DISAIN KONSEPSUAL PROGRAM MANAGEMEN DEKOMISIONING REAKTOR RISET

dokumen-dokumen yang mirip
KONSEP PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PROGRAM DEKOMISIONING REAKTOR RISET

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN TENTANG DEKOMISIONING INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

2011, No Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan Sumber Radioaktif (Lembaran Negara Republi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG DEKOMISIONING REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

FORMAT DAN ISI LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEKOMISIONING. A. Kerangka Format Laporan Pelaksanaan Kegiatan Dekomisioning URAIAN INSTALASI

2013, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

ANALISIS KINEMATIKA DAN DINAMIKA DISMANTLING KOMPONEN INTERNAL REAKTOR TRIGA MARK II. Suwardiyono. Pusat Pengembangan Pengelolaan Limbah Radioaktif

*39525 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 27 TAHUN 2002 (27/2002) TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA


PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FORMAT DAN ISI PROGRAM DEKOMISIONING INNR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Aneks TAHAPAN-TAHAPAN DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF Pengelolaan limbah radioaktif yang efektif harus memperhatikan tahapantahapan dasar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 01 A. Latar Blakang 01 B. Dasar Hukum 03 C. Definisi. 04 Tujuan Instruksional Umum 06 Tujuan Instruksional Khusus..

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR

HIMPUNAN PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PENANAMAN MODAL TAHUN 2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF BENTUK PADAT BERAKTIVITAS RENDAH DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2007

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

KEBIJAKAN PENGAWASAN TERHADAP LIMBAH RADIOAKTIF

PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT DAN CAIR DARI PENIMBUL KE INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF. Arifin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif -BATAN

3. PRINSIP-PRINSIP DASAR PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF

PERANCANGAN KONTAINER LIMBAH REFLEKTOR PADA PROGRAM DEKOMISIONING REAKTOR RISET TRIGA MARK II BANDUNG

Gambar 17. Paparan kolektif selama dekomisioning reaktor riset: (a) reaktor daya; dan (b) reaktor energi terintegrasi

ANALISIS LEPASAN RADIOAKTIF DI RSG GAS

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG ASPEK PROTEKSI RADIASI DALAM DESAIN REAKTOR DAYA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DAN SEMI CAIR. Mardini, Ayi Muziyawati, Darmawan Aji Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

STUDI TEKNIK DISMANTLING INSTALASI PEMIPAAN REAKTOR TRIGA MARK II BANDUNG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENGOLAHAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT RENDAH DAN TINGKAT SEDANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

pekerja dan masyarakat serta proteksi lingkungan. Tujuan akhir dekomisioning adalah pelepasan dari kendali badan pengawas atau penggunaan lokasi

FORMAT DAN ISI LAPORAN SURVEI RADIOLOGI AKHIR

Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif. Djarot S. Wisnubroto

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENANGANAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT AKTIVITAS RENDAH PASCA PENGGANTIAN HEPA FILTER DI IRM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF

PEDOMAN DEKOMISIONING REAKTOR RISET Penjelasan Revisi

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

PEMILIHA STRATEGI DEKOMISIO I G FASILITAS PE GGU A BAHA RADIOAKTIF. Husen Zamroni, Jaka Rachmadetin Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATAN

LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF TINGKAT TINGGI DAN BAHAN BAKAR NUKLIR BEKAS DI PTNBR

PEMANTAUAN KONTAMINASI DAN DEKONTAMINASI ALAT POTONG ACCUTOM DI LABORATORIUM KENDALI KUALITAS HR-22 IEBE PTBN

DEKONTAMINASI MIKROSKOP OPTIK HOTCELL 107 INSTALASI RADIOMETALURGI DENGAN CARA KERING

KETENTUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

SISTEM PENGANGKUTAN LIMBAH RADIOAKTIF PADAT, CAIR DAN GAS. Arifin Pusat Teknologi Pengolahan Limbah Radioaktif

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PENGELOLAAN LlMBAH RADIOAKTIF PADAT PAPARAN TINGGI TIDAK DAPAT BAKAR DI INSTALASI RADIOMETALURGI (IRM)

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TINGKAT KLIERENS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG KESIAPSIAGAAN DAN PENANGGULANGAN KEDARURATAN NUKLIR

