BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa bagi kelangsungan hidup umat manusia. Arti penting ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan UUD 1945 dari tahun ke tahun terus meningkat. Bersamaan dengan itu,

BAB I PENDAHULUAN. pulau, dengan populasi lebih dari 237 juta jiwa pada tahun 2010, Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat. Padahal, tanah dari dulu hingga sekarang tidak

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Panduan Penerapan Penilaian Indonesia 18 (PPPI 18) Penilaian Dalam Rangka Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat investasi yang sangat menguntungkan. Keadaan seperti itu yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR LAMPIRAN. 1. Surat Keputusan Bupati Magelang Nomor : 188.4/001/KEP/01/2006 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUM AGRARIA NASIONAL

Nilai Atas Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Ir. Hamid Yusuf, M.M., MAPPI (cert), FRICS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan hal penting bagi manusia. Tanah digunakan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Hukum Tanah dan Hak Penguasaan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa yang wajib kita jaga dan kelola dengan sebaik-baiknya

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja yang cukup tinggi, di Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULAN. penting untuk kepentingan pembangunan perekonomian di Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Fokus Media UUD 1945 dan Amandemennya. Bandung: Fokus Media

BAB I PENDAHULUAN. pemilik aset. Aset berarti kekayaan atau harta yang nantinya diharapkan

I. PENDAHULUAN. dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Baik sebagai sumber penghidupan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: harga tanah. Lembaga pertanahan berkewajiban untuk melakukan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya pembangunan dapat diketahui suatu daerah mengalami kemajuan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. infrastruktur dijadikan sebagai modal sosial oleh masyarakat. Semakin baik jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat 3 menyatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk diupayakan oleh negara. Ketersedian tanah-tanah negara yang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG IZIN USAHA DI BIDANG JASA KONSTRUKSI

PERBANDINGAN ANTARA HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT KETENTUAN KUHPerdata Dan UUPA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dan oleh karena itu sudah semestinya pemanfaatan fungsi bumi,

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat

BAB I PENDAHULUAN. diusahakan atau digunakan untuk pemenuhan kebutuhan yang nyata. perlindungan hukum bagi rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air, ruang angkasa dan segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

TENTANG JASA PENILAI PUBLIK MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

IMPLIKASI PENCABUTAN HAK ATAS TANAH TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA. Istiana Heriani*

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. penting bagi kelangsungan kehidupan manusia, dalam hal ini setiap individu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Peranan notaris..., Oki Triastuti, FH UI, 2009

2 e. bahwa Peraturan Menteri Keuangan Nomor 125/PMK.01/2008 tentang Jasa Penilai Publik dipandang sudah tidak relevan dengan perkembangan profesi sehi

BAB I PENDAHULUAN. empat untuk menyuplai pasokan barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak.

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai atau dimiliki oleh orang perorangan, kelompok orang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara

BAB I PENDAHULUAN. peran vital dalam menunjang kehidupan manusia dan produktivitasnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Laboratorium Fakultas Hukum. Universitas Islam Indonesia

PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG ZONA NILAI TANAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

dalam ketentuan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. ruang angkasa, sebagai karunia Tuhan yang Maha Esa mempunyai fungsi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan masyarakat yang dilakukan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. khusus hak atas tanah yang merupakan hak ekonomi, sosial dan budaya dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013: KPUP 3.4), tanah

BAB I PENDAHULUAN. segera mendapatkan regulasi untuk mencegahnya. akan berhenti pada titik zero population growth. Maka muncul beragam

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur sebagaimana yang telah dicita-citakan. Secara konstitusional bahwa bumi, air,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG TENAGA AHLI WALIKOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan dan hasil-hasilnya, maka semakin meningkat pula

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. tempat hidup, tetapi lebih dari itu tanah memberikan sumber daya bagi

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN BAGI LANJUT USIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

SALINAN NO : 14 / LD/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR KABUPATEN

PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menimbang : a. Mengingat : 1.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MEMUTUSKAN :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan sumber daya alam yang penting sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa bagi kelangsungan hidup umat manusia. Arti penting ini menunjukan adanya pertalian yang sangat erat antara hubungan manusia dengan tanah, karena tanah merupakan tempat pemukiman dan tempat mata pencaharian bagi manusia. Tanah juga merupakan kekayaan nasional yang dibutuhkan oleh manusia baik secara individual, badan usaha maupun pemerintah dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional (Harsono dan Boedi, 2003). Perkembangan pembangunan di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Kegiatan pembangunan gedung sekolah inpres, rumah sakit, pasar, stasiun kereta api, tempat ibadah, jembatan, pengadaan berbagai proyek pembuatan dan pelebaran jalan serta pembangunan lainnya memerlukan tanah sebagai sarana utamanya. Pembangunan untuk kepentingan umum sangatlah dibutuhkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperbaiki daya saing perekonomian nasional di era globalisasi saat ini, di mana prosesnya sering kali membutuhkan pengadaan tanah. Dalam Pasal 1 ayat (6) UU Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyebutkan bahwa Kepentingan Umum adalah kepentingan bangsa, negara, dan masyarakat yang harus diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Penduduk yang semakin bertambah dengan tingkat 2

