THE CONTRIBUTION OF THE COMPONENT OF LOCALLY GENERATED REVENUES MAGELANG CITY IN THE FISCAL YEARS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

UIN MALIKI MALANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Keyword: Local Tax, Local Retribution, Local Original Revenue.

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan umum pada Undang-Undang. Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. daerah menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yaitu PAD. Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disingkat PAD, adalah

Isfatul Fauziah Achmad Husaini M. Shobaruddin

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II. Tinjauan Pustaka. Puspitasari dkk (2016) menjelaskan bahwa 1. Proses pemungutan Pajak

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

DINI AJHARIYANI SUDARSO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

ANALISIS EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH ATAS PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA BADAN PELAYANAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG TAHUN

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

EVALUASI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB) SETELAH PENETAPAN UU NO

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

Pande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 1 (satu) disebutkan, bahwa Pendapatan Asli Daerah bersumber dari Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang mensejahterakan rakyat dapat dilihat dari tercukupinya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, DAN LAIN-LAIN PAD YANG SAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

ANALISIS EVEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PADANG PANJANG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. semua itu kita pahami sebagai komitmen kebijakan Pemerintah Daerah kepada. efisien dengan memanfaatkan sumber anggaran yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak. Menurut UU Republik Indonesia No 28 tahun 2007, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

JURNAL SKRIPSI EVALUASI POTENSI PENDAPATAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

ANALISIS EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DAERAH (STUDI KASUS DI DPPKA KOTA SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap daerah di Indonesia, terutama Kabupaten dan Kota sebagai unit pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

LAJU PERTUMBUHAN PAJAK RESTORAN, HOTEL DAN HIBURAN DALAM PAD KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Keywords: Local Revenue, Local Taxes, effectivity and Contributions

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

POTENSI PAJAK RUMAH KOS SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PAJAK DAERAH DALAM PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. untuk diselesaikan oleh pemerintah daerah. Salah satu urusan yang diserahkan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Aceh Timur

BAB I PENDAHULUAN. nyata dan bertanggung jawab. Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuntutan reformasi disegala bidang membawa dampak terhadap hubungan

EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK RESTORAN DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN SERANG (TAHUN ANGGARAN )

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak lama telah mencanangkan suatu gerakan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menganalisis dan mengetahui bagaimana tingkat efektivitas dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

ANALISIS EFEKTIVITAS REALISASI PAJAK HOTEL DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KOTA BITUNG

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO

I. PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

ANALISIS KONTRIBUSI DAN EFEKTIVITAS PAJAK DAERAH SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARAWANG

Transkripsi:

KONTRIBUSI KOMPONEN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MAGELANG TAHUN ANGGARAN 2006-2015 Devi Nanditya Laksmi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta Devi.nanditya@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD), serta mengetahui seberapa besar kontribusi masingmasing komponen tersebut terhadap PAD Kota Magelang tahun anggaran 2006-2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan data menggunakan rasio efektivitas dan rasio kontribusi. Data penelitian berupa data sekunder yang diperoleh dengan menggunakan metode studi lapangan dan studi pustaka. Hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata efektivitas komponen PAD tahun 2006-2015 Kota Magelang adalah: (1) retribusi daerah sebesar 96%; (2) pajak daerah sebesar 128%; (3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar 111%; (4) lain-lain PAD yang sah sebesar 199%. Sedangkan kontribusi komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2015 didominasi oleh Lain-lain PAD yangs ah yaitu dengan rata-rata kontribusi 59% dan terendah oleh kekayan daerah yang dipisahkan yaitu sebesar 5%. Kata Kunci: Efektivitas, kontribusi, PAD THE CONTRIBUTION OF THE COMPONENT OF LOCALLY GENERATED REVENUES MAGELANG CITY IN THE 2006-2015 FISCAL YEARS Abstract: This study aimed to find out the effectiveness levels of the components of Locally Generated Revenues (LGR) and the contribution of each component on LGR of Magelang City in the 2006-2015 fiscal years. This was a descriptive study using the quantitative approach. The data analysis technique used the effectiveness ratio and the contribution ratio. The research data were secondary data collected through a field study and a document study. The results of the analysis showed the average effectiveness of the components: (1) The local retribution with 96%; (2) The local tax with 128%; (3) The result of the local wealth111%; (4) The other legal components of LGR with 199%. Meanwhile, the contributions of Locally Generated Revenues (LGR) dominated with other legal components of LGR (average is 59% per year), and the least is the result of the local wealth (average is 5% per year). Key word: Efektiveness, Contribution, LGR PENDAHULUAN Otonomi daerah adalah keadaan yang memungkinkan daerah otonom untuk dapat menggali dan mengelola potensi daerah untuk pembangunan dan kemajuan daerah. Untuk mendukkung otonomi daerah, pemerintah pusat mengesahkan Undang-undang No. 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Undan-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentnag Pemerintah Daerah. Ketiga undnag-undang tersebut disahkan dengan 166