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

PENGELOLAAN LIMBAH RADIOAKTIF DAN B3 DI IRM. Sunardi

EVALUASI KEGIATAN PROTEKSI RADIASI DALAM PROSES PEMINDAHAN BAHAN PASCA IRADIASI

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

Transkripsi:

DISAIN KONSEPSUAL PROGRAM MANAGEMEN DEKOMISIONING REAKTOR RISET ABSTRAK Suwardiyono Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, BATAN Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang 15310 E-mail: swardy@batan.go.id DISAIN KONSEPSUAL PROGRAM MANAGEMEN DOMISIONING REAKTOR RISET. Telah dilakukan kajian disain konsepsual program managemen dekomisioning reaktor riset. Dekomisioning reaktor riset dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu: 1. Safe Store, strategi ini adalah berupa penyimpanan dengan pengamatan setelah bahan bakar nuklir dan cairan/liquid dikeluarkan terbih dahulu dari dalam reaktor. Teknik ini merupakan penundaan pekerjaan dekontaminasi dam dismantling dalam kurun waktu tertentu yang berkisar antara 25 50 tahun. 2. Entombment, strategi ini adalah berupa penggunaan tapak secara terbatas. Teknik ini pertama mengeluarkan bahan bakar nuklir dan semua cairan/liquid dari dalam reaktor, dan kemudian menyimpan bagian komponen reaktor yang paparan radiasinya tinggi dengan ditutup menggunakan perisai atau penahan radiasi untuk akses yang tidak diijinkan. 3. Dekontaminasi, strategi ini adalah berupa penggunaan tapak secara tidak terbatas. Kegiatan ini dimulai dari pengambilan bahan bakar nuklir dan liquid dari dalam reaktor, kemudian dilanjutkan pembongkaran/dismantling semua komponen reaktor sampai bersih sehingga radionuklida yang tersisa sangat kecil sekali dan aman untuk kehidupan dan lingkungan. Penggunaan tapak ini akan lebih menguntungkan jika digunakan kembali untuk instalasi nuklir, karena dengan terbatasnya lokasi dan mahalnya biaya pembuatan amdal untuk instalasi nuklir. Kata kunci : Dekomisioning, Safe Store, Entombment, Dekontaminasi. ABSTRACT CONCEPTUAL DESIGN OF DECOMMISSIONIG MANAGEMENT ROGRAM FOR RESEARCH REACTOR. Conceptual design of Decommissioning Management Program for research reactor was observed. They are tree method for decommissioning program i.e. 1. Safe Store, this strategy is interim storage and observation after take out all of nuclear spent fuel and drained of liquid from reactor. This technique is delay for decontamination and dismantling about 25 up to 50 year. 2. Entombment, this strategy is the limited for site reuse. This technique is the first take out all of nuclear spent fuel and drained of liquid from reactor, and then saving of a height level radiation exposure of reactor component by closed with radiation shielding for no permit access. 3. Decontamination, this strategy is unlimited for site reuse. This work is begin to take out all of nuclear spent fuel and drained of liquid from reactor. Thereafter dismantling all of reactor components until clean and residual of radionuclide in the site is very low level and safely for live and environment. Reuse of this site will be economical and chipper when reuse for nuclear facility, because a limited of location/site and expensive cost of environmental impact analysis for nuclear installation. Keywords: Decomisioning, Safe Store, Entombment, Decontamination. 1. PENDAHULUAN Reaktor riset dibangun untuk keperluan penelitian dan pengembangan, pelatihan-pelatihan personil, iradiasi, pengujian material dan lain sebagainya. Masa operasi reaktor riset ada jangka waktunya dan pada kondisi normal adalah sekitar 30 tahun atau tergantung kondisi reaktor riset tersebut setelah dievaluasi apakah bisa dilanjutkan operasinya dan bisa dilakukan up-grade untuk menaikkan daya reaktor atau langsung di dekomisioning. 17