kemakmuran yang semakin baik, tentunya membutuhkan berbagai fasilitas umum seperti: jaringan transportasi, fasilitas pendidikan, peribadahan, sarana olahraga, fasilitas komunikasi, fasilitas keselamatan umum dan sebagainya. Pembangunan fasilitas-fasilitas umum seperti di atas, membutuhkan tanah atau lahan. Tanah menempati posisi yang vital dalam konteks perkembangan di sektor agraria. Tanah telah berubah dari alat produksi subsistensi rakyat menjadi alat produksi bagi organisasi kapitalis. Selain ungkapan tersebut di atas, tanah merupakan titik temu bagi kepentingan semua pihak atau dengan kata lain tanah itu ajang konflik kepentingan semua pihak (Prayitna, 2003). Dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 disebutkan bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sedangkan menurut konsepsi hukum tanah nasional, seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan kekayaan nasional, sehingga semua tanah yang ada di dalam wilayah negara kita adalah tanah bersama seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu menjadi Bangsa Indonesia (Pasal 1 ayat (1) UUPA). Walaupun di dalam Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa seluruh tanah, air, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah kepunyaan bersama bangsa Indonesia, namun dalam kewajiban pengelolaannya tidak mungkin dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia, maka penyelenggaraannya pada tingkatan yang tertinggi dikuasakan kepada negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat. Hal ini mengacu pada ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, 3

bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang ada di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Salah satu wujud untuk mensejahterakan kemakmuran rakyat dengan diadakan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan infratruktur dan fasilitas publik. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi yang ditopang dengan perkembangan infrastruktur dan fasilitas publik di pemerintah seringkali melibatkan pembebasan tanah yang dimiliki oleh masyarakat atau bahkan memindahkan tempat yang dimiliki penduduk (SPI 2013, 306-1.1). Dalam Pasal 1 ayat 2 UU Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum menyebutkan bahwa Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Pihak yang berhak disini berarti pihak yang menguasai atau mempunyai hak atas tanah yang menjadi objek pembangunan untuk kepentingan umum. Objek Pengadaan Tanah adalah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai (UU No.2 tahun 2012 pasal 1 ayat 4). Salah satu bentuk pengadaan tanah bagi kepentingan umum adalah pelebaran pembangunan Pasar Cebongan Kabupaten Sleman. Dalam rangka meningkatkan daya saing pasar tradisional Kementrian Perdagangan mempunyai program Revitalisasi Pasar Tradisional. Kabupaten Sleman mendapat alokasi dana Pengembangan Pasar Tradisional dari Pemerintah Pusat melalui Dana Tugas Pembantuan dari Kementrian Perdagangan dan dialokasikan di Pasar Cebongan. Pasar Cebongan adalah salah satu pasar tradisional yang berada di Kabupaten 4

Sleman. Pasar Cebongan berdiri pada tahun 1993 dengan luas 6.517 m². Menurut Kepala Dinas Pasar Kabupaten Sleman, pelebaran pembangunan Pasar Cebongan difokuskan untuk meningkatkan daya tampung pasar dengan tujuan untuk dapat merelokasi pedagang bango serta menampung pedagang yang saat ini masih berjualan di pinggir jalan dan areal tlasaran. Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan jumlah pedagang namun kurangnya tempat untuk berjualan. Berikut data jumlah pedagang periode 26 Mei 2015: JUMLAH PEDAGANG NO KET LOS TOTAL KIOS H. DALAM H. LUAR LOS SEMENTARA 1 Pasar Cebongan 40 20 20 556 83 719 Tabel 1.1 Data Jumlah Pedagang di Pasar Cebongan Tahun 2015 Sumber: Dinas Pasar Kabupaten Sleman (diolah) Pengadaan tanah dalam rangka pelebaran pembangunan Pasar Cebongan Kabupaten Sleman ini tentu saja menyebabkan adanya pembebasan tanah milik masyarakat. Dalam berjalannya proses pembebasan tanah tersebut tentu ada yang menimbulkan permasalahan, baik dari pihak pemilik tanah dalam meminta ganti rugi akibat pembebasan lahan tersebut, maupun dari pihak pemerintah dalam menentukan besarnya ganti kerugian. Standar Penilaian Indonesia (SPI 2013, 306-1.2), pengadaan tanah bagi pembangunan kepentingan umum dilaksanakan dengan melakukan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, dengan memberikan perlindungan dan melaksanakan prinsip penghormatan terhadap pihak-pihak yang terkena pengadaan tanah. Penentuan pengambilan hak tanah yang terkena kepentingan umum dengan mempertimbangkan kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara, serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah bisa dicabut dengan 5

