BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geng motor sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Bandung. Geng motor dipandang negatif karena banyak melakukan kejahatan yang menimbulkan kerugian misalnya vandalisme, pembunuhan, perampasan barang, dan kerusuhan. Hal tersebut menimbulkan kerugian berupa fisik, material, bahkan nyawa. Geng motor kerap kali mengebut di jalanan, tawuran, menguasai suatu ruas jalan, dan hal lain yang makin membuat nama geng motor semakin buruk (Afriadi, 2009). Geng motor dan club motor ialah dua hal yang berbeda. Menurut Sambas (2011) geng motor merupakan kelompok anak muda atau remaja yang terbentuk karena ada kesamaan latar belakang sekolah, daerah dan lain-lain yang tergabung dalam suatu komunitas pengguna kendaraan bermotor roda dua. Sedangkan club motor ialah salah satu wadah yang dapat menampung aspirasi serta keinginan para anggotanya berdasarkan mufakat dan kesepakatan pada waktu awal pembentukan oleh para founder atau pendirinya. Club motor ini bisa disebut juga suatu perkumpulan yang melakukan kegiatan untuk maksud dan tujuan tertentu. Pada dasarnya suatu klub itu akan hadir dari satu habitat atau ketertarikan yang sama. Misalnya satu nama motor dengan satu pabrikan. Club motor juga memiliki banyak makna, kebersamaan, saling berbagi informasi, memiliki hobi yang sama, tujuan serta tempat untuk menyalurkan hasrat dan keinginan para anggotanya menurut Club CBR Bandung, 2011 (Sitinjak, Putro, & Witanti, 2011). Geng motor ada di banyak negara. Menurut Ismail (2012), di dunia terdapat 10 geng motor yang paling berbahaya yaitu Sons of Silence MC, Vagos MC, Warlocks MC, Bandidos MC, Outlaws MC, Mongols MC, Hell Angels MC, Pagans MC yang terdapat di Amerika Serikat. Di Brazil terdapat 1
2 Abutre s Moto Clube, di Australia ada The Rebels MC, serta di Meksiko ada Solo Angeles Club de Motocicletas (Ismail, 2012). Di Indonesia terdapat empat geng motor terkenal di Indonesia yang semuanya berasal dari Bandung yaitu Moonraker, XTC (Exalt To Coitus), Brigez (Brigade Seven), dan GBR (Grab on Road) menurut Arkaprana (Ramelan, 2012). Geng motor di Indonesia identik dengan kriminalitas. Indonesia Police Watch (IPW) mencatat setiap tahun ada 60 orang tewas di Jakarta akibat kebrutalan anggota geng motor. Tahun 2009 ada 68 orang tewas di arena balapan liar, baik akibat kecelakaan maupun pengeroyokan. Tahun 2010 ada 62 orang tewas, 2011 ada 65 tewas. IPW juga mencatat tiga perilaku buruk geng motor yaitu balapan liar, pengeroyokan dan judi berbentuk taruhan menurut Pane (Nurholis, 2012). Penelitian tentang geng motor telah banyak dilakukan. Kajian kesan dan fungsi tulisan nama kelompok XTC, Brigez, M2R dan GBR diteliti oleh Mardiansah (2011) di Bandung. Hasil penelitian menyatakan bahwa tulisantulisan tersebut terkesan tidak proporsional karena tidak sesuai dengan kelompok proporsi condensed, reguler atau extended; modern; mekanis dan penolakan terhadap nilai-nilai lama karena memiliki gaya tulisan Sans Serif. Dan memiliki persamaan berupa fungsi informatif yaitu mudah dikenali serta dapat dibaca, identitas yaitu berhasil menyampaikan informasi, dan simbol yaitu memiliki bentuk yang khas sehingga mudah dikenali (Mardiansah, 2011). Kemudian, analisis framing pemberitaan kekerasan geng motor oleh dua surat kabar ternama yaitu Harian Pagi Radar Bandung dan Harian Umum Galamedia diteliti oleh Adiguna (2011) di Bandung. Penelitian ini menyimpulkan Harian Pagi Radar Bandung lebih memandang kasus kekerasan geng motor sebagai kasus kriminal yang harus ditindak tegas sedangkan Harian Umum Galamedia memandang sebagai kenakalan remaja yang harus ditangani oleh banyak pihak. Kemudian, Harian Pagi Radar Bandung memandang keterlibatan anggota geng motor sebagai masalah hukum sedangkan Harian Umum Galamedia memandang sebagai masalah moral. Hal ini juga sejalan
3 dengan penyelesaian yang bisa dilakukan, Harian Pagi Radar Bandung memerlukan ketegasan sedangkan Harian Umum Galamedia memerlukan pembinaan dari banyak pihak secara intensif (Adiguna, 2011). Bahkan penelitian yang berkaitan dengan kampanye memerangi geng motor pernah dilakukan. Dewi (2011) di Bandung menyimpulkan bahwa terdapat beberapa cara yaitu mengadakan penyuluhan di SMP atau SMA, mengeluarkan siswa yang terbukti bergabung, serta pemasangan spanduk anti geng motor (Dewi, 2011). Penelitian Hasan tahun 2007 di Bandung mengatakan bahwa identitas kelompok berada di atas segalanya (Rubianto, 2012). Walau itu menyimpang dari kelaziman masyarakat, mereka akan tetap membentuk gaya hidup dalam rangka melaksanakan identitas kelompok. Kebut-kebutan, tawuran, dan lain sebagainya sudah menjadi identitas kelompok dan upaya pencarian jati diri (Rubianto, 2012). Berkaitan dengan penelitian Hasan (Rubianto, 2012), hasil penelitian di Bandung oleh Makruf tahun 2008 (Rubianto, 2012) mengatakan bahwa geng motor berkaitan erat dengan identitas maskulin. Maskulinitas dipandang sebagai keyakinan dan menjadi dasar dalam melakukan banyak hal. Mereka menganggap perilaku tidak toleran, kebut-kebutan, tawuran atau aksi kekerasan lainnya ialah cara terbaik dalam membuktikan maskulinitas (Rubianto, 2012). Selanjutnya, penelitian Yuliani (2011) di Bandung mengatakan bahwa tiga orang remaja yang bergabung dalam geng motor mengakui alasan mereka bergabung ialah sebagai ajang pembuktian bahwa mereka adalah laki-laki dan kebutuhan untuk diterima kelompok. Agresi verbal berupa menghina atau menuntut dengan kata-kata dan agresi non verbal berupa non compliance, hostility, agressiveness dan destructiveness merupakan perwujudan perilaku maskulinitas agresif. Mengenai hubungan sosial dengan keluarga, mereka bersikap terbuka namun memiliki hambatan berkomunikasi. Mereka cenderung menyimpan sendiri pengalaman sehari-hari daripada harus menceritakan pada orang tua. Dalam hubungan sosial dengan sekolah, mereka memilih
4 ekstrakurikuler yang sesuai dengan kemampuan dan tidak berperan aktif dalam ekstrakurikuler yang diikuti. Terhadap guru bimbingan konseling, mereka enggan berkunjung ke ruang bimbingan konseling dengan alasan malu atau takut (Yuliani, 2011). Penelitian Rubianto (2012) mengungkapkan bahwa perilaku agresif cenderung muncul atau dilakukan secara berkelompok. Agresi verbal berupa kata-kata umpatan digunakan sebagai cara pengakraban sesama anggota geng motor, cara membuktikan diri dan agar diterima sebagai anggota geng motor, dan menunjukkan kekuasaan dengan cara memberikan rasa takut kepada individu lain dengan cara mengancam. Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif tersebut ialah pengaruh media terutama media elektronik, seperti berita dan film yang banyak mengandung unsur kekerasan (Rubianto, 2012). Peneliti merasa tertarik akan dinamika pengambilan keputusan yang terjadi pada diri mantan anggota geng motor. Baik pada saat ia memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri. Beberapa anggota geng motor yang mengeluarkan diri mengungkapkan bahwa perilaku yang dilakukan selama ini ialah perilaku yang salah dan harus dihentikan. Selain itu, tidak ada keuntungan menjadi bagian dari anggota geng motor. Alasan bosan untuk berbuat jahat, ingin insyaf, sadar akan umur, serta malu pada keluarga ikut menjadi beberapa alasan. Namun mengapa pada awalnya mereka tertarik untuk bergabung serta bertahan, hal inilah yang melatarbelakangi rasa ingin tahu peneliti untuk mengkaji lebih jauh. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui dinamika pengambilan keputusan pada mantan anggota geng motor. Pengalaman mereka dapat dijadikan rekomendasi untuk upaya pencegahan remaja bergabung dengan geng motor. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, telah diketahui bahwa hingga saat ini keberadaan geng motor masih ada khususnya di Bandung.
5 Walau demikian, terdapat beberapa anggota geng motor yang mengeluarkan diri. Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam penelitian yaitu dinamika proses pengambilan keputusan seseorang saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor. Selanjutnya, faktor apa saja yang mempengaruhi, pandangan subjek akan masa depan serta pelajaran hidup yang dialami subjek turut menjadi fokus penelitian. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor? 3. Bagaimana pandangan subjek akan masa depan setelah mengeluarkan diri dari geng motor? 4. Apa saja perubahan hidup yang subjek alami setelah mengeluarkan diri dari geng motor? D. Tujuan Penelitian adalah : Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini 1. Mengetahui proses pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor. 2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor. 3. Mengetahui pandangan subjek akan masa depan setelah mengeluarkan diri dari geng motor.
6 4. Mengetahui perubahan hidup yang dialami subjek setelah mengeluarkan diri dari geng motor. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya psikologi sosial dan juga diharapkan dapat menjadi referensi pada penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal yang relevan dengan permasalahan ini terutama berkaitan dengan geng motor. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi remaja yang berniat bergabung dalam geng motor sehingga dapat mengurungkan niat. Bagi masyarakat luas, diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai geng motor dan dinamika pengambilan keputusan pada mantan anggota geng motor. Bagi penelitian selanjutnya, berbagai fakta yang terdapat melalui penelitian ini dapat menjadi bahan untuk mengetahui dinamika pengambilan keputusan pada mantan anggota geng motor. Sehingga diharapkan dapat memberi pemahaman dan mengupayakan pencegahan remaja bergabung dalam geng motor.