Jurnal Economia, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 tujuan agar pemerintah daerah dapat mengelola dan menggali potensi yang dimiliki daerahnya sehingga dapat menorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan ketergantungan fiskal terhadap pusat dapat berkurang. Besar PAD yang diperoleh daerah tergantung dari besar penerimaan komponennya (pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah), besar komponen tersebut mencerminkan besar kontribusinya terhadap PAD, yang dihitung dengan menggunakan rasio kontribusi (membandingkan realisasi komponen PAD dengan realisasi PAD). rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang direncakan dibandingkan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah (Ramli Faud, 2016: 140). Sedangkan besar realisasi komponen tersebut menggambarkan keberhasilan pemda dalam memungut komponen PAD, yang dihitung dengan menghitung rasio efektivitas (membandingkan realisasi setiap komponen dengan targetnya). Kontribusi adalah sesuatu yag diberikan secara bersama-sama dengan pihak lain dengan tujuan biaya atau kerugian tertentu atau bersama (T. Guritno, 1997: 76). Penilitan ini akan membahas seberapa besar kontribusi pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah terhadap realisai PAD Kota Magelang sebelum dan setelah adanya pelimpahan wewenang pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) yaitu tahun 2006-2015. Selain itu juga untuk mengetahui kompoen mana yang memiliki kontribusi terbesar dan terendah terhadap PAD. dalam penelitian ini juga dihitung bagaimana efektivitas komponen PAD, untuk mengethaui tingkat keberhasilan Pemda Kota Magelnag dalam melakukan pemungutan pos-pos PAD tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Papang Permadi Prasetyo (2014), diketahui bahwa kontribusi pajak terendah adalah 11,3% (2006) dan tertinggi 17,8% (2009). Penelitian sejenis dilakukan oleh Arif Himmawan dan Djoko Wahjudi (2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kota Surakarta memiliki rata-rata 52,73%, di Kota Semarang 37,25%; Dan kontribusi retribusi terhadap APBD di Kota Surakarta memiliki rata-rata sebesar 10,45%, dan di Kota Semarang 5,23%. Penelitian Elfayang Rizky Ayu Puspitasari (2014), hasil penelitian menunjukkan bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD Kabupaten Blora tahun 2009-2013 Berkontribusi Sedang. Kota Magelang adalah daerah yang dilalui jalur utama yang menghubungkan kawasan Purwomanggung (Purworejo, Temanggung, Wonosobo, Kebumen, dan Kabupaten Magelang) dengan Yogyakarta, Semarang, dan Cilacap. Kota ini miskin sumber daya alam, tetapi memiliki potensi daerah yang dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan PAD, namun hal tersebut belum dioptimalakan pengelolaannya oleh pemda setempat, seperti kurang tertibnya pembayaran parkir (banyaknya parkir liar), sektor pariwisata hanya Taman Kyai Langgeng (Bukit Tidar belum dikelola), bahkan bidang perikanan kurang mendapat perhatian (potensinya 400 ton per tahun). Jika untuk membangun daerah sangat mengandalkan bantuan dari pusat (dana transfer) maka akan mengganggu pembangunan daerah, namun jika mengandalkan PAD maka perencanaan pembangunan daerah dapat lebih terencana, lebih optimal dan sesuai dengan kebutuhan daerah. 167

Kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah Kota Magelang tahun 2006-2010 dengan rata-rata sebesar 12,4% sedangkan dana perimbangan sebesar 85% (DJPK Kementerian Keeuangan, 2016), kecilnya kontirbusi PAD menunjukkan rendahnya penerimaan pos pos PAD. Kecilnya penerimaan PAD membuat pemerintah pusat membuat kebijakan penambahan pengelolaan pos PAD dari sisi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Sejak 1 Januari 2011, pemerintah Kota Magelang menerima pengalihan pengelolaan BPHTB dari pemerintah pusat (Abu Samman Lubis, 2011). Sejak Januari 2013 Kota Magelang menerima pelimpahan pengelolaan PBB-P2. Peningkatan penerimaan PAD dapat dilakukan dengan melakukan ekstensifikasi PAD (memperhatikan dan mengelola potensi pariwisata Kota Magelang, dengan mengelola Bukit Tidar dan Mina Wisata, menertibkan pengelolaan parkir), intensifikasi dan ekstensifikasi pajak (memperluas objek pajak). Diharapkan dengan adanya penambahan pengelolaan kedua pajak tersebut ketergantungan fiskal daerah otonom terhadap pusat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peran pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2015, selain itu juga untuk mengetahui komponen yang merupakan penyumbang terbesar dan terkecil serta penyebabnya. Penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pemda Kota Magelnag dalam merealisasikan target komponen PAD tahun 2006-2015. Pendapatan Asli Daerah (PAD), adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai peraturan perundang-undangan (UU No. 34 Tahun 2004 tentang Peimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). PAD terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada pemda untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran daerah (UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Pajak daerah kota/ kabupaten terdiri atas: pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, mineral bukan logam, parkir, air tanah, sarang burung walet, Pajak Bumi dan Bangunan perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Retibusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/ atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan orang pribadi atau Badan (UU No.28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah). Objek Retribusi terdiri atas: Retribusi Umum, Jasa Usaha, dan Perizinan Tertentu. Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan (Abdul Halim, 2007: 98). Perincian penggunaan laba bersih hasil perusahaan daerah dicantumkan dalam Undang-undang No.5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, yaitu bagi perusahaan daerah yanng modal seluruhnya dari kekayaan daerah yang 168

Jurnal Economia, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 dipisahkan dan bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri atas kekayaan daerah yang dipisahkan setelah dikeluarkan zakat. Lain-lain PAD yang sah adalah penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemda (Abdul Halim, 2007: 98). Lain-lain PAD terdiri atas: hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, komisi; potongan; ataupun bentuk lain terhadap penjualan/ pengadaan barang/ jasa oleh daerah. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yang akan menganalisis data dengan mendeskripsikan data apa adanya dari komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yaitu pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, serta kontribusinya terhadap realisasi PAD Kota Magelang tahun 2006-215. Objek penelitian ini adalah realisasi PAD Kota Magelang tahun 2006-2015. Subjek penelitian ini adalah Kota Magelang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara studi lapangan (mengumpulkan data-data mengenai komponen PAD dengan melihat Laporan Realisasi Pendapatan dari Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kekayaan Daerah Kota Magelang). Data juga diperoleh dengan Studi Pustaka (dengan mencari data dari instansi terkait yaitu Direktorat Jenderal Keuangan Kementrian Keuangan). Analisis Data dalam penelitian ini menggunkan teknik Analisis Rasio Kontribusi dan Rasio Efektivitas. Rasio Kontribusi dihitung dengan cara membandingkan antara realisasi komponen PAD dengan realisasi PAD kemudian dikalikan 100%, jika dirumuskan: Keterangan: i = 1 (pajak daerah), 2 (retribusi daerah), 3 (kekayaan daerah yang dipisahkan), 4 (lainlain PAD yang sah) Berikut ini adalah table kriteria tingkat kontribusi menurut Litbang Depdagri Fisipol UGM (Abdul Halim, 2008: 233) Tabel 1. Klasifkasi Kriteria Kontribusi Kontribusi Tingkat Kontribusi < 10% Sangat Kurang 10,01% - 20% Kurang 20,01% - 30% Sedang 30,01% - 40% Cukup Baik 40,01% - 50% Baik > 50% Sangat Baik Sumber: Depdagri Fisipol UGM (Abdul Halim, 2008: 233) 169

