Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UJI TOKSISITAS AKUT LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK DENGAN BIOTA UJI IKAN NILA (oreochromis Niloticus) dan TUMBUHAN KAYU APU (PISTA STRATIOTES)

UJI TOKSISITAS LIMBAH CAIR BATIK SEBELUM DAN SESUDAH DIOLAH DENGAN TAWAS DAN SUPER FLOK TERHADAP BIOINDIKATOR (Cyprinus carpio L)

PENGARUH COD DAN SURFAKTAN DALAM LIMBAH CAIR LAUNDRI TERHADAP NILAI LC50 EFFECT OF COD AND SURFACTANT IN LAUNDRY LIQUID WASTE ON LC50 VALUE

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Oleh :

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

PENDAHULUAN. lingkungan adalah industri kecil tahu. Industri tahu merupakan salah satu industri

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

Rudhita Adhy Saman NPM :

BAB I PENDAHULUAN. suatu yang sudah tidak memiliki nilai manfaat lagi, baik itu yang bersifat basah

BAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Uji Toksisitas Akut Limbah Oli Bekas di Sungai Kalimas Surabaya Terhadap Ikan Mujair ( Tilapia missambicus ) dan Ikan Nila (Oreochromis niloticus )

Penyebaran Limbah Percetakan Koran Di Kota Padang (Studi Kasus Percetakan X dan Y)

Kata Kunci : Waktu Aerasi, Limbah Cair, Industri Kecap dan Saos

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

Mars Sella Sinurat 1), Hesti Wahyuningsih 2), Desrita 3) 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan,Fakultas Pertanian, Universitas

BAB I PENDAHULUAN. serta lapisan kerak bumi (Darmono, 1995). Timbal banyak digunakan dalam

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:

Uji Toksisitas Akut Detergen yang Mengandung Bahan Aktif LAS (Linear Alkil benzena Sulfonat) Terhadap Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

LAJU RESPIRASI MUJAIR (Oreochromis mossambicus) DALAM MEDIA AIR LUMPUR SIDOARJO PADA KONSENTRASI SUBLETAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

UJI TOKSISITAS DETERJEN CAIR TERHADAP IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) Liquid Detergent Toxycity Test Againts of Cyprinus carpio L.

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

TINJAUAN PUSTAKA. pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Prinsipnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti sebuah alur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Linda Maulidia Kosasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa penting yang diperlukan bagi kelangsungan hidup

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

PENENTUAN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

PEMETAAN KUALITAS AIR SUMUR DI SEKITAR TPA PIYUNGAN BANTUL YOGYAKARATA CLEAN WATER MAPPING AROUND PIYUNGAN LANDFILL BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan 178 juta ton pulp, 278 juta ton kertas dan karton, dan menghabiskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB III METODE PENELITIAN. ini diberikan perlakuan untuk memanipulasi objek penelitian disertai dengan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

TUGAS AKHIR (SB )

PERBEDAAN KADAR BESI (Fe) BERDASARKAN VARIASI BERAT LIMBAH TAHU SEBAGAI PENYERAP LOGAM PADA LEACHATE (LINDI) (STUDI DI TPA CIANGIR KOTA TASIKMALAYA)

BAB IV HASIL PENELITIAN. Sanggrahan Kecamatan Karanggan Kabupaten Temanggung dengan. 1. Kondisi dan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG

METODE Persiapan tempat

Bab V Hasil dan Pembahasan

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Polusi. Suatu zat dapat disebut polutan apabila: 1. jumlahnya melebihi jumlah normal 2. berada pada waktu yang tidak tepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber pencemar bagi lingkungan (air, udara dan tanah). Bahan

Uji Toksisitas Akut Insektisida Diazinon dan Klorpirifos Terhadap Biota Uji Ikan Guppy (Poecillia reticulate) dan (Pistia stratiotes)

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN. rata-rata nilai BOD dapat dilihat pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Nilai BOD dari tahun 2007 sampai 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan. Oleh: Arinto Kurniawan SN A

Analisa BOD dan COD ANALISA BOD DAN COD (BOD AND COD ANALYSIST) COD (Chemical Oxygen Demand) BOD (Biochemical Oxygen Demand)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. Industri tahu telah berkontribusi dalam penyediaan pangan bergizi,

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB III METODE PENELITIAN. adanya kontrol (Nazir, 2003:63). Eksperimen yang dilakukan berupa uji hayati cara

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. banyak terdapat ternak sapi adalah di TPA Suwung Denpasar. Sekitar 300 ekor sapi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB II AIR LIMBAH PT. UNITED TRACTORS Tbk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Perairan

Transkripsi:

Tingkat Toksisitas dari Limbah Lindi TPA Piyungan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus., L) Oleh: Annisa Rakhmawati, Agung Budiantoro Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta ABSTRACT Leachate is a liquid suspended solid in which there are pathogenic bacteria, heavy metals, and other hazardous substances. This study aims to determine the value (LC50-96 hours) of water leachate from the landfills (TPA) Piyungan against Tilapia (Oreochromis niloticus). The research method is quasy experimental studies consisting of treatment, the provision of waste leachate contaminants with concentrations of 0% (control), 2%, 4%, 6% and 8%. Tilapia as many as 10 animals for each treatment was given pollutant waste leachate. To measure the toxicity, tests toward the contaminants is performed using the statistical method within 24 hours of observations on Piyungan waste landfill leachate. LC50 value is calculated by graphical method using mortality data test animals. The value of LC50-96 hours of Piyungan waste landfill leachate was at concentrations ranging from 7.5% within 96 hours. COD and DO in waste leachate give effect to the LC50 value. The greater the concentration of waste leachate, the greater the value of LC50-96 hours. Keywords: COD, Piyungan landfill, Waste Lindi, Value LC50-96 hours. PENDAHULUAN Pada limbah lindi terdapat kandungan logam berat seperti Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn, dan Mn. Masuknya zat-zat kimia yang terkandung dalam air lindi ke dalam ekosistem perairan dapat mempengaruhi biota yang ada. Apabila di dalam ekosistem perairan terjadi pencemaran, dapat menyebabkan kematian biota atau mempengaruhi kegiatan fisiologis, proses makan, pembentukan sel dan fungsi jaringan sel suatu organ (Connel dan Miller, 1983). Peningkatan pencemaran air dapat diukur dengan uji COD dan BOD. COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen dalam ppm atau mg/liter yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan benda organik secara kimiawi. Sedangkan BOD (Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen dalam ppm atau mg/liter yang dibutuhkan mikrooganisme untuk mendegradasi bahan buangan dalam air. Oksigen diperoleh dari zat terlarut yang ada di dalam air. Jika pemberian oksigen tidak seimbang terhadap kebutuhan maka oksigen yang terlarut akan mencapai titik nol, sehingga menyebabkan kematian bagi biota air. Hal ini dapat di ukur dengan melakukan uji BOD. Semakin besar angka BOD maka air limbah semakin kotor (Sugiharto, 2008). Efek pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh limbah lindi yang terbawa ke aliran sungai maka dapat mengakibatkan pencemaran sungai. Dari pencemaran sungai 35

tersebut akan berdampak pada biota-biota yang hidup di sungai seperti ikan. Uji toksisitas akuatik merupakan suatu cara yang cukup representative untuk mengestimasi besarnya bahaya yang ditimbulkan oleh substansi yang ada dalam bahan buangan. Hal yang paling umum digunakan untuk menunjukkan toksisitas buangan adalah LC 50 (Lethal concentration) atau toksisitas akut. Organisme yang biasa diguanakan untuk menguji toksisitas suatu cemaran yang akan masuk ke suatu badan air adalah ikan. Ikan yang dipakai untuk uji toksisitas harus mempunyai kepekaan tinggi, umur, berat, dan panjang yang dipersyaratkan sesuai dengan ikan yang hidup diperairan tercemar. Dipilihnya ikan nila (Oreochromis niloticus, L.) sebagai hewan uji dalam penelitian ini, karena ikan nila merupakan jenis ikan yang mempunyai penyebaran luas, serta sesuai dengan persyaratan pengujian biologis yang ditetapkan oleh Enviromental Protect Agency (Praraja, 2008). METODE Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah aerator, aquarium ukuran 30 cm x 20 cm x 20 cm, gayung plastik, ph meter, Aerator, DO meter, reactor COD, spidol, botol sampel, ember, jerigen, gayung dan kertas. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nila (Oreochromis niloticus), limbah lindi, air sumur, reagen COD dan reagen DO. Cara Kerja Pemeliharaan Ikan Uji Pendahuluan Tahap Perlakuan Pengamatan Hasil Kematian Ikan Pengukuran Kadar COD dan DO Analisis Lc 50 Gambar 1. Prosedur Penelitian 36

