BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antara individu dengan lingkungannya. Secara umum, bahasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB II LANDASAN TEORI. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMALSUAN MATA UANG DAN UANG KERTAS UNTUK MELINDUNGI KEPENTINGAN UMUM ANCAMAN PIDANA MAKSIMUM RATA- RATA BERAT ASAS YANG DIPAKAI ADALAH ASAS UNIVERSAL

ANALISIS VARIASI MAKNA PLESETAN PADA TEKA-TEKI LUCU BANGGEDD UNTUK ANAK KARYA AJEN DIANAWATI (TINJAUAN SEMANTIK)

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

اللغة هي اصوات يعب ر بها كل قوم عن اغراضهم

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PERUBAHAN MAKNA DAN FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN MAKNA DALAM MEDIA CETAK (Kajian Semantik Jurnalistik)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun Penelitian tentang makna kata dalam Al-Qur an sudah pernah diteliti

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang artinya hampir sama atau

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bahasa merupakan sarana komunikasi yang utama. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan alat untuk berinteraksi dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan. Akan tetapi penelitian tentang interferensi bahasa telah banyak dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. lambang (simbol- simbol) ini memiliki bentuk dan makna (bersisi dua), atau dikatakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEMANTIK DR 414

PEMAKAIAN ISTILAH-ISTILAH DALAM BAHASA JAWA DIALEK SURABAYA PADA BERITA POJOK KAMPUNG JTV YANG MELANGGAR KESOPAN-SANTUNAN BERBAHASA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang. benar-benar ada dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu perlawanan kata. Perlawan kata dalam pelajaran bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

ANALISIS MAKNA KONOTATIF DAN PERUBAHAN MAKNA DALAM BERITA UTAMA SURAT KABAR PIKIRAN RAKYAT PERIODE BULAN OKTOBER 2013 s.d. BULAN JANUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi. Dalam berkomunikasi manusia memerlukan. paling utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Al-Khuli (1982: 157) dalam A dictionary of Theoretical Linguistics

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pemikiran Bahasa merupakan alat komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

Kata Kunci : Analisis Kesalahan Berbahasa, Linguistik, Surat-surat Resmi Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan berbahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. arbitrer yang digunakan oleh suatu anggota masyarakat untuk bekerja sama,

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan oleh Dwikustanti (2010) yang berjudul Sarkasme pada Wacana Spanduk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

PENEGAKAN HUKUM DALAM TINDAK PIDANA PEMALSUAN MATA UANG DOLLAR. Suwarjo, SH., M.Hum.

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa itu beragam, artinya meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pergeseran makna pada BT, oleh sebab itu seorang penerjemah harus

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

METODE PENELITIAN. yang dilakukan secara yuridis normatif dan yuridis empiris guna memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa selalu digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pesan, konsep, ide, atau pemikiran. Oleh karena itu, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Pasal 378, orang awam menyamaratakan Penipuan atau lebih. (Pasal 372 KUHPidana) hanya ada perbedaan yang sangat tipis.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Sastra Arab Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya mengenai kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia sesuai dengan referensi yang ditemukan, ada beberapa judul penelitian diantaranya yang ditulis oleh Mursalin (2005) dengan judul Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Indonesia Oleh Sudarno (Tinjauan Semantik). Penelitian yang dilakukannya yaitu penelitian dengan pembahasan yang berfokus kepada masalah ada tidaknya perubahan makna yang terjadi ketika ada beberapa kata-kata bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Arab. Penelitian tersebut mendapati adanya 61 kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia dengan objek penelitian oleh Sudarno yang ditinjau dari sudut Semantik. Suryadi (2006) dengan judul Analisis Kata-Kata Serapan Bahasa Arab Dalam Majalah Mangle (Majalah Berbahasa Sunda). Penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2006) adalah penelitian yang erat kaitannya dengan Bahasa Suku yaitu bahasa suku Sunda. Dia meneliti ada tidaknya kosa kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Sunda ke dalam sebuah majalah yang menggunakan bahasa Sunda yaitu majalah Mangle. Penelitian tersebut mendapati sebanyak 25 kosa kata serapan bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia, namun dilihat dari aspek fonologi yaitu bagaimana pelepasan bunyi kata serapan tersebut. Juairiah (2007) Analisis Perubahan Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Rantongan Hikayat Teuku Di Meukek. Penelitian yang dilakukan dalam Juairiah (2007) yaitu penelitian yang berfokus pada penelitian perubahan kata serapan dari bahasa Arab kedalam Bahasa Aceh dengan menggunakan objek penelitian sebuah karya satra berupa hikayat Rantongan Hikayat Teuku Di