Rasio Efektivitas, dihitung dengan cara membandingkan antara realisasi komponen PAD dengan target komponen PAD kemudian dikalikan dengan 100%, jika dirumuskan: Keterangan: Komponen PAD terdiri atas = pajak daerah, retribusi daerah, kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lian-lain PAD yang sah Berikut ini adalah kriteria efektivitas menurut Mahmudi yang di klasifikasikan menjadi lima tingkat, yaitu Sangat Efektif, Efektif, Cukup Efektif, Kurang Efektif, dan Tidak Efektif. Tabel 2. Kriteria Efektivitas Efektivitas Tingkat Efefktivitas > 100% Sangat Efektif 100% Efektif 90%-99% Cukup Efektif 75% 89% Kurang Efektif < 75% Tidak Efektif Sumber: Mahmudi (2016: 141) HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pajak Daerah Berikut ini adalah informasi tentang perkembangan efektivitas pajak daerah dan kontribusinya terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2015, yang akan disajikan dalam tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Pajak Daerah Kota Magelang Tahun 2006-2015 Target Pajak Realisasi Pajak Realisasi PAD Efektivitas Kontribusi 2006 3.895,76 4.411,07 36.942,89 113% 12% 2007 4.265,29 5.052,52 35.814,84 118% 14% 2008 4.551,00 5.423,12 40.506,55 119% 13% 2009 4.695,00 5.969,58 47.704,62 127% 13% 2010 5.963,00 6.718,00 59.548,00 113% 11% 2011 7.659,76 9.463,83 63.557,70 124% 15% 2012 8.464,26 12.546,89 90.986,60 148% 14% 2013 14.302,40 18.829,67 107.739,84 132% 17% 2014 14.138,70 22.107,43 164.927,63 156% 13% 2015 20.423,27 26.185,30 186.677,41 128% 14% Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa perolehan realisasi pajak daerah terus meningkat dari tahun 2006-2015, dengan tingkat efektivitas di atas 100% yang berarti bahwa tingkat efektivitas pajak selama 10 tahun tersebut adalah Sangat Efektif. Sedangkan kontribusi pajak daerah terhadap PAD tahun 2006-2015 berada pada 10,1%-20% (kriteria kontribusi Kurang), dengan kontribusi terendah sebesar 11% (2010) dan tertinggi 17% (2013). Perolehan pajak daerah meningkat secara tajam setelah pelimpahan pengelolaan PBB kepada Kota Magelang pada Januari 2013. 170

