p value 0.037; α 0.05). 3. Pratiwi (2011) tentang hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan diit pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 rawat jalan di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan besar sampel 30 responden. Pengambilan data dukungan keluarga dengan kuesioner dan data kepatuhan diit diperoleh dari recall 24 jam asupan makan responden selama 3 hari. Uji statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment. Hasil penelitian menunjukkan dukungan keluarga kategori baik

11 70 %. Ketepatan jumlah energi kategori baik 53,4 %, ketepatan jadual makan kategori baik 43,3 % dan ketepatan jenis makanan kategori baik 90 %. Hasil uji statistik Pearson Product Moment menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan ketepatan jumlah energi dengan nilai p=0,000. Ada hubungan dukungan keluarga dengan ketepatan jadual makan dengan nilai p=0,001. Ada hubungan dukungan keluarga dengan ketepatan jenis makanan dengan nilai p=0,000. 4. Hannan (2013) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan rancangan non exsperimental dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang dating memeriksakan dirinya ke Puskesmas Bluto. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling sebanyak 31 sampel. Analisa data yang digunakan uji statistik Chi Square dan regresi logistik. Hasil penelitian didapatkan ada pengaruh antara faktor karakteristik dari penyakit dan pengobatanya terhadap kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus, Tidak ada pengaruh antara faktor intra personal terhadap kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus yang meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan status perkawinan, ada pengaruh antara faktor inter personal terhadap kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus, ada pengaruh antara faktor lingkungan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus dan faktor

12 karakteristik dari penyakit dan pengobatannya dan faktor lingkungan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien diabetes mellitus di Puskesmas Bluto Kabupaten Sumenep. 5. Annisa (2014) tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan latihan fisik dan terapi insulin pada pasien DM tipe 1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah semua pasien DM tipe 1 yang pernah melakukan pemeriksaan ke Poli Penyakit Dalam. Sampel penelitian sebesar 58 responden dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisi dengan Spearman s Rho. Penelitian menunjukkan bahwa 32,76% pasien DM tipe 1 memiliki dukungan keluarga baik, 63,8% pasien memiliki dukungan keluarga sedang, dan 3,44% pasien memiliki dukungan keluarga kurang. Peneliti menemukan bahwa 56,9% pasien memiliki kepatuhan latihan fisik dan 81,1% pasien patuh terhadap terapi insulin (34,5% untuk kategori kepatuhan tinggi dan 46,6% untuk kategori kepatuhan sedang). Kepatuhan terapi pada pasien DM tipe 1 berhubungan signifikan dengan dukungan keluarga (ρ=0,000; r=0,553 untuk kepatuhan latihan fisik dan ρ=0,000; r=0,509 untuk kepatuhan terapi insulin).