BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak

dokumen-dokumen yang mirip
Agia Dwi Nugraha Pembimbing : dr. H. Agam Gambiro Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA RSUD Cianjur FK UMJ

BAB I PENDAHULUAN. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan yang utama di dunia. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terjadinya katarak sangat berhubungan dengan faktor usia. Meningkatnya usia

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Astigmatisma adalah kelainan refraksi yang mencegah berkas. Pada astigmatisma, mata menghasilkan suatu bayangan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam kandungan dan faktor keturunan(ilyas, 2006).

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. dalam keadaan normal jernih. lensa yang transparan atau bening, dipertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN. Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Ingris Cataract, dan Latin

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Kesehatan indera. penglihatan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit. Lensa menjadi keruh atau berwarna putih abu-abu, dan. telah terjadi katarak senile sebesar 42%, pada kelompok usia 65-74

BAB I PENDAHULUAN. Edema sistoid makula atau cystoid macular edema (CME) merupakan komplikasi patologis retina yang sering terjadi dan terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar

SOP KATARAK. Halaman 1 dari 7. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon SMF. Ditetapkan Oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Cilegon.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATARAK SENILIS IMATUR

Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah mata merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia karena mata

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun di antara orang terdapat seorang penderita baru katarak (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data Riskesdas 2013, katarak atau kekeruhan lensa

BAB I PENDAHULUAN. Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata dan menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. akibat hidrasi (penambahan cairan) dan denaturasi protein lensa. Seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utama, yaitu high contrast acuity atau tajam penglihatan, sensitivitas terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tajam penglihatan merupakan salah satu komponen dari fungsi penglihatan.

BAB I PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya

Obat Diabetes Melitus Dapat Menghindari Komplikasi Mata Serius

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

Pengertian. Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akibat

Muhammadiyah Yogyakarta, 2 Departemen Mata, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II. Kelainan refraksi disebut juga refraksi anomali, ada 4 macam kelainan refraksi. yang dapat mengganggu penglihatan dalam klinis, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jasmani merupakan hal yang penting, karena saat keadaan

induced astigmatism yang rendah. Sayangnya dalam beberapa kondisi teknik operasi fakoemulsifikasi tidak bisa dilakukan, misalnya pada daerah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kornea merupakan dinding depan bola mata yang transparan dan

Katarak Juvenil. Diah Mutiarasari, Fitriah Handayani

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN PASCAOPERASI FAKOEMULSIFIKASI PADA PASIEN KATARAK SENILIS DENGAN DIABETES MELLITUS DAN TANPA DIABETES MELITUS

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Katarak merupakan penyebab terbanyak kebutaan di dunia. Proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kornea merupakan jaringan transparan avaskular yang berada di dinding depan bola mata. Kornea mempunyai fungsi

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih.

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Sembilan puluh persen dari 285 juta penderita gangguan penglihatan tinggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. depan atau belakang bintik kuning dan tidak terletak pada satu titik yang tajam. 16

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Katarak adalah suatu kekeruhan lensa yang. menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak berasal dari

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

O P T I K dan REFRAKSI. SMF Ilmu Kesehatan Mata RSD Dr.Soebandi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Mata merupakan bagian pancaindera yang sangat penting dibanding

Harri Prawira Ezeddin. Ked

Berdasarkan tingginya dioptri, miopia dibagi dalam(ilyas,2014).:

BAB I PENDAHULUAN. dimana kedua mata terdapat perbedaan kekuatan refraksi. 1,2

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kornea merupakan jaringan yang transparan dan avaskuler yang membentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bola mata terletak di dalam kavum orbitae yang cukup terlindung (Mashudi,

PENDAHULUAN. beristirahat (tanpa akomodasi), semua sinar sejajar yang datang dari benda-benda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang menderita katarak mempunyai pengelihatan yang kabur seolah-olah dibatasi oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. anak yang kedua orang tuanya menderita miopia. 11,12

PROFIL GLAUKOMA SEKUNDER AKIBAT KATARAK SENILIS PRE OPERASI DI RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Author : Aulia Rahman, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau. Pekanbaru, Riau. Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I PENDAHULUAN. sebagai katarak sekunder atau after cataract yang disebabkan oleh lensa sel