Jurnal Economia, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 2. Retribusi Daerah Berikut ini adalah tabel yang berisi informasi tentang perkembangan efektivitas retibusi daerah dan kontribusinya terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2015. Tabel 4. Perkembangan Retribusi Daerah Kota Magelang Tahun 2006-2015 Target Retribusi (RP Juta) Realisasi Retribusi Realisasi PAD Efektivitas Perserntase Kontribusi 2006 18.421,87 19.510,68 36.942,89 106% 53% 2007 18.676,11 21.525,88 35.814,84 115% 60% 2008 21.928,00 24.753,64 40.506,55 113% 61% 2009 33.066,00 4.489,92 47.704,62 14% 9% 2010 7.300,00 4.619,00 59.548,00 63% 8% 2011 5.287,96 5.281,99 63.557,70 99,9% 8% 2012 6.829,74 6.969,71 90.986,60 102% 8% 2013 7.335,73 7.357,21 107.739,84 100% 7% 2014 5.051,86 6.058,58 164.927,63 120% 4% 2015 5.458,15 6.999,57 186.677,41 128% 4% Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa realisasi perolehan realisasi retribusi terendah 14% (2009) dengan tingkat efektivitas Tidak Efektif dan tertinggi 128% (2015) dengan kriteria efektivitas Sangat Efektif. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2008 adalah >50,01% (kriteria kontribusi Sangat Baik), akan tetapi mulai tahun 2009-2015 persentase kontribusi menurun di 9% dan terus menurun menjadi 4% (2015) dengan kriteria Sangat Kurang. Penerimaan retribusi daerah menurun tajam setelah adanya krisis ekonomi pada tahun 2009. 3. Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Berikut ini adalah tabel yang berisi informasi tentang perkembangan efektivitas Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan kontribusinya terhadap realisasi PAD Kota Magelang tahun 2006-2015. Tabel 5. Perkembangan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Kota Magelang Tahun 2006-2015 Kekayaan Daerah Kekayaan Daerah Realisasi PAD Persetnase Efektivitas Kontribusi 2006 1.357,25 2.030,78 36.942,89 150% 5% 2007 1.928,29 2.062,27 35.814,84 107% 6% 2008 2.529,00 2.905,60 40.506,55 115% 7% 2009 2.499,00 2.984,76 47.704,62 119% 6% 2010 3.022,00 3.144,00 59.548,00 104% 5% 2011 2.981,87 3.112,55 63.557,70 104% 5% 2012 4.556,57 4.573,78 90.986,60 100% 5% 2013 5.854,16 5.872,50 107.739,84 100% 5% 2014 5.341,55 6.242,61 164.927,63 117% 4% 2015 6.766,59 6.598,77 186.677,41 98% 4% 171

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa realisasi Hasil Pegelolaan Kekayaan Daerah Kota Magelang tahun 2006-2015 dengan persentase efektivitas terendah 98% (2015) dengan kriteria Efektif dan tertinggi 150% (2006) dengan kriteria Sangat Efektif. Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan tahun 2006-2015 Kota Magelang<10,00%, yang berarti bahwa komponen ini juga Sangat Kurang berkontribusi terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2015. 4. Lain-lain PAD yang sah Berikut adalah tabel yang berisi informasi tentang perkembangan efektivitas dari lainlain PAD yang sah dan kontribusinya terhadap perolehan PAD Kota Magelang tahun 2006-2015. Tabel 6. Perkembangan Lain-lain PAD yang sah Lain-lain PAD Lain-lain PAD PAD Efektivitas Perserntase Kontribusi 2006 206.535,00 10.990,35 36.942,89 5% 30% 2007 3.850,34 7.174,18 35.814,84 186% 20% 2008 4.981,00 7.424,20 40.506,55 149% 18% 2009 9.115,00 34.260,35 47.704,62 376% 72% 2010 33.799,00 45.067,00 59.548,00 133% 76% 2011 46.171,54 45.699,32 63.557,70 99% 72% 2012 62.606,83 66.896,22 90.986,60 107% 74% 2013 69.080,58 75.680,46 107.739,84 110% 70% 2014 73.781,98 130.519,00 164.927,63 177% 79% 2015 120.247,62 146.893,76 186.677,41 122% 79% Berdasarkan tabel 6. diperoleh informasi bahwa realisasi lain-lain PAD yang sah selalu meningkat, namun realisasinya tidak selalu melampaui target yang ditetapkan. lain-lain pad yang sah memiliki persentase efektivitas terendah 99% (2011) dengan tingkat efektivitas efektif dan tertinggi 186% (2007) dengan tingkat efektivitas sangat efektif. Kontribusi lainlain PAD yang sah tahun 2006-2015 kota magelang> 50,01%, yang berarti bahwa komponen ini sangat baik kontribusinya terhadap perolehan PAD Kota Magelang. Perolehan lain-lain PAD yang sah meningkat tajam setelah adanya peristiwa krisis ekonmi dunia pada tahun 2009. SIMPULAN Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat Efektivitas komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Kontribusinya terhadap PAD Kota Magelang tahun 2006-2015 adalah: 1. Pajak Daerah dengah tingkat efektivitas Sangat Efektif, dengan persentase tertinggi 156% (2014), dan terendah pada tahun 2010 (124%). Kontribusinya terhadap PAD berada diantara 10%-20% dengan tingkat kontribusi Kurang, dengan persentase tertinggi 17% (2013) dan terendah 13% (2014). 172

