BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. terbesar terjadi karena pecahan terhadap tahap pertama disebut unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman kebudayaan Indonesia merupan kebanggaan yang pant as

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. provinsi Sumatera dan Suku Mandailing adalah salah satu sub suku Batak

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara dengan penduduk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesenian sebagai salah satu unsur kebudayaan dan merupakan tiang yang

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. Awal kesenian musik tradisi Melayu berakar dari Qasidah yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku lemah lembut, ramah tamah, mengutamakan sopan santun, serta

BAB I PENDAHULUAN. disusun selaras dengan irama musik, serta mempunyai maksud tertentu. Tari pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilestarikan agar tidak hilang. Dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan tercermin

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Musik dapat

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. ragam etnik, seperti Batak Toba, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Mandailing,

BAB I PENDAHULUAN. dulu mereka telah memiliki budaya. Budaya dalam hal ini memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan dan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Danau Toba merupakan sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan simponi kehidupan manusia, menjadi bagian yang mewarnai kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang melahirkan pemikiran-pemikiran yang dianggap benar dan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nila yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang berbeda-beda,

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yaitu melestarikan musiknya. setiap titik sudutnya adalah batu sebagaimana dalihan ( tungku).

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Selain etnis asli yang ada di Sumatera Utara yaitu Melayu, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan kenyataan, bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Musik adalah salah satu media ungkapan kesenian. Musik termasuk seni

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia didalam era globalisasi sangat pesat perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membawakan berbagai aliran musik, otomatis memerlukan alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan etnis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, hokum adat, organisasi sosial dan kesenian. Keberagaman keindahan,

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. umumnya musik sangat berkaitan penting dengan keberadaan tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah Karo adalah salah satu Kabupaten yang ada di Propinsi Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di Pulau Nias. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa yang berda di bawah naungan Wakil Rektor III, dan merupakan

menghubungkan satu kebudayaan dengan kebudayaan lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu kesatuan yang menjunjung tinggi nilai-nilai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI BAHASA JEPANG MEDAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah bukan hanya berkaitan dengan sebuah bernyanyi dan berdoa, nilai

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. pandangan hidup bagi suatu kelompok masyarakat (Berry et al,1999). Pandangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, yang didiami oleh beberapa suku seperti suku Batak Toba, Karo, Mandailing. Beberapa sumber menyatakan bahwa leluhur suku ini berasal dari daerah India Selatan. Sepanjang sejarah suku ini terbagi kedalam beberapa kerajaan. Marga asli penduduk Simalungun adalah Damanik, dan 3 marga pendatang yaitu: Saragih, Sinaga dan Purba. Kemudian marga-marga tersebut menjadi 4 marga besar di Simalungun. Mayoritas masyarakat Kabupaten Simalungun adalah suku Simalungun. Secara umum, yang menjadi mata pencaharian oleh masyarakat Simalungun adalah bertani, sehingga masyarakat Simalungun senantiasa berorientasi dengan alam. Kabupaten Simalungun memiliki kebudayaan yang menghasilkan banyak upacara adat dan kesenian daerah, dan hal tersebut masih dilakukan oleh masyarakat Simalungun sebagai upaya mensyukuri anugerah alam dan berkah yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Kesenian yang terdapat dalam masyarakat Simalungun adalah warisan leluhur yang turun temurun dari generasi ke generasi yang masih selalu dilakukan sampai sekarang, salah satunya dari kesenian tersebut adalah Seni Tari. Tortor dahulu selalu terkait dengan roh dan sering dilakukan ketika ada anggota keluarga yang meninggal dunia. Akan tetapi saat ini tortor sudah dijadikan daya wisata dan dipentaskan dalam berbagai acara dan ritual yang berhubungan dengan pertunjukan dan hiburan. Suku Simalungun biasa 1

2 menggunakan tortor untuk menunjukan suatu prosesi adat atau proses kegiatan, ataupun suasana lainnya tersebut dituangkan dalam bentuk gerak tari atau yang sering disebut dengan tortor yang senantiasa dijumpai dalam setiap kegiatan masyarakat maupun dalam bergotong royong. Penyajian Tortor dalam kondisi sehari-hari umumnya memiliki pola-pola gerak tari yang sederhana gerakannya seperti kegiatan sehari-hari masyarakat Simalungun. Salah satu tortor yang menggambarkan keseharian masyarakat Simalungun ialah tortor martonun. Kata bertenun (martonun) merupakan pekerjaan kaum perempuan di Simalungun untuk menghasilkan kain tenun khas masyarakat Simalungun yang disebut Hiou yang berfungsi sebagai pakaian sehari-hari yang masyarakat Simalungun pada zaman dahulu. Proses pembuatan Hiou secara tradisional dimulai dengan pembuatan benang dari bahan kapuk (randu) atau kapas. Kapuk atau kapas dipilih, dipisahkan dari bijinya (mamipis), dan dikembangkan (mamusur). Kapuk atau kapas yang telah diolah dipintal menjadi benang (bonang), disebut mangganti. Benang diwarnai dengan warna putih, merah dan hitam. Benang yang diwarnai dengan warna merah disebut proses manubar dan hitam disebut mangitom. Warna putih diperoleh dengan rendaman tano buro, tanah kapur, warna merah dari bahan batu hula, kunyit dan kapur, warna hitam dari daun salaon, barang tumbuhan nila dan harumonting. Pewarnaan dilakukan dengan marsigira yakni mencelup benang di aek harabu, direbus agar tidak luntur. Benang kemudian digulung (dihulhul) pada hasoli dan siap ditenun. Proses bertenun dimulai dengan merancang ukuran Hiou, menyusun benang sesuai dengan corak yang akan dibuat. Bertenun dilakukan di alaman di

3 bawah nenaungan bayangan rumah dengan merentangkan susunan benang pada alat tenun tradisional. Satu disangkutkan ke kayu, dan bagian lain di punggung petenun dengan alat tundalan atau pamunggung. Benang disusun, dijalin dan dirapatkan satu persatu dengan balobas. Pekerjaan bertenun sebagai kegiatan sampingan setelah bertani. Martonun membutuhkan ketekunan, kesabaran, ketelitian dan keuletan, sekaligus menjadi pelatihan diri dan bagian dari sikap seorang wanita suku Batak Simalungun, selain dari sikap ulet dan gigih. Proses menenun satu Hiou sampai selesai membutuhkan waktu tiga minggu atau lebih tergantung corak dan variasi Hiou. Berdasarkan kebiasaan masyarakat Simalungun dalam Martonun itulah maka masyarakat Simalungun menciptakan Tortor Martonun. Karena Martonun dianggap sebagian dari hidup masyarakat Simalungun sekaligus untuk memperlihatkan kepada anak cucu dan halayak ramai bahwa, dahulunya seperti itulah kaum perempuan di Simalungun bertenun dan menghasilkan kain Hiou. Tortor ini biasa ditarikan pada saat malam bulan purnama. Karena pada saat itulah masyarakat Simalungun berkumpul dan bersenda gurau menghilangkan letih karena beraktifitas. Berdasarkan pengamatan tersebut penulis berpendapat bahwa dalam Tortor Martonun ini terkandung nilai-nilai pendidikan didalamnya. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang selain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berfikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Menurut John Dewey

4 mengatakan bahwa : pendidikan adalah membentuk manusia baru melalui perantara karakter dan fitrah, serta dengan mencontoh peninggalan-peninggalan budaya lama masyarakat manusia. 1 Tari dalam dunia pendidikan mengarah pada integritas kemampuan manusia, berdasarkan pada kemampuan kognitif, pengendalian fisik, dan kemampuan untuk mengungkapkan ide-ide, kemampuan berekspresi lewat gerak dan peran. Untuk mencapai pendidikan yang lebih besar, hendaknya dalam tari tidak hanya mengandung nilai fisik dan emosi dalam berekspresi, tapi juga mengandung nilai spritual dan intelektual. Penguasaan terhadap fisik atau gerak tubuh. Seni tari memiliki peranan sebagai media pendidikan. Salah satunya sebagai media berfikir kreatif. Bersamaan dengan itu seni menjadi media pendidikan untuk mengembangkan media dasar fisik/tubuh, daya serap, sosial, emosi, cipta dan estetika. seperti mendidik anak untuk bersikap lebih sabar, bersikap dewasa dan menghargai budaya yang ada disekitar mereka, karena budaya khususnya seni tari memiliki nilai-nilai keindahan, keluruhan dan seni tari dapat mengasah perasaan seseorang. Tari tradisi yang didalamnya terdapat normanorma, sopan-santu, aturan, nilai etika, yang dalam hal ini sangat berguna untuk membentuk karakter seseorang. Sehubungan dengan fungsi tari sebagai pendidikan maka dari itu penulis sangat tertarik dengan tortor martonun yang artinya menenun. 1 Https://hjriyatunshiba. 29/04/2015: 16.20 Wordpress.com/2013/11/14/teori-pendidikan-dan-tokohnya/diakses

5 Sesuai dengan penjelasan pendidikan diatas bahwa pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam proses Martonun ini sampai menghasilkan kain tenun Hiou terkandung nilai pendidikan. salah satunya sebagai media berfikir kreatif, Bersamaan dengan itu bahwa dari proses bertenun ini ada nilai-nilai pendidikan, dimana dibutuh kesabaran, ketelitian, kejelian, keuletan serta kerapian untuk menghasikan Hiou yang berkualitas dan mempunyai sarat akan makna yang tinggi bagi masyarakat Simalungun. Bahwa dari tortor Martonun ini dapat mendidik masyarakat Simalungun untuk mencapai nilai pendidikan seperti yang telah dijelaskan diatas. Bahwa dengan Martonun ada kontribusi pendidikan yang dapat disampaikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting diantara komponen-komponen yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan sematamata terarah kepada atau ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk menjelaskan fungsi pendidikan dalam Tortor Martonun sebagai tulisan ilmiah dalam bentuk skripsi. B. Identifikasi Masalah Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan menjadi terarah serta masalah yang diketahui tidak terlalu luas. Identifikasi masalah tersebut sesuai dengan pendapat Hadeli (2006:23) yang mengatakan bahwa : Identifikasi masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih faktor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan yang lain sebagainya) yang menimbulkan pertanyaan-pertanyaan. Uraian yang

6 tercatat didalam latar belakang, menimbulkan beberapa masalah yang perlu diidentifikasi. Maka peneliti menyimpulkan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah makna tortor Martonun? 2. Bagaimanakah fungsi tortor Martonun pada Masyarakat Simalungun? 3. Bagaimanakah keberadaan tortor Martonun pada masyarakat Simalungun? 4. Apa fungsi pendidikan dalam Tortor Martonun pada masyarakat Simalunguun? C. Pembatasan Masalah Setelah di-identifikasi masalah, banyak faktor yang dapat digali dalam penelitian ini maka arah penelitian harus dibatasi. Hal ini dilakukan sebagai upaya, dalam proses penelitian dan penganalisaan nantinya, pembahasan tidak akan melebar, sehingga penelitian agar lebih terarah dan menjurus. Menurut Wiranto Sukhmad dalam skripsi (1982:31) menyatakan bahwa: sebuah masalah yang dirumuskan terlalu luas tidak perlu dipakai sebagai masalah penyelidikan, oleh karena tidak akan jelas batasanbatasan masalahnya. Pembatasan ini perlu, bukan hanya untuk mempermudah atau menyederhanakan masalah bagi penyidik, tetapi untuk memecahkan masalah, tenaga, waktu, ongkos, dan lain-lain yang timbul dari rencana tertentu Masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang dicoba untuk ditemukan jawabannya, terkait dengan pendapat diatas maka penulis mencoba untuk menemukan jawaban untuk memecahkan masalah-masalah yang telah diidentifikasi. Namun mengingat keterbatasan-keterbatasan yang ada maka masalah yang telah diidentifikasi dibatasi sebagai berikut: 1. Apa fungsi pendidikan dalam Tortor Martonun pada masyarakat Simalungun?