Dekomisioning merupakan suatu proses yang komplek yang disertai dengan kegiatan pekerjaan seperti; pengeluaran bahan bakar nuklir dari teras reaktor kemudian disimpan pada tempat yang aman seperti disimpan di dalam kolam Interim storage spent fuel, dikeluarkan semua cairan yang mengandung zat radioaktif, dilanjutkan dengan dekontaminasi. Dekontaminasi adalah menghilangkan kontaminasi zat radioaktif pada komponen reaktor dan instalasi nuklir sampai sekecil mungkin hingga mencapai di bawah batas ambang yang diijinkan untuk pelepasan (clearance level) ke lingkungan atau untuk didaur ulang. Dismantling adalah pembongkaran dan pemotongan komponen-komponen reaktor riset sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan berdasarkan karakterisasi dan inventarisasi komponen untuk pengelolaan limbah radioaktif dan jenis pewadahannya/ kontainernya. Demolition yaitu: pembongkaran beton pelindung biologi lapisan luar dari tangki reaktor, lantai, dinding dan semua struktur bangunan gedung instalasi nuklir. Manajemen pengelolaan limbah radioaktif yang ditimbulkan harus mempertimbangkan aspek dari kesehatan dan keselamatan dari personil decontaminer/para pekerja radiasi, masyarakat umum dan juga perlindungan terhadap lingkungan. Sasaran akhir dekomisioning adalah pelepasan, pembebasan atau penggunaan kembali tapak yang tak terbatas. Secara umum dekomisioning didefinisikan sebagai rangkaian tindakan yang dilakukan pada akhir usia pemanfaatan suatu fasilitas nuklir dalam rangka penghentian dari pelayanannya dengan mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan para pekerja, masyarakat umum dan lingkungan hidup baik masa sekarang maupun masa yang akan datang, atau suatu rangkaian proses yang dilakukan untuk penghentian beroperasinya suatu instalasi nuklir secara tetap. 18 Sedangkan dekomisioning reaktor nuklir didefinisikan sebagai suatu kegiatan untuk menghentikan beroperasinya reaktor nuklir secara tetap, antara lain, dilakukan pemindahan bahan bakar nuklir dari teras reaktor untuk disimpan ditempat yang aman, dekontaminasi dan dismantling komponen reaktor, pembongkaran (demolition) struktur bangunann reaktor dan pengamanan akhir tapak. Berdasarkan pengalaman dari negara-negara yang lebih maju dibidang industri nuklirnya, berbagai alasan yang mendasari pelaksanaan dekomisioning terhadap sebuah reaktor atau instalasi nuklir antara lain adalah pengoperasiannya sudah tidak ekonomis lagi, faktor keselamatan karena umur reaktor yang sudah tua, terjadinya suatu kecelakaan yang diikuti tuntutan dari masyarakat untuk mennghetikan operasinya, dan atau adanya penggantian disain reaktor yang baru. 2. METODE DEKOMISIONING Berdasarkan pengalaman dari negara-negara yang industri nuklirnya sudah maju dan juga rekomendasi dari IAEA, telah dimplementasikan beberapa strategi program dekomisioning instalasi nuklir. Strategi program dekomisioning untuk instalasi/reaktor nuklir yang dapat diterapkan dan diaplikasikan ada 3 opsi, dengan opsi dari berbagai pertimbangan dari kondisi instalasi/fasilitas nuklir yang akan didekomisioning [1]. Ketiga opsi strategi program dekomisioning tersebut adalah sebagai berikut: 2.1. Safe Store Strategi ini adalah berupa penyimpanan dengan pengamatan, dimana kegiatan ini diawali dengan pengambilan dan pengangkutan bahan bakar bekas dari teras reaktor untuk didisposal atau disimpan ditempat yang lebih aman, pemindahan air pendingin yang terkontaminasi, pemindahan

