I. PENDAHULUAN. Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pendek, tetapi juga merupakan fenomena jangka panjang. Dalam arti, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) untuk mencapai tujuannya yaitu

I. PENDAHULUAN. Kegiatan konsumsi telah melekat di sepanjang kehidupan sehari-hari manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

I. PENDAHULUAN. aspek yang tidak terpisahkan dari perkembangan ekonomi negara terbuka. Keterbukaan ekonomi Indonesia akan membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sebagai penyimpan nilai, unit hitung, dan media pertukaran.

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

I. PENDAHULUAN. menghimpun dana dari pihak yang berkelebihan dana dan menyalurkannya

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. nasional sangatlah diperlukan untuk mengejar ketertinggalan di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. R Serfianto D. Purnomo et al. Buku Pintar Pasar Uang & Pasar Valas (Jakarta, Gramedia 2013), h. 98.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi aktivitas perekonomian ditransmisikan melalui pasar keuangan.

I. PENDAHULUAN. makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentang Bank Indonesia, dikatakan bahwa untuk memelihara kesinambungan

INFLATION TARGETING FRAMEWORK SEBAGAI KERANGKA KERJA DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini, banyak bank sentral di berbagai negara telah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA BANK INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7,

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan Bank Sentral,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. proses pertukaran barang dan jasa serta untuk pembayaran utang. Pada umumnya setiap

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengaturan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi merupakan suatu isu yang tak pernah basi dalam sejarah panjang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. moneter, bunga itu adalah sebuah pembayaran untuk menggunakan uang. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. riil, dan meningkatnya lapangan kerja sehingga mengurangi pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijaksanan moneter mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam pembangunan nasional bahwa sasaran pokok kebijaksanaa moneter adalah pemantapan stabilitas ekonomi yang senantiasa bertumpu pada trilogy pembangunan yaitu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, Kebijakan moneter merupakan kebijakan otoritas moneter atau bank sentral dalam bentuk pengendalian besaran moneter (monetary aggregates) untuk mencapai perkembangan kegiatan perekonomian yang diinginkan. Kebijakan moneter merupakan bagian integral kebijakan ekonomi makro yang dilakukan dengan mempertimbangkan siklus kegiatan ekonomi, sifat perekonomian suatu negara, serta faktor-faktor fundamental ekonomi lainnya. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI) yang telah diamandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 pada pasal 7 menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kesetabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai rupiah terhadap barang dan jasa dapat tercermin pada perkembangan laju inflasi dan stabilitas nilai rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah.

2 Kebijakan moneter dengan tujuan stabilisasi nilai rupiah mulai diterapkan sejak tahun 2000. Tujuan tunggal kebijakan moneter BI tersebut terangkum dalam kerangka strategis penargetan inflasi (inflation targeting). Penargetan inflasi adalah sebuah kerangka kerja untuk kebijakan moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada masyarakat tentang angka target inflasi dalam satu periode tertentu. Penargetan inflasi secara eksplisit menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Dalam penerapan penargetan inflasi, kerangka kebijakan moneter dijalankan dengan pendekatan berdasarkan harga besaran moneter kebijakan moneter dengan pendekatan harga menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasionalnya. Kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI rate yaitu suku bunga kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai acuan dalam menjalankan kebijakan moneter dengan tujuan kestabilan harga. Respon kebijakan moneter dinyatakan dalam perubahan BI Rate (secara konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps). Dalam kondisi untuk menunjukkan intensi Bank Indonesia yang lebih besar terhadap pencapaian sasaran inflasi, maka perubahan BI Rate dapat dilakukan lebih dari 25 bps dalam kelipatan 25 bps. Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga (target suku bunga). Stance kebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BI Rate). Dalam tataran operasional, BI Rate tercermin

