BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yara Andita Anastasya,2013

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENYESUAIAN SOSIAL MANTAN ANGGOTA GENG MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dapat berwujud perbuatan dan perkataan, baik yang

BAB II WASPADA PENGARUH NEGATIF GENG MOTOR PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG. adalah mengenai tindakan persuasif untuk pencegahan pengaruh negatif

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. mudah dijumpai, dari jalanan Ibukota sampai di daerah-daerah bisa dipastikan ada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergaulan anak muda tentu sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita,

BAB I PENDAHULUAN. yang suka ugal-ugalan dan kebut-kebutan di jalan. Fakta adanya klub motor

DEGRADASI MORAL DAN AGRESIVITAS GENG MOTOR DI KOTA MADYA MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA ANGGOTA KOMUNITAS MOTOR DI BANDUNG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

RASA BERSALAH PADA REMAJA NAKAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

I. PENDAHULUAN. bullying. Prinsipnya fenomena ini merujuk pada perilaku agresi berulang yang

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. terbitan kota Medan seperti Waspada, Posmetro dan lain sebagainya tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

2015 LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

Pengembangan Agresi o Sejak usia prasekolah beberapa anak menunjukkan tingkat abnormalitas yang tinggi terhadap permusuhan atau perlawanan. o Anak mel

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. mungkin senantiasa dibawa ke dalam kehidupan sehari-hari. tersebut adalah Keluarga Besar Putra Putri Polri (KBPPP).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA ANGGOTA GENG MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Dan hal ini harus di dukung dengan adanya sarana transportasi yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tempat yang terdekat dari remaja untuk bersosialisasi sehingga remaja banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. lain, saling memberikan pengaruh antara satu dengan yang lain dan ingin

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Para ahli perkembangan mengelompokkan fase-fase

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Profil Pendidikan, Kesehatan, Dan Sosial Remaja Kota Bandung: Masalah Dan Alternatif Solusinya Juju Masunah, LPPM Universitas Pendidikan Indonesia

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

DINAMIKA PSIKOLOGIS PERILAKU MEMBUNUH (Study Kasus pada Seorang Pelaku Pembunuhan)

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

KEPRIBADIAN TANGGUH PADA SISWA KORBAN KEKERASAN TEMAN SEBAYA

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

FENOMENA GENG MOTOR (Studi Kasus Di Kec. Kota Selatan Kota Gorontalo) Moh. Hidayat Ahmad, Farid Th. Musa S.Sos., MA,Funco Tanipu S.T.

BAB I PENDAHULUAN. merk Honda dan Yamaha dan roda empat banyak yang berlalu lalang berjalanjalan

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

I. PENDAHULUAN. dalam Hassan Shadily (1984:56) manusia adalah Zoon. mencari teman untuk hidup bersama. seperti yang diungkapkan oleh Hassan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini, banyak sekali persoalan yang dihadapi para remaja antara

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembentukan kepribadian akan sangat ditentukan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik seperti penampilan, tindakan, konflik dan perencanaan. Namun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, perkembangan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. touring. Namun, geng motor telah bergeser dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan berbagai aktivitas yang rutin dalam menjalani

LAPORAN AKHIR PENELITIAN PROGRAM HIBAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian jati diri dan karakter bangsa. Hal ini tercermin dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia pekerjaan, kemunculan komuitas hobi ini menjadi hal yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa dan

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geng motor sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Bandung. Geng motor dipandang negatif karena banyak melakukan kejahatan yang menimbulkan kerugian misalnya vandalisme, pembunuhan, perampasan barang, dan kerusuhan. Hal tersebut menimbulkan kerugian berupa fisik, material, bahkan nyawa. Geng motor kerap kali mengebut di jalanan, tawuran, menguasai suatu ruas jalan, dan hal lain yang makin membuat nama geng motor semakin buruk (Afriadi, 2009). Geng motor dan club motor ialah dua hal yang berbeda. Menurut Sambas (2011) geng motor merupakan kelompok anak muda atau remaja yang terbentuk karena ada kesamaan latar belakang sekolah, daerah dan lain-lain yang tergabung dalam suatu komunitas pengguna kendaraan bermotor roda dua. Sedangkan club motor ialah salah satu wadah yang dapat menampung aspirasi serta keinginan para anggotanya berdasarkan mufakat dan kesepakatan pada waktu awal pembentukan oleh para founder atau pendirinya. Club motor ini bisa disebut juga suatu perkumpulan yang melakukan kegiatan untuk maksud dan tujuan tertentu. Pada dasarnya suatu klub itu akan hadir dari satu habitat atau ketertarikan yang sama. Misalnya satu nama motor dengan satu pabrikan. Club motor juga memiliki banyak makna, kebersamaan, saling berbagi informasi, memiliki hobi yang sama, tujuan serta tempat untuk menyalurkan hasrat dan keinginan para anggotanya menurut Club CBR Bandung, 2011 (Sitinjak, Putro, & Witanti, 2011). Geng motor ada di banyak negara. Menurut Ismail (2012), di dunia terdapat 10 geng motor yang paling berbahaya yaitu Sons of Silence MC, Vagos MC, Warlocks MC, Bandidos MC, Outlaws MC, Mongols MC, Hell Angels MC, Pagans MC yang terdapat di Amerika Serikat. Di Brazil terdapat 1