barang-barang teraktivasi dan terkontaminasi. Fasilitas nuklir tetap ada dalam pengamatan dan pemeriksaan, kontrol, akses ke reaktor dan tapak reaktor, pemantauan di dalam maupun di luar fasilitas tetap dilanjutkan, dan sistem ventilasi udara tetap dioperasikan. Teknik ini merupakan penundaan pekerjaan dekontaminasi dam dismantling dalam kurun waktu tertentu, biasanya berkisar antara 25 50tahun agar komponen-komponen yang teraktivasi dan terkontainasi zatzat radioaktif menjadi meluruh, sehingga mempermudah pekerjaan dekontaminasi dan dismantling, para pekerja akan bekerja dengan lebih aman dan biaya program dekomisioning juga akan menjadi lebih murah. 2.2. Entombment Strategi ini adalah berupa penggunaan tapak secara terbatas, dimana kegiatan ini diawali dengan pengambilan dan pengangkutan bahan bakar bekas dari teras reaktor untuk di disposal atau disimpan ditempat yang lebih aman, pemindahan air pendingin yang terkontaminasi, dilanjutkan dengan pengambilan/pembongkaran semua bahan dan komponen yang terkontaminasi termasuk sistem penukar panas, daerah yang terkontaminasi didekontaminasi dan daerah dengan tingkat kontaminasinya tinggi ditutup dengan perisai radiasi atau penahan radiasi untuk akses yang tidak diijinkan. 2.3. Dekontaminasi Strategi ini adalah dekomisioning dengan segera yang berupa penggunaan tapak secara tidak terbatas, dimana kegiatan ini diawali dengan pengambilan dan pengangkutan bahan bakar bekas nuklir dari teras reaktor untuk di disposal atau disimpan ditempat yang lebih aman, pemindahan air pendingin yang terkontaminasi, dilanjutkan dengan pembongkaran (dismantling) seluruh bagian komponen dan fasilitas nuklir dan didekontaminasi sampai pada tingkat sisa radioaktivitas sampai sedemikian rendah sehingga memungkinkan akses untuk penggunaan tapak yang tak terbatas dengan aman, tidak terdapat pembatasan proteksi radiologis ataupun pemgamatan dan pemantauan radiologis. Penggunaan tapak ini akan lebih menguntungkan jika digunakan kembali untuk instalasi nuklir, karena dengan terbatasnya lokasi dan mahalnya biaya pembuatan amdal untuk instalasi nuklir. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Pemilihan Strategi Program Dekomisioning Pemilihan strategi dekomisioning yang mana yang akan dipilih untuk diimplementasikan di dalam program dekomisioning reaktor riset dan instalasi nuklir tergantung dari berbagai faktor yang mempengaruhi di dalam penentuan pemilihan strategi program dekomisioning [2]. Beberapa faktor tersebut yang sangat berpengaruh diantaranya adalah sebagai berikut: a. Kebijakan nasional/pemerintah b. Ketersediaan jalur dan tempat pembuangan limbah dan disposal c. Penggunaan ulang lahan tapak d. Ongkos disposal e. Tingkat bahaya terhadap keamanan lingkungan dan masyarakat umum f. Ketrampilan dan keahlian sumber daya manusia g. Kemampuan financial dan tersedianya dana h. Kemampuan dan kapabilitas teknologi i. Ketergantungan antara aktivitas satu dengan yang lain di lokasi atau atau faktor penerimaan masyarakat disekitarnya. 3.2. Dekomisioning Reaktor Riset Untuk dekomisioning reaktor riset pada umumnya dipilih opsi yang ke 3, yaitu dekontaminasi dimana setelah reaktor riset ditetapkan berhenti operasi maka dapat segera dilakukan 19

dekomisioning [2]. Persiapan-persiapan program didekomisioning agar dapat segera dilakukan pekerjaan dekontaminasi dan dismantling, antara lain sebagai berikut: a. Persiapan Program Dekomisioning - Survei radiasi kondisi reaktor dan semua komponenya - Pengadaan pelalatan analisis dan alat-alat ukur zat radioaktif dll. - Pembongkaran / dismantling komponen non radioaktif dll. waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan program - program tersebut [3]. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Rencana Pekerjaan (Schedule) Program Dekomisioning Reaktor Riset. Tabel 1.Rencana Pekerjaan (Schedule) Program Dekomisioning Reaktor Riset b. Disain Program Dekomisioning - Membut rancangan / disain Dekontaminasi dan Dekomisioning - Mengumpulkan gambar gambar konstruksi, Sejarah operasi dan, sejarah perawatan / maintenance dan semua laporan yang berkaitan dengan survei radiologikal. - Kalkulasi / inventarisasi dari setiap Komponen reaktor yang telah teraktivasi zat radioaktif dan dan pengaruhnya terhadap lingkungan. c. Perijinan Program Dekomisioning - Dibuat dokumen program dekomisioning untuk mendapatkan lisensi /perijinan pekerjaan dekontaminasi dan dismantling dari BAPETEN - Setelah diperoleh perijinan program dekomisioning, maka pekerjaan dekontaminasi dan dismantling sudah dapat dimulai dari awal sampai selesai hinga diperoleh lisensi/ijin penggunaan tapak. d. Rencana Pekerjaan (Schedule) Program Dekomisioning Reaktor Riset - Dibuat rencana pekerjaan (schedule) program dekomisioning mengenai semua kekgiatan yang akan dilakukan baik dalam persiapan program dekomisioning mapun pekerjaan dekontaminasi dan dismantling dengan kurun 3.3. PEKERJAAN DEKOMISIONING Dekomisioning reaktor riset dan fasilitas nuklir harus dikerjakan oleh kontraktor yang profesional yaitu : kontraktor yang berpengalaman dibidang pembangunan instalasi nuklir, jika tidak pasti akan terjadi permasalahan yang berkaitan dengan keselamatan lingkungan dan pembiayaan dekomisioning menjadi mahal [4]. Oleh karena itu untuk mendukung kegiatan dekomisioning agar berjalan dengan lancar, aman dan sesuai dengan rencana diperlukan klasifikasi kontraktor sebagai berikut: 1. Kontraktor yang berpengalaman di bidang instalasi nuklir dengan proses seleksi yang komprehensif 20

