TINJAUAN PUSTAKA. penyimpanan dalam lemari es serta pembekuan dan pengadukan. Puspitarini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air) menjadi. ditemui, tetapi KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada anak-anak membuat anak buta setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. banyak disukai oleh segala kalangan dari anak-anak, remaja maupun orang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gemuk untuk diambil dagingnya. Sepasang ceker yang kurus dan tampak rapuh,

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Salah satu genus umbi-umbian yaitu genus Dioscorea atau

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

SIFAT ORGANOLEPTIK, OVERRUN, DAN DAYA TERIMA ES KRIM YANG DIBUAT DARI CAMPURAN SUSU KEDELAI DAN SUSU SAPI DENGAN PERBANDINGAN YANG BERBEDA

lain-lain) perlu dilakukan (Suryuna, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia kaya akan berbagai jenis tanaman umbi-umbian, baik

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan suatu produk minuman atau jajanan tradisional yang

Uji mutu organoleptik. Pramudya Kurnia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan. penduduk yang mempunyai angka pertumbuhan yang tinggi sekitar 1.

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal, contohnya adalah tanaman Muntingia calabura L atau talok.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG WORTEL PADA PEMBUATAN BISKUIT DITINJAU DARI KADAR β-karoten, SIFAT ORGANOLEPTIK DAN DAYA TERIMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tolo adalah salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) adalah jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

PEMANFAATAN KEDELAI (Glycine soja) SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN ES KRIM MENGGUNAKAN ALAT HOMOGENIZER

PEMBUATAN ES KRIM UBI JALAR (Ipomea HOMOGENIZER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lemak teremulsi dan udara, dimana sel-sel udara berperan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kini banyak dikembangkan di Indonesia. Gelato termasuk jenis frozen dairy food

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah umum yang biasa ditemui dalam peggunaan hasil protein

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang selalu berupaya melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Es krim di Indonesia telah dikenal oleh masyarakat luas sejak tahun 1970-an dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

%, laktosa 4,80 % dan mineral 0,65 % (Muchtadi dkk., 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2)

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karbohidrat biji jagung manis juga fraksi-fraksi gula bebas sebesar 1%-3% yang

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

KAJIAN KUALITAS UMBI UBI JALAR SEBAGAI SUBSTITUSI SUSU SKIM DALAM PEMBUATAN ES KRIM

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya di era modern ini banyak hasil pengolahan ikan yang

PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dimakan sehari-hari untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki taksonomi menurut Rukmana (2003), sebagai berikut: : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan

TINJAUAN PUSTAKA. pisang raja berasal dari kawasan Asia Tenggara dan pulau-pulau pasifik barat. Selanjutnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan dalam bentuk eksperimen. Menurut Sugiyono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

I PENDAHULUAN. Kerangka Penelitian, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tapioka. Kerupuk sudah banyak dimodifikasikan dengan berbagai cita rasa

PEMANFAATAN UBI JALAR MERAH SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN DALAM PEMBUATAN ES KRIM SECARA TRADISIONAL DENGAN PENAMBAHAN CMC NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

BAB I PENDAHULUAN. pada 2002, konsumsi kalsium di kalangan masyarakat baru mencapai rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah salah satu pangan internasional yang dapat dengan mudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tropis terutama di Indonesia, tanaman nangka menghasilkan buah yang

Bab I. Pendahuluan I-10 BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. bahan pangan yang sehat, tanpa dikurangi komponen-komponennya (Hadiwiyoto,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanamannya berbentuk rumput, batangnya pendek, dan akar tunggangnya

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

PEMBUATAN MIE SUKUN (KAJIAN SUBTITUSI SUKUN KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR) SKRIPSI. Oleh : INDARTY WIJIANTI

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB I PENDAHULUAN. difermentasi dengan menggunakan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Sekitar anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau (Phaseolus radiatus. L) adalah sejenis tanaman budidaya dan