memberikan ganti kerugian yang layak menurut cara yang diatur undang-undang (Pasal 18 UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria). Nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil penilaian akan menjadi dasar musyawarah penetapan Ganti Kerugian (Pasal 34 ayat (3) UU No.2 tahun 2012). Penetapan nilai tanah dan bangunan dengan memperhatikan faktor-faktor yang relevan tidak mudah dilakukan oleh seseorang awam, maka dari itu perlu peran suatu penilai yang profesional dan independen, mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk menetapkan nilai nyata tanah dan bangunan yang obyektif dan adil seperti yang dituangkan dalam ketentuan pasal 25 Peraturan KBPN Nomor 3 Tahun 2007. Berdasarkan Soeparjanto (2008) menyebutkan bahwa mengestimasi nilai properti telah dilakukan sejak zaman sebelum kemerdekaan namun tanpa kualifikasi formal, namun saat ini penilai telah dijadikan aktifitas profesional dalam dunia komersial. Faktor pendorong kebangkitan penilaian dan penilaian sebagai profesi di Indonesia adalah sejak terjadinya krisis moneter 1998. Penilaian merupakan gabungan ilmu pengetahuan dan seni dalam mengestimasi nilai dari kepentingan yang terdapat dari suatu properti untuk tujuan tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan karakteristik yang terdapat pada sebuah properti (Harjanto dan Hidayati, 2013). Penilaian merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan dan seni dalam mengestimasi nilai dari properti. Supriyanto, (2011) mengatakan Penilaian merupakan proses pekerjaan agar dapat memberikan estimasi dan pendapat atas nilai ekonomis. Dalam UU No.2 tahun 2012 Pasal 1 ayat (11) disebutkan bahwa Penilai Pertanahan, yang selanjutnya disebut Penilai, adalah orang perseorangan 6

yang melakukan penilaian secara independen dan profesional yang telah mendapat izin praktik penilaian dari Menteri Keuangan dan telah mendapat lisensi dari lembaga Pertanahan untuk menghitung nilai atau harga objek pengadaan tanah. Berdasarkan latar belakang di atas, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai jumlah penggantian ganti rugi tanah atas pelebaran pembangunan Pasar Cebongan Kabupaten Sleman, maka judul TA ini Indikasi Nilai Penggantian Wajar Tanah Seluas 490 M 2 untuk Kepentingan Umum : Pelebaran Pasar Xxx di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Tahun 2016. 7

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang di uraikan di atas, maka permasalahan dalam Tugas Akhir ini adalah Pasar Cebongan belum dapat mengakomodasi pedagang yang saat ini masih berjualan di pinggir jalan dan areal tlasaran, sehingga perlu dilakukan pelebaran pasar. Berdasarkan uraian di atas, maka sebelum dilaksanakan pelebaran Pasar Cebongan perlu dilakukan pembebasan tanah sehingga perlu menentukan Nilai Penggantian Wajar bagi pemilik tanah. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah menentukan Indikasi Nilai Pasar dan Indikasi Nilai Penggantian Wajar Tanah seluas 490 m 2 untuk pelebaran Pasar Cebongan. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam penulisan ini penulis mengharapkan adanya manfaat yang dapat diperoleh antara lain: 1. Memberikan sumbangan pemikiran pengembangan ilmu penilaian khususnya mengenai pemberian Nilai Penggantian Wajar. 2. Hasil penulisan ini dapat dijadikan acuan bandingan besarnya ganti kerugian bagi masyarakat yang memiliki hak atas tanah untuk pengadaan pembangunan untuk kepentingan umum. 3. Bagi civitas pendidikan, sebagai bahan pedoman untuk penelitian selanjutnya. 8

1.5 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: Latar Belakang 1. Peningkatan jumlah pedagang Pasar Cebongan. 2. Anggapan kurangnya tempat yang tersedia di pasar sampai dengan tahun 2015. 3. Maka penting dilakukannya pengadaan tanah untuk pelebaran pasar. 4. Penentuan Nilai Penggantian Wajar Tanah. Tujuan Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah menentukan Indikasi Nilai Pasar dan Indikasi Nilai Penggantian Wajar Tanah seluas 490 m 2 untuk pelebaran Pasar Cebongan. Landasan Teori 1. Nilai 2. Penilaian 3. Tanah 4. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum 5. Penerapan Teknis Penilaian 6. Pendekatan Penilaian 7. Definisi Istilah Data 1. Data Umum Faktor-faktor eksternal (sosial, ekonomi, peraturan pemerintah, dan lain-lain). 2. Data Khusus Data properti yang dinilai dan properti pembanding. 3. Data Transaksi dan Penawaran Data harga properti yang sudah terjadi transaksi maupun yang sedang dalam penawaran. Alat Analisis Pendekatan pasar untuk menentukan nilai pasar dan kemudian mengacu pada SPI 306 dan UU No 2 Tahun 2012 untuk menentukan nilai penggantian wajar. 9