Meukek. Penelitian tersebut mendapati adanya 114 kosa kata serapan dari bahasa Arab kedalam bahasa Aceh. Dari ketiga penelitian di atas yaitu, penelitian suryadi (2006) dan Juairiah (2007) hampir sama dalam pokok permasalahan, tetapi berbeda dari segi objek penelitian walaupun sama-sama meneliti kata serapan dari bahasa Arab kedalam salah satu bahasa suku yang ada di Indonesia, yaitu Sunda dan Aceh. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Mursalin (2005) melihat kepada perubahan makna kata serapannya yang mengambil pokok permasalahan bahasa Indonesia secara luas. Judul yang peneliti angkat untuk skripsi adalah mengenai Kata Serapan Bahasa Arab Kedalam Bahasa Indonesia pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Republik Indonesia ( KUHP RI ). Sebagaimana kita ketahui, bahwa bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang ada dalam perjalanan dan siklus kehidupan manusia. Sehingga bahasa tidak bisa kita lepaskan dalam kehidupan dan perjalanan kehidupan manusia dalam berinteraksi antar sesama manusia. Keraf (1997:1) mendefinisikan pengertian bahasa yaitu bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan To imah ( 2004 : 150 ) mengatakan bahwa bahasa adalah : باب القول على اللغة وما هي : اما حدها فا نها اصوات يعبربها كل قوم عن اغراضهم. /bābu al-qaulu ala al-lugati wa mā hiya : ammā ḥaddahā fainnahā aṣwātun yu abbiruhā kulla qaumin an agrāḍihim/ adapun bab tentang bahasa yaitu salah satu batasannya adalah suatu ( tutur ) setiap bangsa tentang kebudayaan mereka. Secara garis besar, elemen bahasa terdiri dari 2 macam yaitu : elemen bentuk dan elemen makna. Elemen bentuk adalah elemen fisik tuturan, dari tataran terendah sampai tertinggi diwujudkan dengan bunyi suku kata, morfem, kata, klausa, kalimat, paragrap dan wacana. Bunyi merupakan satuan terkecil dari bahasa sedangkan wacana merupakan satuan bahasa terbesar. Dalam mempelajari bahasa, dikenal empat komponen besar yaitu bidang fonologi yang mempelajari tentang komponen bunyi, morfologi tentang komponen kata, sintaksis tentang komponen kalimat dan semantic tentang komponen makna kalimat, (Wijana, 2008 : 9 ).