3 dari suku bunga pasar uang jangka pendek yang merupakan sasaran operasional kebijakan moneter. Pengalaman buruk dibidang moneter terjadi yaitu saat krisis ekonomi dan moneter menimpa kawasan Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997-1998. Terjadinya krisis regional di hampir semua belahan asia. Krisis ini di Indonesia ditandai dengan adanya penurunan secara drastis pada nilai tukar rupiah terhadap dollar dan memilki inflasi yang rendah, yang pada akhirnya membuat kinerja perekonomian Indonesia banyak yang mengandalkan utang dalam dollar, dan pemasukan dalam rupiah pun menjadi collapse. Kondisi perekonomian seperti ini akan merambah ke semua sektor, likuidasi beberapa bank, penutupan beberapa perusahaan, PHK besar-besaran, dan harga-harga sembako yang semakin melonjak. Sehingga krisis moneter ini akan memicu terjadinya krisis sosial di masyarakat, yang akhirnya juga dapat memicu krisis politik. Pada periode bulan Juli-Agustus 1997 pemerintah menerapkan kebijakan empat kali menaikkan tingkat suku bunga Bank Indonesia. Pergerakkan suku bunga Bank Indonesia menjadi tolak ukur bagi tingkat suku bunga lainnya hingga kenaikan suku bunga Bank Indonesia ini dengan sendirinya mendorong suku bunga dana antar bank dan suku bunga deposito. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebagai dampak dari kemungkinan kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed). Suku bunga Bank Indonesia saat ini masih cukup tinggi dibandingkan suku bunga di Amerika Serikat dan negara lain sehingga masih cukup kompetitif untuk menarik investasi. Saat ini, tingkat suku bunga dalam negeri yang berkisar 5,75 % masih lebih tinggi dari Thailand yang berada dikisaran 3.0 %, Korea sekitar 2,75 %, Jepang sekitar

Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 4 minus 1,07 %, Taiwan hanya sekitar minus 0,34 % dan Singapura 0,10 %. Yang tingkat bunganya menyaingi Indonesia hanyalah RRC yang 6,00 %. Dibawah ini menunjukkan grafik pergerakan suku bunga kebijakan beberapa negara serta ditampilkan selisih antara BI rate dan Fed Funds rate : 14.00 12.00 10.00 8.00 BI rate (%) FED funds rate (%) Differential interest rate(%) Jepang (%) 6.00 4.00 2.00 RRC (%) Korea (%) Thailand(%) SIBOR(%) 0.00 Sumber: Data diolah, Lampiran 2 Gambar 1 Tingkat Suku Bunga Kebijakan Negara-negara, serta Interest Differential rate antara BI rate dengan Federal Funds rate AS Bulan Juli 2005 Indonesia mematok suku bunganya tetap pada kisaran 8,50%. Hal tersebut masih sejalan dengan tingkat inflasi Indonesia, namun pada bulan-bulan berikutnya Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan tersebut mencapai 125 bps pada bulan November 2005 yaitu 12,75% yang pada bulan Oktober 2005 sebesar 11.00% akibat dari kenaikan inflasi yang tajam, sedangkan AS mematok suku bunganya sebesar 3.26% pada bulan Juli 2005 berfluktuasi naik pada setiap bulannya hingga mencapai 5.26% pada bulan Juli 2007 dan turun secara perlahan mencapai 0.97% pada bulan Oktober 2008 akibat krisis yang dialaminya hingga sekarang Bank Sentral AS tetap mempertahankan suku bunga tersebut karena merupakan titik puncak terendah selama periode-periode sebelumnya dan tidak

