Nata Abuddin Haji, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 1. 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan serius, maraknya kasus-kasus yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan. berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berwawasan, hal ini tentu dilatarbelakangi oleh mutu Pendidikan. yang terus berkembang sesuai tuntutan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan bekal kepada peserta didik untuk memahami Al-qur an dan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Abudin Nata, Al-Qur an dan Hadits, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1993, hlm.55-56

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2010), hlm Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

UMMI> DALAM AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan. dengan jalan mutawātir, dan yang membacanya dipandang beribadah.

Irfani ISSN E ISSN Volume 11 Nomor 1Juni 2015 Halaman

BAB I PENDAHULUAN. Hamzah B Uno dan Nurdin Mohammad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2014, hlm. 138.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar. pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan peserta didik agar meraih cita-citanya dimasa yang akan

BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. tidak akan dapat beragama Islam dengan mudah tanpa melalui pendidikan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 57.

BAB I PENDAHULUAN. merasakannya. Begitu pula bisa membaca Al-Qur an dengan fasih dan benar

BAB I PENDAHULUAN. (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm Juwariyah, Dasar-Dasar Pendidikan Anak dalam Al-Qur an,

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha yang bisa dilakukan oleh orang dewasa untuk memberi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

keterpeliharaannya Al-Qur an. Allah berfirman:

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Sumber Ajaran Islam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Zuhaili, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, A.H. Ba adillah press, Jakarta, 2002, hlm 17.

BAB IV ANALISIS DAMPAK PERILAKU PERANTAU TERHADAP MORALITAS REMAJA DESA KANDANGSERANG PEKALONGAN

KAYA TAPI ZUHUD. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. (Dosen PKn dan Hukum FIS UNY)

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAN. social sebagai pedoman hidup. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Zemool, (Solo: CV. Pustaka Mantiq, 1991), hlm. 64. Nasional. 1 Mahmud Ahmad Sayyed, Mendidik Generasi Qur any, Terj. S. A.

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Suroso Abdussalam, Arah & Asas Pendidikan Islam, Sukses Publising, Bekasi Barat, 2011, hlm. 38.

BAB I PENDAHULUAN. Hadist di atas menunjukkan bahwa peran keluarga khususnya orang tua sangat penting dalam membentuk karakter

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2006), hlm Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Raja

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

Modul ke: Akhlak Islami. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. asing yang semakin menggeser minat untuk belajar membaca Al-Qur an. yang dampaknya akan menghancurkannya umat islam.

Oleh : Muflihah Istiqomah S BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang cepat untuk menghimpun informasi baru yang dibutuhkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. Terpadu di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi, dan Masyarakat), AR-Russ Media, Yogjakarta, hlm.26.

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses usaha manusia guna menimbulkan dan

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terdapat di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sumber: Islam4Kids.com Berdasarkan Kisah Para Nabi oleh Ibnu Katsir dan Tafsir Ibnu Katsir. Disebarluaskan melalui:

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

Masih Spiritualitas Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Iman kepada Rasul adalah salah satu rukun iman yang ke empat. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, al-quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus... (Q.S. Al-Israa /17: 9) 2

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara formal pendidikan yang diselenggarakan disekolah biasa

BAB I PENDAHULUAN. Kisbiyanto, Ilmu Pendidikan, Nora Media Enterprise : Kudus, Cet. 1, 2010, hal. 35.

Membentuk. Akhlak Anak. Cara Mendidik Akhlak Anak Menurut Islam. Roidah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang dapat dengan mudah memberikan pendidikan pada anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN. karna masa ini merupakan masa emas bagi seorang anak. yang diselenggarakan dengan tujuan untuk menfasilitasi pertumbuhan dan

PENGGUNAAN KATA TANYA/ ISTIFHANIAH DALAM ALQUR AN (SUATU KAJIAN TAFSIR TEMATIK DALAM TAFSIR AL MISHBAH PADA SURAT AL BAQARAH, ALI IMRAN, AN NISA )

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi, agar anak didik berkualitas,

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (Q.S. Al-Qomar:17). 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN. Kelembagaan Agama Islam: Jakarta, 1995, hlm. 48.

