STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

Kata kunci : Pengetahuan, kesehatan gigi dan mulut, indeks def-t/dmf-t.

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai tahapannya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

Keparahan karies gigi yang tidak dirawat pada siswa SD GMIM 31 Manado berdasarkan indeks PUFA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

EFEKTIVITAS MEDIA CERITA BERGAMBAR DAN ULAR TANGGA DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA SDN 2 PATRANG KABUPATEN JEMBER

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

BAB V HASIL PENELITIAN. Selatan dengan luas wilayah kerja seluas 14,87 Km 2, terdiri dari 3 wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dalam terjadinya berbagai penyakit gigi. Kebersihan gigi dan mulut di Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang ikut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,

BAB 1 PENDAHULUAN. 2012). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

Gambaran Status Karies Gigi Pada Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Jakarta 1,2008

BAB I PENDAHULUAN. (pedesaan) dan masyarakat urban (perkotaan). Terdapat beberapa perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. nasional karies aktif (nilai D>0 dan karies belum ditangani) pada tahun 2007

Irna Sufiawati, Tenny Setiani Dewi, Dudi Aripin Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Sekeloa Selatan 1, Bandung

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

Perilaku Pemeliharaan dan Status Kebersihan Gigi dan Mulut Masyarakat di Kelurahan Paniki Kabupaten Sitaro

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

Pengetahuan dan Perilaku Kesehatan Gigi pada siswa SDN 174 Muara Fajar Pekanbaru

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. yang unik pada bayi, balita, dan anak prasekolah. Dahulu Early Childhood Caries (ECC) dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

BAB I PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

ANALISIS FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI KARIES GIGI PADA ANAK SD KELAS V - VI DI KELURAHAN PEGUYANGAN KANGIN TAHUN 2015

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes,

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang berkaitan dengan bagian tubuh yang lain. Dampak sosial

TINGKAT PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI 1 KUTAWIS, BUKATEJA, PURBALINGGA.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

Transkripsi:

1 STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN (Survey Di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah Dan Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat) LIDYA NAMORA, ARMASASTRA BAHAR, PETER ANDREAS PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS INDONESIA ABSTRAK Di Indonesia, laporan mengenai keparahan karies gigi berdasarkan indeks def-t/dmft dan indeks pufa/pufa masih langka,, padahal penelitian demikian sesungguhnya diperlukan sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan upaya peningkatan kesehatan gigi di seluruh daerah Indonesia, termasuk daerah terpencil dan daerah perkotaan.. Tujuan penelitian ini diketahuinya tingkat keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal (Kec.Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) dan daerah perkotaan (Kec.Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat). Penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan status keparahan karies gigi di daerah perkotaan (SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat) menurut indeks def-t senilai 3,38, indeks DMF-T senilai 0,54, indeks pufa 0,83, indeks PUFA 0,07, rasio pufa 28,6%. Perilaku murid dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut tergolong kategori baik. Status keparahan karies gigi di daerah tertinggal (SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) menurut indeks pufa untuk gigi sulung 1,63 dan indeks PUFA untuk gigi permanen 0,4 Kata Kunci: Daerah Perkotaan; Daerah Tertinggal; Murid Sekolah Dasar; Status keparahan Karies Gigi ABSTRACT In Indonesia, the research about the severity of caries in accordance to dmft index and pufa index is infrequent, whereas this kind of research is needed as indicator to determine the oral health status and the achievement of oral health improvement strategy in all area in Indonesia, including rural and urban area.. The purpose of the research is knowing the level of severity of caries between rural area (Kec. Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) and urban area (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Bekasi Timur).This study is using descriptive survey studies as methode. The result is caries severity status in elementary school students in urban area (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Bekasi Timur) according to deft index is 3.38, to DMFT index is 0,54, to pufa index is 0.83. to PUFA index is 0,07, to Pufa Ratio is 28,6%. The students' behavior in maintaining their oral health is in good category. The caries severity status in elementary school students in rural area (Kec. Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) according to pufa index is 1,63 and total PUFA index is 0,4. Keywords: Caries Severity Status; Elementary School Students; Rural area; Urban Ar