5 memungkinkan untuk menurunkan suku bunga kebijakannya yang dapat menyebabkan makin melemahnya perekonomian, khususnya di sektor keuangan. Grafik tersebut menunjukkan bahwa pergerakan suku bunga Bank Indonesia sejalan dengan pergerakan Fed funds rate. Perbedaan tingkat suku bunga dalam negeri dan luar negeri dapat memperlambat arus modal masuk maupun keluar, misalnya suku bunga dalam negeri lebih rendah daripada suku bunga luar negeri, maka para pemegang modal akan memindahkan modalnya, sehingga terjadi tekanan dalam nilai mata uang dalam negeri yang cenderung depresiasi. Menurut Laksmono, 2001 (dalam Erawati & Lewelyn, 2002) nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang fleksibel. Untuk mengatasi hal tersebut Bank Sentral melakukan intervensi atau campur tangan dengan menaikkan suku bunga dalam negeri agar tidak terjadi pelarian modal keluar negeri (capital flight) karena suku bunga dalam negeri terlalu kecil. Inflasi merupakan salah satu sasaran dalam perekonomian Indonesia. Pengujian empiris mengungkapkan bahwa pengaruh inflasi terhadap suku bunga mempunyai hubungan yang lebih stabil dibandingkan dengan agregat moneter. Upaya untuk menekan fluktuasi tingkat suku bunga tergantung pada keberhasilan mengendalikan gejolak di pasar uang. Tingkat laju inflasi ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa yang mencerminkan perilaku para pelaku pasar atau masyarakat. Salah satu faktor yang

6 mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut adalah ekspektasi terhadap laju inflasi di masa yang akan datang. Ekspektasi laju inflasi yang tinggi akan mendorong masyarakat untuk mengalihkan aset finansial yang dimilikinya menjadi asset riil, seperti tanah, rumah, dan barang-barang konsumsi lainnya. Begitu juga sebaliknya ekspektasi laju inflasi yang rendah akan memberikan insentif terhadap masyarakat untuk menabung serta melakukan investasi pada sektor-sektor produktif. Ekspektasi masyarakat terhadap inflasi di masa yang akan datang antara lain dapat dilihat dari perkembangan suku bunga nominal. Suku bunga nominal ini mencerminkan suku bunga riil ditambah ekspektasi inflasi. Dengan demikian, perkembangan suku bunga nominal dapat digunakan sebagai indikator ekspektasi masyarakat. inflasi % 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 inflasi % Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI, Data diolah Gambar 2 Tingkat Inflasi di Indonesia Gambar tersebut menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat inflasi yang berfluktuasi. Terlihat dari pergerakan grafik yang berubah-ubah setiap bulannya. Inflasi tertinggi terjadi di Indonesia, yaitu mencapai sebesar 18,38% (yoy) pada bulan November 2005. Selain karena kebijakan pengurangan subsidi minyak juga karena peningkatan harga minyak yang sangat tinggi, melonjaknya laju inflasi di Indonesia diantaranya dipicu pula oleh penyesuaian harga administered barang-

7 barang lainnya. Peningkatan inflasi tersebut terjadi hingga bulan September 2006 mencapai 14,55% dan kemudian turun pada Oktober 2006 sebesar 6,29% karena telah terjadi kestabilan harga. Namun juga sempat naik kembali pada bulan September 2008 sebesar 12,14% diakibatkan oleh naiknya harga BBM yang memicu kenaikan harga pangan. Kestabilan inflasi merupakan hal terpenting bagi Bank Indonesia. Apabila inflasi tidak dalam basis yang ditentukan maka Bank Indonesia akan mengintervensi melalui suku bunga kebijakan. Suku bunga nominal dinaikan pada saat inflasi meningkat yang akan mendorong masyarakat untuk melakukan investasi ke sektor produktif agar dapat memenuhi permintaan yang terjadi di pasar. Berbagai perubahan mendasar yang terjadi dalam perekonomian Indonesia telah menyebabakan efektivitas kebijakan moneter yang selama ini ditempuh menjadi kurang efektif (Sarwono dan warjiyo, 1998). Sehubungan dengan hal tersebut, paradigma lama yang menyatakan bahwa otoritas moneter dapat mempengaruhi permintaan aggregat melalui pengendalian uang beredar (M1 dan M2) sebagai sasaran antara dan uang primer (M0) sebagai sasaran operasional perlu dikaji ulang (Boediono, 1994). Dalam kondisi tersebut, peranan suku bunga menjadi semakin penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter. Kebijakan moneter yang mempengaruhi suku bunga nominal jangka pendek akan mengubah ekspektasi masyarakat terhadap laju inflasi atau suku bunga riil jangka panjang (Boediono, 1998). Selanjutnya, hal tersebut akan mengubah pola konsumsi dan investasi masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini pemahaman terhadap perilaku suku bunga menjadi bagian penting

Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 8 dalam upaya mempelajari pengaruh kebijakan moneter terhadap variable tujuan akhir (inflasi). Seperti telah dikemukakan di atas, penentuan sasaran inflasi yang berakhirnya penentuan suku bunga nominal jangka pendek dilakukan dengan memperhatikan prospek ekonomi makro, dan karenanya didasarkan pada perkembangan dan proyeksi arah pergerakan ekonomi kedepan. Kebijakan moneter diarahkan untuk mengendalikan tekanan-tekanan inflasi dari sisi permintaan dan penawaran, sehingga penentuan BI rate itu berdasarkan perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Sasaran BI dalam melaksanakan kebijakan moneter selain inflasi adalah pertumbuhan ekonomi. Jika inflasi berada pada target yang ditentukan maka BI akan mengalihkan ke sasaran berikutnya yaitu pertumbuhan ekonomi. Sehingga penentuan BI rate dari sisi permintaan direpresentasikan oleh variabel pertumbuhan ekonomi, yaitu peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. PDB harga konstan (riil) digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun. Pertumbuhan ekonomi % 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Pertumbuhan ekonomi % Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI. Data diolah. Gambar 3 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

9 Grafik di atas dapat menjelaskan bahwa tingkat Pertumbuhan ekonomi di Indonesia berfluktuasi setiap bulannya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan tingkat pertumbuhan ekonomi yang berubah-ubah yang sejalan dengan tingkat inflasi. Pada bulan November 2005 inflasi Indonesia mengalami peningkatan namun pertumbuhan ekonomi masih menunjukkan kinerja yang baik meskipun terjadi perlambatan, hal tersebut terjadi akibat kegiatan investasi yang tinggi dan kinerja ekspor yang mengalami perbaikan sehingga banyak modal yang masuk ke Indonesia. Bank Indonesia akan mengintervensi suku bunganya apabila pertumbuhan ekonomi di perkirakan akan rendah dengan ketentuan inflasi masih dalam rentang kendali. Cheng (2006) menyatakan bahwa peningkatan suku bunga jangka pendek cenderung diikuti oleh penurunan tingkat harga dan apresiasi nilai tukar nominal, namun tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap output. Sebagai negara dengan perekonomian terbuka, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar terhadap suku bunga nominal dapat terjadi secara langsung (direct exchange rate pass-through) maupun secara tidak langsung (indirect exchange rate pass-through). Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara umum cukup stabil. Naik atau turunnya nilai tukar dikarenakan ketidakstabilan faktor eksternal dan internal. Melemahnya nilai tukar biasanya disebabkan oleh adanya permasalahan yang bersifat makro-fundamental dan mikro-struktural di pasar valuta asing yang bermuara pada ketidaksinambungan pasokan dan permintaan valas. Nilai tukar rupiah bergerak dengan kecenderungan menguat, terutama disebabkan oleh

Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 10 peningkatan interest rate differential pasca kenaikan BI Rate dan membaiknya indeks risiko. Selain itu, penguatan rupiah juga disumbang oleh peningkatan investasi portofolio oleh investor asing. Kestabilan nilai tukar juga didorong oleh efektivitas pengelolaan likuiditas di pasar rupiah yang mengalami kondisi yang cukup ketat. Perkembangan tersebut mampu mengurangi dampak kecenderungan pelemahan mata uang regional terhadap USD sejalan dengan berlanjutnya siklus pengetatan moneter AS. Bank Intervensi Bank Indonesia melalui suku bunga kebijakannya perlu dilakukan apabila terjadi penekanan terhadap nilai tukar rupiah agar dapat memasok ketersedian valas yang terjadi di pasar sehingga dapat menstabilkan nilai tukar rupiah yang terdepresiasi akibat permintaan valas yang terlalu banyak. Kurs 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Kurs Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI. Data diolah Gambar 4 Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Memburuknya perekonomian global juga dapat berpengaruh, terlihat dengan pelemahan ekonomi global dan turunnya harga-harga komoditi telah menekan ekspor Indonesia yang pada gilirannya berdampak pada menurunnya kinerja neraca pembayaran dan nilai tukar. Variabel-variabel dalam penelitian ini merupakan variabel makroekonomi yang setiap harinya dapat berfluktuasi dan saling mempengaruhi satu sama lainnya