Berdasarkan beberapa rujukan diatas, didapati beberapa defenisi tentang semantik. Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti tentang arti atau makna, (Verhaar, 2001 : 328). Komaruddin (1993) Semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu Semantikos yaitu berkaitan dengan arti kata. Ilmu Semantik adalah ilmu yang berkenaan dengan arti kata, ilmu yang mempelajari makna kata-kata umum. Maka, dari beberapa defenisi diatas, dapat disimpulkan bahwa semantik adalah cabang ilmu linguistik yang menelaah tentang makna atau arti kata setelah dirangkai menjadi kalimat. Kajian ini berkaitan erat dengan makna. Makna merupakan persoalan yang paling inti dalam semantik. Makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam fikiran pendengar atau pembaca karena rancangan aspek bentuk (Keraf, 1987 : 25). Makna adalah hakikat yang dimaksudkan, (Cahyono, 2002 : 199). Menurut Verhaar (2001 : 124), persoalan makna merupakan tataran besar dalam tataran linguistik. Oleh karena itu, beliau membagi makna dalam dua jenis, yaitu : makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Arab disebut dengan معنى مفردتي / ma nā mufradatiyyun /, (Khuli, 1982 : 153) dan makna gramatikal disebut dengan معنى قواعدي /ma nā qawā idiyyun/, (Khuli : 1982 :111). Menurut Pateda (2001: 119), makna leksikal adalah makna yang ketika kata itu berdiri sendiri, dalam bentuk leksem atau bentuk imbuhan yang maknanya kurang lebih tetap. Seperti yang dibaca dalam kamus bahasa tertentu. Makna yang bersifat leksikal merupakan sebagian besar dari pungutan dari satu bahasa kebahasa yang lain. Sedangkan kata serapan adalah mengambil alih kata-kata dari bahasa lain, (Cahyono, 2002: 107). Proses perkembangan bahasa secara terus-menerus melalui penambahan katakata baru dengan cara menyerap dari bahasa-bahasa lain merupakan perubahan yang paling banyak terjadi. Cahyono (2002: 358) mengatakan bahwa perubahan bahasa tidak terjadi dalam waktu yang singkat akan tetapi perubahan itu terjadi dalam kurun waktu yang lama sehingga pengaruh perubahan itu amat mencolok. 2.2. Landasan Teori

Pateda (2001:158) mengatakan bahwa perubahan dapat berwujud penambahan dan pengurangan. Menurut Chaer (1996: 313) ada tiga bentuk perubahan makna, yaitu : 1. Penambahan adalah makna meluas atau penambahan makna disebabkan oleh adanya kebutuhan konsep baru, namun tidak selamanya harus dijawab dengan penciptaan kata baru, tetapi yang justru lebih sering ditempuh oleh pemakai bahasa adalah dengan memperluas komponen makna kata-kata yang sudah ada. Seperti contoh pada kata akar bermakna bagian tumbuhan yang berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan bersangkutan. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu matematika, kata ini mengalami penambahan makna lain yaitu, yakni penguraian pangkat ata masih banyak makna sekunder lainnya yang pada hakikatnya juga merupakan perluasan konsep makna primer atas dasar berbagai persamaan. 2. Pengurangan adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya memiliki makna yang cukup luas, kemudian berubah terbatas. 3. Penggantian makna adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsure keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru. Sedangkan Tarigan (1985:85) mengatakan bahwa perubahan makna ada 6 yaitu penambahan atau perluasan (generalisasi), pengurangan atau pengkhususan (spesialisasi), peninggian (ameliorasi), penurunan (peyorasi), pertukaran (sinestesia), persamaan (asosiasi). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendapat dan teori Chaer dan ditambah dengan teori Tarigan sebagai landasan dan acuan dalam penelitian ini. Berdasarkan penilaian, bahwa pendapat Chaer lebih rinci dalam mengemukakan teorinya juga defenisi dan contoh-contoh, sehingga mudah difahami. Teori tersebut juga sesuai dengan data yang peneliti peroleh yaitu kata serapan yang mengalami perubahan makna berupa penambahan, pengurangan, dan penggantian makna dan makna asosiasi ( makna asli ).