dan mendapatkan rekomendasi dari BAPETEN. 2. Kontraktor dekomisioning yang telah berpengalaman dalam membangun gedung reaktor, komisioning, operasi, perawatan, dekontaminasi dan refurbishment fasilitas nuklir. 3. Spesialis di bidang pengembangan planning dan perencanaan servis untuk membantu mengenai sejarah permasalahan gedung dan penaksiran pengaruhnya terhadap lingkungan. 4. Ahli dan pengalaman dibidang proteksi radiasi yang akan melakukan survei awal sampai akhir radiologikal. 3.4. PEKERJAAN DEKONTAMINASI DAN DISMANTLING [4] Pekerjaan dekontaminasi dan dismantling harus dikerjakan oleh ahli dekontaminer yang professional agar setiap langkah pekerjaan yang dilakukan sudah didasari dengan pengelolaan limbah yang benar, tidak akan ada limbah yang berceceran sehingga prinsif ALARA (As Low As Risenable Achievable) dapat terpenuhi. Adapun kriteria dekontaminer wajib memiliki sepesifikasi /spesialisasi sebagai berikut: 1. Berpengalaman dibidang teknik/ahli teknik mkanik, listrik, kimia dll. 2. Mampu mempergunakan alat - alat potong, alat-alat angkat dan angkut 3. Menguasai berbagai teknik Pengelolaan limbah radioaktif padat, cair, gas danudara. 4. Menguasai proteksi radiasi dan keselamatan kerja 5. Diutamakan memiliki sertifikat dekontaminer yang terdidik, terlatih dan berpengalaman. 4. KESIMPULAN Dekomisioning diperlukan perencanaan dengan sangat hati-hati dan teliti agar tidak menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan, maka diperlukan managemen dekontaminasi dan dismantling yang baik dan didukung dengan pengendalian dan pengelolaan limbah radioaktif yang baik pula. Keberhasilan program dekomisioning ditentukan oleh beberapa faktor seperti: kontraktor yang memiliki kapabilitas dan kemampuan sebagai pelaksana dekomisioning dan decontaminer yang berpengalaman, ahli dan professional dibidang industri nuklir. 5.SARAN Sejak awal mulai beroperasinya reaktor nuklir untuk riset maupun untuk daya dan fasilitas nuklir lainnya, harus dibentuk divisi dekomisioning yang mengevaluasi kondisi reaktor maupun fasilitas nuklir sejak dari awal sampai akhir operasi reaktor, sehingga jika dikemudian hari akan dilakukan dekomisioning, maka akan dapat mempermudah pelaksanaan program dekomisioning, ketika reaktor nuklir atau fasilitas nuklir tersebut distop untuk tidak beroperasi dan didekomisioning. DAFTAR PUSTAKA [1]. IAEA., Decommissioning Techniques for Research Reactors, Tehnical Reports Series No. 373, Viena, 1994. [2]. Project Summary, Dekomisioning Reaktor Jason, Royal Noval College Greenwich, April 1998. [3]. Project Summary, CP-5 Research Reactor Dekontaminasi & Dekomisioning Project, Tecnology Development Division Dekontaminasi & Dekomisioning Program, Argonne National Laboratory Illinois, USA, FY.1999 [4]. Robert Eby, Georgia Technology Research Reactor Decommissioning, IAEA Interegional Training Course On Decommissioning of Research Reactor And Other Small Nuclear Facilities, Argonne National Laboratory Illinois, USA, 30 October - 17 November 2000. 21