BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan adalah biaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENENTUAN HARGA JUAL DENGAN PENDEKATAN VARIABEL COSTING

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Biaya. 1. Pengertian Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. membantu manajer dalam membuat keputusan yang lebih baik. Secara luas

BAB II LANDASAN TEORI. pengembangan akuntansi umum. Pengembangan tersebut diadakan karena. kebutuhan informasi terhadap biaya produksi secara rinci.

BAB II TINJAUAN PUSTAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN. Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TARGET COSTING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

Handout Akuntansi Manajemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORITIS. maupun variable. Menurut Garrison dan Nooren (2006:51), mengemukakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

HARGA TRANSFER KONSEP HT :

METODE DIRECT COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PRODUK. Nurul Badriyah,SE,MPd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENENTUAN HARGA TRANSFER DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Zulkifli Bokiu Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:26), biaya adalah

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menetapkan pilihan yang mengucurkan laba incremental terbesar. Laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam akuntansi di Indonesia terdapat istilah-istilah biaya, beban, dan harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFORMASI AKUNTANSI PENUH

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi pengertian sistem dalam buku Sistem Akuntansi. yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

langsung dan biaya overhead pabrik.

BAB II LANDASAN TEORI

HARGA TRANSFER KONSEP HT :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

Akuntansi Pertanggungjawaban

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN. Dalam menjalankan fungsinya, manajemen membutuhkan informasi untuk

Manajemen Keuangan Agribisnis: KLASIFIKASI BIAYA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran dan keberhasilan suatu perusahaan bergantung pada kemampuan

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Definisi dan Manfaat Informasi Akuntansi Differensial. yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif. Informasi akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut George H, Bodnar dan William S. Hopwood (2006:14)

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab dua ini akan diuraikan berbagai teori dan konsep dari berbagai literatur dan text-book yang dianggap relevan dan berhubungan, sebagai landasan teoritis dalam pembahasan skripsi ini. 2.1 Pengertian Evaluasi Melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999;272) yang ditulis oleh Tim Penyusun Kamus Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, diperoleh pengertian mengenai kata evaluasi adalah sebagai berikut : Evaluasi : Penilaian Mengevaluasi : memberikan penilaian ; menilai Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan evaluasi adalah suatu penilaian yang dilakukan terhadap sesuatu hal dengan tujuan untuk mengetahui hasilnya apakah itu baik, atau cukup. 2.2 Akuntansi Manajemen 2.2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Ada beberapa pengertian atau definisi akuntansi manajemen yang dikemukakan oleh para ahli akuntansi di bawah ini. Menurut Horngren dan Sundem (1993:3) memberikan definisi sebagai berikut : Management accounting is the process of idendifying, measuring, analyzing, preparing, interpreting and communicating information that helps managers to fulfill organizational objectives menurut Henry Simamora pengertian Akuntansi Manajemen yaitu : Akuntansi manajemen adalah pengidentifikasian, pengukuran penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran, dan penyampaian informasi yang membantu para manajer dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi

Hansen dan Mowen (2000;2) memberikan definisi yaitu : Akuntansi manajemen mengidentifikasikan, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi yang berguna bagi manajer dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan Menurut Sunarto (2004:1) akuntansi manajemen didefinisikan sebagai berikut : Akuntansi manajemen merupakan tipe informasi kuantitatif yang menggunakan uang sebagai satuan ukur, yang digunakan untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan pengelolaan perusahaan Dari berbagai definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa akuntansi manajemen adalah suatu informasi yang menyajikan laporan-laporan yang berguna bagi manajer yaitu pihak internal dalam perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. 2.2.2 Tujuan Akuntansi Manajemen Penggunaan data akuntansi dalam menyediakan informasi keuangan untuk pengelolaan perusahaan merupakan aspek penting di dalam perkembangan perusahaan dewasa ini. Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem informasi sebagai dasar manajemen membuat keputusan-keputusan untuk mengelola kegiatan rutin perusahaan. Supriyono (1993:64) membagi tujuan akuntansi manajemen menjadi dua, yaitu : Tujuan primer akuntansi manajemen adalah membantu manajemen dalam pembuatan keputusan manajemen. Tujuan sekunder akuntansi manajemen meliputi : 1. Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi perencanaan 2. Membantu manajemen dalam menjawab masalah organisasi 3. Membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian manajemen 4. Membantu memusatkan perhatian manajemen dalam melaksanakan sistem kegiatan manajemen

Dengan demikian dapat dipahami bahwa akuntansi manajemen dirancang untuk menyediakan informasi guna pembuatan keputusan internal suatu organisasi tertentu, memudahkan pihak eksternal yaitu para investor dalam pembuatan keputusan, memotivasi tindakan-tindakan dan perilaku para anggota dalam suatu arah yang diinginkan, serta meningkatkan efisiensi organisasi. 2.2.3 Karakteristik Akuntansi Manajemen Berdasarkan definisi-definisi akuntansi manajemen yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa akuntansi manajemen adalah bagian dari akuntansi. Definisi dan pengertian akuntansi itu sendiri dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu aspek informasi dan aspek pengelolaan data akuntansi. Dipandang dari segi aspek informasi, menurut supriyono (1993:18) akuntansi dapat didefinisikan sebagai berikut : Akuntansi adalah aktivitas yang menghasilkan jasa, yaitu berfungsi menyediakan informasi kuantitatif yang pada dasarnya bersifat keuangan dari suatu satuan usaha atau organisasi tertentu, informasi tersebut akan dapat dipakai oleh pihak eksternal maupun pihak internal untuk pengambilan keputusan dengan memilih beberapa alternatif Sedangkan dipandang dari segi kegiatan pengolahan data akuntansi : Akuntansi adalah proses pencatatan dan penggolongan, peringkasan dan penyajian dalam bentuk laporan keuangan dan laporan-laporan lainnya atas transaksi keuangan suatu satuan usaha atau organisasi dengan cara yang sistematis, serta meliputi pula analisis dan interpretasi informasi yang disajikan dalam laporan tersebut Oleh karena akuntansi manajemen merupakan bagian dari akuntansi maka akuntansi manajemen juga dapat dipandang sebagai tipe akuntansi dan tipe informasi. 2.3 Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen : perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut

akuntansi manajemen. Informasi akuntansi manajemen ini disajikan kepada manajemen perusahaan dalam berbagai laporan keuangan seperti anggaran, laporan penjualan, laporan biaya produk, laporan biaya menurut pusat pertanggungjawaban. 2.3.1 Penggolongan Informasi Akuntansi Manajemen Mulyadi (2001:16) mengemukakan bahwa informasi akuntansi manajemen dikelompokan menjadi 3 golongan : 1. Informasi akuntansi penuh (Full Accounting Information) 2. Informasi akuntansi diferensial (Differential Accounting Information) 3. Informasi akuntansi pertanggungjawaban (Responsibility Accounting Information) Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau kegiatan maka akan menghasilkan konsep informasi akuntansi penuh. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih akan menghasilkan konsep informasi akuntansi diferensial yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pembuatan keputusan pemilihan alternatif. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang yang dimiliki oleh manajer, dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi prilaku manusia dalam organisasi. Apabila informasi akuntansi manajemen digolongkan berdasarkan perspektif waktunya, menurut Supriyono (2001:7) informasi akuntansi manajemen dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Informasi historis 2. Informasi masa depan Informasi historis menyajikan informasi mengenai apa yang sudah terjadi, sedangkan informasi masa depan menyajikan informasi mengenai estimasi apa yang diharapkan akan terjadi dimasa depan. Informasi masa lalu mempunyai karakteristik untuk pengarahan perhatian, sedangkan informasi masa depan menekankan pada informasi penyelesaian masalah.

2.3.2 Sifat Informasi Akuntansi Manajemen Menurut Supriyono (2001:15) beberapa sifat informasi akuntansi manajemen yaitu : 1. Untuk tujuan yang berbeda diperlukan informasi yang berbeda 2. Angka-angka akuntansi merupakan taksiran 3. Pemakai informasi bekerja atas dasar informasi yang tidak lengkap 4. Informasi akuntansi hanya merupakan salah satu informasi 5. Hanya manusia, dan bukanlah informasi, yang membuat sesuatu terlaksana Untuk tujuan yang berbeda diperlukan informasi yang berbeda Tidak ada satu informasi yang dapat untuk memenuhi semua tujuan pembuatan keputusan. Jika tujuan pembuatan keputusan berbeda maka diperlukan informasi yang berbeda pula. Informasi yang relevan untuk tujuan pembuatan keputusan tersebut umumnya berbeda dengan informasi relevan untuk tujuan lainnya. Keadaan ini menimbulkan banyak jenis informasi relevan. Angka-angka akuntansi merupakan taksiran Angka-angka yang disajikan oleh akuntansi sebagian besar merupakan taksiran sehingga angka tersebut tidak merupakan angka yang teliti dan tepat. Informasi mengenai jumlah uang tunai yang dimiliki perusahaan pada masa lalu atau saat ini biasanya dapat ditentukan dengan teliti dan tepat. Namun sebagian besar angka-angka tersebut dipengaruhi oleh estimasi dan metode akuntansi yang digunakan organisasi. Informasi akuntansi manajemen untuk pembuatan keputusan berhubungan dengan masa depan yang mengandung ketidakpastian, sehingga prediksi masa depan memegang peran penting. Oleh karena itu, angka-angka yang disajikan oleh manajemen untuk pembuatan keputusan merupakan angka-angka taksiran.

Pemakai Informasi Bekerja Atas Dasar Informasi yang Tidak Lengkap Manajemen membuat keputusan atas dasar data yang tidak lengkap. Pembuatan keputusan pada dasarnya adalah pemanfaatan kesempatan yang timbul, oleh karena itu pembuatan keputusan harys mendasarkan keputusan pada informasi relevan yang tersedia tanpa menunggu informasi tersebut lengkap. Informasi Akuntansi Hanya Merupakan Salah Satu Informasi Informasi akuntansi bukan satu-satunya informasi yang digunakan untuk pembuatan keputusan meskipun informasi akuntansi merupakan informasi yang sangat penting, namun informasi tersebut hanya merupakan kuantitatif non-akuntansi, dan informasi non kuantitatif. 2.4 Informasi Akuntansi Penuh 2.4.1 Pengertian Informasi Akuntansi Penuh Informasi akuntansi penuh selalu bersangkutan dengan objek informasi. Objek informasi dapat berupa produk, keluarga produk, kegiatan, departemen, divisi, atau perusahaan secara keseluruhan. Mulyadi (2001:48) memberikan definisi informasi akuntansi penuh sebagai berikut: Informasi akuntansi penuh adalah seluruh aktiva, seluruh pendapatan yang diperoleh dan /atau seluruh sumber yang dikorbankan suatu objek informasi Dari definisi informasi akuntansi penuh mencakup informasi mengenai aktiva disebut informasi aktiva penuh (full assets information). Informasi akuntansi penuh yang hanya menyangkut pendapatan disebut pendapatan penuh (full revenue information), sedangkan informasi akuntansi penuh yang hanya menyangkut biaya disebut dengan informasi biaya penuh (full costs information).