Dalam penelitian ini juga, peneliti tidak bisa memisahkan dengan kata serapan. Karena pembahasan dalam penelitian ini mengenai kata serapan. Cahyono ( 2002 : 107 ) mengatakan bahwa kata serapan adalah mengambil alih kata-kata dari bahasa lain. 2.3. Konsep-Konsep 2.3.1. Bentuk-Bentuk Perubahan Makna Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa menurut Chaer (1996) perubahan makna terdiri dari tiga macam, yaitu penambahan makna, pengurangan makna, dan penggantian makna. 2.3.1.1. Penambahan Makna Makna sebuah kata seringkali mengalami penambahan sehubungan dengan berkembangnya bidang aktivitas manusia. Khuli dalam Juariah ( 2007 ) menyebutkan dalam Skripsi Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku Di Meukek mengatakan bahwa makna meluas dalam bahasa arab dikenal dengan istilah معنى مواسع / maʽnā mawāsiʽun /. Menurut Chaer ( 2008 : 111 ) makna meluas atau penambahan makna disebabkan oleh adanya kebutuhan konsep baru, namun tidak selamanya harus dijawab dengan penciptaan kata baru, tetapi yang justru lebih sering ditempuh oleh pemakai bahasa adalah dengan memperluas komponen makna kata-kata yang sudah ada. Seperti contoh pada kata akar bermakna bagian tumbuhan yang berfungsi untuk memperkokoh tumbuhan bersangkutan. Akan tetapi dengan berkembangnya ilmu matematika, kata ini mengalami penambahan makna lain yaitu, yakni penguraian pangkat ata masih banyak makna sekunder lainnya yang pada hakikatnya juga merupakan perluasan konsep makna primer atas dasar berbagai persamaan. Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami penambahan makna dapat dilihat pada table dibawah ini : Jika hadiah atau perjanjian diberikan dengan maksud supaya hakim menjatuhkan hukuman dalam suatu perkara pidana dst ( KUHP RI, 1993 : 167 pasal 210 ayat 2 ).

B. Arab B. Indonesia Penambahan Makna Arti dari B. Arab Arti dari B. Indonesia /hākimun / حاكم Hakim قاضي : المنفظ الحاكم Orang yang mengadili /al-qāḍī : almunazzamu al- ḥākimu/ orang yang mengadili ( Ma luf : 146 ) perkara (di pengadilan atau mahkamah): keputusan -- tidak dapat diganggu gugat;, juri; penilai (dalam perlombaan) 2007 : 383) ( KBBI, Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa makna kata حاكم /hākimun / dalam bahasa arab yang bermakna قاضي : المنفظ الحاكم /qāḍī : al-munazzamu al-ḥākimu/ orang yang mengadili ( Ma luf : 146 ) akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia terjadi penambahan makna dilihat dari segi makna leksikal. Kata hakim yang terdapat dalam KUHP RI pasal 210 ayat 2 hal 163 KUHP RI 1993 bermakna Orang yang mengadili perkara (dl pengadilan atau mahkamah. Sehingga terjadi persamaan makna dilihat dari sudut makna gramatikal. 2.3.1.2. Pengurangan Makna Khuli dalam Juariah ( 2007 ) menyebutkan dalam Skripsi Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku Di Meukek mengatakan bahwa Pengurangan makna dalam bahasa Arab dikenal dengan معنى منحسر / maʽnā munhasarun /. Menurut chaer ( 1996 : 88 ), pengurangan makna adalah gejala yang terjadi pada kata yang pada mulanya memiliki makna yang cukup luas, kemudian berubah terbatas. Contoh pada saat sekarang, kata kitab hanya ditujukan kepada buku-buku suci atau keagamaan,

sedangkan bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Belanda yaitu buku untuk menunjuk konsep yang lebih umum. Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami pengurangan makna dapat dilihat pada table dibawah ini : Barangsiapa sengaja merusakkan kesopanan dimuka orang lain yang hadir tidak dengan kemauannya sendiri, dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500,- ( KUHP RI, 1993 : 204 pasal 281 2e ). B. Arab B. Indonesia Pengurangan Makna Arti B. Arab Arti B. Indonesia /haḍara / حضر Hadir / ḍiddu ضد غاب ghāba / tidak hilang, hadir ( Ma luf : 139 ) Datang, ( KBBI, 2007 : 380 ) Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa حضر /haȡara /dalam bahasa arab yang bermakna ضد غاب / ḍiddu ghāba / tidak hilang, hadir ( Ma luf : 139 ) akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia terjadi pengurangan makna dilihat dari segi makna leksikal. Kata hadir yang terdapat dalam KUHP RI pasal 281 ayat 2e hal 204 KUHP RI 1993 bermakna hadir,. Sehingga terjadi persamaan makna dilihat dari sudut makna gramatikal. 2.3.1.3. Penggantian Makna Khuli dalam Juariah ( 2007 ) menyebutkan dalam Skripsi Analisis Perubahan Makna Kata Serapan Dari Bahasa Arab Kedalam Bahasa Aceh Dalam Hikayat Ranto Ngon Hikayat Teungku Di Meukek mengatakan bahwa penggantian makna atau