2 PENDAHULUAN Kondisi kesehatan gigi dan mulut di Indonesia masih sangat memprihatinkan sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, penyakit karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia. Jika dibandingkan dengan masyarakat di perkotaan, masyarakat di daerah pedesaan memiliki prevalensi karies yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi karies aktif pada masyarakat di perkotaan sebesar 42% dan di pedesaan sebesar 44,3%, sedangkan prevalensi pengalaman karies di perkotaan sebesar 66,5% dan di pedesaan sebesar 67,6%. Dengan demikian karies gigi harus ditangani oleh berbagai pihak. Kemudian, dari hasil penelitian Susenas tahun 2008 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Indonesia yang mengeluhkan sakit gigi dan yang memiliki persentase tidak menyikat gigi lebih tinggi terjadi di desa tertinggal dibandingkan desa tidak tertinggal. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Depkes tahun 2007 menunjukan, sebanyak 72,1% penduduk memiliki pengalaman karies gigi dan sebanyak 46,5% diantaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat. Prevalensi karies gigi aktif pada anak usia sekolah dasar sebesar 66,8%-69,9% (DEPKES RI, 2004). Di Indonesia, laporan mengenai keparahan karies gigi berdasarkan indeks def-t/dmf-t dan indeks pufa/pufa masih langka, padahal penelitian demikian sesungguhnya diperlukan sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan upaya peningkatan kesehatan gigi di seluruh daerah Indonesia, termasuk daerah tertinggal dan daerah perkotaan. Dengan demikian, penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) dan daerah perkotaan (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat). TINJAUAN TEORITIS Anak Usia Sekolah Dasar Anak usia sekolah dasar yaitu anak yang berumur 6-12 tahun. Pada anak usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensif karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan

3 tumbuhnya gigi baru. Dengan demikian, penyuluhan kesehatan gigi pada anak sekolah dasar sangat penting karena pada usia tersebut merupakan masa kritis, baik bagi pertumbuhan gigi geliginya juga bagi perkembangan jiwanya sehingga memerlukan berbagai metode dan pendekatan untuk menghasilkan pengetahuan, sikap dan perilaku yang sehat khususnya kesehatan gigi dan mulut. (1) Selain itu, anak usia sekolah dasar pun memiliki motivasi yang kurang dalam perawatan gigi. Dengan demikian, perawatan kesehatan gigi anak secara dini pun sangat berguna bagi kesehatan gigi anak yang berada dalam taraf tumbuh kembang. (2) Daerah tertinggal Daerah tertinggal merupakan daerah kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal. Kabupaten Donggala dengan wilayah seluas 5,275.69 km 2 terbagi menjadi 16 kecamatan dimana kecamatan Rio Pakawa merupakan kecamatan terluas (872,16 km 2 ) sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah kecamatan Banawa Tengah yang hanya memiliki luas 74,64 km. (3) Pendidikan Penduduk Kabupaten Donggala tergolong penduduk muda, berarti pada umumnya penduduknya masih berada pada usia sekolah (sekitar 40 persen). Di kecamatan Sirenja, untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) terdapat 25 unit sekolah yang terdiri dari 25 unit sekolah negeri dan tidak memiliki sekolah swasta, dengan jumlah murid SD negeri yang tercatat pada Tahun 2010 adalah 3390 orang dengan jumlah guru 293 orang yang memiliki rasio murid terhadap guru yaitu 12 orang. Kesehatan Di kecamatan Sirenja, tidak terdapat rumah sakit. Terdapat 1 puskesmas dan 5 puskesmas pembantu dan tidak memiliki toko obat yang berizin. Untuk tenaga ahli kesehatan hanya memiliki 2 dokter umum dan tidak memiliki dokter spesialis dan dokter gigi. (4) Kecamatan Sirenja tidak memiliki program UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah). Daerah Perkotaan Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk daerah belakangnya. Letak Kota Bekasi yang sangat strategis merupakan keuntungan bagi Kota Bekasi terutama dari segi