7 D. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan identifikasi masalah atau suatu titik fokus dari sebuah penelitian. Dalam perumusan masalah kita akan mampu lebih memperkecil batasan-batasan yang telah dibuat sekaligus berfungsi untuk lebih mempertajam arah penelitian. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, serta pembatasan masalah maka menuntut penelitian kearah perumusan. Berdasarkan uraian diatas hal ini sejalan dengan pendapat Maryaeni (2005:14) yang mengemukakan bahwa: Rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah yang menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya. Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir-butir sebagaimana dirumuskan. Agar penelitian berfokus pada satu masalah yang akan ditinjau lebih lanjut. Maka perumusan masalah dalam penelitian ini Apa Fungsi Pendidikan Dalam Tortor Martonun Pada Masyarakat Simalungun E. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan pasti memiliki tujuan, tanpa ada tujuan yang jelas maka penelitian yang diadakan akan sia-sia. Tujuan yang jelas memicu ide-ide baru dalam memecahkan masalah-masalah pada kegiatan yang dilakukan. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan daya imajinasi mengenai masalah-

8 masalah, kemudian meningkatkan daya nalar untuk mencari jawaban permasalahan itu melalui penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan yang memiliki kegiatan dan memiliki tujuan yang jelas mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul penelitian. Hal ini diperkuat pendapat Ali (2003:10) bahwa: berikut: Kegiatan seseorang dalam merumuskan tujuan penelitian sangat mempengaruhi keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, karena penelitian pada dasarnya merupakan titik anjak dari satu tuju yang akan dicapai seseorang dalam kegiatan penelitian yang dilakukan. Itu sebabnya tujuan penelitian mempunyai rumusan yang tegas, jelas dan operasional. Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini sebagai 1. Mendeskripsikan Fungsi pendidikan dalam Tortor Martonun Pada Masyarakat Simalungun. F. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan terhadap suatu topik permasalahan tentu akan memiliki manfaat. Manfaat sama dengan guna ataupun faedah, manfaat dapat dilihat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian mengenai kontribusi pendidikan melalui Tor-Tor Martonun terhadap pendidikan dapat menambah informasi mengenai Tor-Tor Maartonun untuk menambah ilmu tari secara praktis dapat mendorong keinginan masyarakat untuk kembali memelihara, menjaga, melestarikan, dan menggali kembali keunikan-keunikan dan potensi yang ada pada kebudayaan Simalungun khususnya dibidang tari. Manfaat penelitian juga dapat bersifat keilmuan, maksudnya hasil penelitian akan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu mengenai hubungan seni,

9 dengan Pendidikan, dan dapat menjadi referensi untuk membuat suatu galian yang lebih luas cakupannya. Selain untuk mengembangkan ilmu bagi individu yang terkait untuk itu penelitian ini bermanfaat sebagai berikut: 1. Sebagai masukan penulis untuk menambah wawasan dan mengetahui jenis-jenis tari khusunya Batak Simalungun. 2. Sebagai sumber informasi khususnya seni tari 3. Sebagai bahan refrensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak meneliti bentuk kesenian ini lebih lanjut. 4. Menunjukkan pada masyarakat bahwa Tor-Tor Martonun memiliki nilai estetis/keindahan yang perlu diperhatikan, dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan. 5. Menambah sumber kajian bagi kepustakaan umum unimed khususnya keputakaan Pendidikan Seni tari Universitas Negeri Medan.