BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya terus meningkat. World Health Organization (WHO) di Kabupaten Gunungkidul DIY tercatat 1262 orang terhitung dari bulan

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR DEMOGRAFI DENGAN DEPRESI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL DIY

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak ditemukan di Indonesia maupun di dunia. Penderita hipertensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Wonosari Kabupaten. Gunungkidul DIY pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terpotongnya suplai oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) [2], usia lanjut dibagi

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB 1 PENDAHULUAN. perempuan. Artinya bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3x lebih besar

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Menurut Basha (2009) hipertensi adalah satu keadaan dimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam otak yang mengakibatkan kematian sel otak. dan ada riwayat keluarga yang menderita stroke (Lewis, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. proses transportasi bahan-bahan energi tubuh, suplai oksigen dan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. Menurut perkiraan United States Bureau of Census 1993, populasi lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di sana. Kehidupan perkotaan seperti di Jakarta menawarkan segala

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hipertensi. Hipertensi adalah keadaan peningkatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAULUAN. morbiditas dan mortalitas di perkirakan pada abad ke-21 akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. adanya dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Depkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, depresi masih sering terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena seringkali pasien depresi lebih mengedepankan keluhan fisiknya dibandingkan keluhan psikisnya, akibatnya sering keluhan fisik ini ditelusuri ke arah kelainan organik dengan melakukan pemeriksaan yang sebenarnya tidak terlalu penting (Mudjaddid, 2001). Mudjaddid (2001) menjelaskan pada populasi umum, depresi ditemukan sebanyak <6,5%, sedangkan depresi yang menyertai kelainan bidang penyakit dalam prevalensinya bervariasi. Di bidang penyakit dalam, depresi dapat ditemukan sebagai bagian dari gangguan psikosomatik murni yaitu tanpa disertai kelainan organik, tetapi sering pula depresi ditemukan bersama-sama dengan penyakit organik atau kondisi medik yang sudah ada sebelumnya (biasanya disebut komorbiditas). Depresi sering tidak terdiagnosis karena keluhan fisik yang samar, tidak mendapat perhatian yang serius, akibatnya tata laksananya juga sering tidak memadai. Maramis (2009) juga beranggapan semua depresi baik yang tidak disertai kelainan medik maupun yang disertai dengan kelainan medik harus mendapat pengobatan yang sempurna, karena bila tidak diobati dapat memperburuk penyakit yang sudah ada, menyulitkan pengobatan, mempengaruhi kepatuhan 1

2 berobat, memperpanjang masa perawatan atau perawatan menjadi sering berulang akhirnya meningkatkan biaya perawatan bahkan meningkatkan angka kematian. Prevalensi depresi pada beberapa penyakit tertentu memberikan gambaran bahwa depresi perlu mendapatkan perhatian karena kasusnya cukup banyak. Menurut Silverstone (1996) dalam Mudjaddid (2001), seperti: jantung koroner 18-23%, infark miokard 16-19%, stroke 23-29% dan diabetes melitus 9-27%. Meninjau lebih jauh mengenai kelainan dalam ruang lingkup ilmu penyakit dalam, kedokteran psikosomatik menjembatani tumpang tindih antara kedokteran medik dan psikiatrik, antara kelainan fisik dan psikis termasuk gangguan psikis pada penyakit kardiovaskular (PKV). Shatri (2002) melanjutkan, depresi sering dijumpai bersama-sama PKV, seperti pada hipertensi, penyakit jantung koroner (PJK) dan infark miokard (IM) terutama pasca infark miokard akut (IMA). Saat ini, beberapa penelitian prospektif berhasil membuktikan bahwa depresi merupakan faktor risiko independen hipertensi dan PJK, serta pada perjalanan penyakitnya dapat mencetuskan IMA dan gagal jatung. Depresi dapat memperlambat penyembuhan dan meningkatkan komplikasi selama perawatan, depresi dapat memperburuk prognosis, meningkatkan morbiditas dan mortalitas, serta menurunkan kualitas hidup. Khususnya pada hipertensi yang peneliti teliti, hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai normal. Menurut World

