BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

2015 PENGARUH PENGGUNAAN BOLA MOD IFIKASI TERHAD AP HASIL BELAJARA PASSING D AN STOPING D ALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA D I SMP NEGERI 4 BAND UNG

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cabang olahraga yang sangat digemari dan paling populer di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola adalah suatu olahraga yang tidak asing lagi ditelinga kita.

2014 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING DALAM PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

KEMAMPUAN DASAR BERMAIN SEPAKBOLA SISWA KELAS VIII SMP N 2 PANDAK. Oleh Fitri Hermawan N dan Soni Nopembri Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

BAB I PENDAHULUAN. aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bangsa Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang penelitian Anggi Sugiyono, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. telah cukup tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

PEMBELAJARAN SOCCER LIKE GAMES DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR SEPAKBOLA PADA SISWA DI SMPN 1 KARAWANG. TETEN HIDAYAT

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari anak-anak hingga orang dewasa setiap hari memainkan sepakbola

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAM GAME TOURNAMENT ) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MINI

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia bahkan mendapat simpati di hati masyarakat. Sepakbola digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. tingkat kebugaran seseorang, semakin kuat juga fisik seseorang tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Moch.Vichi Fadhli Rachman, 2015 PENGARUH LATIHAN UMPAN KOMBINASI TERHADAP DOMINASI BALL POSSESSION DALAM CABANG OLAHRAGA SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di Indonesia, bukan mustahil pendidikan di Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI GAYA MENGAJAR LATIHAN

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup sehat yang lebih baik lagi. Olahraga adalah proses sistematik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan olahraga rakyat yang telah dikenal di tanah air sejak

BAB I PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang masuk ke dalam

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga populer di dunia

MOCHAMAD AGUNG JUNIARTO,

I. PENDAHULUAN. beregu yang mengandung unsur kekompakkan dan kerjasama serta olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, dari anak-anak, dewasa, dan orang tua, pria, maupun wanita. Hakekat sepakbola menurut Sucipto (1999:7) bahwa.

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kepala dan dada. Khususnya untuk penjaga gawang diperbolehkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu dan teknologi serta bidang lainnya, termasuk olahraga. Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain

Materi: Konsep Dasar Pendekatan Taktik dalam Permainan Sepakbola. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di sekolah masih cenderung dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga. Mereka melakukan kegiatan olahraga dengan berbagai alasan, yaitu untuk

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Dribbling Dalam Pembelajaran Permainan Sepak Bola Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quantum Teaching

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Permainan sepak bola sangat membutuhkan kemampuan fisik dan taktik yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Materi pelajaran pendidikan jasmani merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga salah satu cara untuk membina dan mempertahankan kesegaran

BAB I PENDAHULUAN. membawa nama bangsa ke dunia internasional menjadi baik. Mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION TERHADAP MINAT DAN KETERAMPILAN PASSINGSTOPPING PADA PEMBELAJARAN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. banyak perubahan, dari permainan yang primitive dan sederhana sampai menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Jlegiwinangun, Kutowinanngun, Kebumen. beranggotakan sebelas pemain tiap regu yang bertujuan mencetak gol ke

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini pendidikan mengalami perkembangan yang pesat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kehidupan yang lebih cocok dengan situasi yang sedang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian dan definisi Pendidikan berdasarkan Undang-Undang RI No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SEPAKBOLA PADA SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 7 KUNINGAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. regu yang masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain yang. dan mempertahankan gawangnya jangan sampai kemasukan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

dimainkan oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Di yang cukup menggembirakan, namun dalam kancah sepak bola internasional

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah suatu cita-cita bangsa Indonesia seperti yang terkandung di dalam Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu sebagai berikut:...kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial... Tertulis di dalam pembukaan UUD 1945 tersebut bahwa negara Indonesia bercita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu bentuk usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah melalui pendidikan. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiiki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1). Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana menunjukan bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang disengaja dan dipikirkan secara matang (terencana secara intelektual). Oleh karena itu, di setiap tingkatan manapun, kegiatan pendidikan harus disadari dan direncanakan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Berkenaan dengan pencapaian tujuan tersebut guru dituntut untuk menentukan prosedur

2 pembelajaran dari persiapan pembelajaran sampai dengan hasil pembelajaran. Diantara persiapan proses pembelajaran meliputi penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Sudjana, 1989:28 : Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu alat pendidikan yang disajikan melalui mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dari mulai tingkatan SD, SMP, SMA. Menurut Mahendra (2009:21) penjas adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan, dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Kegiatan-kegiatan penjas yang diajarkan disekolah disusun berdasarkan kurikulum yaitu permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, senam, aktivitas ritmik, aquatik, pendidikan luar kelas dan kesehatan. Salah satu materi yang diajarkan di sekolah adalah pembelajaran sepakbola, pembelajaran sepakbola merupakan pembelajaran yang sangat digemari oleh mayoritas siswa. Pengertian sepakbola menurut Sucipto dkk (2000:7) : Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya di daerah tendangan hukumannya.

