2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan, di jenjang SLTA (SMA dan MA) ilmu ekonomi dipelajari sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

Rata-rata UN SMP/Sederajat

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sampai ke perguruan tinggi. Belajar matematika di sekolah dasar tentunya

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan matematika. Matematika mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam kehidupan, pendidikan memegang peranan penting karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dicky Fauzi Firdaus, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi dan

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, pemerintah maupun pihak yang berhubungan langsung dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

BAB I PENDAHULUAN. cara tingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah, 2003:10).

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Pendidikan Matematika. Oleh : DHIAN ENDAHWURI A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data, perkembangan pendidikan Indonesia masih tertinggal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran matematika. Padahal, dalam kehidupan sehari-hari matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia dan. dilaksanakan semenjak adanya manusia, hakikat pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelak dapat mengangkat harkat martabat bangsanya. kepribadian dan keterampilan memberikan hasil yang bervariasi.

BAB I PENDAHULUAN. (transfer ilmu) kepada siswa. Salah satu faktor yang sangat menentukan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

BAB I PENDAHULUAN. terampil dalam menyampaikan materi bidang tersebut kepada siswa.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses manusia memperoleh ilmu pengetahuan sangat penting dalam membentuk kemampuan berfikir. Pemahaman manusia terhadap kehidupan menimbulkan berbagai pertanyaan, ide, dan makna yang terkandung didalamnya. Pembiasaan berfikir secara sistematis, logis, melatih imajinasi dan membentuk ide akan mengembangkan kemampuan manusia dalam memecahkan masalah kehidupan. Kemampuan berfikir kritis dalam pembelajaran di sekolah sebagai pendidikan formal sangat penting dikarenakan menentukan keberhasilan siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi perkembangan peserta didik secara keseluruhan, sehingga masalah yang perlu dikaji adalah rendahnya kemampuan berfikir kritis siswa. Dewey (Johnson. E. B, 2010: 187) mengatakan bahwa Sekolah harus mengajarkan cara berfikir yang benar pada anak-anak. Sizer (Johnson. E. B, 2010: 181) memandang bahwa sekolah adalah tempat untuk berlatih berpikir dan memcahkan masalah, sebagaimana dikemukan bahwa Sekolah artinya belajar menggunakan pikiran dengan baik, berpikir kreatif menghadapi persoalan-persoalan penting, serta menanamkan kebiasaan untuk berpikir. Pembelajaran yang tejadi di sekolah pada saat ini masih bersifat konvensional, orientasi pembelajaran yang masih mengejar nilai Ujian Nasional (UN) sehingga siswa diberikan pembelajaran instan dengan banyak mengerjakan latihan soal, kurangnya inovasi guru dalam mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan. Pemahaman tentang metode pembelajaran yang tepat untuk siswa sesuai teori pembelajaran juga masih rendah. Pelaksanaan pembelajaran masih teacher oriented atau teks book oriented dimana guru masih sangat dominan dalam pemebelajaran dan tidak terjadi improfisasi kreatifitas guru dalam mengajar. Akibat

dari pembelajaran seperti itu adalah siswa akan pasif dan kemampuan berpikir kritis dan kreatifitas siswa tidak berkembang. Tantangan masa depan lebih menuntut pembelajaran yang lebih mengembangkan kepada kemampuan berpikir kritis, karena akhir dari sebuah pembelajaran yang didapatkan siswa di sekolah yaitu keterampilan. Oleh karena itu, strategi pembelajaran di sekolah tidak hanya menekankan pada konsep saja tapi juga membangun kemampuan berpikir kritis siswa serta keterampilan memecahkan masalah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan. Kalau kita lihat dalam proses pembelajaran salah satunya pada pembelajaran ekonomi yang dilaksanakan para guru kita di sekolah adalah masih lebih dominan kepada aspek pengetahuan dan pemahaman konsep, belum menuntut siswa untuk aktif dan melatih siswa dalam berfikir serta menemukan sendiri konsep yang ada, siswa cenderung lebih sering menghafal konsep tanpa mengetahui bagaimana proses untuk menemukan konsep sehingga mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam berfikir untuk pemecahan masalah. Adanya tuntutan dalam menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia yang berkualitas yang dapat menjawab berbagai masalah dan tantangan yang semakin rumit dalam kompleks melalui pembentukan karakter tentunya peserta didik dilatih untuk terus meningkatkan kemampuan intelektual dan berpikir kritis, maka dari itu perlu adanya peningkatan penugasan ilmu pengetahuan pada berbagai mata pelajaran disetiap jenjang pendidikan. Dalam bidang studi atau mata pelajaran ekonomi pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) dituntut untuk mempunyai kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis yang digunakan peserta didik untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Menurut Neti Budiwati dan Leni Permana (2010:18), kemampuan yang akan dicapai peserta didik sesuai dengan tujuan mata pelajaran ekonomi yaitu: 1. Memahami sejumlah konsep untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu rumah tangga, masyarakat, dan Negara.

2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ekonomi. 3. Membentuk sikap bijak, rasional, bertanggung jawab dengan memilki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen akuntansi yang bermanfaat bagi dirinya sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan Negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenal nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional internasional. Beberapa tujuan pemebalajaran ekonomi yang disebutkan di atas dapat dikatakan bahwa memlalui pembelajaran ekonomi diharapkan peserta didik mampu memahami konsep ekonomi dan mengembangkan sikap ingin tahu dengan cara berpikir kritis terhadap peristiwa dan permasalahan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Karena dalam pembelajaran ekonomi sebenarnya syarat akan materi analisis, studi kasus-kasus yang terjadi dilapangan, dan berhubungan dengan kehidupan nyata. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran ekonomi tersebut maka guru dalam pelaksanaan pembelajaran dituntut untuk menggunakan model, metode, media, dan sebagainya yang dapat menunjang peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis peserta didik. Namun kenyataannya, dalam pembelajaran ekonomi seringkali terjadi masalah yang menyebabkan tujuan pembelajaran ini kurang tercapai. Misalnya saja dalam proses belajar mengajar di kelas, peserta didik sering diarahkan pada kemampuan menghafal dan menimbun informasi tanpa melibatkan anak untuk memahami informasi yang bisa digunakannya dalam menghubungkan konsep ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dengan kehidupan sehari-hari. Kemampuan berfikir kritis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa seperti diungkapkan Sudiarta (2009) berfikir kritis telah terbukti mempersiapkan siswa dalam berfikir pada berbagai disiplin ilmu karena berfikir kritis merupakan kognitif yang dilakukan siswa dengan cara membagi-bagi cara

berfikir dalam kegiatan nyata dengan memfokuskan pada membuat keputusan mengenai apa yang diyakini atau dilakukan. Bardasarkan informasi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan guru ekonomi SMA N 2 Gunung Talang kelas X pada hari senin pada tanggal 26 januari 2015 jam 18.20 WIB mengatakan bahwa secara keseluruhan siswa belum mampu berpikir kritis, hanya beberapa yaitu satu atau dua orang yang berpikir kritis, ini terlihat disaat guru menyampaikan pertanyaan yang berupa kasus kepada siswa hanya beberapa siswa yang mengangkat tangan untuk mencoba menjawab pertanyaan dari guru. Hal ini karena minat belajarnya masih kurang disebabkan salah satunya dari guru, dimana metode pembelajaran yang digunakan masih ceramah dan konvensional yang tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Dan guru ekonomi yang lain di SMA Negeri 2 Gunung Talang juga mengatakan bahwa hanya sedikit dari keseluruhan siswa yang berpikir kritis penyebabnya adalah minat belajar siswa kurang karena motivasi yang kurang dari orang tua. Permasalahan siswa pada mata pelajaran ekonomi terlihat juga dari nilai siswa pada saat pra penelitian, kriteria ketuntasan minimal siswa yang diterapkan di SMA Negeri 2 Gunung Talang ini adalah 75. Tabel 1.1 Nilai UAS Siswa Ekonomi Kelas X Jumlah siswa Jumlah siswa Kelas yang memenuhi KKM yang belum memenuhi KKM Jumlah siswa Persentase siswa yag X - IS 1 9 24 33 72,72% X - IS 2 3 27 30 90,00% Sumber : Daftar nilai siswa pra penelitian belum memenuhi KKM Dari hasil wawancara dan hasil pengamatan yang dilakukan guru ekonomi kelas X SMA N 2 Gunung Talang diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Peserta didik kurang berperan secara aktif, karena peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat materi dari guru sehingga peserta didik kurang memahami konsep secara utuh

2. Kurangnya konsentrasi peserta didik dalam menerima materi dalam kelas karena hanya beberapa siswa yang fokus memperhatikan guru. 3. Kurangnya kekritisan peserta didik dalam menanggapi materi yang diajarkan oleh guru dilihat dari kurangnya keaktifan peseta didik dalam bertanya dan menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4. Kurangnya kekrtitisan peserta didik dalam menanggapi studi kasus yang di sampaikan oleh guru. 5. Kurang terjadinya pembelajaran peserta didik yang mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari karena pembelajaran yang hanya bersifat transfer ilmu yang dilakukan guru kepada siswa Metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa yaitu dengan metode pembelajaran problem solving yang dipadukan dengan think pair share. Metode pembelajaran problem solving diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa karena kemampuan memecahkan masalah (problem solving) merupakan bekal bagi siswa untuk menjalani proses kehidupan, dimana dalam hidup terdapat berbagai masalah yang dihadapi, dan hendaknya dimaknai secara positif. Adanya permasalahan (problem) yang diberikan akan mengajak siswa lebih aktif dalam pembelajaran, memahami isi pembelajaran, menantang kemampuan berpikir siswa untuk mengatasi masalah yang dihadapinya,menemukan solusi yang tepat (solving) atas permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sanjaya (2009) yang menyatakan bahwa problem solving merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Afcariono (2008) menunjukkan bahwa problem solving mampu meningkatkan kemampuan berpikir siswa seperti kemampuan bertanya dan menjawab permasalahan yang akan dipecahkan. Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Adnyana (2009) juga menunjukkan bahwa penerapan model pemecahan masalah (problem solving) mampu menciptakan interaksi belajar siswa yang sangat

dinamis dan kerjasama antar siswa dalam kelompok maupun antar kelompok yang lebih baik. Model pembelajaan yang dapat meningkatkan efektifitas dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan pemahaman dan aktifitas siswa adalah model kooperatif. Sugiyanto (2009: 37) berpendapat bahwa Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu teknik pembelajaran dalam metode kooperatif adalah Think Pair Share (TPS) merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk saling memberikan informasi atau saling bertukar pikiran dengan siswa lain. Dalam model cooperative learning ini siswa dapat bekerja sama dengan siswa lainnya dan mempunyai tanggung jawab lebih dan mempunyai banyak kesempatan pula untuk mengolah informasi yang di dapat dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan siswa dituntut untuk bekerja sama. Penerapan model pembelajaran membantu peserta didik dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa yang selanjutnya siswa akan lebih meningkatkan aktivitas belajar yang lebih baik. Dalam proses pembelajaran, sebelum guru memberikan pelajaran selanjutnya, guru hendaknya mengetahui pengetahuan awal siswa, hal ini dilakukan agar guru mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam belajar. Menurut Muhibbin Syah (2012 :121) mengatakan bahwa pengetahuan awal merupakan prasyarat untuk mengetahui adanya perubahan. Sejalan dengan hal tersebut Ahmad Suyono (2012) menunjukan bahwa terdapat hubungan positif antara kemampuan awal siswa dengan hasil belajarnya. Selain dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang dilakukan di kelas, pada dasarnya siswa memiliki perbedaan individual. Perbedaan ini berasal dari dalam diri maupun dari luar diri siswa. Dari segi dalam diri siswa, perbedaan tersebut dapat dilihat dari kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan awal siswa dapat dibentuk oleh pengalaman yang telah ia lalui, baik dari proses pembelajaran maupun

dari lingkungan siswa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dahar, M.A (2011) yang berjudul Relationship Between The School Resource Inputs And Academic Achievement Of Student At Secondary Level In Pakistan. Temuan penelitian tersebut menunjukkan bahwa prestasi siswa sebelumnya adalah prediktor yang paling penting dari prestasi akademik. Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu aspek hasil belajar siswa, oleh karena itu, kemampuan awal diduga akan mempengaruhi keterampilan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, penulis akan melakukan penelitian mengenai penerapan metode pembelajaran problem solving dan think pair share terhadap kemampuan berpikir kritis mata pelajaran ekonomi kelas X SMA Negeri 2 Gunung Talang Kabupaten Solok. 1.2. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode problem solving dan metode think pair share? 2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah? 3. Apakah ada interaksi antara metode pembelajaran problem solving dan think pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode problem solving dan metode think pair share.

2. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 3. Mengetahui pengaruh interaksi antara metode problem solving dan metode think pair share dengan kemampuan awal terhadap kemampuan berpikir kritis. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa SMA bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut: 1. Bagi guru, memberikan informasi dan wawasan tentang metode problem solving dan think pair share sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi serta memberi kajian tentang kemampuan awal siswa. 2. Bagi siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dalam proses pembelajaran. 3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 4. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian lebih lanjut.