PENGOLAHAN ES KRIM KAYA ANTIOKSIDAN DARI SARI BUAH MERAH ( Pandanus Conoideus Lamk )

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai masalah yang berkaitan dengan pangan dialami banyak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Uji Organoleptik Yoghurt Sapi Dan Yoghurt Kambing

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Es Krim Menurut Saleh (2004) es krim merupakan makanan beku yang dibuat dari susu yang melewati tahap pasteurisasi, homogenisasi, pematangan es krim dengan penyimpanan dalam lemari es serta pembekuan dan pengadukan. Puspitarini (2012) melaporkan bahwa es krim merupakan hidangan beku yang memiliki kandungan gizi tinggi dan banyak digemari masyarakat. Sekarang ini, konsumen es krim tidak hanya terbatas pada golongan anak-anak tetapi sudah meluas dikalangan remaja, dewasa dan orang tua. Arbuckle (1986) menyatakan bahwa es krim merupakan produk olahan yang terbuat dari kombinasi susu dengan persentasi lemak susu 10-20% dan dicampur dengan telur, ditambah dengan bahan penegas cita rasa manis dan pewarna. Menurut Eckles dkk. (1984) es krim adalah produk olahan susu yang dibekukan, terbuat dari kombinasi susu dengan satu atau lebih bahan tambahan seperti telur, gula, dengan atau tanpa bahan pencitarasa dan pewarna atau penstabil. 2.1.1 Jenis - Jenis Es Krim Jenis es krim yang beredar di pasar dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa sudut pandang. Berdasarkan nilai ekonomi, es krim dikelompokkan sebagai ekonomis, standar, premium dan super premium (Padaga dkk, 2005). Menurut Goff (2000) es krim dapat pula dibagi berdasarkan jenis yang terdapat secara umum di pasaran. Pembagian ini biasanya digunakan bagi kalangan industri. Jenis-jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1. berikut ini. 4

Tabel 2.1.Berbagai Jenis Es Krim dan Komponennya Berdasarkan Nilai Ekonomi (%). Jenis Es Krim Komponen Lemak Total Padatan Overrun Ekonomis 10 36 120 Standar 10-12 36 38 100 120 Premium 12-15 38 40 60 90 Super Premium 15-18 > 40 25 50 Sumber : Goff (2002) 2.1.2 Komposisi Umum Es Krim Bahan-bahan utama yang diperlukan dalam pembuatan es krim antara lain: lemak, Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL), bahan pemanis, bahan penstabil dan bahan pengemulsi. Lemak susu (krim) merupakan sumber lemak yang paling baik untuk mendapatkan es krim berkualitas baik (Padaga dkk, 2005). Menurut Padaga dkk. (2005 ), es krim yang baik harus memenuhi persyaratan komposisi umum Ice Cream Mix (ICM) atau campuran es krim seperti pada Tabel 2.2 di bawah ini. Tabel 2.2 Komposisi Umum Es Krim (%) Komposisi Jumlah Lemak susu 10-16% Bahan kering tanpa lemak 9-12% Bahan pemanis gula 12-16% Bahan penstabil 0-0,4% Bahan pengemulsi 0-0,25% Air 55-64% Sumber: Padaga dkk. (2005) 2.2 Syarat Mutu Es Krim Syarat mutu es krim yaitu mengandung lemak minimal 5,0%, gula yang dihitung sebagai sukrosa minimal 8,0%, protein minimal 2,7% dan bahan padatan minimal 3,4% (Astawan, 2008). Menurut SNI No. 01-3713-1995, es krim memiliki syarat mutu, dimana syarat mutu tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini. 5