3 Permainan sepakbola dimainkan dengan beberapa cara mulai dari mengoper (passing), menggiring bola (dribbling), menyundul (heading) dan lemparan ke dalam (trhow in). Menurut Sucipto dkk. (2000:17) Untuk bermainan bola dengan baik pemain dibekali dengan teknik dasar yang baik, beberapa teknik dasar yang perlu dimiliki pemain sepakbola adalah menendang, menghentikan, menggiring (dribbling), menyundul, merampas, lemparan kedalam dan menjaga gawang. Di dalam pembelajaran penjas materi yang diajarkan adalah sepakbola. Salah satunya yaitu keterampilan dasar menggiring bola. Keterampilan menggiring bola ini sering diabaikan oleh guru penjas sehingga timbul permasalahan pada saat pembelajaran sepakbola. Akibat dari diabaikanya pembelajaran dribbling ini guru menjadi kurang berinovasi dalam memberikan materi untuk kegiatan belajar mengajar. sehingga hasil belajar siswa dalam pembelajaran dribbling ini kurang maksimal. Di dalam standar kompetensi penjas jelas diterangkan bahwa siswa dituntut untuk bisa memperaktikan berbagai teknik dasar permainan, dan menguasai kompetensi dasar salah satunya adalah teknik dasar dribbling dalam pembelajaran sepakbola. Siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari dan menguasai gerakan dribbling karena cara mengajar guru tidak memudahkan siswa dalam menguasai gerakan dribbling. Dengan demikian guru diharapkan berinovasi dengan memanfaatkan model-model pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat maksimal. Didalam pembelajaran penjas banyak model-model yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran oleh seorang guru penjas. Menurut Metzler (2000:18) tujuh macam model pembelajaran penjas diantaranya (1) direct Intruction (2) personalized system for intruction (3) cooperatif learning (4) sport education (5) peer teaching (6) inquairy model (7) tactical model. Dari sekian banyak model pembelajaran, peneliti hanya meneliti dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran personal terhadap hasil belajar dribbling pada pembelajaran sepakbola. Menurut Juliantine (2011:52) model pembelajaran kooperatif beranjak dari dasar pemikiran getting better together yang menekankan pada pemberian

4 kesempatan belajar yang lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan-keterampilan sosial bagi kehidupannya di masyarakat. Menurut Eggen & Kauchak Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Juliantine, 2011:52). Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstuktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok menurut Johnson & Johnson (Juliantine, 2011:52), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Sehingga dengan diterapkanya model pembelajaran kooperatif ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dirbbling dalam pembelajaran sepak bola. Dengan adanya proses pembelajaran kelompok ini siswa akan termotivasi untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara maksimal. Menurut Slavin (1995:17) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keunggulan diantaranya : 1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatkan kemampuan mereka dalam berpendapat. Siswa diharapkan mampu bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditugaskan oleh guru dan menjunjung tinggi norma kelompok. Selain itu kelebihan dari model pembelajaran kooperatif yaitu menuntut siswa aktif di dalam kegiatan pembelajaran serta didalam kelompok tersebut siswa akan saling membantu dan memotivasi untuk berhasil bersama, apabila ada salah satu siswa dalam kelompoknya mengalami kesuliatan dalam pembelajaran maka kelompoknya akan membantu dan memotivasi agar siswa tersebut kembali