11 sehingga perlu adanya perhitungan yang sejalan dengan hal tersebut. Penggunakan metode analisis VAR (Vector Autoregression)/VECM (Vector Error Correction Model) dapat menjawab masalah yang diajuan penulis karena dalam sistem VAR tidak perlu menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen maupun independen. B. Rumusan Masalah Berdasarkan tujuan tunggal kebijakan moneter di Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang tercermin pada perkembangan laju inflasi dan kestabilan nilai tukar rupiah dengan kerangka strategis penargetan inflasi (inflation targeting). Penerapannya, kebijakan moneter didasarkan pada pendekatan harga menggunakan suku bunga sebagai sasaran operasionalnya, Bank Sentral akan melakukan intervensi dengan menaikkan atau menurunkan suku bunga kebijakan agar sejalan denga tujuan awal kebijakan moneter. Dengan adanya krisis dunia yang belum menentu penyelesaiannya di beberapa Negara membuat Bank sentral Indonesia lebih menjaga stabilitas perekonomian melalui suku bunga. Pergerakan suku bunga Bank Indonesia didasarkan pada variabel-variabel makro yaitu inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, dan interest differential rate antar suku bunga BI dan federal fund rate. Variabel makro tersebut diperkirakan dapat menentukan bagaimana Bank Indonesia dapat mengintervensi suku bunganya demi mencapai tujuan kebijakan moneter yaitu inflasi dan kestabilan nilai tukar rupiah. Berkut ditampilkan grafik perkembangan variabel-varibel makro tersebut.

Jul-05 Oct-05 Jan-06 Apr-06 Jul-06 Oct-06 Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jul-05 Nov-05 Mar-06 Jul-06 Nov-06 Mar-07 Jul-07 Nov-07 Mar-08 Jul-08 Nov-08 Mar-09 Jul-09 Nov-09 Mar-10 Jul-10 Nov-10 Mar-11 Jul-11 Nov-11 Mar-12 Jul-12 Nov-12 12 20.00 18.00 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 BI rate (%) FED funds rate (%) Differential interst rate (%) inflasi % Pertumbuhan ekonomi % Kurs 15,000 10,000 5,000 Kurs - Sumber: Data Queri Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, BI. Data diolah. Gambar 5 Grafik BI rate, Inflasi, Pertumbuhan ekonomi, Nilai tukar, Interest differential rate Dari pergerakan grafik di atas ditemukan pada bulan November 2008 terlihat suku bunga kebijakan mengalami peningkatan, namun inflasi pada bulan tersebut melemah. Hal tersebut tidak sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa jika inflasi meningkat maka suku bunga kebijakan akan diturunkan agar para investor melakukan investasi pada sektor produktif. Hal lain juga terlihat pada nilai tukar rupiah, pada saat nilai tukar melemah suku bunga Bank Indonesia mengalami penurunan yang terjadi di awal tahun 2005. Begitu juga pertumbuhan ekonomi, pada saat pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan suku bunga kebijakan semestinyanya diturunkan untuk dapat mengalihkan investor ke sektor yang produktif, namun pada grafik diatas pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan, suku bunga dinaikan.