4 komunikasi dan perhubungan. Kemudahan dan kelengkapan sarana dan prasarana transportasi di Kota Bekasi menjadikan Kota Bekasi menjadi salah satu daerah penyeimbang DKI Jakarta. Pendidikan Di Kecamatan Bekasi Timur jumlah sarana pendidikan cukup memadai yaitu dari seluruh tingkatan pendidikan terdapat 80 sekolah negeri dan 135 sekolah swasta. Jumlah sekolah dan guru bertambah setiap tahunnya, data terakhir tercatat untuk tingkat pendidikan dasar terdapat 773 buah SD/MI dengan jumlah guru sebanyak 6.542 orang dan jumlah murid sudah mencapai 235.517 murid. Berdasarkan Penyusunan Kondisi Sosial Ekonomi Jawa Barat tahun 2009-2010, Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga teratas rata-rata lama sekolah yaitu 10,53 tahun. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. (5) Kesehatan Di kota Bekasi terdapat 28 rumah sakit dan 31 puskesmas. Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Bekasi pada tahun 2009 tercatat 891 tenaga kesehatan : 127 Dokter Umum, 7 dokter spesialis, 75 dokter gigi, 206 perawat kesehatan, 176 bidan dan 186 tenaga medis lainnya. Untuk pelayanan kesehatan di kecamatan Bekasi Timur sendiri, terdapat 7 rumah sakit dan 4 puskesmas. (5) Status Kesehatan Pengertian sehat menurut WHO yaitu keadaan sempurna baik fisik, mental, maupun sosial, keadaan yang tidak hanya bebas dari penyakit dan kecacatan (6). Menurut UU Kesehatan no 36 Tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Teori BLUM tentang Derajat Kesehatan Masyarakat HL.Blum (1980) seorang ahli kesehatan masyarakat menyatakan bahwa status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama yang dapat menjadi faktor timbulnya masalah kesehatan. Keempat faktor tersebut, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter. Karies Gigi

5 Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada anak-anak di Negara berkembang termasuk Indonesia, dan cenderung meningkat pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% anak mengalami karies gigi. Angka ini diduga lebih parah di daerah daripada di kota dan pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ini tentu saja berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka (Depkes RI., 2000). Indeks Pengukuran Karies Gigi Indeks merupakan ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit tertentu. (7) Ukuran tersebut dapat digunakan sebagai pengukur derajat keparahan dari suatu penyakit mulai dari yang ringan sampai berat. (7) Indeks karies dapat digunakan untuk mendapatkan data status karies gigi seseorang. (7) Beberapa indeks karies gigi yang umum digunakan adalah indeks Klein dan indeks WHO. (7) Selain itu, terdapat pula indeks Significant Caries (SiC) dan indeks PUFA, tetapi lebih jarang digunakan. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah murid sekolah dasar kelas 1-6 yang bersekolah di Kecamatan Sirenja dan Kecamatan Bekasi Timur. Sampel di Kecamatan Sirenja merupakan 190 murid SD kelas 1-6 yang dipilih secara acak (metode random sampling) dari 12 SD. Sedangkan sampel di Kecamatan Bekasi Timur dipilih secara acak dengan diawali pemilihan satu SD di tiap kelurahan berdasarkan daftar SD yang diperoleh dari UPTD Pembinaan Sekolah Dasar Kecamatan Bekasi Timur sehingga didapatkan sampel 4 SD. Pada masing-masing SD dipilih responden secara acak sebanyak 32 murid dan didapatkan total 192 responden. Variabel Penelitian 1. Perilaku Kesehatan Gigi dan Mulut 2. Indeks def-t 3. Indeks DMF-T 4. Indeks pufa 5. Indeks PUFA