5 bersemangat, bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih bisa menjadi tutor sebaya bagi siswa yang masih kesulitan dalam pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif interaksi siswa akan lebih intensif sehingga terjadi pertukaran pendapat antara siswa. Selain keunggulan tersebut model kooperatif juga memiliki kekurangan menurut Dess (slavin,1995:201) kekurangan model pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga siswa sulit mencapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif 4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama. Dalam penerapanya kelemahan dari model pembelajaran kooperatif yang telah di jelaskan oleh Dess di atas bahwa pembelajaran kooperatif membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa maupun guru sehingga siswa sulit untuk mencapai target kurikulum dan guru enggan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif ini. Model pembelajaran kooperatif membutuhkan kemampuan khusus guru di dalam kegiatan pembelajaranya sehingga tidak semua guru bisa menerapkan model pembelajaran ini. Selain itu pada penerapanya siswa dituntut untuk bisa bekerja sama di dalam kelompoknya. Selain model pembelajaran kooperatif peneliti juga mengkaji tentang model pembelajaran personal. Menurut Juliantine (2011:19) model pembelajaran personal berorientasi pada perkembangan individu. Penekanannya lebih pada proses yang membantu individu dalam membentuk dan mengorganisasikan realita unik. Model ini lebih banyak memperhatikan kehidupan emosional siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha pembelajaran lebih bersifat menolong siswa dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pada pengembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional peserta didik dalam

6 mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Menutut Juliantine (2011: 20) kelebihan dari model pembelajaran personal yaitu 1. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan 2. Tingkah laku yang ada dapat dilaksanakan sekarang (learning to do) 3. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri 4. Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil konsepsinya sendiri 5. Membantu mengembangkan suatu hubungan produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan yang dilakukan oleh siswa. Siswa belajar dan bertingah laku adalah hasil dari pengamatan dirinya sendiri terhadap objek yang diamati. Tingkah laku yang di amati dapat dilaksanakan sekarang, tanpa harus menunggu intruksi dari orang lain. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadapa aktualisasi diri terhadap objek pengamatanya sehingga timbul kemampuan masing-masing yang didasari bahwa setiap kemampuan individu berbeda-beda. Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil konsepsinya sendiri. Dapat membantu mengembangkan suatu hubungan produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap. Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran personal sangatlah penting diterapkan dalam pembelajaran sepakbola karena diharapkan keduanya dapat mengoptimalkan hasil pembelajaran terutama hasil pembelajaran driblling. Dilihat dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran Personal Terhadap Hasil Belajar Dribbling dalam Pembelajaran Sepakbola. B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah yang akan penulis teliti dan fakta yang terjadi di lapangan yaitu banyak siswa yang rendah hasil belajar dribbling dalam pembelajaran sepakbola. Hal ini bisa terjadi karena guru kurang inovasi dalam menerapkan model-model

7 pembelajaran. Padahal terdapat banyak model pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa diterapkan oleh guru, diantaranya : Model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran personal. Maka dari itu penerapan model pembelajaran di sekolah sangatlah penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam hal ini yaitu hasil belajar dribbling. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti merumuskan permasalahan penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar dribbling dalam pembelajaran sepakbola? 2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran personal terhadap hasil belajar dribbling dalam pembelajaran sepakbola? 3. Bagaimana perbandingan antara model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran personal terhadap hasil belajar dribbling dalam pembelajaran sepakbola. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus atau masalah yang telah diungkapkan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar driblling dalam pembelajaran sepakbola. 2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran personal terhadap hasil belajar driblling dalam pembelajaran sepakbola. 3. Untuk mengetahui perbandingan antara model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran personal terhadap hasil belajar dribling dalam pembelajaran sepakbola. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian dibagi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat praktis. Manfaat secara teoritis diharapkan dapat mengubah wawasan dan ilmu

8 pengetahuan dalam proses pembelajaran penjas. Selanjutnya manfaat praktis adalah sebagai berikut : 1. Sebagai gambaran bagi para pendidik khususnya guru pendidikan jasmani tentang perbandingan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran personal terhadap hasil belajar driblling dalam pembelajaran sepakbola. 2. Mengetahui masalah siswa terhadap pembelajaran sepakbola 3. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan khususnya mengenai pembelajaran sepakbola. E. Struktur Organisasi Skripsi Berikut merupakan struktur orgasnisasi sistematika penelitian ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Hakikat Pembelajaran B. Model Pembelajaran C. Model Pembelajaran Dalam Pendidikan Jasmani D. Model Pembelajaran Kooperatif E. Model Pembelajaran Personal F. Sepakbola G. Dribbling H. Kerangka Pemikiran

9 I. Hipotesis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Populasi dan Sampel B. Desain Dan Prosedur Penelitian C. Metode Penelitian D. Definisi Oprasional E. Instrumen Penelitian F. Tekhnik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Data C. Pengolahan dan Analisis Data D. Diskusi Penemuan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran