BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Widyasari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG KESENIAN HADRO. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang terbentuk dari

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan, dikomunikasikan, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. cara hidup sehari-hari masyarakat. Kesenian tradisional biasanya bersumber pada

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian daerah merupakan suatu perwujudan kebudayaan yang memiliki nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Eksistensi budaya dalam kehidupan sosial masyarakat suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seni tidak selalu diwujudkan dalam bentuk seni musik, seni rupa, seni

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman kesenian tradidisional adalah salah satu potensi budaya yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ada sejak lama, yaitu sekira abad ke-16. Awalnya Tanjidor tumbuh dan

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2015 KESENIAN SASAPIAN PADA ACARA SALAMETAN IRUNG-IRUNG DI CIHIDEUNG PARONGPONG KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggiana Puspa Dewi, 2014 Ayo, Menari Jaipong Dengan Nyi Iteung

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan budaya, dari sabang sampai

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan hasil cipta, rasa dan karya manusia yang mmiliki nilai estestis yang sangat tinggi. Selain itu, daya kreativitas dan inovasi yang dapat menghasilkan ide-ide yang ideal. Juga memegang peranan yang sangat penting. Manusia memiliki kemampuan untuk mengkreasikan karya-karya keseniannya. Hal itu disebabkan oleh karena manusia memiliki kemampuan akal untuk membentuk konsep dan pengembangan fantasi, terutama konsep dan fantasi yang mempunyai nilai guna dan keindahan, dalam hal ini kemampuan akal yang kreatif. Tanpa hal itu, manusia tidak dapat mengembangkan cita-cita serta gagasan ideal, manusia tidak akan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan dan mengkreasikan karya-karya keseniannya (Koentjaraningrat, 1999: 105) Dari paparan di atas, dapat kita pahami bahwa seorang manusia berpotensi untuk mengembangkan segala hal yang ada disekitar lingkungannya termasuk khasanah budaya. Pengembangan yang dilakukan tentu saja harus sesuai dengan apa yang dicita-citakan dan kreativitas manusia tersebut tanpa mengurangi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Kelahiran sebuah kesenian tradisioanl dipengaruhi oleh berbagai aspek, antara lain letak geografis, mata pencaharian, kepercayaan, pola hidup, dan pendidikan. Aspek yang paling menonjol dalam aspek kesenian tradisioanl ini adalah mata pencaharian. Masyarakat Indonesia mayoritas bermata pencaharian sebagai masyarakat peladang atau petani. Kehidupannya bersifat agraris dan tradisional yang masih kental dengan nilai-nilai budaya warisan nenek moyang. Mereka percaya bahwa kebiasaan yang dilakukan para leluhur merupakan suatu budaya yang diantaranya melahirkan keanekaragaman kesenian tradisional. Kesenian sebagai unsur kebudayaan dalam perjalannya mengalami perkembangan dari masa ke masa baik dalam bentuk penampilannya, alat-alat yang digunakan ataupun aturan-aturan pokok yang terkandung dalam suatu kesenian. Bila

2 dilihat dari perkembangannya, ada yang dikenal sebagai seni tradisional yaitu suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah dirasakan sebagai milik sendiri oleh masyarakat lingkungnnya, pengolahannya didasarkan atas masyarakat pendukungnya (Kasim. A, 1981: 36). Seiring dengan pertumbuhannya, kesenian tradisiona diwariskan secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Yoeti (1986: 13): Kesenian tradisional adalah kesenian yang sejak lama turun menurun hidup dan berkembang pada suatu daerah masyarakat etnik tertentu yang perwujudannya mempunyai peranan tertentu dalam masyarakat pendukungnya. Berdasarkan uraian tersebut kesenian tradisional merupakan modal kekayaan budaya bangsa yang seharusnya dipelihara, ditumbuhkan dan dikembangkan terus menerus. Hal ini bertujuan agar kesenian tradisional tetap utuh dan tidak punah tergeser oleh hiburan alternatif yang dianggap lebih modern seperti pop, disco, hiphop, jazz dan dance. Oeh sebab itu kesenian tradisional harus dipertahankan kelestariannya dikarenakan kesenian tradisional memiliki nilai-nilai, adat, tradisi, kearifan lokal atau norma-norma luhur yang berlaku. Sesuai dengan pendapat Sedyawati (2007:183) bahwa: Kebudayaan yang hidup dan berkembang pada suku bangsa di tiap daerah di sebut kebudayaan local. Kebudayaan local disebut juga sebagai kebudayaan nasional, biasanya diambil dari puncak-puncak kebudayaan daerah yang dikumpulkan dan menjadi sebuah kebudayaan nasional. Budaya lokal ini memiliki nilai-nilai adat, tradisi, kearifan atau norma-norma luhur yang berlaku. Pada kenyataannya kesenian tradisional tidak mudah untuk mempertahankan keberadaannya dan dihadapkan pada tembok besar yang bernama globalisasi. Derasnya arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia. Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif. Pilihan hiburan yang yang beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya Masyarakat tidak tertaril lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang

3 sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Banyaknya tawaran hiburan alternatif akibat adanya globalisasi, ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya, sehingga keberadaan kesenian tradisional saat ini kurang mendapat tempat dihati masyarakat. Berkembangnya zaman secara perlahan akan berpengaruh terhadap keadaan seni dan tradisi. Tidak sedikit jenis kesenian Sunda yang pada zaman dahulu menjadi primadona sekarang sudah langka. Perubahan yang dialami oleh satu jenis kesenian tradisional, selain dipengaruhi oleh adanya pengaruh luar, tetapi juga ditentukan oleh seniman dan masyarakat pendukungnya. Kesenian tradisional ini bisa saja punah, tersingkir oleh budaya asing, atau mampu bertahan dengan menyesuaikan perkembangan zaman dengan cara merubah nilai-nilai sacral didalamnya menjadi seni pertunjukan yang menarik. (Soedarsono, 1991: 32) Kesenian tradisional pada umumnya mengalami perubahan yang sangat lambat, karena kesenian tradisional didukung oleh masyarakat yang memiliki sikap yang terikat pada aturan adat, tapi bukan berarti tidak mengalami perubahan sama sekali. Keberadaan kesenian tradisional yang semakin hari semakin ditinggalkan oleh masyarakat yang terpengaruh oleh perkembangan zaman memerlukan adanya sikap mental yang bertanggung jawab dari para pecinta seni khususnya seni Ogel yang sekarang ini mulai dilupakan keberadaannya oleh masyarakat, hal ini sesuai dengan pendapat Sedyawati berikut: Seni tradisi juga menjadi isoterik karena sebagian besar pendukungnya sudah meninggalkan dengan alasan yang dibuat-buat, bahwa seni tradisi sudah tidak sesuai lagi dengan arus perkembangan zaman, sudah tidak memadai cita rasa modern. Alangkah celaka masyarakat kita sekarang ini dengan yang lama belum dikenal, dengan yang baru sudah dikenal. Dalam kedaan seperti ini kegiatan apresiasi menjadi lebih penting (Sedyawati, 1981: 61). Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki seni budaya beraneka ragam. Keanekaragaman seni budaya sebagai cermin budaya masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai adi luhung. Hal tersebut disebabkan proses penciptaan yang konstan dan pengaruh yang besar dari budaya