6 6. Rasio PUFA J enis Data Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder pada murid sekolah dasar di Kecamatan Sirenja dan data primer murid sekolah dasar di Kecamatan Bekasi Timur. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan pemeriksaan karies gigi. Kuesioner yang diberikan kepada responden (murid sekolah dasar di kecamatan Bekasi Timur) berisi mengenai sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh r esponden d en gan mem b erikan tan d a s ilan g t erh adap jawaban yang d i pi lih. R esponden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan tindakan masing-masing dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kemudian dilakukan pemeriksaan karies gigi pada semua responden untuk mendapatkan data status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di Kec. Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dan Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat. HASIL PENELITIAN Kelemahan Penelitian Tidak terdapatnya data sekunder mengenai hasil pengisian kuesioner kesehatan gigi dan mulut serta pengukuran karies gigi menggunakan indeks def-t/dmf-t pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal (Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) sehingga tidak dapat dinilai perilaku responden dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut serta status keparahan karies gigi menggunakan indeks def-t/dmf-t tersebut. Karakteristik Responden Hasil penelitian mengenai status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal dan daerah perkotaan dilakukan pada 190 murid SD di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dan 192 murid SD di Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli dan Oktober 2012. Objek penelitian ini yaitu murid-murid sekolah dasar kelas 1-6. Di Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah jumlah responden laki-laki sebanyak 76 orang (40%) dan responden wanita sebanyak 114 orang (60%). Sedangkan di Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat jumlah responden laki-laki sebanyak 77 orang (40,1%)

7 dan responden wanita sebanyak 115 orang (59,9%). Data diperoleh berasal dari pemeriksaan klinis untuk murid SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah sedangkan data yang diperoleh dari murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat melalui hasil pengisian kuesioner dan pemeriksaan klinis. Data-data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Dalam melakukan proses pengisian kuesioner ataupun pemeriksaan klinis pada kedua daerah tersebut, seluruh objek penelitan dapat bekerjasama dengan baik. Hal tersebut tentunya tidak terlepas dari bantuan guru-guru SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah dan Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Hasil Penelitian Deskripsi Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan responden murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat mengenai kesehatan gigi dan mulut dinilai dari jawaban-jawaban yang didapat dari 6 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang telah diberikan. Tabel 1. Distribusi Pengetahuan Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Baik 183 95,4% Sedang 9 4,6 % Kurang 0 0% Total 192 100%

8 Deskripsi Sikap Sikap responden murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat mengenai kesehatan gigi dan mulut dinilai dari jawaban-jawaban yang didapat dari 6 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang telah diberikan. Tabel 2. Distribusi Sikap Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Sikap Frekuensi Persentase (%) Baik 99 51,6% Sedang 93 48,4 % Kurang 0 0% Total 192 100% Deskripsi Tindakan Tindakan responden, yaitu murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat mengenai kesehatan gigi dan mulut dinilai dari jawaban-jawaban yang didapat dari 10 pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner yang telah diberikan. Tabel 3. Distribusi frekuensi Tindakan Responden terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut Tindakan Frekuensi Persentase (%) Baik 128 66,6% Sedang 57 29,8 % Kurang 7 3,6% Total 192 100%

9 Deskripsi Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut di SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah Tabel 4. Data karies gigi berdasarkan indeks pufa pada murid SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah ditinjau berdasarkan jenis kelamin Komponen Jumlah Gigi L P Jumlah p 161 149 310 u 0 0 0 f 9 6 15 a 1 0 1 Total 171 155 326 Tabel 5. Data karies gigi berdasarkan indeks PUFA pada murid SD Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan jenis kelamin Komponen Jumlah Gigi L P Jumlah P 32 40 72 U 0 0 0 F 1 2 3 A 0 1 1 Total 33 43 76

10 Deskripsi Kondisi Kesehatan Gigi dan Mulut di SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat Tabel 6. Data karies gigi berdasarkan indeks def-t pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin Komponen Jumlah Gigi L P Jumlah d 223 309 532 e 37 67 104 f 5 9 14 Total 265 385 650 Tabel 7. Data DMF-T pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin Komponen Jumlah Gigi L P Jumlah D 31 51 82 M 2 1 3 F 9 10 19 Total 42 62 104 Tabel 8. Data karies gigi berdasarkan indeks pufa pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin Komponen Jumlah Gigi L P Jumlah p 76 85 161 u 0 0 0 f 0 0 0 a 0 0 0 Total 76 85 161