Tabel 2.3. Syarat Mutu Es Krim Kriteria Satuan Persyaratan Lemak % b/b Minimum 5,0 Gula % b/b Minimum 8,0 Protein % b/b Minimum 2,7 Jumlah padatan % b/b Minimum 3,4 Keadaan - Normal Penampakan - Normal Rasa - Normal Bau - Normal Sumber: Standard Nasional Indonesia No. 01-3713-1995 (1995) 2.3 Wortel Wortel termasuk dalam famili umbilliferae, yaitu tanaman yang bunganya mempunyai susunan bentuk mirip dengan payung dan pertama kali ditemukan di Eropa bagian selatan, Afrika Utara dan di perbatasan Asia. Tanaman wortel adalah tanaman semusim berbentuk rumput yang mempunyai umbi berwarna kuning sampai kemerahan. (Rukmana, 1995). Klasifikasi tanaman wortel menurut Sunarjono (1984), adalah Divisio: embryophyta siphonogama, sub divisio : angiospermae, kelas : dicotyledoneae, ordo : umbiliflorae, familia : umbiliflorae, genus : daucus, spesies: Daucus carota L. Gambar wortel dapat diihat pada Gambar 2.1. di bawah ini. Gambar 2.1. Wortel (dokumentasi pribadi) 6

Wortel merupakan tumbuhan jenis sayuran umbi yang bewarna jingga dengan tekstur serupa kayu. Bagian yang dapat dimakan dari wortel ini adalah bagian umbi atau akarnya (Dalimartha, 2006). Menurut Cahyono (2002) secara morfologi, organ-organ penting yang terdapat pada tanaman wortel adalah sebagai berikut : daun, akar, bunga, batang serta umbi. Rukmana (1995) melaporkan umbi wortel dapat dipanen setelah berumur kira-kira 2,5-4 bulan. Umbi yang baik adalah yang masih muda karena umbi yang sudah tua mempunyai tekstur yang keras dan pahit. Umbi ini terbentuk dari akar yang berubah bentuk dan fungsi sehingga bisa dikonsumsi (Sunarjono,1984). Menurut Rukmana (1995) wortel (Daucus carota L.) merupakan tanaman sayur yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Secara empiris wortel dapat berkhasiat sebagai peluruh air seni (diuretik) dan peluruh haid, mencegah buta senja, mempercepat penyembuhan luka, antelmintik dan mempersingkat lamanya sakit campak. 2.3.1 Kandungan Gizi Wortel Wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk membuat bermacam-macam masakan, misalnya sup, capcai, bistik, kari dan mie. Umbi wortel memiliki rasa enak, renyah dan agak manis, sehingga disukai masyarakat. Umbi wortel juga dapat digunakan dalam industri pangan untuk diolah menjadi bentuk olahan, misalnya minuman sari umbi wortel, chips wortel, manisan dan jus wortel. Selain itu umbi wortel dapat berfungsi sebagai pewarna pangan alami dalam bentuk tepung umbi (Cahyono, 2002). Wortel segar mengandung air, protein, karbohidrat, lemak, vitamin (beta karoten, B 1 dan C). Beta karoten mempunyai manfaat sebagai antioksidan yang 7

menjaga kesehatan dan menghambat proses penuaan. Selain itu beta karoten dapat mencegah dan menekan pertumbuhan sel kanker serta melindungi asam lemak tidak jenuh ganda dari proses oksidasi (Anonim, 2010). Wortel merupakan komoditas sayuran yang dikenal di Indonesia dan populer sebagai sumber provitamin A, vitamin B, vitamin C serta zat-zat lainnya yang bermanfaat (Kumalaningsih dan Suprayogi, 2005). Wortel bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Hal ini berkaitan erat dengan kandungan gizi yang terdapat pada wortel. Komponen terbesar penyusun wortel adalah air sebanyak 88,2 gram setiap 100 gram wortel. Wortel mengandung sejumlah kecil protein, lemak dan vitamin. Vitamin yang mendominasi wortel adalah vitamin A, yaitu 12.000,00 S.I (Dep artemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981). Kandungan gizi wortel dapat dilihat pada Tabel 2.4 di bawah ini. Tabel 2.4. Kandungan Gizi Wortel per 100 Gram Kandungan Gizi Jumlah Kalori (kal) 42,00 Protein (g) 1,20 Lemak (g) 0,30 Karbohidrat (g) 9,30 Kalsium (mg) 39,00 Fosfor (mg) 37,00 Zat besi (mg) 0,80 Vitamin A (SI) 12.000,00 Vitamin B (mg) 0,06 Vitamin C (mg) 6,00 Air (g) 88,20 Sumber: Rukmana (1995) Manusia memiliki angka kecukupan gizi vitamin A yang dianjurkan sesuai dengan umur dan jenis kelaminnya, seperti pada Tabel 2.5 berikut ini. 8