2.4.2 Manfaat Informasi Akuntansi Penuh Menurut Mulyadi (2001:16) informasi akuntansi penuh dapat mencakup informasi historis dan masa depan. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa lalu bermanfaat untuk: pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis kemampuan menghasilkan laba, pemberian jawaban atas pertanyaan berapa biaya yang telah dikeluarkan untuk sesuatu, dan penentuan harga jual dalam cost-type contract. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi yang akan datang bermanfaat untuk: penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer, dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah 2.5 Biaya Penuh 2.5.1 Pengertian Biaya Sebelum membahas lebih lanjut mengenai penggunaan informasi akuntansi penuh khususnya dalam menganalisis biaya penuh untuk penetuan laba pada harga transfer. Penulis terlebih dahulu akan membahas pengertian biaya dan klasifikasi biaya, karena informasi yang diperlukan untuk tujuan tersebut banyak berhubungan dengan biaya (cost). Menurut Horngren dan Sundem (1993:12) A cost may be defined as sacrifice or giving up of resources for particular purpose, frequently measured by the monetary units that must be paid for goods and services Menurut Kusnadi (1999:8) pengertian biaya yaitu : Biaya didefinisikan sebagai manfaat (benefit) yang dikorbankan dalam rangka memperoleh barang dan jasa. Manfaat (barang dan jasa) yang dikorbankan diukur dalam rupiah melalui pengurangan aktiva atau pembebanan utang pada saat manfaat atau benefit itu diterima. Pada saat perolehan, biaya yang diukur adalah untuk manfaat atau benefit sekarang dan masa yang akan datang

Menurut Mulyadi (2005:8-9), biaya dapat didefinisikan dalam arti luas dan arti dan arti sempit : Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang mungkin terjadi untuk tujuan tertentu. Dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva Definisi biaya menurut Mulyadi tersebut terdapat empat unsur pokok, yaitu: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi 2. Diukur dengan satuan uang 3. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2000:38) Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi Adapun pengertian akuntansi biaya menurut Kusnadi (1999:2) : Akuntansi biaya adalah proses pengidentifikasian, pencatatan, perhitungan, peringkasan, pengevaluasian, dan pelaporan biaya pokok suatu produk (barang dan jasa) dengan metode dan sistem tertentu sehingga pihak manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan bisnis secara efektif dan efisien Informasi biaya penuh memberikan manfaat bagi manajer untuk pengambilan keputusan dalam menentukan harga jual menurut Sunarto (2004:176) yaitu: 1. Biaya penuh merupakan titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh pengambil keputusan. 2. Biaya penuh merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaandari kemungkinan kerugian. 3. Biaya penuh memberikan informasi yang memungkinkan manajer penentu harga jual melongok struktur biaya perusahaan pesaing. 4. Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan memasuki pasar.

Menurut Usry and Hammer (1991:34) biaya dapat diklasifikasikan yaitu : 1. The product (a single lot, batch, or unit of a good or service) 2. The volume of production 3. The manufacturing departemens, processes, cost centers, or other sub division. 4. A proposed decision, action, or evaluation. Berikut adalah penjelasan mengenai penggolongan biaya yang dapat menjelaskan informasi penting dan merupakan langkah utama dalam membuat keputusan. 2.5.2 Penggolongan biaya Untuk menyajikan informasi biaya yang bermanfaat bagi berbagai tingkatan manajemen, akuntansi biaya harus dapat menggolongkan/mengidentifikasikan biaya sesuai dengan informasi yang diperlukan manajemen. Kebutuhan informasi ini mendorong timbulnya berbagai cara klasifikasi biaya, sehingga dikenal konsep klasifikasi biaya yang berbeda tujuan yang berbeda (different cost classification for different purpose). Mulyadi (2005:13) menggolongkan biaya menjadi 5 bagian yaitu penggolongan biaya menurut : 1. Objek pengeluaran 2. Fungsi pokok dalam perusahaan 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan volume kegiatan 5. Jangka waktu manfaatnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Adalah penggolongan biaya yang paling sederhana yaitu berupa penjelasan singkat mengenai objek suatu pengeluaran. Misalkan nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan - Biaya produksi, yaitu biaya yang terjadi berhubungan dengan proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Biaya produksi dibagi menjadi : 1. Biaya bahan baku 2. Biaya tenaga kerja 3. Biaya overhead pabrik Biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung disebut biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik disebut convertion cost. - Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh : gaji karyawan bagian akuntansi. - Biaya pemasaran, biaya ini dikeluarkan sehubungan dengan usaha untuk mendapatkan pesanan. Biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran disebut biaya komersial. 3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau suatu departemen. Dalam hubungannya dengan produk, biaya produksi dibagi menjadi dua bagian, yaitu : biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung. - Biaya produksi langsung, merupakan biaya yang disebabkan karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari : biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. - Biaya produksi tidak langsung, merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Contoh biaya produksi tidak langsung adalah biaya overhead pabrik.

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya digolongkan menjadi: - Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Sebagai contoh : biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku - Biaya semi variabel Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas. Biaya semi variabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. - Biaya semifixed Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegitan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu. - Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5 Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaat Berdasarkan hal ini biaya dapat dibagi menjadi : - Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Contoh : pembelian mesin. - Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) adalah biaya yang hanya mempunyai masa manfaat dalam satu periode akuntansi saja. Contoh :biaya promosi.

2.5.3 Pengertian Biaya Penuh Menurut Sunarto (2004:25) definisi biaya penuh adalah : Biaya penuh (Full cost) adalah jumlah biaya langsung obyek informasi ditambah biaya tidak langsung yang menjadi beban obyek informasi Sedangkan menurut Supriyono (2001:9) Biaya penuh meliputi biaya langsung dan biaya tidak langsung yang berhubungan dengan produk, segmen, divisi atau aktivitas lainnya Adapun pengertian biaya langsung dan tidak langsung menurut Supriyono (2001:9) adalah : Biaya langsung adalah biaya yang manfaat atau terjadinya dapat diidentifikasikan secara langsung atau dapat diikuti jejak manfaatnya pada produk, atau segmen, atau divisi, atau aktivitas tertentu. Biaya tidak langsung adalah biaya yang manfaatnya dinikmati bersama oleh beberapa jenis atau kelompok produk, atau beberapa segmen, atau beberapa aktivitas lainnya Berdasarkan pada beberapa definisi di atas maka biaya penuh adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh sesuatu manfaat baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan obyek yang dihasilkan. Biaya penuh (full cost) dapat pula dihitung dengan menggunakan pendekatan variabel costing dalam perhitungan kos produksinya. Variabel costing merupakan salah satu metode penentuan kos produk, disamping full costing, yang membebankan hanya biaya produksi yang berperilaku variabel saja kepada produk. 2.5.4 Penggolongan Biaya Penuh Menurut Supriyono (2001:10) informasi biaya penuh dapat digolongkan menjadi dua yaitu : Biaya penuh historis dan biaya penuh masa depan atau yang diprediksikan. Biaya penuh historis adalah biaya penuh yang sudah terjadi dimasa