4 masyarakat Jawa Barat. Kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat tumbuh dan berkembang sejalan dengan proses perkembangan zaman. Berkembangnya zaman secara perlahan akan berpengaruh terhadap keadaan seni dan tradisi. Tidak sedikit jenis kesenian Sunda pada zaman dahulu menjadi primadona sekarang sudah langka seperti seni Ogel. Ogel berasal dari kata ugal igel atau gual geol yaitu gerakan-gerakan badan yang lucu, agar para penonton menjadi gembira, penuh gelak tawa. (Soepandi dan Enoch Atmadibrata, 1995: 337). Adapun menurut kamus umum Basa Sunda Ogel adalah Reog, sarupa tontonan nu biasana ku lalaki opatan nu nyekel dog-dog bari ngabalodor diselang ku kawih (Ogel adalah Reog, berupa suatu tontonan/pertunjukan yang biasa dibawakan oleh empat orang laki-laki sambil melawak yang diselangi oleh nyanyian). Kesenian ogel merupakan seni cikal bakal menjadi kesenian Reog, namun pada bentuk penyajiannya meliputi lagu-lagu, pola tubuh dan pada alatnya ada perbedaan misalnya alat yang digunakan dalam kesenian terdiri dari dog-dog empat buah, angklung empat buah, tarompet (terompet), kecrek, dan goong. Sedangkan dalam kesenian Reog alat yang digunakan bisa berupa berupa, dog-dog, kendang, goong, dan kecrek. Dalam struktur penyajian kesenian Ogel hampir memiliki kesamaan yaitu terdiri dari beberapa bagian misalnya, pembukaan (bubuka), penyajian lagu diselingi lawak dan penutup. Perbedaan antara kesenian Ogel dengan kesenian Reog, dilihat dari penyajiannya dalam Kesenian Reog telah lepas dari komposisi motif-motif pukulan yang terdapat di atas. Perbedaan lainnya, dalam Ogel pertunjukan humornya ditempatkan pada saat para penonton telah mengantuk, sedangkan dalam Reog, kadang-kadang disajikan pada waktu sore hari ketika para penontonnya masih dalam kondisi segar. cara Di era globalisasi saat ini kesenian Ogel hampir tidak berkembang, walaupun masih ada tetapi itu pun susah untuk ditemui, kecuali harus dicari dan dikumpulkan terlebih dahulu karena sudah langka dan biasanya anggota kesenian Ogel tersebut

5 adalah orang-orang yang memang sudah lanjut usia. Upaya pelestarian dan pengembangan seni tradisional, terutama dalam era modernisasi dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin kuat. Dengan adanya perubahan komposisi penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian serta industrialisasi mampu menggusur aspek kehidupan budaya masyarakat setempat. Dalam kenyataannya, pembinaan kesenian tradisional dilaksanakan terlambat, sehingga banyak seni tradisi yang ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu dampak dari adanya arus transformasi seni budaya yang datang dari belahan bumi bagian barat. Grup-grup kesenian banyak yang gulung tikar karena sepinya permintaan untuk pentas. Para seniman beralih profesi menjadi petani atau pedagang secara total dan meninggalkan profesi keseniannya sehingga mereka tidak dapat mengharapkan penghasilan tambahan dari kesenian. Keadaan ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mahmud (1998: 19). Kini ada kecenderungan seni tradisional satu demi satu luruh mengundurkan diri dari panggung budaya. Berbagai usaha dilakukan untuk melestarikannya seperti pencatatan, penelitian, dan pemergelarannya kembali. Meskipun demikian masih ada jenis-jenis yang hilang yang kelihatannya tidak mungkin tertolong. Dalam bidang kesenian terjadi permasalahan yang menyangkut selera masyarakat. Sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern karena kesenian-kesenian tradisional yang masih ada dirasakan terdapat kekurangankekurangan dibanding kesenian modern yang mulai melanda masuk desa. Gejala ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masalah selera dari generasi muda. Hal ini terjadi pada kesenian Ogel yang ada di kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Kecamatan Majalaya termasuk kepada golongan daerah yang berkembang. Perkembangan perekonomian dan perindustrian tekstil yang begitu cepat didaerah ini, dengan sendirinya menjadikan Majalaya sebagai kota Sandang. Seiring dengan pergeseran niali budaya diatas secara langsung semakin menyeret keberadaan