11 Tabel 9. Data karies gigi berdasarkan indeks PUFA pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat ditinjau berdasarkan jenis kelamin Komponen Jumlah Gigi L P Jumlah P 7 8 15 U 0 0 0 F 0 0 0 A 0 0 0 Total 7 8 15 Rasio PUFA pada murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat dihitung dengan rumus : PUFA+pufa x 100 = 15+161 x 100 = 28,6% D+d 82+532 PEMBAHASAN Pendidikan secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam menjaga kesehatannya. Berdasarkan Penyusunan Kondisi Sosial Ekonomi Jawa Barat tahun 2009-2010, Kota Bekasi menduduki peringkat ketiga teratas rata-rata lama sekolah yaitu selama 10,53 tahun. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Secara tidak langsung, pendidikan akan mempengaruhi perilaku masyarakat Kota Bekasi dalam hal perilaku menjaga kesehatannya. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Terbukti dari hasil penelitian berupa pengisian kuesioner kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut yang dilakukan oleh murid SD Kecamatan Bekasi Timur, dapat terlihat sebanyak 95,4% responden memiliki pengetahuan baik, 51,6% memiliki sikap baik, dan 66,6 % memiliki tindakan baik. Dari rerata nilai pengetahuan, sikap, dan tindakan tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku responden mengenai kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut termasuk kategori baik. Hal tersebut mungkin berkaitan dengan jumlah sekolah serta tenaga pendidik yang memadai yang kemudian akan menghasilkan perilaku yang baik.

12 Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat merupakan daerah perkotaan yang memiliki sarana dan tenaga kesehatan yang memadai. Sebanyak 7 rumah sakit dan 4 puskesmas yang berada di Kecamatan Bekasi Timur akan mempengaruhi status keparahan karies gigi di daerah tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian ini, yaitu responden memiliki nilai rerata indeks def-t 3,38 yang termasuk kategori moderate/sedang dan rerata indeks DMF-T 0,54 tergolong kategori sangat rendah. Hal tersebut mengindikasikan pencegahan responden terhadap penyakit karies gigi relatif baik terkait dengan perilaku kesehatan gigi responden yang baik. Nilai def-t dan DMF-T responden menunjukkan pengalaman karies gigi sulung dan permanen yang tidak tinggi di daerah tersebut. Namun, dari hasil penelitian didapatkan frekuensi decay pada gigi sulung dan permanen (d/d) lebih banyak daripada gigi dengan indikasi ekstraksi(e) pada gigi sulung dan gigi permanen yang hilang akibat karies gigi(missing), serta gigi yang ditambal(f/f). Hal ini menunjukkan masih banyaknya gigi karies yang belum dilakukan perawatan. Nilai rata-rata indeks def-t pada murid perempuan SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat berbeda dengan murid laki-laki. Murid laki-laki memiliki nilai rata-rata def-t sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 3,44 dan murid perempuan memiliki nilai rata-rata 3,34. Demikian juga dengan penilaian indeks DMF-T pada murid lakilaki pun berbeda dengan murid perempuan. Murid laki-laki memiliki nilai rata-rata DMF-T sedikit lebih tinggi yaitu sebesar 0,54 dan murid perempuan memiliki nilai rata-rata 0,53. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Nuni Prastika Atmanda pada tahun 2011 di Bandung, dengan nilai indeks def-t dan DMF-T pada murid SLB perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Ketidaksesuaian tersebut mungkin disebabkan oleh kesadaran murid perempuan lebih tinggi untuk menambal gigi yang telah mengalami karies daripada murid lakilaki sesuai dengan frekuensi penambalan gigi yang telah tercantum di tabel 5.14 dan 5.16. Demikian pula dari hasil status keparahan karies gigi berdasarkan indeks pufa/pufa didapatkan nilai rerata indeks pufa 0,83 dan indeks PUFA 0,07. Rerata nilai gigi sulung lebih tinggi daripada gigi permanen. Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian Monse.B, et al pada tahun 2010 di Philipina bahwa nilai rerata gigi yang terinfeksi karies (pufa/pufa) yaitu senilai 3,5 dan 1,2 pada anak berusia 6 dan 12 tahun. Murid perempuan memiliki rata-rata indeks pufa lebih rendah yaitu senilai 0,4 dibandingkan murid laki-laki yang memiliki nilai rata-rata 0,98. Demikian juga dengan penilaian

13 indeks PUFA untuk gigi permanen, murid perempuan memiliki nilai rata-rata indeks PUFA lebih rendah yaitu senilai 0,04 dibandingkan murid laki-laki yang memiliki nilai rata-rata 0,09. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Volker dan Russel (1973) yaitu prevalensi karies gigi pada gigi sulung dan permanen perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Demikian pula dari tabel 5.19 dan 5.21 dapat terlihat bahwa nilai pufa terbesar terjadi pada murid kelas 1 dan terkecil pada kelas 6. Sedangkan nilai PUFA terbesar terjadi pada murid kelas 3,4,5 dan terkecil pada kelas 1. Kejadian tersebut pun sesuai penelitian epidemiologis bahwa terjadinya prevalensi karies akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Rasio pufa yang diperoleh responden sebesar 28,6 %. Rasio tersebut mengindikasikan bahwa sebanyak 28,6% gigi yang mengalami karies, baik pada gigi sulung maupun gigi permanen (D+d), memiliki peningkatan menjadi karies dengan keterlibatan pulpa (karies mencapai pulpa). Dari hasil indeks pufa/pufa tersebut juga dapat terlihat bahwa semua responden memiliki gigi dengan karies dengan keterlibatan pulpa(p/p). Tidak ada responden yang memiliki ulserasi(u/u), fistule(f/f), maupun abses(a/a). Nilai rerata indeks pufa/pufa dan rasio pufa tersebut menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat yang dapat berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan yang ada. Pada ke-empat SD tempat penelitian diadakan, terdapat UKGS di setiap sekolah. Namun programnya belum berjalan dengan baik. Kec.Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah merupakan daerah tertinggal yang memiliki sarana serta fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Kecamatan Sirenja tidak memiliki rumah sakit, terdapat 1 puskesmas dan 5 puskesmas pembantu dan tidak memiliki toko obat yang berizin. Untuk tenaga ahli kesehatan hanya memiliki 2 dokter umum. Tidak memiliki dokter spesialis dan dokter gigi. Dengan asumsi terdapat jalanan rusak dan bahkan terdapat jalan yang belum tembus akan sulit bagi masyarakat untuk berobat ke puskesmas apabila sedang sakit. Dengan berbagai kekurangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat Kecamatan Sirenja memprihatinkan. Terbukti nilai rerata indeks pufa gigi sulung responden 1,63 dan indeks PUFA gigi permanen yaitu 0,4. Rerata nilai gigi sulung lebih tinggi daripada gigi permanen, hal tersebut pun sesuai dengan hasil penelitian Monse.B, et al pada tahun 2010 di Philipina bahwa nilai rerata gigi yang terinfeksi karies (pufa/pufa) yaitu senilai 3,5 dan 1,2 pada anak berusia 6 dan 12 tahun.. Dari hasil indeks pufa/pufa Kec.Sirenja diatas dapat terlihat bahwa hampir semua responden memiliki gigi dengan karies dengan keterlibatan pulpa(p/p). Tidak ada responden yang

14 memiliki ulserasi(u/u). Terdapat sedikit responden yang menngalami fistula(f/f) dan abses(a/a). Rerata nilai indeks pufa/pufa tersebut menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat yang dapat berkaitan dengan sarana kesehatan yang tersedia. Kecamatan Sirenja tidak memiliki sarana pelayanan UKGS untuk setiap sekolah karena tidak terdapat dokter gigi di Puskesmas. Sehingga apabila responden menderita penyakit gigi, khususnya penyakit karies gigi, tidak dapat segera diidentifikasi dan dilakukan perawatan langsung oleh dokter gigi. Akibatnya penyakit karies gigi akan semakin parah, bahkan sampai terdapat responden yang mengalami fistula dan abses. Nilai rata-rata indeks pufa untuk gigi sulung berbeda antara murid perempuan dan murid laki-laki. Murid perempuan memiliki nilai rata-rata lebih rendah yaitu senilai 1,3 dan nilai ratarata laki-laki senilai 2,1. Demikian juga dengan penilaian indeks PUFA untuk gigi permanen perempuan yang memiliki nilai lebih rendah yaitu senilai 0.37 dan laki-laki senilai 0,43. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh kesadaran murid perempuan dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya lebih tinggi daripada murid laki-laki. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) dan daerah perkotaan (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Povinsi Jawa Barat) dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a) Perilaku murid SD Kecamatan Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat tergolong kategori baik karena aspek pengetahuan, sikap, dan tindakan yang ketiganya tergolong kategori baik. Hal tersebut berkaitan dengan jumlah sekolah serta tenaga pendidik yang memadai yang kemudian akan menghasilkan perilaku yang baik. Status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah perkotaan (Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Provinsi Jawa Barat) yaitu: Berdasarkan indeks def-t menunjukkan nilai 2,54 yang tergolong rendah Berdasarkan indeks DMF-T menunjukkan nilai 0,46 yang tergolong sangat rendah Hal tersebut mengindikasikan pencegahan responden terhadap penyakit karies gigi relatif baik terkait dengan perilaku kesehatan gigi responden yang baik.