lalu. Biaya penuh historis digunakan untuk penyajian laporan keuangan kepada pihak luar, penganalisisan prestasi ekonomi, dan cost-type contract. Biaya penuh masa depan atau biaya penuh yang diprediksikan adalah biaya penuh yang diprediksikan akan terjadi dimasa depan. Informasi biaya penuh yang diprediksikan bermanfaat untuk penyusunan program, keputusan harga jual normal. 2.5.5 Sistem Biaya Standar Sistem biaya standar merupakan suatu sistem akuntansi biaya yang mengolah informasi sedemikian rupa sehingga manajemen dapat mendeteksi kegiatan-kegiatan dalam perusahaan yang biayanya menyimpang dari biaya standar yang ditentukan. Sistem akuntansi biaya ini mencatat biaya sesungguhnya terjadi dan menyajikan perbandingan antara biaya standar dan biaya sesungguhnya serta menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar. 2.5.5.1 Pengertian Biaya Standar Adapun pengertian biaya standar menurut Mulyadi (2005:387) Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu. Sedangkan menurut Henry Simamora biaya standar adalah: Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka (predetermined cost) untuk bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrikasi Menurut Usry and Hammer (1991:562) biaya standar adalah : Standard cost is the predetermined cost of manufacturing a single unit or a specific quantity of product during a specific period

Dari beberapa definisi di atas maka dapat dipahami bahwa biaya standar merupakan biaya yang secara normal dianggap sebagai biaya yang seharusnya terjadi untuk memproduksi satu satuan produk dimana biaya ini ditetapkan sebelum biaya sesungguhnya terjadi. 2.5.5.2 Manfaat Biaya Standar Menurut Mulyadi (2005:388) manfaat biaya standar dalam pengendalian biaya adalah: 1. Sistem biaya standar dirancang untuk mengendalikan biaya 2. Sistem Biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen 3. Sistem biaya standar yang menyajikan analisis penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar Jadi biaya standar merupakan alat yang penting di dalam menilai pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika biaya standar ditentukan dengan realistis, hal ini akan merangsang pelaksanaan dalam melaksanakan pekerjannya dengan efektif, karena pelaksana telah mengetahui bagaimana pekerjaan seharusnya dilaksanakan, dan pada tingkat biaya berapa pekerjaan tersebut seharusnya dilaksanakan. Sedangkan kelemahan biaya standar menurut Mulyadi (2005:389) adalah : 1. Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat. Meskipun telah ditetapkan dengan jelas jenis standar apa yang ditentukan oleh perusahaan, tetapi tidak ada jaminan bahwa standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan dengan keketatan atau kelonggaran yang relatif sama. 2. Seringkali standar cenderung menjadi kalau atau tidak fleksibel, meskipun dalam jangka waktu pendek. Keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan perbaikan standar jarang sekali dilakukan. 3. Perubahan standar sering menimbulkan masalah persediaan. Sebagai contoh suatu perubahan dalam harga bahan baku memerlukan penyesuaian terhadap persediaan, tidak saja persediaan bahan baku, tetapi juga persediaan produksi dalam proses dan produk jadi yang berisi bahan baku tersebut.

4. Jika standar sering diperbaiki, hal ini menyebabkan kurang efektifnya standar tersebut sebagai alat pengukur pelaksana. Tetapi jika tidak diadakan perbaikan standar pada hal telah terjadi perubahan yang berarti dalam produksi, maka akan terjadi pengukuran pelaksanaan yang tidak tepat dan tidak realistis. Kelemahan biaya standar perlu dipahami supaya dapat diminimalkan sehingga kelemahan ini tidak menghilangkan manfaat dari biaya standar dan menimbulkan masalah-masalah di dalam perusahaan seperti jika manajer terlalu berpedoman pada bagaimana cara untuk mencapai biaya standar yang telah ditentukan sehingga mengakibatkan manajer tidak lagi memperhatikan kualitas produk dan ini akan dapat berpengaruh pada tujuan perusahaan secara keseluruhan. Jadi agar biaya standar ini dapat dimanfaatkan secara optimal diperusahaaan maka manajer harus memperhatikan tingkat fleksibilitas dari biaya standar jangan terlalu kaku atau pun terlalu longgar namun harus dapat disesuaikan dengan keadaan yang ada dalam perusahaan sendiri maupun yang terjadi diluar perusahaan. Jadi biaya standar bukanlah merupakan aktual atau biaya historis, meskipun pengalaman yang lalu dapat merupakan faktor dalam menetapkan harga. Untuk menetapkan biaya standar dengan efektif, diperlukan kerjasama diantara para staf dari dua atau beberapa bagian perusahaan yang telah terlatih dan berpengalaman diantaranya staf bagian produksi, staf bagian akuntansi, staf bagian pemasaran, dan staf bagian pembelian. Menurut Mulyadi (2005:391-393) prosedur penentuan biaya standar meliputi: 1. Biaya bahan baku standar Biaya bahan baku standar terdiri dari : - Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah keluaran tertentu (standar kuantitas)