2 Abutre s Moto Clube, di Australia ada The Rebels MC, serta di Meksiko ada Solo Angeles Club de Motocicletas (Ismail, 2012). Di Indonesia terdapat empat geng motor terkenal di Indonesia yang semuanya berasal dari Bandung yaitu Moonraker, XTC (Exalt To Coitus), Brigez (Brigade Seven), dan GBR (Grab on Road) menurut Arkaprana (Ramelan, 2012). Geng motor di Indonesia identik dengan kriminalitas. Indonesia Police Watch (IPW) mencatat setiap tahun ada 60 orang tewas di Jakarta akibat kebrutalan anggota geng motor. Tahun 2009 ada 68 orang tewas di arena balapan liar, baik akibat kecelakaan maupun pengeroyokan. Tahun 2010 ada 62 orang tewas, 2011 ada 65 tewas. IPW juga mencatat tiga perilaku buruk geng motor yaitu balapan liar, pengeroyokan dan judi berbentuk taruhan menurut Pane (Nurholis, 2012). Penelitian tentang geng motor telah banyak dilakukan. Kajian kesan dan fungsi tulisan nama kelompok XTC, Brigez, M2R dan GBR diteliti oleh Mardiansah (2011) di Bandung. Hasil penelitian menyatakan bahwa tulisantulisan tersebut terkesan tidak proporsional karena tidak sesuai dengan kelompok proporsi condensed, reguler atau extended; modern; mekanis dan penolakan terhadap nilai-nilai lama karena memiliki gaya tulisan Sans Serif. Dan memiliki persamaan berupa fungsi informatif yaitu mudah dikenali serta dapat dibaca, identitas yaitu berhasil menyampaikan informasi, dan simbol yaitu memiliki bentuk yang khas sehingga mudah dikenali (Mardiansah, 2011). Kemudian, analisis framing pemberitaan kekerasan geng motor oleh dua surat kabar ternama yaitu Harian Pagi Radar Bandung dan Harian Umum Galamedia diteliti oleh Adiguna (2011) di Bandung. Penelitian ini menyimpulkan Harian Pagi Radar Bandung lebih memandang kasus kekerasan geng motor sebagai kasus kriminal yang harus ditindak tegas sedangkan Harian Umum Galamedia memandang sebagai kenakalan remaja yang harus ditangani oleh banyak pihak. Kemudian, Harian Pagi Radar Bandung memandang keterlibatan anggota geng motor sebagai masalah hukum sedangkan Harian Umum Galamedia memandang sebagai masalah moral. Hal ini juga sejalan

3 dengan penyelesaian yang bisa dilakukan, Harian Pagi Radar Bandung memerlukan ketegasan sedangkan Harian Umum Galamedia memerlukan pembinaan dari banyak pihak secara intensif (Adiguna, 2011). Bahkan penelitian yang berkaitan dengan kampanye memerangi geng motor pernah dilakukan. Dewi (2011) di Bandung menyimpulkan bahwa terdapat beberapa cara yaitu mengadakan penyuluhan di SMP atau SMA, mengeluarkan siswa yang terbukti bergabung, serta pemasangan spanduk anti geng motor (Dewi, 2011). Penelitian Hasan tahun 2007 di Bandung mengatakan bahwa identitas kelompok berada di atas segalanya (Rubianto, 2012). Walau itu menyimpang dari kelaziman masyarakat, mereka akan tetap membentuk gaya hidup dalam rangka melaksanakan identitas kelompok. Kebut-kebutan, tawuran, dan lain sebagainya sudah menjadi identitas kelompok dan upaya pencarian jati diri (Rubianto, 2012). Berkaitan dengan penelitian Hasan (Rubianto, 2012), hasil penelitian di Bandung oleh Makruf tahun 2008 (Rubianto, 2012) mengatakan bahwa geng motor berkaitan erat dengan identitas maskulin. Maskulinitas dipandang sebagai keyakinan dan menjadi dasar dalam melakukan banyak hal. Mereka menganggap perilaku tidak toleran, kebut-kebutan, tawuran atau aksi kekerasan lainnya ialah cara terbaik dalam membuktikan maskulinitas (Rubianto, 2012). Selanjutnya, penelitian Yuliani (2011) di Bandung mengatakan bahwa tiga orang remaja yang bergabung dalam geng motor mengakui alasan mereka bergabung ialah sebagai ajang pembuktian bahwa mereka adalah laki-laki dan kebutuhan untuk diterima kelompok. Agresi verbal berupa menghina atau menuntut dengan kata-kata dan agresi non verbal berupa non compliance, hostility, agressiveness dan destructiveness merupakan perwujudan perilaku maskulinitas agresif. Mengenai hubungan sosial dengan keluarga, mereka bersikap terbuka namun memiliki hambatan berkomunikasi. Mereka cenderung menyimpan sendiri pengalaman sehari-hari daripada harus menceritakan pada orang tua. Dalam hubungan sosial dengan sekolah, mereka memilih