Alat optik adalah suatu alat yang bekerja berdasarkan prinsip cahaya yang. menggunakan cermin, lensa atau gabungan keduanya untuk melihat benda

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. dalam proses refraksi ini adalah kornea, lensa, aqueous. refraksi pada mata tidak dapat berjalan dengan

Diagnosa banding MATA MERAH

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Mata di BPRSUD Kota Salatiga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refraksi dimana sinar-sinar sejajar yang berasal dari jarak tak

Glaukoma. 1. Apa itu Glaukoma?

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KATARAK SENIL DAN KOMPLIKASI KEBUTAAN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pelaku pembangunan dapat merasakan dan menikmati hasil dari pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III CARA PEMERIKSAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Anatomi Mata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

REFRAKSI. Oleh : Dr. Agus Supartoto, SpM(K) / dr. R. Haryo Yudono, SpM.MSc

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Nova Faradilla, S. Ked

STANDAR OPERATING PROCEDURE (SOP) PELAYANAN KESEHATAN MATA

Tatalaksana Miopia 1. Koreksi Miopia Tinggi dengan Penggunaan Kacamata Penggunaan kacamata untuk pasien miopia tinggi masih sangat penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. diabetes retinopati (1%), penyebab lain (18%). Untuk di negara kita, Indonesia

sistemik seperti steroid dan fenotiazin serta dapat disebabkan karena radiasi (Olver and Cassidy,2011). Pengobatan penyakit katarak pada saat ini

BAB II LANDASAN TEORI. bagian depan orbita (Moore et al., 2010). Pada anak baru lahir, rata-rata. atau dewasa (Vaughan dan Asbury, 2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

The Incident of Postoperation Complication with Phacoemulsification at PKU Muhammadiyah Yogyakarta 1

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. pada mata sehingga sinar tidak difokuskan pada retina atau bintik kuning, tetapi

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN D DARAH PENDERITA MIOPIA DAN NON MIOPIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prosedur Refraksi adalah salah satu prosedur elektif

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teori Katarak umumnya didefinisikan sebagai kekeruhan lensa. Katarak sebagian besar timbul pada usia tua. Terkadang hal ini disebut juga sebagai katarak terkait usia. Apabila terjadi pada usia 40 tahun tanpa disertai kelainan lainnya disebut katarak senilis. (Ilyas S.1983), (Miller SJH. 2006). Sembilan puluh lima persen penduduk yang berusia 65 tahun telah mengalami berbagai tingkatan kekeruhan pada lensa. Sejumlah kecil berhubungan dengan penyakit mata atau penyakit sistemik spesifik. Dapat juga terjadi sebagai akibat pajanan kumulatif terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya seperti merokok, radiasi UV, dan peningkatan kadar gula darah. Dinegara-negara maju pembedahan katarak dilakukan ketika gejala penglihatan mengganggu kualitas hidup. (Pavan Debora- Langston. 2005), (Miller SJH. 2006). A. Anatomi Dan Fisiologi Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular, tidak berwarna dan hampir transparan seluruhnya. Lensa tidak mempunyai asupan darah maupun inervasi syaraf, dan bergantung sepenuhnya pada akuos humor untuk metabolisme dan pembuangan. Lensa terletak dibelakang iris dan di 6

depan vitreus. Posisinya di topang oleh Zonula Zinni, terdiri dari serabutserabut kuat yang melekat ke korpus siliaris. Lensa dapat membiaskan cahaya karena memiliki indeks refraksi, normalnya 1,4 di sentral dan 1,36 di perifer. Dalam keadaan non akomodatif, kekuatannya 15-20 dioptri (D). (Pavan Debora- Langston. 2005). Struktur lensa terdiri kapsul yang tipis, transparan, dikelilingi oleh membran hialin yang lebih tebal pada permukaan anterior dibanding posterior. Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi di jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa dari pada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. (Pavan Debora- Langston. 2005). Lensa dibungkus oleh kapsul dan bentuknya bikonveks, dimana kelengkungan permukaan posterior lebih besar dengan radius kurvatura 10.0 mm (8.0-14.0mm) dibandingkan permukaan anterior dengan radius kurvatura 6.0 mm (5,4-7,5 mm). Pada orang dewasa diameter lensa sekitar 9 um dengan ketebalan anterior dan posterior 4-5mm. Berat ensa sekitar 125-400mg. Pada katarak senilis rata-rata berat lensa adalah sekitar 225mg. (Miller SJH. 2006). Dengan bertambahnya usia ada dua hal yang terjadi. Pertama, penurunan fungsi dari mekanisme pompa transportasi aktif lensa yang mengakibatkan rasio Na + dan K + terbalik. Hal ini menyebabkan hidrasi