untuk mengikuti ajaran Ibrahim dan agar beliau dan umat Islam

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an diyakini oleh ummat Islam sebagai kalamullah (firman Allah) yang mutlak benar, berlaku sepanjang zaman dan mengandung ajaran dan petunjuk tentang berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan manusia di dunia ini dan di akhirat nanti. Ajaran dan petunjuk al-qur an tersebut berkaitan dengan berbagai konsep yang amat dibutuhkan oleh manusia dalam mengarungi kehidupannya didunia ini dan diakhirat kelak.1 Al-Qur an adalah satu-satunya kitab suci di dunia ini yang hingga kini masih tetap terjaga dan terpelihara keasliannya. Sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw., Al-Qur an masih tetap dalam kondisi utuh dan tak satupun hurufnya berubah.2 Dan juga al-qur an al-karim adalah kalam Allah, ia datang darinya, inilah akidah kita. Oleh karena itu al-qur an adalah kalam yang paling agung dan paling mulia secara mutlak.3 Hal ini kita harus selalu berpegang teguh kepada al-qur an dan as-sunnah dalam semua urusan terkait dengan pembinaan iman kepada anak, agar dia bisa kembali dengan fitrah sebelumnya. Firman Allah Swt,: Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Allah Swt; (tetaplah atas) fitrah Allah Swt, yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah Swt, (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rum 30). Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu Agama Tauhid, kalau ada manusia tidak 1 Nata Abuddin Haji, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm. 1. 2 Tim penyusun, Buku Ajar Praktikum Ibadah, STAIN kudus, 2011. hlm. 1. 3 Ar-Ramli Muhammad Syauman, Air Mata Pembaca Al-Quran, Rahasia Kejujuran Tangis ParaSalaf, Aqwam Solo 2007, hlm. 19. 1

2 beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.4 Didalam tabiat dasarnya manusia ditetapkan mengakui tauhid, seperti dalam hadis yang sangat melimpah dari Nabi Saw.: ما من مىلىد اال يىلد على الفطره فابىاه يهىدانو او ينصرانو اويمجسانو ( رواه ) مسلم Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orang tuanyalah yang menjadikan yahudi, nasrani atau majusi (H.R. Muslim)5 Sebuah keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan yang utama bagi anak.6 Untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt sebagaimana permasalahan, serta berakhlak mulia, maka perlu ditanamkan nilai-nilai agama yang kuat sejak dini. Terkait dengan hadis diatas Syaiful Bahri Djamarah, sebagaimana dikutip Hasan Basri bahwa: Anak yang baru lahir belum mampu menghadapi kehidupan, tetapi tergantung pada lingkungan. Anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang baik, maka ia akan baik, demikian juga sebaliknya.7 Hal ini karena Anak sebagai tanaman yang tumbuh, sehingga peran pendidik atau orang tua adalah sebagai tukang kebun, dan sekolah merupakan rumah kaca dimana anak tumbuh dan matang sesuai dengan pola pertumbuhannya yang wajar. Sebagai tukang kebun berkewajiban untuk menyirami, memupuk, merawat, dan memelihara terhadap tanaman yang ada dalam kebun. Ilustrasi itu menggambarkan bahwa sebagai pendidik haruslah melaksanakan proses pendidikan agar mampu meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Suatu konsekuensi alami dari pertumbuhan dan kematangan ibarat pohon, banyak miripnya dengan mekarnya bunga dalam kondisi yang tepat. Dapat di katakan 4 Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Al-Quran Dan Terjemahannya, Diponegoro bandung 2013, hlm. 307. 5 Ma rifat, Kisah-Kisah Al-Quran Antara Fakta Dan Metafora, Citra Gria Aksara Hikmah, 2013, hlm. 68. 6 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, 2005, Yogyakarta, hlm. 311. 7 Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung 2009, hlm. 91.