- Harga atau satuan masukan fisik tersebut (standar harga) Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan : - Penyelidikan teknis - Analisis catatan masa lalu dalam bentuk : a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang sama dalam periode tertentu dimasa lalu b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu c. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan yang paling baik Sedangkan harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa : - Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya untuk jangka waktu 1 tahun - Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar - Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang Harga standar bahan baku digunakan untuk : a. Mengecek pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian b. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba perusahaan 2. Biaya tenaga kerja standar Biaya tenaga kerja terdiri dari dua unsur yaitu jam tenaga kerja standard an tarif upah standar. Jam tenaga kerja standar dapat ditentukan dengan cara : a. Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dari kartu harga pokok (cost sheet) periode yang lalu b. Membuat test run operasi produksi dibawah keadaan normal yang diharapkan

c. Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai karyawan dibawah keadaan nyata yang diharapkan d. Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan pengetahuan operasi produksi dan produk Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar : a. Perjanjian dengan organisasi karyawan b. Data upah masa lalu, yang dapat digunakan sebagai tari upah standar adalah rata-rata hitung, rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu c. Penghitungan tariff upah dalam keadaan operasi normal 3. Standar overhead pabrik Penentuan tariff upah standar biaya overhead pabrik dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut : 1) Menyusun anggaran biaya overhead pabrik. Dalam menyusun anggaran biaya overhead pabrik harus memperhatikan tingkat kapasitas yang akan digunakan. Terdapat 3 tingkat kapasitas yang dapat digunakan sebagai dasar penaksiran biaya overhead, yaitu : - Kapasitas teoritis (theoretical capacity) adalah kapasitas pabrik untuk berproduksi dalam jangka panjang pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu. - Kapasitas normal (nomal capacity) adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dalam jangka panjang - Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (excepted actual capacity) adalah kapasitas produksi sesungguhnya yang diharapkan dapat dicapai pada tahun yang akan datang. 2) Memilih dasar pembebanan biaya overhead produk

Dasar pembebanan yang dapat dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik kepada produk, menurut Mulyadi (2005:199-202) di antaranya adalah : a. Satuan produk b. Biaya bahan baku c. Biaya tenaga kerja langsung d. Jam tenaga kerja langsung e. Jam mesin 3) Menghitung biaya overhead pabrik : a. Jika dasar pembebananya satuan produk : b. Jika dasar pembebananya biaaya bahan baku : c. Jika dasar pembebananya biaya tenaga kerja : d. Jika dasar pembebananya jam tenaga kerja langsung e. Jika dasar pembebanannya jam mesin 4) Standar biaya pemasaran Penetapan standar biaya pemasaran dapat didasarkan atas : a. Taksiran-taksiran yang didasarkan atas keahlian, pengalaman, dan pengetahuan tentang polusi pasar dan metode-metode penjualan b. Analisis yang cermat atas pengalaman masa lalu Beberapa contoh standar biaya pemasaran adalah sebagai berikut : - Biaya penjualan perunit yang dijual - Biaya penjualan sebagai suatu persentase dari penjualan bersih - Biaya perhari - Biaya perkilo meter yang ditempuh - Biaya perorder yang ditempuh - Biaya perorder penjualan 5) Standar biaya administrasi dan umum Standar biaya administrasi dan umum dapat ditetapkan melalui:

a. Penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kegiatan atau fungsi administrasi b. Analisis yang cermat atas pengalaman masa lalu Cara pendekatan yang umum untuk mengendalikan biaya administrasi pada dasarnya adalah sama dengan cara untuk mengendalikan biaya penjualan dan biaya produksi, yaitu dengan menetapkan suatu standar yang sesuai untuk setiap fungsi atau operasi yang akan diukur. Contoh berbagai jenis standar tersebut adalah : a. Fungsi pembeli : Biaya order pembelian b. Fungsi pembukuan faktur :Biaya perlaporan yang diselesaikan c. Fungsi personalia : Biaya perkaryawan yang diperkerjakan d. Fungsi transportasi : Biaya perpengiriman e. Fungsi pengupahan : Biaya perkaryawan f. Fungsi ketatausahaan : Biaya perhal yang ditangani atau arsip 2.6 Pusat Pertanggungjawaban 2.6.1 Pengertian Pusat pertanggungjawaban Menurut Anthony Robert N dan Vijay Govindarajan (1998:183) Responsibility center refer to any organization unit that is headed by a responsible manager Dengan kata lain, pusat pertanggungjawaban mengacu pada unit-unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab. Sedangkan menurut supriyono (2000:326), pusat pertanggungjawaban adalah : Unit organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab atas aktivitas-aktivitas pisat pertanggungjawaban

Kumpulan pusat pertanggungjawaban ini membentuk suatu hirarki. Pada level bawah dalam suatu organisasi perusahaan terdapat pusat pertanggungjawaban untuk para seksi, para karyawan, dan unit organisasi kecil lainnya. Pada level menengah terdapat departemen atau divisi yang terdiri dari beberapa orang atau unit-unit organisasi yang lebih kecil, ditambah staf-staf departemen atau divisi dan manajer, secara keseluruhan, unit yang lebih besar ini juga merupakan pusat pertanggungjawaban. Kemudian dari sudut manajemen puncak dan dewan direksi, keseluruhan perusahaan merupakan pusat-pusat pertanggungjawaban, namun istilah tersebut pada dasarnya diperuntukan bagi unit-unit kecil, atau dengan level bawah pada suatu organisasi. Keberadaan pusat pertanggungjawaban adalah untuk mencapai satu atau lebih maksud tertentu dan maksud tertentu itulah yang disebut sebagai tujuan mereka. Rupanya, tujuan dari setiap pusat pertanggungjawaban nantinya akan membantu mencapai tujuan dari perusahaaan secara keseluruhan. Tujuan secara keseluruhan tersebut terlihat dari proses perencanaan strategis, dan itu diasumsikan sebagai hal yang tidak bisa dipungkiri sebelum memulai proses pengendalian manajemen. 2.6.2 Jenis-jenis pusat pertanggungjawaban Secara garis besar, pusat pertanggungjawaban dikelompokan menjadi empat macam, yaitu pusat biaya, pusat pendapatan, pusat laba dan pusat investasi. Klasifikasi ini timbul berdasarkan kegiatan dan kinerja yang dilakukan masingmasing pusat pertanggungjawaban. Pusat pendapatan (Revenue centers) Menurut Supriyono (2001:331) Pusat pendapatan adalah suatu pusat pertanggungjawaban yang kinerja manajernya dinilai atas dasar pendapatan dalam pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya

Pusat pendapatan ditemukan terutama dalam organisasi pemasaran. Anggaran, kuota penjualan adalah hal yang dipersiapkan untuk penjualan atau pembukuan pesanan, bagi pusat pendapatan secara keseluruhan, dan bagi individu tenaga penjual yang bekerja didalamnya, dan penjualan actual atau pesanan akan dibandingkan dengan apa yang ada dalam anggaran. Manajer pusat pendapatan diukur kinerjanya dari pendapatan yang diperoleh pusat pertanggungjawaban dan tidak dimintai pertanggungjawaban mengenai masukannya, karena dia tidak dapat mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Contohnya adalah departemen pemasaran bertanggung jawab mengenai biaya yang terjadi didepartemennya, karena biaya seringkali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh departemen tersebut. Pusat Biaya (Cost centers) Menurut Henry Simamora (1999:254) Pusat biaya merupakan pusat pertanggungjawaban dimana manajer departemennya atau divisi diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut Dalam pusat biaya, manajer departemen atau divisi diserahi tanggung jawab untuk mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan otoritas untuk mengambil keputusan-keputusan yang mempengaruhi biaya tersebut. Pengidentifikasian sebuah pusat pertanggungjawaban sebagai sebuah pusat biaya tidaklah berarti bahwa manajernya hanya bertanggung jawab atas pengendalian biaya belaka. Seorang manajer bagian pembelian bertanggung jawab untuk mengevaluasi dan memilih pemasok bahan baku, dan karena itu bertanggung jawab pula atas mutu bahan baku dan komponen yang dikirimkan oleh pemasok. Pusat Laba (Profit centers) Menurut Henry Simamora (1999:256)

Pusat laba adalah pertanggungjawaban dimana kinerja keuangan diukur dari segi labanya, yang merupakan perbedaan antara pendapatan dan beban Manajer pusat laba diukur kinerjanya dari selisih antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Oleh karena itu dalam pusat laba, baik masukan maupun keluarannya diukur dalam satuan rupiah untuk pengukuran kinerja manajer pusat laba, pendapatan yang digunakan sebagai komponen perhitungan laba tidak selalu harus berasal dari penjualan produk atau jasa kepada pihak luar perusahaan. Pusat Investasi (Investment centers) Menurut Henry Simamora (1999:257) Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dimana manajernya memiliki tanggung jawab dan otoritas atas pengambilan keputusankeputusan yang mempengaruhi tidak hanya biaya dan pendapatan saja, tetapi juga asset yang diinvestasikan alam pusat pertanggungjawaban Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa rasio antar laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Ukuran ini disebut dengan kembalian investasi (return on investment disingkat ROI) yang rumusnya adalah laba dibagi investasi. 2.7 Konsep Harga Transfer 2.7.1 Pengertian Harga Transfer

Menurut Anthony Robert N dan Vijay Govindarajan (1998:183) yang pengertian harga transfer adalah : Transfer price refer to amount used in accounting for any transfer of good and services between responsibility centers Menurut Supriyono (2001:93) Dalam arti luas, harga transfer adalah nilai barang dan jasa yang ditransfer oleh suatu pusat pertanggungjawaban ke pusat pertanggungjawaban yang lain. Dalam arti sempit, harga transfer adalah nilai barang dan jasa yang ditransfer antara dua divisi (pusat laba) atau lebih Menurut Usry and Hammer (1991:875) Transfer price is simply a price set by centrl management Menurut Mulyadi (2001:381) harga transfer diartikan : Dalam arti luas harga transfer meliputi harga produk atau jasa yang ditransfer antarpusat pertanggungjawaban dalam perusahaan. Dalam arti sempit harga transfer merupakan harga barang dan jasa yang ditransfer antarpusat laba dalam perusahaan yang sama Dari berbagai definisi di atas maka dapat dipahami bahwa harga transfer adalah harga jual khusus yang dipakai dalam pertukaran antara divisi yang menjual barang dan jasa kepada divisi. 2.7.2 Tujuan Penetuan Harga transfer Menurut Supriyono (2001:92) suatu sistem harga transfer yang baik harus mencapai tujuan sebagai berikut :

1. Memberikan informasi yang relevan bagi para manajer sistem harga transfer dapat memberikan informasi relevan yang diperlukan oleh setiap divisi untuk menetukan harga transfer. 2. Mencapai Keselarasan tujuan Sistem harga transfer dapat memotivasi manajer divisi penjual, divisi pembeli, dan mungkin manajer pusat untuk membuat keputusan harga transfer yang sehat. Tindakan manajer divisi tertentu untuk meningkatkan laba divisinya juga dapat meningkatkan laba perusahaan secara keseluruhan jadi diharapkan timbul kesesuaian tujuan. 3. Mengukur kinerja ekonomi divisi Sistem harga transfer dapat menghasilkan laporan laba setiap divisi individual yang secara layak mengukur prestasi laba divisi laba dan kontribusinya terhadap laba perusahaan secara keseluruhan 4. Mengukur kinerja manajer divisi Sistem harus mendorong peningkatan kinerja divisi karena harga transfer dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan pembuatan keputusan dan pengendalian 5. Sederhana dan mudah Sistem harga transfer harus sederhana untuk dipahami dan mudah untuk diadministrasikan Dalam prakteknya tujuan-tujuan tersebut di atas sulit dicapai secara sempurna. Untuk meningkatkan laba divisi, manajer suatu pusat laba mungkin membuat keputusan yang mengakibatkan penurunan laba divisi yang lain atau mungkin juga menurunkan laba total perusahaan. Penentuan harga transfer dapat mengurangi masalah tersebut tetapi tidak dapat menghilangkannya sama sekali. Oleh karena itu, sistem harga transfer harus memotivasi para manajer divisi untuk bertindak sebagaimana dia berfungsi sebagaimana dia berfungsi sebagai manajer perusahaan yang terpisah. Namun di lain pihak, manajer divisi harus bertindak untuk kebaikan perusahaan secara keseluruhan. Pencapaian tujuan yang satu biasanya mengakibatkan distorsi pencapaian tujuan lainnya. 2.7.3 Karakteristik Harga Transfer

Menurut Mulyadi (2001:382) harga transfer pada hakikatnya memiliki tiga karakteristik, yaitu : a. Masalah harga transfer hanya timbul jika divisi yang terkait diukur kinerjanya berdasarkan atas laba yang diperoleh mereka dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan dalam membentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli b. Harga transfer selalu mengandung unsur laba di dalamnya c. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi dan sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk Jadi jika perusahaan mentransfer barang atau jasa antar divisi di dalam perusahaan harus diperhatikan bahwa barang atau jasa yang ditransfer adalah unsur yang signifikan pada produk akhir sehingga akan berpengaruh pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan. Dan juga harus di perhatikan bahwa dalam menetapkan harga transfer harus mengandung unsur laba didalamnya karena dari laba yang diperoleh itulah dapat diukur kinerja divisi yang bersangkutan. 2.7.4 Metode Penentuan Harga Transfer Menurut Mulyadi (2001:384-385) ada berbagai metode penentuan harga transfer. Menurut dasar yang digunakan dalam penentuan harga transfer, berbagai metode tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua berikut ini : 1. Penentuan harga transfer atas dasar biaya (cost-based transfer pricing) 2. Penentuan harga transfer atas dasar harga pasar (market-based transfer pricing) Metode penetepan harga transfer yang digunakan dalam skripsi ini adalah penetapan harga transfer berdasarkan biaya. Metode ini digunakan untuk menganalisis biaya-biaya yang membentuk harga produksi dan laba yang terdapat didalam harga transfer yang menghasilkan suatu perhitungan yang lebih akurat dan objektif karena kalkulasi dan analisis yang dilakukan berdasarkan konsep informasi biaya penuh dimana di dalamnya terdapat biaya penuh.

2.7.5 Penentuan Harga Transfer atas Dasar biaya (cost-based transfer pricing) Menurut Supriyono (2001:103) metode penentuan harga transfer atas dasar biaya biasanya digunakan jika terdapat kondisi-kondisi sebagai berikut : 1. Pada pasar kompetitf tidak tersedia informasi harga jual produk yang ditransfer. Keadaan ini timbul jika produk yang ditransfer merupakan produk yang belum selesai sehingga tidak diperjualbelikan dipasar. 2. Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabakan oleh perselisihan antar-manajer divisi. Kesulitan ini timbul beberapa macam harga dan jika produk yang ditransfer tidak persis sama dengan yang ada di pasar. 3. Jika produk yang transfer mengandung fomula atau proses rahasia sehingga tidak diinginkan untuk diungkapkan pada pihak luar Dalam penentuan harga transfer ini, harga jual barang yang ditransfer antar divisi didasarkan pada biaya penuh produk yang ditransfer dan besarnya harga transfer ditentukan sebesar biaya ditambah laba sehingga metode ini sering dinamakan metode biaya ditambah laba : biaya penuh sesungguhnya dan biaya penuh standar. 2.7.5.1 Harga Transfer Berdasarkan Biaya Sesungguhnya Jika biaya penuh sesungguhnya dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer, kemungkinan yang dapat timbul adalah divisi pembeli akan dibebani ketidakefisienan yang terjadi didivisi penjual. Hal ini disebabkan biaya penuh sesungguhnya di divisi penjual dapat mengandung ketidakefisienan yang terjadi didivisi penjual. Oleh karena itu, biaya penuh sesungguhnya tidak baik jika digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer. Menurut Supriyono (2001:104-105) alasan pemakaian biaya sesungguhnya sebagai dasar penentuan harga transfer adalah sebagai berikut : 1. Biaya sesungguhnya dapat ditentukan dengan relatif pasti 2. Data biaya sesungguhnya dapat dapat mudah disediakan dan dapat digunakan oleh perusahaan yang menggunakan sistem akuntansi

biaya sesungguhnya maupun yang menggunakan sistem akuntansi biaya yang ditentukan dimuka 3. Dapat meniadakan perlunya penentuan harga pasar produk yang sifatnya unik atau khusus 4. Harga transfer berdasar biaya sesungguhnya mudah dipahami dan dikelola 5. Dapat diterapkan pada organisasi nirlaba Namun, disamping alasan kuat penggunaan biaya penuh sesungguhnya sebagai dasar penentuan harga transfer, terdapat beberapa kelemahan penting dasar ini. Kelemahan menurut Supriyono (2001:105) adalah sebagai berikut : 1. Tidak mendorong divisi penjual bekerja efisien. Hal ini karena jika digunakan penentuan laba berdasar persentase biaya sesungguhnya maka semakin basar pula laba divisi penjual. 2. Divisi pembeli dibebani ketidakefisienan divisi penjual. Semakin tidak efisien divisi penjual berakibat harga transfernya semakin tinggi Harga Transfer Berdasar Biaya Standar Jika biaya penuh standar dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer, divisi pembelian tidak dibebani dengan kemungkinan terjadinya ketidakefisienan di divisi penjualan. Harga transfer yang didasarkan atas biaya penuh standar dapat menimbulkan keengganan bagi divisi penjual unuk menaikan efisiensi produksinya. Jika divisi penjual memperbaiki efisiensi produksinya, biaya penuh yang dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer akan turun, dan sebagai akibatnya harga transfer akan turun. Dengan turunnya harga transfer, perbaikan efisiensi di divisi penjual akan mengakibatkan turunnya laba yang diperoleh divisi penjual. Agar memberikan dorongan bagi divisi penjual untuk menaikkan efisiensi produksinya, penurunan biaya standar sebagai hasil perbaikan efisiensi di divisi penjual tidak segera digunakan sebagai dasar baru penentuan harga transfer. Dalam jangka waktu tertentu divisi penjual diberi kesempatan untuk menikmati tambahan laba akibat perbaikan efisiensi di divisi penjual.