dari serat lensa. Kedua, penurunan reaksi oksidatif akibat bertambahnya umur menyebabkan penurunan kadar asam amino sehingga sintesis protein didalam lensa juga akan menurun. Kedua hal ini akan menyebabkan kekeruhan dari serat lensa kortikal akibat denaturasi protein. (Khurana A K. 2007). Gambar. 1.1. Anatomi lapisan lensa B. Klasifikasi Katarak Ada beberapa jenis klasifikasi yang telah sering digunakan untuk menilai katarak, misalnya berdasarkan usia timbulnya katarak disebut sebagai : (Skuta,GL. et al. 2010). 1. katarak kongenital yaitu katarak yang terjadi pada usia dibawah 1 tahun. 2. Katarak juvenil yaitu katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun 3. Katarak senilis yaitu katarak yang terjadi setelah usia 40 tahun.

Ada yang membagi berdasarkan kekeruhan lensa yaitu katarak imatur atau matur, dan pembagian berdasarkan letak kekeruhan lensa yaitu katarak kortikalis, katarak subkapsularis posterior atau anterior, katarak nuclearis. Klasifikasi katarak seperti dikemukakan oleh buratto dan kawankawan. Buratto membagi densitas kekerasan lensa menjadi 5 jenis ; dimana grade 1 adalah katarak yang paling lunak dan grade 5 adalah katarak yang sangat keras. Klasifikasi katarak menurut burrato adalah sebagai berikut : (Soekardi I. et al. 2005). Grade 1 : Nukleus lunak. Pada katarak grade 1 biasanya visus masih lebih baik dari 6/12, tampak sedikit keruh dengan warna agak keputihan. Refleks fundus juga masih dengan mudah diperoleh dan usia penderita juga biasanya kurang dari 50 tahun. Grade 2 : Nukleus dengan kekerasan ringan. Pada katarak jenis ini tampak nukleus mulai sedikit berwarna kekuningan, visus biasanya antara 6/12 sampai 6/30. Reflek fundus juga masih mudah diperoleh dan katarak jenis ini paling sering memberikan gambaran katarak subkapsularis posterior. Grade 3 : Nukleus dengan kekerasan medium. Katarak ini paling sering ditemukan dimana nukleus tampak berwarna kuning disertai dengan kekeruhan korteks yang berwarna keabu-abuan.

Visus biasanya antara 3/60 sampai 6/30 dan bergantung juga dari usia pasien. Semakin tua pasien tersebut maka semakin keras nukleusnya. Grade 4 : Nukleus keras. Pada katarak ini warna nukleus sudah berwarna kuning kecoklatan, dimana usia penderita biasanya sudah lebih dari 65 tahun. Visus biasanya antara 3/60 sampai 1/60, dimana reflek fundus maupun keadaan fundus sudah sulit dinilai. Grade 5 : Nukleus sangat keras. Pada katarak ini nukleus sudah berwarna kecoklatan bahkan ada yang sampai berwarna agak kehitaman. Visus biasanya hanya 1/60 atau lebih jelek dan usia penderita sudah di atas 65 tahun. Katarak ini sangat keras dan disebut juga brumescent cataract atau black kataract. C. Gejala Dan Tanda Katarak Gejala dan tanda umum katarak dapat digambarkan sebagai berikut : - Tajam penglihatan berkurang - Penglihatan berkabut, berasap - Menyebabkan rasa silau - Dapat mengubah kelainan refraksi - Penglihatan ganda - Halo (warna disekitar sumber cahaya) Katarak terlihat hitam terhadap reflek fundus ketika mata diperiksa