13 Dari uraian diatas dan melihat pentingnya penetapan suku bunga kebijakan Bank Indonesia sebagai instrumen dalam mengintervensi kebijakan moneter, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, interest differential rate terhadap BI rate dalam menjalankan kebijakan moneter di Indonesia? 2. Bagaimana respon BI rate terhadap shock inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan interest differential rate? 3. Bagaimana kontribusi varian dari masing-masing variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan interest differential rate terhadap BI rate? C. Tujuan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, interest differential rate terhadap BI rate. 2. Mengetahui respon BI rate terhadap shock yang terjadi pada masing-masing variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan interest differential rate. 3. Mengetahui kontribusi varian masing-masing variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan interest differential rate terhadap BI rate

14 D. Kerangka Pemikiran BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik yang diadakan setiap bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi sejumlah indikator atau variabel yang memiliki kandungan informasi terhadap suku bunga Bank Indonesia. Secara umum variabel-variabel informasi merupakan sebuah set variabel indikator yang mempunyai kandungan informasi untuk memprediksi BI rate yang akan datang. Variabel informasi ini diharapkan dapat memberikan sinyal kepada otoritas moneter sehingga otoritas moneter dapat melakukan tindakan preventif jika terjadi shock yang dapat mempengaruhi BI rate. Atas dasar informasi tersebut, otoritas moneter diharapkan dapat merubah policy stance yang diperlukan. Inflasi Interest Differential rate BI rate Nilai Tukar Pertumbuhan Ekonomi Gambar 6 Kerangka Pemikiran

15 Peneliti memutuskan untuk menggunakan variabel-variabel makro tersebut yaitu BI rate, inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS, dan interest differential rate. Inflasi berarti kenaikan harga barang secara umum. Pengaruh inflasi terhadap suku bunga nominal dalam hal ini BI rate terjadi melalui perubahan dalam tingkat permintaan dan penawaran agregat. Perubahan dalam tingkat permintaan agregat terjadi karena inflasi dipertimbangkan dalam menentukan besarnya permintaan konsumsi dan investasi di masyarakat atas kebutuhan masyarakat itu sendiri. Sedangkan perubahan dalam tingkat penawaran agregat terjadi karena inflasi mempengaruhi pola pembentukan harga oleh produsen/perusahaan. Pada saat permintaan barang konsumsi meningkat maka harga barang akan meningkat dikarenakan biaya produksi akan barang tersebut mahal sehingga perlu banyak modal utuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Untuk menjaga kestabilan perekonomian BI akan menaikkan suku bunga kebijakan agar dapat menarik para investor untuk dapat mengalihkan dananya ke sektor produktif. Tekanan inflasi dari sisi permintaan direpresentasikan oleh variabel PDB, yaitu jumlah produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara (domestik) selama satu tahun.. Tingkat permintaan agregat yang lebih tinggi dari penawarannya akan memicu kenaikan harga (inflasi karena tarikan permintaan/demand-pull inflation) yang pada akhirnya akan mempengaruhi penetapan suku bunga nominal akibat inflasi yang tinggi untuk tetap dapat mengontrol kebijakan moneternya.

16 Sasaran Bank Indonesia dalam menerapkan kebijakan moneternya selain inflasi dan nilai tukar rupiah adalah pertumbuhan ekonomi, jika nilai inflasi dan nilai tukar rupiah masih diambang kendali, Bank Indonesia akan mengintervensi suku bunga untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang rendah merupakan indikator kegagalan pemerintah dalam mengemban tugasnya untuk menyejahterakan rakyatnya, karenanya pertumbuhan ekonomi yang rendah akan ditingkatkan melalui peranan suku bunga kebijakan dengan menurunkannya agar para investor menggunakan dananya ke sektor yang lebih produktif untuk dapat menaikkan jumlah barang yang diproduksi. Namun, jika pertumbuhan ekonomi yang terlalu tinggi, BI akan bisa saja menurunkan suku bunga karena tingkat inflasi yang menjadi sasaran utama Bank Indonesia. Pengaruh nilai tukar terhadap suku bunga Bank Indonesia dapat terjadi secara langsung (direct exchange rate pass-through) melalui pola pembentukan harga perusahaan dan ekspektasi inflasi di masyarakat maupun secara tidak langsung (indirect exchange rate pass-through) melalui perubahan permintaan agregat. Pengaruh secara langsung terjadi karena perkembangan nilai tukar dipengaruhi oleh ekspektasi inflasi. Jika ekspektasi inflasi meningkat, maka investor akan menarik semua rupiah dan menukarnya dengan dolar karena dianggap akan lebih menguntungkan sehingga nilai rupiah akan mengalami tekanan akibat permintaan dolar meningkat. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan menjaga ketersediaan valas, Bank Indonesia menintervensinya melalui suku bunga kebijakan yang dinaikan agar dapat menarik investor asing sehingga ketersediaan akan valuta asing dapat tercukupi.