3 Health Organization (WHO) (2012), prevalensi hipertensi di dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta penderita hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di negara sedang, temasuk Indonesia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2007), prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari total jumlah penduduk dewasa. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya dengan golongan umur 55-64 tahun (Adib, 2009). Sementara itu, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013), prevalensi kasus hipertensi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat kurang lebih sekitar 25% dari total jumlah penduduk dengan kisaran umur 18 tahun yang tersebar di beberapa kabupaten, untuk Kabupaten Gunungkidul terdapat 4944 orang pada kurun waktu Januari-Desember 2015 yang tersebar di 30 puskesmas di beberapa kecamatan (Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, 2015). Banyaknya angka kejadian dari penyakit hipertensi di dunia khususnya Indonesia, maka timbul permasalahan yang kompleks pada penderita hipertensi tersebut, seperti masalah pada organ tubuh penderita, misalnya pada jantung, pembuluh darah, otak dan ginjal, selain itu, juga akan timbul masalah yang terkait dengan mental penderita, misalnya sulit tidur, mudah marah dan gangguan mood. Masalah tersebut akan membuat penderita hipertensi rentan menderita depresi. Hipertensi menimbulkan perubahan psikologis, antara lain perubahan konsep diri dan depresi. Darmaningtyas (2002) menambahkan

4 penderita hipertensi beranggapan bahwa penyakit hipertensi ini akan banyak menimbulkan permasalahan, seperti pengendalian diet, serta terapi yang lama dan kompleks, biaya pengobatan yang mahal, komplikasi penyakit, serta banyak kekhawatiran lain yang dapat menimbulkan potensi munculnya depresi. Menanggapi uraian sebelumnya, sebenarnya, dapat pula terjadi hubungan timbal balik antara depresi terlebih dahulu yang menyebabkan hipertensi ataupun hipertensi berkepanjangan memberikan dampak depresi, depresi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah dan produksi cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang dan nyeri kepala, kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi lebih jauh (Anonim, 2008). Gangguan depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mood yang dapat terjadi pada semua umur. Data dari World Health Organization (WHO) (2013), sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. World Health Organization (WHO) menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Secara berurutan, gangguan depresi (80%), skizofrenia (10%), gangguan demensia dan delirium (5%) (World Health Organization (WHO) (2000)). Untuk prevalensi depresi di Indonesia, penduduk >15 tahun berdasarkan Riskesdas

5 (2007) mencapai 11,6% atau 19 juta orang dengan wanita (10-25%) dan pria (5-12%). Kejadian depresi lebih tinggi pada usia produktif dibanding pada usia anak remaja atau lanjut usia. Gangguan depresi mayor usia 30-44 tahun memiliki prevalensi 19,8%, usia 18-29 tahun 15,4%, sedangkan usia 60 tahun hanya 10,6%. Khususnya di Kabupaten Gunungkidul, berdasarkan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul (2015) sebanyak 860 orang pada 2015. Depresi sebagai peringkat ke-4 pada prevalensi gangguan jiwa secara umum di Kabupaten Gunungkidul setelah somatoform, skizofrenia dan faktor psikologis dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK (yang diklasifikasikan di tempat lain), hal tersebut berhubungan dengan tingginya prevalensi hipertensi di Kabupaten Gunungkidul seperti yang telah dijelaskan di atas dan juga memiliki komplikasi secara langsung berhubungan dengan depresi. Prevalensi depresi pada hipertensi dapat berkisar 20-30% (Shatri, 2002). Dua teori yang berpengaruh pada terjadinya depresi, yakni teori biologis dan teori kognitif. Teori biologis (amine hypothesis) mengatakan bahwa depresi disebabkan oleh sistem amine serebral yang bekerja di bawah aktivitas normal. Teori kognitif pertama kali dikembangkan berdasarkan kasus depresi pada orang dewasa. Ide yang mendampingi teori ini adalah berkembangnya persepsi yang berubah pada seseorang, seperti ekspektasi terhadap setiap hal yang selalu salah, hal ini akan menjadi kesulitan awal dan bila menetap, maka pengertian negatif ini akan bermanifestasi dan selanjutnya akan menjadi depresi. Depresi yang disebabkan karena adanya pengertian negatif akan

6 berdampak pada individu yang akan mengalami rasa takut dan sedih, perilaku ini sangatlah bertentangan seperti yang dijelaskan dalam Al-Quran, surat Al- Baqarah ayat 38 yang berbunyi sebagai berikut: Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-ku maka tidak ada atas mereka ketakutan dan tidaklah mereka bersedih. Faktor penyebab depresi terbagi atas faktor biologi, faktor genetik dan faktor psikososial berdasarkan uraian fakta di atas, ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Bertambahnya umur berdasarkan dari faktor biologi, individu dapat terjadi ketidakseimbangan zat kimia di otak yang menyebabkan sel di otak tidak berfungsi dengan baik, selain itu, dengan bertambahnya umur pula, individu dapat mengalami masalah gangguan fisik menahun, misalnya hipertensi, diabetes melitus dan rematik. Aspek psikososial yang berperan dalam timbulnya depresi adalah perubahan status ekonomi, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu dan teman (Santoso & Ismail, 2009). Menurut Sadock dan Sadock (2010), faktor psikososial lainnya meliputi hilangnya peranan sosial, peningkatan isolasi diri, keterbatasan finansial dan penurunan fungsi kognitif. selain itu, faktor demografi seperti jenis kelamin, kelompok umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status pernikahan juga dikaitkan dengan gejala depresi (Gao dkk., 2009). Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan antara faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY.

7 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang di atas adalah apakah faktor demografi berhubungan dengan depresi pada penderita hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum. Menganalisis hubungan faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi. 2. Tujuan Khusus. Mengetahui hubungan faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi di Kabupaten Gunungkidul DIY. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis. a. Bagi Peneliti. 1) Menjadi bahan referensi untuk bahan belajar selanjutnya. 2) Mengetahui apakah ada hubungan antara faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi. b. Bagi Mahasiswa Kedokteran. 1) Sumber data untuk penelitian selanjutnya. 2) Diharapkan bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

8 c. Bagi Masyarakat. Meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang meningkatkan depresi pada individu maupun keluarga, terutama pengetahuan mengenai hubungan faktor demografi dengan depresi pada penderita hipertensi, sehingga dapat memberikan informasi dalam terlaksananya kemandirian penanggulangan maupun pencegahan sedini mungkin. 2. Manfaat Teoritis. a. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam ilmu pengetahuan di bidang kedokteran khususnya psikiatri. b. Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya di bidang kedokteran.

9 E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian. Nama Peneliti/Publikasi/Tahun Ninnda Dwi Kurniasari. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2014. Sartika. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta, 2014. Sri Woroasih. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Kariadi Semarang, 2000. Judul Penelitian Metode Penelitian Perbedaan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Depresi Pada Lansia Di Dusun Kalimanjung Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Hubungan Tingkat Stress Dengan Tingkat Hipertensi Pada Dewasa Madya di Inten Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Hubungan Stresor Psikososial dan Dukungan Sosial Dengan Depresi Pada Lanjut Usia Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, sebanyak 58 sampel. Data diperoleh dengan cara memberikan pertanyaan kepada responden berdasarkan kuisioner yang dijawab oleh responden. Metode penelitian ini adalah penelitian non eksperimental deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, serta menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode survei. Teknik pengambilan sampel menggunakan non probabality sampling, sebanyak 30 sampel. Metode penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa madya di Niten Nogotirto Gamping Sleman Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan judgmental sampling sebanyak 61 sampel. Metode penelitian ini adalah penelitian non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Variabel, subjek dan lokasi penelitian. Variabel, subjek dan lokasi penelitian. Variabel, subjek dan lokasi penelitian.