Jurnal Economia, Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017 2. Retribusi Daerah, efektivitasnya mengalami fluktuasi, dengan perserntase tertinggi 156% (2014), dan terendah 124% (2011). Kontribusinya terhadap PAD < 10% dengan tingkat kontribusi Sangat Kurang, dengan persentase tertinggi 8% (2011-2012) dan terendah 4% (2014-2015). 3. Efektivitas Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah mengalami fluktuasi, dengan perserntase tertinggi pada tahun 117% (2014), dan terendah pada tahun 98% (2015). Kontribusinya terhadap PAD < 10% dengan tingkat kontribusi Sangat Kurang, dengan persentase tertinggi 5% (2011-2013), terendah 4% (2014-2015) 4. Lain-lain PAD yang sah memiliki efektivitas tertinggi 177% (2014), dan terendah 99% (2011). Kontribusinya terhadap PAD tertinggi 79% (2014-2015), terendah 72% (2011). Perolehan Lain-lain PAD yang tinggi disumbang oleh penerimaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) yatu pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang memiliki ratarata kontribubsi 66,4% pada tahun 2011-2015. 5. Tingkat kontribusi komponen PAD yang paling tinggi adalah Lain-lain PAD yang sah, dan terendah adalah hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. 6. Pajak adalah komponen yang persentase efektivitasnya selalu di atas 100% dengan kriteria efektivitas Sangat Efektif. 7. Dengan adanya pengelolaan PBB-P2 dan BPHTB masih kurang mampu mendorong peningkatan kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah Kota Magelang tahun 2011-2015. Maka dari itu Pemerintah Kota Magelang perlu melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak daerah. DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Kementrian Keuangan. (2016). Data Realisai Pendapatan Daerah Kota Magelang tahun 2006-2010 Direktorat Jenderal Pajak. Kementrian Keuangan. (2011). Pengalihan PBB-P2 dan BPHTB. Penyunting: Abu Samman Lubis. Faud, M. R. (2016). Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Bogor: Ghalilea Indonesia. Guritno,T. (1997). Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan Inggris-Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Halim, Abdul. (2008). Auditing (Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan). Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Himmawan, Arief. (2014). Kontribusi Pajak Daerah dan Reribusi Derah terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Anggaran Pendapatan Asli Daerah Guna Mendukung Pelaksanaan Otonomi Daerah (Studi Komparasi Pemerintah Kota Semarang dan Surakarta). Bisnis dan Ekonomi. Volum 21. 1412-3126. Lubis, A.S. (2011). Dampak Pengalihan BPHTB Bagi Pemerintah Kabupaten/ Kota. Mahmudi. (2016). Analisis Laporan Keuangan Pemeritnah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Prasetyo, P.P. (2014). Analisis Kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gunung Kidul. Bisnis. Volum 22. Nomor 1. 173

Puspitasari, E.R.A.(2014). Analisis Efektivitas, Efisiensi, dan Kontribusi Pajak Daerah terhadap Peningkatan PAD Kabupaten Blora tahun2009-2013. Accounting. Volume 3.. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28. Tahun 2009. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32. Tahun 2004. tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33. Tahun 2004. tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 174