3 bahwa apa yang akan terjadi pada anak tergantung pada pertumbuhan secara wajar dan lingkungan yang memberikan perawatan. Adapun yang dimaksud pertumbuhan yang alami adalah kegiatan bermain dan kesiapan atau proses kematangan.8 Setiap orang tua menginginkan anak yang baik, karena mereka mengetahui bahwa sesungguhnya anak adalah rizki dan keni matan sebagaimana yang disebutkan oleh Mansur menyangkut suami istri bahwasannya bagi pasangan suami istri yang mampu melahirkan anak hendaknya menyadari betul bahwa anaknya itu semata-mata merupakan karunia Allah, karena banyak orang yang sudah lama menikah dan ingin mempunyai anak, tetapi tidak diberi anak oleh Allah. Jadi, anak merupakan ni mat Allah yang begitu tinggi nilainya, maka haruslah disyukuri dengan membina dan mendidik anak sebaik-baiknya.9 Maka sebagai orang tua haruslah menyadari bahwa disamping anak menjadi ni mat serta rizki, juga merupakan fitnah bagi orang tuanya jika tidak mampu menjaganya. Bahkan kadang anak juga bisa menjadi fitnah lantaran terdapat kekurangan atau kelemahan pada anak itu sendiri yang akan mengakibatkan fitnah bagi orang tuanya terlebih jika tidak di landasi iman dan takwa. Oleh karena itu, sebagai orang tua hendaklah mendidik anak dengan sebaik-baiknya agar tidak menjerumuskan orang tua dan anak itu sendiri.10 Diantara sekian perintah Allah berkenaan dengan amanat-nya yang berupa anak adalah bahwa setiap orang tua muslim wajib mengasuh dan mendidik anak-anaknya dengan baik dan benar. Hal itu dilakukan agar tidak menjadi anak-anak yang lemah iman dan lemah kehidupan duniawinya, namun agar dapat tumbuh dewasa menjadi generasi yang sehingga terhindar dari siksa api neraka.11 8 Mansur, Op. Cit,hlm. 3. Ibid, hlm. 7. 10 Ibid. 11 Ibid, hlm. 7-8. 9

4 Keterangan diatas juga sesuai dengan prinsip dan sistem pendidikan Islam yang bertitik-tolak dan bermuara pada syari at,12 mengingat bahwa Islam mengajarkan prinsip-prinsip harmonis, maka pola pendidikannyapun mengandung unsur-unsur harmonis yang dalam fungsinya: a. Mengantarkan para anak-didik pada keimanan dan semangat ibadah. b. Menanamkan kesadaran para anak-didik terhadap kaidah-kaidah etika, yaitu ukuran-ukuran tentang baik-buruk hak dan bathil, supaya jadi warga masyarakat dan warga Negara yang baik berguna dan bertanggung jawab. c. Sesuai dengan potensi, bakat dan minat para anak-didik, memberi bekal ilmu pengetahuan Empiris melalui metode serta kebenarankebenaran pembuktiannya. d. Sesuai dengan potensi, bakat dan minat, para anak-didik, member latiahan dan bimbingan kecakapan kerja praktis yang kiranya, sesuai dengan jabatan dan lingkungan pekerjaannya.13 Dalam kaitan ini menurut Ulil Amri Syafri, kesalahan terbesar dalam dunia pendidikan Indonesia selama ini adalah para konseptor pendidikan melupakan keimanan sebagai inti kurikulum nasional. Meskipun konsepkonsep pendidikan nasional yang disusun pemerintah dalam UU Sisdiknas 1989 sudah menekankan pentingnya pendidikan akhlak dalam hal pembinaan moral dan budi pekerti, namun ternyata hal tersebut tidak di implementasikan kedalam kurikulum sekolah dalam bentuk garis-garis besar program pengajaran (GBPP). Akibatnya, pelaksanaan pendidikan ditiap lembaga tidak menjadikan pendidikan keimanan sebagai inti semua kegiatan pendidikan. Sehingga lulusan yang dihasilkan tidak memiliki keimanan yang kuat. 14 Hal inilah yang terjadi pada zaman sekarang. Disamping itu banyak faktor ateis yang bermunculan,dari mulai kecanggihan teknologi hingga lainnya,termasuk 12 Soeryopratondo Soeparlan Dan Syarif M, Kapita Selekta Pondok Pesantren, PT Paryu Barkah Jakarta,hlm. 57. 13 Ibid 14 Ulil Amri Syafri, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur an, PT Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 4.