6 kesenian. Pertumbuhan di bidang perekonomian yang begitu cepat, kurang diikuti oleh perkembangan seni budaya yang baik. Hal ini terlihat dari aspek kesenian daerah sebagai unsur penunjang budaya yang ada di Kecamatan Majalaya kurang mendapat perhatian dari berbagai pihak yang berkepentingan dalam pelestarian dan pengembangan seni dan budaya daerah. Keadaan ini pernah diungkapkan oleh salah seorang tokoh seni dan sekaligus Wakil ketua Badan Koordinasi Kesenian Indonesia (BKKNI) Kecamatan Majalaya Bapak Yuyun Wahyudin, dalam wawancara pada tanggal 11 Februari 2011. Beliau mengungkapkan bahwa kesenian di Kecamatan Majalaya pada umumnya sedang dalam kondisi transisi, dimana masyarakatnya mengalami perubahan dari budaya pertanian kekebudayaan industri. Hal ini dapat terlihat dari mata pencaharian masyarakat tersebut. Pergeseran nilai budaya tersebut akan terasa sekali akan berimbas baik secara cepat maupun lambat, pada bidang kesenian. Hal ini dipertegas dengan pendapat seorang tokoh seni yang juga sebagai pimpinan sanggar seni Sunda Wangi Bapak Aju Tarju Haryana pada hasil wawancara tanggal 12 Februari 2011, ia mengungkapkan bahwa kesenian yang sekarang diminati dan lagi ngetop misalnya, Dangdut (orkes melayu), Pop Sunda, Band dan lain-lain. Upaya pelestarian dan pengembangan kesenian Ogel, terutama dalam era modernisasi dihadapkan pada tantangan zaman yang semakin kuat. Karena adanya perubahan komposisi penduduk, tingkat pendidikan, mata pencaharian, serta industrialisasi mampu menggusur aspek hidupan budaya masyarakat setempat. Dalam bidang kesenian terjadi permasalahan yang menyangkut pada selera masyarakat. Sebagian masyarakat seleranya mulai beralih pada seni modern karena keseniankesenian tradisional yang masih ada dirasakan terdapat kekurangan-kekurangan dibanding kesenian modern yang mulai melanda masuk desa (Yoeti, 1986: 10). Gejala ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan adanya perubahan selera dari generasi muda. Hal ini terjadi pula pada Seni Ogel. Pada saat ini, perkembangan kesenian Ogel memiliki kesenjangan antara harapan dan kenyataannya. Dalam kenyataannya, pembinaan kesenian tradisional

7 Ogel dilaksanakan terlambat, sehingga banyak seni tradisi yang ditinggalkan oleh masyarakat pendukungnya. Hal tersebut bisa jadi merupakan salah satu dampak dari adanya arus transformasi seni budaya yang datang dari belahan bumi bagian barat. Grup-grup kesenian banyak yang gulung tikar karena sepinya permintaan untuk pentas. Para seniman beralih profesi menjadi petani atau pedagang secara total dan meninggalkan profesi keseniannya sehingga mereka tidak dapat mengharapkan penghasilan tambahan dari kesenian. (Yuyun, wawancara 13 Februari 2011). Seni Ogel sebagai salah satu bagian dari aspek kebudayaan masyarakat Majalaya, mengalami kesulitan dalam perkembangannya, serta dihadapkan pada problematika sebagai dampak modernisasi. Kepunahan sebuah kesenian lokal sebagai aset budaya daerah mungkin dapat terjadi jika tidak terdapatnya rasa kepedulian serta keinginan, terutama dari generasi muda selaku generasi yang bertanggungjawab untuk meneruskan kelestarian seni tradisional. Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Ada beberapa alasan penting mengapa penelitian ini penting untuk dikaji diantaranya adalah : 1. Sebagai putra daerah penulis tertarik untuk mengkaji sejarah lokal yang terdapat di Kabupaten Bandung. Hal ini bertujuan untuk memahami sejarah dan perkembangan kesenian di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung, sehingga diharapkan dengan adanya penelitian ini bisa memberikan suatu pengetahuan baru kepada generasi muda tentang kesenian Ogel. Keuntungan lain yang diperoleh dari penelitian ini adalah menambah sumber tertulis mengenai sejarah lokal yang minim akan sumber tertulis. 2. Alasan pentingnya dilakukan penelitian mengenai kesenian Ogel ini yaitu mengenai masalah pengenalan kesenian tersebut yang kurang dikenal oleh masyarakat saat ini termasuk penulis khususnya. Sehingga muncuk kekhawatiran penulis terkait dengan perubahan selera generasi muda di Kecamatan Majalaya yang lebih menyukai hal-hal yang bersifat modern. Padahal kesenian ini memiliki