Tabel 2.5. Daftar Kecukupan Vitamin A Golongan Umur AKG (RE) Golongan Umur AKG (RE) 0 6 bulan 350 Wanita 7 12 bulan 350 10 12 tahun 500 1 3 tahun 350 13 15 tahun 500 4 6 tahun 360 16 19 tahun 500 7 9 tahun 400 20 50 tahun 500 46 59 tahun 500 Pria >60 tahun 500 10 12 tahun 500 13 15 tahun 600 Hamil +200 16 19 tahun 700 20 50 tahun 700 Menyusui +350 46 59 tahun 700 0 6 bulan >60 tahun 600 7 12 bulan +300 Sumber: Almatsier (2001) Ket : - RE : Retinol Ekivalen - AKG : Angka kecukupan gizi 2.4 Uji Organoleptik Penilaian organoleptik disebut juga dengan penilaian indera atau penilaian sensorik yang merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif atau sudah lama dikenal. Penilaian organoleptik sangat banyak digunakan untuk menilai mutu dalam industri pangan dan industri hasil pertanian lainnya. Kadang-kadang penilaian ini dapat memberikan hasil penilaian yang sangat teliti. Penilaian organoleptik yaitu penilaian suatu ilmu yang digunakan untuk mengungkapkan, mengukur, menganalisis dan menginterpretasikan reaksi-reaksi seseorang terhadap karakteristik pangan dan bahan lainnya yang dinyatakan oleh penglihatan, perasa, peraba dan pendengar (Nasoetion, 1998). Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya. Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan respon berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini umumnya 9

digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan. Oleh karena itu panelis sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang mewakili populasi masyarakat tertentu. Skala nilai dapat dinilai dalam arah vertikal atau horizontal (Kartika, 1988). 2.4.1 Panelis Pelaksanaan uji organoleptik memerlukan paling tidak dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana kegiatan pengujian. Keduanya berperan penting dan harus bekerja sama, sehingga proses pengujian dapat berjalan dan memenuhi kaidah objektivitas dan ketepatan (Setyaningsih dkk, 2010). Dalam pengujian organoleptik dikenal dengan nama panel. Panel adalah orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau komoditi berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis (Rahayu, 1998). Terdapat tujuh jenis panel, yaitu panel pencicip perorangan, panel pencicip terbatas (3-5 orang ahli), panel terlatih (15-25 orang yang mempunyai kepekaan cukup baik dan telah diseleksi atau telah menjalani latihan-latihan), panel agak terlatih, panel agak terlatih (terd iri dari 25 orang awam yang dapat dipilih berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan), panel konsumen (terdiri dari 30-100 orang yang tergantung pada target pemasaran suatu komoditas) dan panel anak anak (umumnya menggunakan anak anak berusia 3-10 tahun (Setyaningsih dkk, 2010). 2.4.2 Seleksi Panelis Perlunya dilakukan seleksi panelis adalah untuk mengetahui sensitvitas seseorang terhadap suatu produk, merupakan tahap awal dari pelatihan uji inderawi (membantu mengenalkan produk yang akan diuji kepada calon panelis), 10

melatih kepekaan panelis dan menunjukkan konsistensi (reproducibility) hasil uji (Kramer dan Twigg, 1966). Syarat umum untuk menjadi panelis adalah mempunyai perhatian dan minat terhadap pekerjaan ini. Selain itu, panelis harus dapat menyediakan waktu khusus untuk penilaian serta mempunyai kepekaan yang dibutuhkan. Tahapan dalam seleksi calon panel secara garis besar adalah wawancara, seleksi dokumen dan isian, tahap penyaringan (screening), pemilihan atau seleksi kemampuan, instruksi, latihan dan uji kemampuan (Setyaningsih dkk, 2010). Tahap awal penyaringan untuk mengetahui ketajaman sensori seseorang, biasanya melibatkan beberapa bentuk uji pengenalan. Para panelis diuji untuk mengetahui persepsi dan pengenalan mereka terhadap rasa dasar, yaitu manis, asam, pahit dan umami (gurih). Kemampuan dan sensitivitas seseorang dalam uji sensori ditingkatkan dengan adanya pelatihan-pelatihan. Dalam pemilihan calon panelis, disarankan calon yang dipilih adalah mereka yang mendapatkan skor lebih besar dari 60% untuk uji yang mudah dan lebih dari 40% untuk uji yang tergolong agak sulit, seperti uji segitiga (Setyaningsih dkk, 2010). Pertimbangan diadakannya seleksi panelis berdasarkan adanya perbedaan dari masing-masing individu dalam hal ketepatan dan kemampuan mengadakan pengujian dalam suatu saat, tingkat kemampuan atau kepekaan dalam mengindra, perbedaan-perbedaan sifat inderawi yang spesifik dari suatu bahan dan yang terakhir yaitu perhatian dalam pekerjaan pengujian inderawi dan kesediaannya meluangkan waktu secara periodik untuk melakukan pengujian inderawi (Kartika, 1988). 11

2.4.3 Uji Afeksi Metode uji afeksi adalah metode yang digunakan untuk mengukur sikap subjektif konsumen terhadap produk berdasarkan sifat-sifat sensori. Hasil yang diperoleh adalah penerimaan (diterima atau ditolak), kesukaan (tingkat suka atau tidak suka) dan pilihan (pilih satu dari yang lain) terhadap produk. Tujuan utama uji afeksi adalah untuk mengetahui respon individu berupa penerimaan ataupun kesukaan dari konsumen terhadap produk yang sudah ada, produk yang baru ataupun karateristik khusus dari produk yang diuji (Setyaningsih dkk, 2010). Uji afeksi disebut juga uji konsumen. Uji penerimaan konsumen (consumer sensory testing) merupakan suatu komponen yang diperlukan disetiap program evaluasi sensori. Uji konsumen dilakukan untuk a) menentukan kesukaan atau preferensi konsumen terhadap keseluruhan pangan dari suatu sampel. Dalam hal ini konsumen merupakan representasi dari target pasar yang dimaksud. b) mengukur kesukaan atau referensi terhadap atribut-atribut tertentu dari produk pangan seperti aroma, rasa, warna dan teksturnya (Adawiyah dan Waysima, 2009). Jenis-jenis uji afeksi adalah : 1) Uji mutu hedonik, 2) mutu skalar dan 3) uji kesukaan (uji hedonik). Uji kesukaan disebut juga uji hedonik, dilakukan apabila uji didesain untuk memilih satu produk di antara produk lain secara langsung. Panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Disamping panelis mengemukakan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Uji hedonik banyak digunakan untuk menilai produk akhir (Setyaningsih dkk, 2010). 12

Uji kesukaan pada dasarnya merupakan pengujian yang panelisnya mengemukakan respon berupa senang tidaknya terhadap sifat bahan yang diuji. Pengujian ini umumnya digunakan untuk mengkaji reaksi konsumen terhadap suatu bahan. Oleh karena itu panelis sebaiknya diambil dalam jumlah besar, yang mewakili populasi masyarakat tertentu. Skala nilai yang digunakan dapat berupa nilai numerik dengan keterangan verbalnya atau keterangan verbalnya saja dengan kolom yang dapat diberi tanda panelis. Skala nilai dapat dinilai dalam arah vertikal atau horizontal (Kartika, 1988). 13