17 Suku bunga domestik di Indonesia cenderung terkait dengan suku bunga luar negeri. Perbedaan tingkat suku bunga dalam negeri dan luar negeri dapat memperlambat arus modal masuk maupun keluar. Terdapat selisih antara tingkat suku bunga di Indonesia dengan tingkat suku bunga (Fed Funds Rate) di Amerika. Semakin besar selisihnya, maka semakin menarik pula negara Indonesia menjadi negara tujuan investasi. Dengan kata lain, apabila pemerintah AS menaikkan tingkat suku bunga sementara suku bunga Indonesia masih tetap, maka hal tersebut akan mengurangi daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi. E. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, interest differential rate dapat mempengaruhi secara signifikan suku bunga BI. 2. Diduga variabel BI rate merespon shock variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, interest differential rate dan nilai tukar. 3. Diduga variabel inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, interest differential rate memberikan kontribusi terhadap BI rate. F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penelitian ini dilakukan di negara Indonesia menggunakan beberapa variabel makro yang terdapat di Indonesia dengan periode penelitian bulan Juli 2005 hingga Desember 2012, variabel-variabel yang digunakan sebagai berikut:

18 1. BI rate Suku bunga BI adalah suku bunga kebijakan yang ditetapkan BI sebagai sikap dalam mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yaitu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan inflasi (Bank Indonesia, www.bi.go.id). Data BI rate dalam penelitian ini berupa data bulanan yang diambil dari website BI dalam satuan persen periode bulanan dari tahun 2005 hingga 2012. 2. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus (Boediono, 2001:161). Peneliti menggunakan inflasi karena secara umum telah diketahui yaitu periode bulanan dari tahun 2005 hingga 2012 dalam bentuk persen yang diambil dari Bank Indonesia. 3. Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Pertumbuhan ekonomi yang peneliti gunakan adalah pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari PDB konstan data triwulan yang diterbitkan BI kemudian diniterpolasi menjadi data bulanan periode 2005:07 hingga 2012:12. 4. Nilai tukar Menurut Nopirin (2000, 163) nilai tukar merupakan perbandingan nilai atau harga antara dua mata uang yang berbeda dalam mempermudah transaksi barang dan jasa internasional. Peneliti menggunakan data nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang merupakan kurs tengah berupa data triwulan yang diambil dari website resmi BI kemudian diinterpolasi menjadi data bulanan

19 periode 2005 hingga 2012. Data tersebut dilog-kan karena satuan nilainya berbeda dengan satuan nilai variabel lain. 5. Interest Differential rate Interest Differential rate didapat dari selisih antara suku bunga BI dan Federal Funds rate yang diterbitkan Bank Indonesia berupa data bulanan periode dari 2005 sampai dengan 2012. G. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, permasalahan, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II. Tinjauan Pustaka. Berisikan tinjauan teoritis dan tinjauan empirik yang relevan dengan penelitian ini. Bab III. Metode penelitian. Terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, batasan variabel, alat analisis serta pengujian hipotesis. Bab IV. Hasil Perhitungan dan Pembahasan Bab V. Simpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran