BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dirasakan mengalami kemunduruan. Setelah program KB digalakkan pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I. termasuk individu anggota keluarga untuk merencanakan kehidupan berkeluarga yang baik

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. 2010) dan laju pertumbuhan penduduk antara tahun sebesar 1,49% yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. periode tahun yaitu 1,45%. Maka dari itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN jiwa, 2009 sebanyak jiwa, dan tahun sebanyak jiwa (KepMenKes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muda, dan arus urbanisasi ke kota-kota merupakan masalah-masalah pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. AKI menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi merupakan salah satu program yang dijadikan sebagai dasar perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dan keterbelakangan melalui pendekatan kependudukan.

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana dirintis sejak tahun 1957 dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. setinggi-tingginya. Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN. namun kemampuan mengembangkan sumber daya alam seperti deret hitung. Alam

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

BAB I PENDAHULUAN. di dunia khususnya negara berkembang. Menurut data WHO didapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

Transkripsi:

2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia masih berada di atas TFR negara ASEAN yaitu 2,4 (Infodatin, 2014). Banyak negara di berbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara Indonesia sampai batas waktu tahun 2015 (Muryanta, 2011). Indonesia membuka akses kesehatan reproduksi secara universal kepada seluruh individu yang membutuhkan termasuk di dalamnya adalah peningkatan Contraceptive Prevalence Rate (CPR) sebesar 65% dan unmet need sebesar 5% (BKKBN, 2013). Indikator Keluarga Berencana (KB) di Indonesia tahun 2012 pada CPR cara modern sebesar 57,9% dan unmet need sebesar 8,5% (BPS, BKKBN, DEPKES RI, dan Macro Internasional, 2012). Pemerintah Indonesia telah membuat suatu kebijakan untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB). Program yang diluncurkan pada masa orde baru terbilang sukses, karena telah terbukti memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto di bidang kependudukan yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun 1988. Akan tetapi setelah berakhirnya pemerintahan Presiden Soeharto, program keluarga berencana 2 1

3 seolah-olah ikut menghilang yang dapat dilihat dari jarangnya sosialisasi atau penyuluhan serta iklan masyarakat tentang keluarga berencana (BKKBN, 2013). KB dalam kesehatan reproduksi berperan untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi karena kehamilan yang diinginkan dan berlangsung dalam keadaan dan saat yang tepat akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Selain itu juga berperan dalam menurunkan risiko kematian ibu melalui pencegahan kehamilan, menunda kehamilan melalui pendewasaan usia hamil, menjarangkan kehamilan atau membatasi kehamilan bila anak sudah dianggap cukup (Pinem, 2009). Perkembangan program KB di Indonesia berjalan pesat. Sudah banyak manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya program KB ini. Meskipun program KB telah berhasil menekan pertumbuhan penduduk, namun tidak selamanya program tersebut berjalan dengan lancar, adakalanya pencapaian peserta KB aktif dan peserta baru mengalami peningkatan dan pada saat yang lain mengalami penurunan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya (BKKBN, 2010). Peserta KB baru secara nasional sampai dengan Tahun 2012 sebanyak 220.510 peserta. Apabila dilihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi maka dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak 137.067 peserta (6,78%), MOW berjumlah 32.503 (1,61%), MOP sebesar 5.382 (0,27%), kondom sebanyak 125.512 (6,21%), implant sebesar 164.872 (8,16%), suntikan berjumlah 1.008.577 (49,92%), dan 546.597 (27,05%) peserta pil (BKKBN, 2013). Hasil ini masih dibawah target 3

4 pencapaian secara nasional yaitu 25,9% (BKKBN, 2014). Cakupan pelayanan KB dari BKKBN Provinsi Sumatera Utara di kabupaten/kota, jumlah peserta KB baru adalah sebesar 450.668 (20,2%) terdiri dari IUD (10,7%), MOP (0,7%), MOW (7,7%), implan (11,4%), kondom (7,4%), suntik (32,6%), dan pil (29,4%). Peserta KB aktif adalah 1.577.557 (70,7%) terdiri dari IUD (6,7%), MOP (1,0%), MOW (2,5%), implan (11,3%), kondom (13,5%), suntik (33,1%) dan pil (31,7%) (Dinkes Pemprovsu, 2014). Hasil pencapaian KB MKJP di Sumatera Utara masih dibawah target pencapaian 25,9% (BKKBN, 2014) Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang (2014) bahwa jumlah peserta KB sebanyak 335.871 PUS dan jumlah pencapain peserta KB sebanyak 228.541 PUS (68,04%). Data Kecamatan Pancur Batu dari 25 desa menunjukkan bahwa pencapaian peserta KB baru tahun 2014 sebanyak 15.481 PUS dan 10.163 PUS yang terdiri IUD sebanyak 1.029 PUS (10,12%), MOW sebanyak 669 PUS (6,58%), MOP sebanyak 91 PUS (0,89%), kondom sebanyak 696 PUS (6,84%), implan sebanyak 970 PUS (9,54%), suntik sebanyak 3.456 PUS (34%), dan pil sebanyak 3.252 PUS (31,99%) (Dinkes Deli Serdang, 2014). Pencapaian peserta KB baru 2014 di Kecamatan Pancur Batu sebanyak 207 PUS dari jumlah PUS secara keseluruhan 316 PUS yang terdiri dari IUD sebanyak 14 PUS (6,76%), MOW sebanyak 22 PUS (10,62%), MOP sebanyak 1 PUS (0,48%), kondom sebanyak 26 PUS (12,56%), implan sebanyak 24 (11,59%), suntik sebanyak 4

5 64 PUS (30,91%) dan pil sebanyak 56 PUS (27,05%) (BPPKB Kecamatan Pancur Batu, 2014). KB merupakan salah satu metode untuk menunda kehamilan sementara dan mengendalikan pertumbuhan penduduk, mengatur jarak kelahiran, dan usia ideal melahirkan. Adapun program-program pokok dari KB yaitu, Program kesehatan reproduksi, program kesehatan remaja, program ketahanan dan pemberdayaan keluarga, sistem informasi kependudukan. Diantara berbagai metode kontrasepsi yang ada, terdapat Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). AKDR adalah metode berkb dengan menggunakan suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduktif. Efektifitas penggunaan sampai 99,4% dan dapat mencegah kehamilan hingga 5-10 tahun. Dapat dipasang langsung pada ibu pasca bersalin atau setelah plasenta dikeluarkan (BKKBN, 2014). Pemakaian metode AKDR di Indonesia nyata-nyata mampu menurunkan angka TFR secara signifikan. AKDR merupakan alat kontrasepsi yang efektif akan tetapi dapat menimbulkan gangguan pada organ reproduksi karena keberadaanya di dalam rahim dimana AKDR merupakan benda asing bagi rahim sehingga banyak menimbulkan efek samping bagi akseptor, misalnya mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (metroragia) yang disebabkan adanya faktor mekanik pada endometrium karena ketidak serasian antara besarnya AKDR dan rongga rahim serta kemungkinan disebabkan karena kehamilan intra uteri atau ektopik. Dan akseptor AKDR yang karena efek samping banyak yang memilih untuk drop out karena 5

6 membuat akseptor tersebut tidak nyaman dan lebih memilih untuk berpindah ke kontrasepsi lain (Utami, 2011) BKKBN juga menyatakan salah satu penyebab turunnya pencapaian penggunaan kontrasepsi AKDR antara lain disebabkan oleh fasilitasi terhadap provider yang kurang optimal, belum meratanya promosi KB yang menjangkau ke seluruh masyarakat, berkurangnya/terbatasnya tenaga kesehatan di lapangan belum optimalnya dalam pengelolaan ketersediaan AKDR di fasyankes, jenis AKDR yang beredar dimasyarakat masih terbatas dan meningkatnya kampanye penggunaan kontrasepsi hormonal sehingga melemahkan promosi AKDR (BKKBN, 2011). Penurunan jumlah peserta KB AKDR dari tahun ke tahun dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti 1) ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB AKDR, dimana pengetahuan terhadap alat kontarsepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan, 2) umur yang merupakan alasan dan kebutuhan dalam memilih alat kontrasepsi yang digunakan. 3) Jumlah anak atau paritas juga merupakan pertimbangan ibu untuk tidak menggunakan AKDR karena jangka waktu pemasangan yang lama dan 4) pendapatan, karena biaya pelayanan AKDR yang relatif mahal dan biaya untuk menjangkau fasilitas kesehatan (Aldriana, 2013). Rendahnya minat WUS terhadap AKDR tidak terlepas dari rendahnya pengetahuan terhadap alat kontrasepsi tersebut. Sehingga sangat perlu pemahaman yang baik tentang AKDR bagi wanita usia subur. Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan salah satu metode kontrasepsi yang pengunaannya relatif lebih rendah 6

7 dibandingkan dengan penggunaan metode kontrasepsi lain. Sikap wanita yang kurang berperan dalam pemeliharaan kesehatannya disebabkan oleh ketidak mengertian akan pentingnya dan cara-cara berperan dalam pemeliharaan kesehatan ibu dan anak termasuk KB. Hal tersebut tercermin dengan jelas dari adanya pola sikap tertentu terhadap AKDR dan kebiasaan masyarakat yang masih cenderung menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab tersebut kepada para isteri (Yulizawati, 2012). Berdasarkan penelitian Sumarni (2013) tentang faktor yang memengaruhi lama ketidaklangsungan pemakaian AKDR adalah pengetahuan, sikap, persepsi, efek samping, ingin punya anak lagi dan peran petugas kesehatan. Namun, yang paling dominan memengaruhi adalah efek samping. Sedangkan penelitian Dewi (2012), tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan AKDR. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan AKDR. Alasan yang cukup menonjol adalah karena efek samping dan masalah kesehatan, dengan pasangan yang menolak 10 persen, alasan karena masalah agama 0,5 persendan alasan yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yaitu biaya yang mahal 0,8 persen (BKKBN, 2010). Berdasarkan servey awal yang dilakukan peneliti di kecamatan pancur batu peroleh 25 desa. Dari desa tersebut di peroleh satu desa yang cakupan AKDR rendah yaitu desa durin janggak.di desa durin jangga bahwa pada tahun 2014 terdapat jumlah PUS yang menjadi peserta KB sebanyak 316 orang, untuk aseptor KB AKDR sebanyak 207 orang. 7

8 Hasil survei yang dilakukan di Desa Durin Jangak terhadap 10 orang, bahwa alasan yang menyebabkan ibu menghambat penggunaan AKDR yaitu 6 orang (60%) mengalami efek samping dan mereka ingin menambah anak lagi, kurang dukungan dari suami, kurangnya pengetahuan dan informasi dari petugas, serta belum pernah mendapat penyuluhan secara detail tentang penggunaan kontrasepsi, sedangkan 4 orang (40%) sangat nyaman menggunakan AKDR karena mereka tidak perlu mengingat-ingat kapan pemasangan alat kontrasepsi. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka ingin dilakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 1.2. Permasalahan Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Janggak Durin Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 1.3. Tujuan Penelitian Mengetahui faktor-faktor (umur, jumlah anak, pengetahuan, sikap, efek samping, ingin punya anak lagi, dukungan suami, dan dukungan petugas kesehatan) yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 8

9 1.4. Hipotesis 1. Ada hubungan antara umur dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 2. Ada hubungan antara jumlah anak dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 3. Ada hubungan antara pengetahuan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 4. Ada hubungan antara sikap dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 5. Ada hubungan antara ingin punya anak lagi dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 6. Ada hubungan antara efek samping dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 7. Ada hubungan antara dukungan suami dengan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) pada pasangan suami istri di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 9

10 8. Ada hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan penggunaan di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang tahun 2015. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Sebagai masukan bagi petugas kesehatan di wilayah kerja di Desa Durin Janggak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang dalam meningkatkan pelayanan KB AKDR. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pasangan suami istri tentang kontrasepsi AKDR sehingga bersedia menjadi akseptor AKDR. 10