8 nilai-nilai kehidupan yang keberadaan dan perkembangannya perlu mendapat perubahan. Dengan demikian, penuis berharap melalui penelitian ini dapat menumbuhkan minat masyarakat khususnya generasi muda di Kecamatan Majalaya untuk berpartisipasi dalam rangka melestarikan keberadaan Kesenian Ogel sebagai salah satu aset kebudayaan daerah Kecamatan Majalaya yang kini hampir punah. 3. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui lebih jauh tentang perkembangan kesenian Ogel, serta ingin mengetahui bagaimana upaya seniman, masyarakat setempat, dan instansi pemerintah setempat khususnya pada tahun 1988 sampai 2000. Dalam penelitian ini penulis fokuskan pada tahun 1988-2000, namun untuk melihat dinamika perkembangan yang terjadi pada kesenian ogel, tahun 1988 merupakan angka tahun yang tepat, berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan para seniman Ogel, pada tahun tersebut kesenian Ogel sedang berada pada masa jayanya, khususnya di Kecamatan Majalaya. Kesenian Ogel sangat diminati sekali oleh masyarakat baik itu untuk hajatan, pernikahan, khitanan dan juga sering dipanggil dalam acara-acara yang dilaksanakan oleh pemerintah setempat maupun dari kabupaten. Kesenian ini pernah juga mengikuti beberapa festival kesenian setingkat provinsi, berbagai macam penghargaan kesenian telah diterima. Penelitian ini kemudian penulis batasi hingga tahun 2000, mengingat perkembangan keadaan kesenian Ogel pada tahun tersebut telah dilupakan masyarakatnya sehingga generasi muda kini tidak mengetahui sama sekali kesenian itu. Disamping tidak adanya regenerasi penerus dan juga kurangnya perhatian dari para budayawan dan pemerintahan setempat. Berdasarkan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi mengenai asal usul kesenian Ogel dengan harapan bisa menarik minat anak muda untuk ikut berpartisipasi dalam melestarikan kesenian Ogel dan mengangkat kembali keberadaan kesenian Ogel ini. Maka penulis akan melakukan sebuah penelitian yang berjudul Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 1988-2000 (Sebuah tinjaun Sosial Budaya ).

9 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi objek pokok masalah utama yang ingin dikaji adalah perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya 1988-2000. Karena rumusan masalah diatas begitu luas, maka penulis menjabarkan rumusan masalah tersebut ke dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang lahirnya kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung? 2. Bagaimana perkembangan kesenian Ogel pada kurun waktu 1988-2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung? 3. Faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung? 4. Bagaimana upaya seniman, pemerintah dan masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dalam melestarikan kesenian Ogel? C. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah menjelaskan Keberadaan kesenian Ogel tahun 1988 sampai 2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. Adapun tujuan khusus dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan latar belakang lahirnya kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. 2. Memaparkan perkembangan kesenian Ogel pada kurun waktu 1988-2000 di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung. 3. Mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat perkembangan kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung.