dengan oftalmoskopi direk. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, kortek atau subcapsular. (Pavan Debora- Langston. 2005). D. Pembedahan Katarak Adapun indikasi pembedahan terhadap katarak adalah: (Kanski JJ. 2007). 1. Memperbaiki penglihatan. ini merupakan indikasi yang paling umum dilakukannya operasi katarak, walaupun tingkat kebutuhannya bervariasi pada setiap orang. Operasi merupakan satu-satunya cara untuk memperbaiki penglihatan jika katarak sudah menyebabkan gangguan dalam melakukan aktifitas sehari-hari. 2. Indikasi medikal Dilakukan jika katarak sudah mempengaruhi kesehatan mata, contohnya : glaukoma fakolitik dan glaukoma fakomorfik. Operasi katarak untuk memperbaiki kejernihan media okular juga di butuhkan agar dapat mengetahui keadaan patologis melalui funduscopy, seperti retinopaty diabetic yang membutuhkan monitoring dan pengobatan. 3. Kosmetik Kosmetik merupakan indikasi yang jarang. Hal ini ditujukan untuk mengembali kan warna pupil menjadi hitam. Tehnologi pembedahan katarak telah berkembang dengan cepat, pemilihan terhadap pembedahan tergantung dari berbagai faktor; ada

beberapa jenis pembedaahan katarak : (Skuta,GL. 2010), (Timothy L.Jackson. 2008). 1. Intra Capsular Catarac Extraction (ICCE) Merupakan tehnik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah katarak ekstracapsular.seluruh lensa bersama dengan pembungkus atau kapsulnya dikeluarkan. Diperluka sayatan yang cukup luas dan jahitan yang banyak (14-15 mm). Prosedur tersebut relatif beresiko tinggi disebabkan oleh insisi yang lebar dan tekanan pada badan vitreus. Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian dari Ekstraksi Katarak Intra capsular (EKIK); Anggka kejadian cystoid macular edema dan retinal detachmet setelah operasi lebih tinggi, Insisi yang sangat lebar dan astigmatisma yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi sangat besar. Lebih sering terjadi kompikasi terhadap iol, khususnya dalam jangka waktu lama. 2. Ekstra Capsular Catarac Ekstraction (ECCE). Merupakan tehnik operasi katara dengan melakukan pengangkatan nucleus lensa dan cortex melalui pembukaan kapsul anterior yang lebar; 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior. Tehnik ini mempunyai kelebihan dibanding EKIK yaitu kapsul posterior akan utuh secara anatomi sehingga baik untuk fiksasi IOL dan menghambat atau mencegah bakteri masuk ke korpus vitreus dan mencegah terjadinya endoftalmitis. Kerugian dari Ekstraksi Katarak

Ekstra Kapsular (EKEK) ;Membutuhkan mikroskop dengan penyesuaian, Penebalan kapsul posterior setelah operasi dapat terjadi, Lebih sering terjadi udem kornea, uveitis setelah operasi. 3. Small incision catarac surgery (Sics). Pada Teknik Small Incision Cataract Surgery insisi dilakukan di skleral sekitar 5.5 mm 7.0 mm. Keuntungan konstruksi irisan pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan isi bola mata tidak prolaps keluar. Dan karena incisi yang dibuat ukurannya lebih kecil dan lebih posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah. (Soekardi I. et al. 2005). 4. Phacoemulsification. Merupakan salah satu tehnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang berbeda dengan ekstraksi katarak katarak ekstrakapsular standar (dengan ekspresi dan pengangkatan nukleus yang lebar). Sedangkan fakoemulsifikasi menggunakan insis kecil, fragmentasi nukleus secara ultrasonik dan aspirasi kortek lensa dengan menggunakan alat fakoemulsifikasi. Secara teori operasi katarak dengan fakoemulsifikasi mengalami perkembanagn yang cepat dan telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi setelah operasi yang ringan, astigmat akibat operasi yang minimal dan penyembuhan luka yang cepat. Kerugian dari phakoemulsifikasi : Biaya, Peralatan yang sangat mahal, membutuhkan biaya tambahan untuk tiap jenis peralatan untuk tiap kasus. Latihan, phakoemulsifikasi merupakan tehnik yang sulit untuk dipelajari, membutuhkan waktu yang sangat lama untuk latihan. 16