5 juga tayangan televisi yang seakan memberikan contoh negatif yang sangat berpengaruh kepada anak, dengan kekhawatiran dari siksa api neraka. Keprihatinan diatas sesuai dengan Firman Allah: Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Perihalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu (QS. At-Tahrim ayat 06)15 Untuk dapat menjaga diri serta keluarga dari neraka, maka pendidikan pertama yang harus ditanamkan adalah akidah tauhid yang berkorelasi dengan pembinaan nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan sendiri memiliki suatu fungsi yaitu memberi arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap pendidikan.16 Dari uraian diatas peneliti merasa perlu membahas tentang pentingnya kita untuk kembali kepada al-qur an dalam segala hal terlebih masalah pembinaan aqidah tauhid anak. Yakni untuk mencetak generasi yang bertaqwa serta beriman kepada Allah dan mempunyai tauhid yang tinggi, Dalam hal ini peneliti akan membahas dengan judul: Pola Pembinaan Tauhid Kepada Anak (Analisis Kisah Nabi Ibrahim As Dan Isma il Dalam Tafsir Al-Ibriz karya Bisri Mustafa Q.S Ash-Shaffat 100-110) karena, pembinaan tauhid dalam usia dini sangatlah urgen dalam membina dan menanamkan karunia Allah berupa anak, dengan tujuan agar selamat dari siksa neraka, dengan mendidik sejak dini masalah tauhid anak. Merujuk kepada kisah nabi Ibrahim yang telah berhasil mendidik anaknya dengan ketauhidan yang sangat sempurna, dalam surat Ash-Shaffat ayat 100-110 ini terdapat konsep mimpi Nabi Ibrahim yakni mimpi yang bisa dijadikan hukum, awal mula syari at qurban dan kesempurnaan tauhid dengan analisis 15 Departemen Agama RI, Al-Hikmah, Al-Quran Dan Terjemahannya, Diponegoro bandung 2013, hlm.560. 16 Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, Sukses Offset Yogyakarta 2009, hlm. 31.

6 kisah Nabi Ibrahim dan Isma il semasa hidupnya, yakni rela mengorbankan putranya Nabi Isma il lantaran hanya karena sebuah mimpi. B. Fokus Penelitian Penilitian ini dilakukan dengan mengarah pada beberapa fokus penelitian, agar supaya penelitian tidak jauh melebar kemana-mana maka perlu adanya fokus penelitian, sedangkan fokus penelitian disini yaitupola Pembinaan Tauhid Kepada Anak (Analisis Kisah Nabi Ibrahim As Dan Isma il Dalam Tafsir Al-Ibriz karya Bisri Mustafa QS ash-shaffat: 100-110) yang meliputi: 1. Uraian tafsir Al-Ibriz QS Ash-Shaffat: 100-110 serta kandungan yang meliputi ketauhidan Nabi Ibrahim dan Nabi Isma il 2. Penjelasan tentang relevansi penafsiran QS ash-shaffat: 100-110 dengan pola pembinaan tauhid sejak dini kepada anak dalam kehidupan sehari-hari. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah uraian tafsir Al-Ibriz QS Surat Ash-Shaffat ayat 100-110 serta kandungan yang meliputi ketauhidan Nabi Ibrahim dan Nabi Isma il? 3. Bagaimanakah relevansi penafsiran QS ash-shaffat: 100-110 dengan pola pembinaan tauhid sejak dini kepada anak dalam kehidupan seharihari? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui uraian tafsir Al-Ibriz QS Surat Ash-Shaffat ayat 100110 serta kandungan yang meliputi ketauhidan Nabi Ibrahim dan Nabi Isma il. 2. Untuk mengetahui relevansi penafsiran QS ash-shaffat: 100-110 dengan pola pembinaan tauhid sejak dini kepada anak dalam kehidupan seharihari.

7 E. Manfaat Penelitian Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat17, baik secara teoritis maupun praktis. Dengan demikian peneliti menyadari bahwa benar apa yang sedang dikerjakan, menyadari keunggulan dan menyadari keterbatasan hasil penelitiannya18: 1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah untuk pembinaan dan penanaman dalam rangka mencetak anak menjadi anak yang shalih, bertaqwa, dan berbakti kepada orang tua dengan meniru pola kehidupan Nabi Ibrahim dalam mengajarkan Nabi Isma il akan ketauhidan yang sempurna. 2. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberikan pedoman bagi orang tua agar tidak meremehkan akan kewajban membina tauhid anak sejak dini. 17 Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT Grafindo Persada Jakarta, hlm. 37 Ibid, hlm. 37-38. 18