4 ekstrakurikuler yang sesuai dengan kemampuan dan tidak berperan aktif dalam ekstrakurikuler yang diikuti. Terhadap guru bimbingan konseling, mereka enggan berkunjung ke ruang bimbingan konseling dengan alasan malu atau takut (Yuliani, 2011). Penelitian Rubianto (2012) mengungkapkan bahwa perilaku agresif cenderung muncul atau dilakukan secara berkelompok. Agresi verbal berupa kata-kata umpatan digunakan sebagai cara pengakraban sesama anggota geng motor, cara membuktikan diri dan agar diterima sebagai anggota geng motor, dan menunjukkan kekuasaan dengan cara memberikan rasa takut kepada individu lain dengan cara mengancam. Salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif tersebut ialah pengaruh media terutama media elektronik, seperti berita dan film yang banyak mengandung unsur kekerasan (Rubianto, 2012). Peneliti merasa tertarik akan dinamika pengambilan keputusan yang terjadi pada diri mantan anggota geng motor. Baik pada saat ia memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri. Beberapa anggota geng motor yang mengeluarkan diri mengungkapkan bahwa perilaku yang dilakukan selama ini ialah perilaku yang salah dan harus dihentikan. Selain itu, tidak ada keuntungan menjadi bagian dari anggota geng motor. Alasan bosan untuk berbuat jahat, ingin insyaf, sadar akan umur, serta malu pada keluarga ikut menjadi beberapa alasan. Namun mengapa pada awalnya mereka tertarik untuk bergabung serta bertahan, hal inilah yang melatarbelakangi rasa ingin tahu peneliti untuk mengkaji lebih jauh. Sehingga dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui dinamika pengambilan keputusan pada mantan anggota geng motor. Pengalaman mereka dapat dijadikan rekomendasi untuk upaya pencegahan remaja bergabung dengan geng motor. B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, telah diketahui bahwa hingga saat ini keberadaan geng motor masih ada khususnya di Bandung.

5 Walau demikian, terdapat beberapa anggota geng motor yang mengeluarkan diri. Hal inilah yang menjadi fokus utama dalam penelitian yaitu dinamika proses pengambilan keputusan seseorang saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor. Selanjutnya, faktor apa saja yang mempengaruhi, pandangan subjek akan masa depan serta pelajaran hidup yang dialami subjek turut menjadi fokus penelitian. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana proses pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor? 3. Bagaimana pandangan subjek akan masa depan setelah mengeluarkan diri dari geng motor? 4. Apa saja perubahan hidup yang subjek alami setelah mengeluarkan diri dari geng motor? D. Tujuan Penelitian adalah : Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini 1. Mengetahui proses pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor. 2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan saat memutuskan untuk bergabung, bertahan dan mengeluarkan diri dari geng motor. 3. Mengetahui pandangan subjek akan masa depan setelah mengeluarkan diri dari geng motor.

6 4. Mengetahui perubahan hidup yang dialami subjek setelah mengeluarkan diri dari geng motor. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi ilmu psikologi khususnya psikologi sosial dan juga diharapkan dapat menjadi referensi pada penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal yang relevan dengan permasalahan ini terutama berkaitan dengan geng motor. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi remaja yang berniat bergabung dalam geng motor sehingga dapat mengurungkan niat. Bagi masyarakat luas, diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna mengenai geng motor dan dinamika pengambilan keputusan pada mantan anggota geng motor. Bagi penelitian selanjutnya, berbagai fakta yang terdapat melalui penelitian ini dapat menjadi bahan untuk mengetahui dinamika pengambilan keputusan pada mantan anggota geng motor. Sehingga diharapkan dapat memberi pemahaman dan mengupayakan pencegahan remaja bergabung dalam geng motor.