15 Berdasarkan indeks pufa menunjukkan nilai 0,83 Berdasarkan indeks PUFA menunjukkan nilai 0,07 Berdasarkan rasio pufa menunjukkan nilai 28,6 %, yang mengindikasikan gigi yang mengalami karies, baik pada gigi sulung maupun gigi permanen (d/d) memiliki peningkatan menjadi karies dengan keterlibatan pulpa senilai 28,6% Nilai rerata indeks pufa/pufa dan rasio pufa tersebut menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat dan dapat berkaitan dengan sarana pelayanan kesehatan UKGS di SD Kecamatan Bekasi Timur. a) Status keparahan karies gigi pada murid sekolah dasar di daerah tertinggal yang (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) yaitu: Berdasarkan indeks pufa menunjukkan nilai 1,63 Berdasarkan indeks PUFA menunjukkan nilai 0,4 Nilai rerata ini menunjukkan gigi karies yang tidak dirawat dan dapat berkaitan dengan sarana kesehatan yang tersedia. Kecamatan Sirenja tidak memiliki sarana pelayanan UKGS untuk setiap sekolah karena tidak terdapat dokter gigi di Puskesmas. SARAN a. Perlu diadakan program pendidikan kesehatan gigi dan mulut pada murid SD Kec. Bekasi Timur, Kotamadya Bekasi, Povinsi Jawa Barat dan SD Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah khususnya program penyuluhan agar status karies gigi murid sekolah dasar semakin baik. b. Perlu perhatian pemerintah untuk meningkatkan sarana kesehatan dan tenaga kesehatan gigi dan mulut khususnya di daerah tertinggal (Kec. Sirenja, Kab.Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah) agar status kesehatan gigi dan mulut semakin baik. c. Program UKGS di Kecamatan Bekasi Timur harus lebih ditingkatkan dan UKGS di Kecamatan Sirenja harus diadakan agar kesehatan gigi murid sekolah dasar daerah tertinggal dan daerah perkotaan semakin baik. d. Perlu adanya peran orang tua dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut anak. e. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan variabel yang berbeda.

16 KEPUSTAKAAN 1. Rahayu EM. Pengaruh pendidikan kesehatan gigi dan mulut terhadap pengetahuan dan sikap anak kelas V di SD Muhammadiyah Wirobrajan Yogyakarta. Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; 2005. 2. Anggriana D, Musyifah. Stimulating factor of parent's motivation to take their children's dental health for treatment in the Faculty of Dentistry Airlangga University. Journal of Dental Health. 2005;: p. 12-15. 3. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2010. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah; 2010. 4. Kabupaten Donggala Dalam Angka 2011: Badan Pusat Statistik Kabupaten Donggala 5. Kota Bekasi Dalam Angka 2010. Bekasi: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi: 2010 6. Notoatmodjo,S. Kesehatan Masyarakat, Ilmu, dan Seni. PT.Rinneka Cipta. Jakarta: 2007 7. USU press. [Online].; 2007 [cited 2012 oktober 10. Available from: HYPERLINK "http://usupress.usu.ac.id" http://usupress.usu.ac.id.