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kematian Ikan Nila (Oreochromis niloticus, L.) Parameter yang diukur adalah persen kematian ikan nila yang dilihat pada kematian ikan dari waktu 24 jam, 48 jam, 72 jam, dan 96 jam. Didapatkan hasil kematian ikan yang dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-Rata Prosentase Kematian Ikan Nila (Oreochromis niloticus, L.) Konsentrasi Lindi % Mortalitas Hewan Uji (Jam) 0 jam 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam (kontrol) - - - - - 2 % - 13,33 20,00 23,33 26,67 4 % - 20,00 26,67 33,33 40,00 6 % - 3,33 26,67 36,67 66,67 8 % - 20,00 63,33 100,00 - Dari gambar 1 terlihat bahwa pada konsentrasi 6,3 % pada jam antara 24-72 jam mendapatkan persen kematian ikan sebesar 50 %. Hasil ini didapat dari 3 potongan konsentrasi yaitu pada konsentrasi 6,8%, 7,5% dan 4,8%. Dari ketiga konsentrasi tersebut ditambah kemudian dibagi tiga untuk mendapatkan garis perpotongan atau persen kematian ikan 50%. Kematian ikan pada setiap konsentrasi tersebut dikarenakan tingginya kadar COD pada perairan yang dapat menyebabkan kematian ikan. Hal ini berarti semakin tinggi kandungan COD maka semakin toksik sampel tersebut. Semakin tinggi nilai COD akan menyebabkan turunnya nilai oksigen terlarut (DO) (Effendi, 2003). Berdasarkan data tabel 1 terlihat bahwa pada setiap perlakuan memiliki presentase mortalitas yang berbeda-beda pada hewan uji. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh kenaikan kadar COD yang menyebabkan turunnya kadar DO. Hubungan antara konsen-trasi pencemar dengan prosentase mortalitas pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada grafik 1. Gambar 1. Grafik LC -96 Jam Kematian Ikan 50 dengan Variasi Konsentrasi Limbah Lindi TPA Piyungan selama 4 Hari Gambar 2. Kematian Ikan Selama Perlakuan Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan limbah lindi maka semakin toksik sampel tersebut yang berarti kandungan limbah lindi yang tinggi mengakibatkan kematian pada hewan uji setelah 24 jam. Hal ini dipengaruhi oleh besarnya limbah lindi yang terpapar pada ikan nila tersebut sehingga dapat menimbulkan dampak pada badan air penerima khususnya ikan yang hidup pada perairan yang tercemar limbah lindi. Menurut Effendi (2003), oksigen dalam suatu perairan tidak lepas dari pengaruh parameter lain seperti karbondioksida, lakalinitas, suhu, ph, dan sebagainya. Di mana semakin tinggi kadar oksigen yang dibutuhkan, maka karbondioksida yang dilepaskan sedikit. 37

Analisis Kadar COD Perbedaan kadar COD sebelum dan sesudah perlakuan dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8%. Kelompok perlakuan COD Uji kandungan COD selama perlakuan hari ke-1, hari ke-2, hari ke-3 dan hari ke-4 didapatkan hasil pengukuran kadar COD pada perlakuan yang dapat dilihat pada tabel 2. Perlakuan Tabel 2. Hasil Kadar COD Limbah Lindi pada Perlakuan Selama 4 Hari Kadar COD (ppm) 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam Jumlah 0 %(kontrol) 43 50 68 60 221 2% 60 64 78 86 288 4% 66 80 79 77 302 6% 85 81 82 95 343 8% 96 92 92 96 376 Total 1.53 Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa pada setiap perlakuan memiliki pengaruh kenaikan kadar COD. Hal ini terjadi karena reaksi oksidasi bahan buangan lindi akan menyebabkan terjadinya kenaikan kadar COD pada setiap perlakuan. Hubungan kenaikan kadar COD dengan konsentrasi pencemar pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar 2. Dari gambar 2 menunjukkan bahwa kadar COD pada masing-masing perlakuan mengalami kenaikan secara optimal yaitu pada konsentrasi 8% dengan prosentase kenaikan tertinggi selama 4 hari dibandingkan dengan konsentrasi lainnya. Data tersebut kemudian dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh kenaikan kadar COD antara perlakuan. Dari uji ANOVA didapatkan hasil seperti pada tabel 3. Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa nilai signifikasi kurang < 0,05 yang menunjukkan bahwa F hit>f tab sehingga H ditolak dan H diterima yang arti- 0 1 nya terdapat beda nyata antar perlakuan. hal tersebut membuktikan bahwa pemberian limbah lindi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kenaikan kadar COD dalam air yang mengakibatkan kematian ikan dalam air. Tabel 3. Hasil Uji ANOVA COD Limbah Lindi Kadar COD Beetwen Within Sum of Mean df F Sig. squares Square 3458.500 4 864.625 12.161.000 1066.500 15 71.100 Total 4525.000 19 Untuk mengetahui perlakuan yang paling baik dilanjutkan dengan uji Tukey HSD seperti pada tabel 4. Gambar 2. Grafik Kadar COD dengan Variasi Konsentrasi Limbah Lindi TPA Piyungan selama 4 hari. 38

Tabel 4. Hasil Uji Tukey Kenaikan COD COD Konsentrasi Signifikan 0% 2% 0,083 4% 0,028* 6% 0,001* 8% 0,000* 2% 0% 0,083* 4% 0,975 6% 0,196 8% 0,016* 4% 0% 0,028* 2% 0,975 6% 0,452 8% 0,049* 6% 0% 0,001* 2% 0,196 4% 0,452 8% 0,646 8% 0% 0,000* 2% 0,016* 4% 0,049* 6% 0,646 Ket: nilai yang menunjukkan signifikan ditandai dengan (*) Tabel 5. Hasil Kadar DO Limbah Lindi Pada Perlakuan Selama 4 Hari. Perlakuan Kadar DO (ppm) 24 jam 48 jam 72 jam 96 jam Ratarata 0% (kontrol) 8.4 7.6 5.6 5.0 6.65 2% 6.8 6.8 6.6 6.0 6.55 4% 6.4 6.8 7.2 5.4 6.45 6% 6.0 6.4 7.0 6.6 6.50 8% 6.0 6.0 6.8 6.4 6.30 Total 32.45 Berdasarkan tabel 5 terlihat bahwa pada setiap perlakuan memiliki pengaruh penurunan kadar DO. Hal ini terjadi karena oksigen terlarut tersebut digunakan oleh bakteri yang terdapat pada bahan pencemar tersebuit yaitu limbah lindi. Hubungan penurunan kadar DO dengan konsentrasi pencemar pada berbagai perlakuan dapat dilihat pada gambar 4. Berdasarkan hasil uji Tukey HSD dapat disimpulkan bahwa pada setiap perlakuan pemberian limbah lindi menunjukkan perbedaan nilai nyata pada masing-masing konsentrasi. Perlakuan yang yang menunjukkan signifikan adalah terdapat pada konsentrasi 0% dan 4% kemudian 0% dan 6%. Hal ini dikarenakan terjadinya proses oksidasi senyawa anorganik pada limbah lindi yang mengakibatkan kenaikan kadar COD. Analisis Kadar DO (Disolved Oxygen) Perbedaan kadar DO sebelum dan sesudah perlakuan dengan konsentrasi 2%, 4%, 6%, dan 8%. Kelompok perlakuan DO Uji kandungan DO selama perlakuan hari ke-1, hari ke-2, hari ke-3 dan hari ke-4 didapatkan hasil pengukuran kadar DO pada perlakuan yang dapat dilihat pada tabel 5. Gambar 3. Grafik Kadar DO Dengan Variasi Konsentrasi Limbah Lindi TPA Piyungan Selama 4 Hari Dari gambar 3 di atas terlihat bahwa pada masing-masing konsentrasi menunjukkan penurunan kadar DO yang optimal yaitu pada konsentrasi 4%. Data tersebut kemudian dilakukan uji ANOVA untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penurunan kadar DO antar perlakuan. dari uji ANOVA didapatkan hasil sebagai berikut: 39

Tabel 6. Hasil Analisis ANOVA Kadar DO Limbah Lindi pada Variasi Konsentrasi Limbah Lindi Kadar COD Beetwen Within Sum of squares df Mean Square Dari hasil ANOVA menunjukkan bahwa nilai signifikasi lebih dari 0,05 yang menunjukkan bahwa F <F sehingga H hit tab 0 diterima H ditolak sehingga dapat diketahui 1 tidak ada perbedaan nyata pada masingmasing perlakuan, maka tidak dilakukan uji Tukey HSD. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa bahan pencemar limbah lindi tidak menyebabkan penurunan kadar DO yang signifikan pada masing-masing perlakuan. Adanya oksigen terlarut di dalam air sangat penting untuk kehidupan ikan dan organisme lainnya, hasil analisis kadar DO pada limbah lindi TPA Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta diketahui bahwa kandungan oksigen terlarut 5,6-6,0 mg/l yang artinya mendekati kriteria mutu air kelas 1 yang ditentukan. Hasil data uji statistik (pada tabel 6) menunjukkan tidak ada beda nyata. Menurut Effendi (2003), pada perairan alami, ikan dan organisme akuatik lainnya membutuhkan oksigen terlarut kurang dari 10 mg/l untuk melakukan proses metabolismenya. Hal ini terlihat dari masih adanya ikan yang hidup pada konsentrasi-konsentrasi lainnya walaupun tidak terlalu banyak. Penelitian ini juga mengukur kadar logam berat yang terkandung dalam limbah lindi tersebut yaitu Kromiun (Cr) dan Timbal (Pb). Hasil pengukuran logam berat sebelum perlakuan dan sesudah perlakluan tidak ada mengalami penurunan. Kadar Kromiun (Cr) F Sig..268 4.067.092.984 10.970 15.731 Total 11.238 19 0,023 ppm dan Timbal (Pb) 0,016 ppm. Kadar logam berat Kromium (Cr) yang terkandung pada limbah lindi tidak mempengaruhi kematian ikan karena kadar logam berat tersebut terlalu rendah atau di bawah ambang batas (0,5) ppm. Menurut Effendi (2003), kadar Kromium (Cr) maksimum bagi kepentingan air minum adalah 0,05 mg/l. Kadar Cr pada perairan air tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/l sedangkan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/l. Sedangkan Timbal (Pb) juga berada di bawah ambang batas normal yaitu 0,05 ppm. Hasil pengukuran logam berat pada limbah lindi sama sekali tidak mempengaruhi kematian ikan pada perlakuan tersebut. Karena pada penelitian tingkat toksisitas limbah lindi TPA Piyungan, Bantul DI Yogyakarta yang mempengaruhi kematian ikan adalah karena tingginya kadar COD sehingga dapat menyebabkan turunnya kadar DO perairan tersebut. Hal ini menjelaskan bahwa COD yang tinggi mengindikasikan kandungan oksigen terlarut dalam air lindi menjadi rendah sehingga mengakibatkan kematian hewan-hewan uji. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa kadar COD pada limbah lindi TPA Piyungan, Bantul, DI Yogyakarta dengan variasi konsentrasi dapat mematikan 50% Ikan Nila (Oreochromis niloticus) pada waktu 48-96 jam dengan konsentrasi 6,3%. Hal ini yang dapat menyebabkan kematian ikan dikarenakan kadar COD yang tinggi didalam limbah lindi tersebut yang mengakibatkan toksik bagi hewan tersebut. COD yang tinggi diakibatkan oleh adanya sampah yang berasal dari TPA Piyungan yang menghasilkan air lindi yang mencemari sungai dan dapat mematikan biota air yang berada pada sungai yang tercemar air lindi tersebut. 40

KESIMPULAN 1. Pada uji LC 50 96 jam didapatkan nilai LC50dengan konsentrasi pencemar limbah lindi sebesar 6,3 %. Air lindi tempat pembuangan akhir Piyungan, Bantul bersifat toksik terhadap Ikan Nila (Oreochromis niloticus). 2. Nilai COD semakin besar dengan bertambahnya konsentrasi limbah lindi sehingga kadar DO yang terkandung dalam limbah lindi semakin menurun, sehingga mematikan 50 % ikan uji. Kadar logam berat (Pb dan Cr) yang terkandung dalam limbah lindi tidak mengalami perubahan setelah perlakuan, tidak berpengaruh dengan kematian ikan. DAFTAR PUSTAKA Connel, W.D dan Miller, J.G. 1983.Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Terjemahan, Yanti Koestoer, UI Press. Jakarta. Effendi, H., 2003.Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, Kanisius, Yogyakarta. Pararaja, 2008, Ikan Mas (Cyprinuscaprio L.)sebagai Early Warning System Pencemaran. Sugiharto, 2008, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UI-Press, Jakarta, Hal : 1, 5-6, 27-34, 95-132. 41