/ تطور دلالي perubahan makna secara total dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah taṭawwurun dalāliyyun /. Menurut Chaer ( 1996 : 143 ) adalah berubahnya sama sekali makna sebuah kata dari makna asalnya, walaupun kemungkinan ditemukan unsure keterkaitan antara makna asal dengan makna yang baru. Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami makna menyempit dapat dilihat pada table dibawah ini : Barangsiapa melakukan kejahatan menista atau menista dengan tulisan dalam hal ia diijinkan untuk membuktikan tuduhannya itu, jika ia tidak dapat membuktikan dan jika tuduhannya itu dilakukannya sedang diketahuinya tidak benar, dihukum karena salah memfitnah dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun ( KUHP RI, 1993 : 227 pasal 311 ayat 1 ) B. Arab B. Indonesia Penggantian Makna Arti dari B. Arab Arti dari B. Indonesia Perkataan bohong الخبرة والابتلاء / fitnatun / Fitnah فتنة / al-khibratu wa alibtilāu / menjelekkan dan berbohong ( Ma luf : 568 ) atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang): -- adalah perbuatan yang tidak terpuji, (

KBBI, 2007 : 318 ). Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa makna kata فتنة / fitnatun / dalam bahasa arab yang bermakna الخبرة والابتلاء / al-khibratu wa al-ibtilāu / menjelekkan dan berbohong ( Ma luf : 568 ), akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia, makna kata tersebut mengalami penggantian makna yaitu perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang, ditinjau dari makna leksikal. Kata fitnah dalam KUHP RI pasal 311 ayat 1 hal 227 KUHP RI 1993 bermakna berkata bohong, sehingga terjadi persamaan makna, ditinjau dari sudut gramatikal. 2.3.1.4. Persamaan Makna / Makna Tetap Persamaan makna / Makna tetap dalam istilah Semantik disebut dengan makna Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi akibat adanya persamaan sifat (Tarigan : 1985). Contoh kata serapan yang terdapat dalam KUHP RI dari bahasa Arab kedalam bahasa Indonesia yang mengalami persamaan makna dapat dilihat pada table dibawah ini : Barangsiapa meniru atau memalsukan uang atau uang kertas Negara atau uang kertas Bank dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang kertas negara atau mata uang kertas Bank itu serupa yang asli dan tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun, ( KUHP RI, 1993 : 184 Pasal 244 ). B. Arab B. Indonesia Arti B. Arab Arti B. Indonesia / bankun/ بنك Bank المحل الذي توضع فيه / al-maḥallu الاموال al-lażī tauḍa u fīhi badan usaha di bidang keuangan yang menarik dan

al-amwāli / tempat menyimpan harta ( Ma luf : 50 ) mengeluarkan uang dalam masyakarat, ( KBBI, 2007 : 103 ) Dari contoh kata serapan diatas, dapat kita lihat bahwa بنك / bankun/ dalam bahasa arab yang bermakna المحل الذي توضع فيه الاموال / al-maḥallu al-lażī tauḍa u fīhi alamwāli / tempat menyimpan harta ( Ma luf : 50 ) akan tetapi ketika kata tersebut diserap kedalam bahasa Indonesia terjadi persamaan makna dilihat dari segi makna leksikal.