Menurut Supriyono (2001:106) harga transfer berdasar biaya standar memiliki keunggulan sebagai berikut : a. Memotivasi divisi penjual bekerja efisien. Biaya yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer hanya sebesar biaya standarnya sehingga jika divisi penjual bekerja tidak efisien maka ketidak efisienan tersebut diperlakukan sebagai pengurangan laba divisi penjual itu sendiri b. Divisi pembeli tidak dibebani ketidak efisienan divisi penjual. Oleh karena biaya yang digunakan sebagai dasar dalam penentuan harga transfer sebesar biaya standar maka ketidak efisienan divisi penjualan tidak dibebani kepada divisi pembeli Meskipun metode ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan besarnya harga transfer yang lebih baik dibandingkan dengan harga transfer berdasarkan biaya sesungguhnya, namun perlu diperhatikan factor-faktor ini agar metode ini dapat digunakan dengan baik : 1. Biaya standar harus disesuaikan jika terjadi perubahan tingkat harga umum yang tajam atau adanya perubahan kondisi lainnya yang mendasari penentuan harga standar 2. Harus dihindari kecenderungan divisi penjual meningkatkan efisiensi dengan cara menurunkan biaya standar, manajer kantor pusat dapat menempuh kebijaksanaan untuk tidak menurunkan harga transfer dalam jangka waktu tertentu, misalnya satu atau duia tahun, meskipun divisi penjual dapat menurunkan biaya standar Analisis Biaya Penuh dalam Penentuan Harga Transfer Untuk menetapkan laba yang terkandung dalam harga transfer diperlukan analisis yang cermat terhadap informasi yang dihasilkan oleh akuntan manajemen. Analisis biaya penuh dapat dilakukan dengan tiga metode : 1. Metode Full Costing

Jika full costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer, unsur-unsur yang diperhitungkan dalam penentuan harga transfer adalah sebagai berikut : Harga transfer = Biaya penuh + Laba y% X Aktiva penuh Biaya produksi: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik Biaya nonproduksi: Biaya administrasi & umum Biaya pemasaran Aktiva lancar Aktiva tidak lancar Sumber : Mulyadi (2001:386) Perhitungan tersebut didasarkan atas informasi akuntansi penuh sebagai berikut : ROI = Pendapatan penuh Biaya penuh Aktiva penuh Mark Up = Biaya non produksi + (ROI x Aktiva penuh) 2. Metode Variabel Costing Biaya Produksi Harga Transfer = Biaya Produksi + Mark up

Jika variabel costing dipakai sebagai pendekatan perekayasaan biaya yang digunakan sebagai dasar penentuan harga transfer, unsur-unsur yang diperhitungkan adalah : Harga transfer = Biaya penuh + laba Biaya Variabel : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Biaya overhead pabrik variabel Biaya administrasi & umum variabel Biaya pemasaran variabel Biaya tetap : Biaya overhead pabrik tetap Biaya administrasi & umum tetap Biaya pemasaran tetap Y% x Aktiva penuh Aktiva lancar Aktiva tidak lancar Sumber : Mulyadi (2001:387) Rumusan atas dasar metode tersebut adalah sebagai berikut : ROI = Pendapatan Penuh Biaya Penuh Aktiva Penuh Mark Up = Biaya Tetap + (ROI x Aktiva Penuh) Biaya variabel Harga Transfer = Biaya Variabel + Mark up 3. Metode Activity-Based Costing

Unsur-unsur yang diperhitungkan adalah : Harga transfer = Biaya penuh + Laba Y% x Aktiva penuh Unit level-activity costs Batch-related activity costs Product-sustaining activity costs Facility-sustaining activity costs Aktiva lancar Aktiva tidak lancar Sumber : Mulyadi (2001:389) Unit-level Activity Costs Biaya-biaya pada kategori ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit produk yang dihasilkan. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, biaya ini dibebankan oleh divisi penjual kepada divisi pembeli berdasarkan biaya standar dikalikan dengan jumlah produk yang sesungguhnya ditansfer oleh divisi penjual ke divisi pembeli. Batch-Related Activity Cost

Biaya-biaya dalam kategori ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang diproduksi. Besar atau kecilnya biaya ini tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order produksi. Divisi pembeli dibebani batch-related activity cost berdasarkan jumlah batch-related activity cost standar yang dikeluarkan oleh divisi penjual dalam setiap penerimaan order dari divisi pembeli. Product-Sustaining Activity Cost Biaya-biaya dalam kategori ini berhubungan dengan penelitian dan pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk agar tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dan jumlah batch produksi yang dihasilkan oleh divisi penjual. Biaya ini dibebankan kepada produk berdasarkan taksiran jumlah unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut (product life cycle). Facility-Sustaining Activity Cost Biaya-biaya pada kategori ini berhubungan dengan kegiatan untuk mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh perusahaan. Biaya ini dibebankan pada produk atas dasar unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual. ROI = Pendapatan penuh Biaya penuh Aktiva penuh Mark up = ROI x Aktiva penuh Unit level Activity cost Harga transfer = Biaya penuh + Mark up

Menurut Mulyadi (2001:385-386) jika biaya dipakai sebagai dasar penentuan harga transfer manajemen perlu mempertimbangkan tiga hal penting berikut ini : a. Metode penentuan harga transfer harus mendorong divisi penjual senantiasa melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitasnya b. Metode penentuan harga transfer harus memisahkan tanggung jawab masing-masing divisi yang terlibat. Ketidakefisienan yang terjadi di divisi penjual tidak boleh dialihkan ke divisi pembeli melalui harga transfer. c. Umumnya diperlukan aturan yang baik dalam penentuan harga transfer jika biaya dipakai sebagai dasar, karena divisi yang terlibat harus melakukan negosiasi atas dasar kondisi intern perusahaan Dari analisis biaya penuh dalam penentuan harga transfer yang telah diterapkan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Memberikan informasi bagi manajemen mengenai biaya yang akan terjadi dalam rangka melakukan aktivitas operasi perusahaan. 2. Dari informasi yang telah diperoleh manajemen memungkinkan manajemen untuk melakukan perbaikan efisiensi dan produktivitasnya. 3. Dapat memberikan informasi mengenai kalkulasi harga pokok dan penentuan laba yang lebih akurat dan relevan 4. Dapat memisahkan dengan tegas tanggung jawab masing-masing divisi.