10 4. Memaparkan upaya-upaya apa saja yang dilakukan seniman, pemerintah dan masyarakat Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung dalam melestarikan kesenian Ogel. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini ialah diharapkan kesenian Ogel yang belum dikenal secara umum oleh masyarakat bisa menjadi kesenian yang dikenal secara luas. Perkembangannya semakin maju, dan tidak hanya menjadi kesenian yang dikenal secara luas, dan tidak hanya menjadi kesenian yang tidak ada namanya tapi tidak dikenal bentuknya. Serta sebagai upaya untuk mengangkat dan melestarikan seni tradisional yang semakin lama semakin tersisih oleh kesenian dari barat (luar). Adapun secara rinci manfaat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai kesenian Ogel, latar belakang, perkembangan, dan perubahan sosial budaya mengenai kesenian ogel. 2. Memberikan motivasi kepada para seniman, khususnya seniman Ogel. Agar mereka tetap berkreasi dan mengembangkan kualitas seni Ogel sehingga dapat menjadi kesenian tradisional yang masih bertahan di tengah-tengah maraknya seni modern. 3. Untuk mahasiswa jurusan pendidikan sejarah UPI Bandung sebagai bahan apresiasi dan penyebarluasan informasi tentang keanekaragaman kesenian Ogel kususnya dan seni tradisional masyarakat pada umumnya. 4. Untuk pembaca, menambah khasanah pengetahuan mengenai budaya kesenian ogel dan perkembangan Ogel pada khususnya. 5. Untuk pemerintah daerah, diharapkan penelitian ini sedikitnya dapat membantu pemerintah setempat dalam menginventarisasikan potensi budaya yang ada diwilayahnya untuk didata lebih jauh dalam untuk menjaga dan mempertahankannya.

11 6. Menjadi bahan muatan lokal di sekolah sehingga generasi muda khususnya siswa mengenal kesenian yang berkembang di masyarakatnya. E. Struktur Organisasi Skripsi Hasil yang diperoleh melalui observasi, survey, wawancara, dan daftar pustaka, dikumpulkan dan dianalisis, kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, penulis berusaha untuk memaparkan dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah yang menjadi alasan penulis untuk melakukan penelitian, rumusan masalah yang menjadi beberapa permasalahan untuk mendapatkan data-data temuan di lapangan, pembatasan masalah guna memfokuskan kajian penelitian sesuai dengan permasalahan utama, tujuan penelitian dari penelitian yang dilakukan, metode dan tekhnik penelitian serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi. Bab II Kajian pustaka, berisi mengenai suatu pengarahan dan penjelasan mengenai topik permasalahan yang penulis teliti dengan mengacu pada suatu tinjauan pustaka melalui suatu metode studi kepustakaan, sehingga penulis mengharapkan tinjauan pustaka ini bisa menjadi bahan acuan dalam penelitian yang penulis lakukan serta dapat memperjelas isi pembahasan yang penulis uraikan berdasarkan data-data temuan di lapangan. Bab III Metodologi Penelitian, mengkaji tentang langkah-langkah yang dipergunakan dalam penulisan berupa metode penulisan dan teknik penelitian yang menjadi titik tolak penulis dalam mencari sumber serta data-data, pengolahan data dan cara penulisan. Dalam bab ini juga, penulis berusaha memaparkan metode yang digunakan untuk merampungkan rumusan penelitian, metode penelitian ini harus mampu menjelaskan langkah-langkah serta tahapan-tahapan apa saja yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan. Bab IV Hasil-hasil Peneitian dan Pembahasan. Pada bab ini akan dijelaskan mngenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai keterangan-

12 keterangan dari data-data temuan di lapangan. Data-data temuan tersebut penulis paparkan secara deskriptif untuk memperjelas maksud yang terkandung dalam datadata temuan tersebut, khususnya baik bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Penulis berusaha mencoba mengkritisi data-data temun di lapangan dengan membandingkan kepada sumber atau teori yang mendukung pada permasalahan yang penuis teliti. Bab V Kesimpulan, berisi suatu kesimpulan dari pembahasan pada bab empat dan hasil analisis yang penulis lakukan merupakan kesimpulan secara menyeluruh yang menggambarkan Perkembangan Kesenian Ogel di Kecamatan Majalaya Kabupaten Bandung tahun 1988-2000 (Suatu Tinjauan Sosial Budaya). berdasarkan rumusan masalah yang penulis ajukan dalam penelitian ini.