E. Lensa Intra Okuler (IOL) Lensa intra okuler merupakan salah satu koreksi penglihatan paska operasi yang sering digunakan. Untuk mendapatkan kekuatan lensa intraokuler yang cukup akurat, beberapa keadaan klinis penderita harus dinilai untuk menentukan status refraksi setelah operasi dan besarnya kekuatan lensa yang akan dipasang. (Skuta GL. et al. 2010). Forrmula SRK (Sanders-Retziaff-Kraff) atau formula regresi merupakan metode yang paling populer dan digunakan oleh sebagian besar dokter spesialis mata oleh karena lebih sederhana, lebih mudah digunakan karena hanya menggunakan pengukuran sumbu bola mata, kurvatura kornea. (Skuta GL. et al. 2010). F. Komplikasi Pembedahan Komplikasi pembedahan katarak dapat terjadi pada waktu yang berbeda, terbagi dari ; pada saat operasi, dan setelah operasi. Oleh karena itu perlu untuk mengevaluasi pasien post operasi katarak selama 1 hari, 1 minggu, 1 bulan dan 3 bulan. (Soekardi I. et al. 2005). Komplikasi awal pembedahan adalah setiap kejadian klinis yang terjadi baik selama operasi maupun 48 jam setelah operasi. Komplikasi lanjut adalah setiap kejadian klinis yang terjadi dalam 4-6 minggu setelah operasi. Komplikasi intra operasi ; prlolap korpus vitreus, iridodialisis, hyfema,dan perdarahan exspulsif. Sedangkan komplikasi setelah operasi adalah; oedem kornea, kekeruhan kapsul posterior, residual lens material,

prolap iris, hifema, glaucoma skunder, iridosiklitis, endophtalmitis, ablasi retina, astigmatisma. (Skuta GL. et al. 2010). G. Kualitas Operasi Ada beberapa faktor yang merupakan panduan untuk dapat melakukan evaluasi kualitas operasi : (Susan L. 2002). 1. Persentase komplikasi selama operasi dengan ruptur kapsul posterior dan prolap badan kaca kurang dari 5 % dari total jumlah operasi. 2. Evaluasi tajam penglihatan hari 1 dengan koreksi yang ada ( available corection) lebih dari 50% termasuk kriteria baik dan kurang dari 10% termasuk kriteria buruk. 3. Evaluasi tajam penglihatan dengan koreksi yang ada (available corection) pada minggu ke IV atau lebih yaitu lebih dari 80% termasuk kriteria baik dan kurang dari 5% termasuk kriteria buruk. Atau tajam penglihatan dengan koreksi terbaik lebih dari 90% termasuk kriteria baik dan kurang dari 5 % termasuk kriteria buruk. 4. Presentasi kasus-kasus katarak yang menjalani operasi katarak dengan implantasi IOL lebih dari 95%.

Tabel 1.1. Kualitas operasi yang memenuhi target WHO Kriteria tajam penglihatan Tajam penglihatan baik Tajam penglihatan dengan koreksi yang ada (Available corection) dengan IOL atau +10D Mencapai >80% dari total jumlah operasi. Tajam penglihatan dengan koreksi terbaik Mencapai >90% dari total jumlah operasi. Tajam penglihatan sedang Mencapai < 15% dari total jumlah operasi Mencapai <5% dari total jumlah operasi Tajam penglihatan buruk Mencapai <5% dari total jumlah operasi Mencapai <5% dari total jumlah operasi Tabel 1.2.Kriteria Tajam Penglihatan Menurut WHO Kreteria Tajam Penglihatan Tajam penglihatan baik Tajam penglihatan sedang Tajam penglihatan buruk 6/6-6/18 <6/18-6/60 <6/60