PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN HUTAN
Konsep pengendalian hama dan penyakit secara terpadu. Konsep ini berpangkal dari upaya manusia mengelola populasi hama-penyakit melalui teknik-teknik pengendalian yang telah ada. Pengamatan dinamika populasi hama-penyakit merupakan kunci penting, karena pengambilan keputusan untuk melakukan operasi pengendalian ditentukan oleh tingkat-tingkat populasinya.
Strategi pengendalian penyakit secara terpadu, meliputi : penggunaan tanaman resisten pengendalian secara hayati/biologis pengendalian dengan teknik silvikultur penggunaan pestisida
Mekanisme Tanaman Resisten Non preferensi dapat terjadi oleh adanya senyawa kimia atau fisik tanamannya atau oleh keduanya. Kandungan senyawa kimia ada yang bersifat menarik jenis-jenis hama atau patogen tertentu dan ada yang sebaliknya bersifat menolak kehadiran hama atau patogen tersebut.
Antibiosis. Resistensi tanaman karena faktor antibiotik disebabkan oleh adanya kandungan senyawa kimia yang mempengaruhi perkembangan atau ketahanan hidup (survival) jenis-jenis hama serangga atau patogen pirethrin dan rotenone. Zat antibiosis Varietas tanaman yang memiliki nilai resistensi tinggi menyebabkan jenis hama serangga ataupun patogen yang bersangkutan tidak mampu mempertahankan populasinya.
Toleransi: kemampuan varietas tanaman untuk toleran terhadap serangan hama serangga atau patogen yang disebabkan oleh kemampuan tanaman tersebut untuk menyembuhkan diri dari kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan tersebut, Cara: mengganti, memperbaiki, ataupun menumbuhkan kembali jaringan tanaman yang rusak akibat gangguan serangga hama ataupun patogen.
Cara mendapatkan tanaman resisten Pendekatan dengan Pemuliaan Pohon : dengan seleksi Pendekatan Bioteknologi Dengan menyisipkan gen-gen yang telah diketahui sebagai sumber ketahanan terhadap penyakit tertentu
Seleksi benih dari tanaman induk yang sehat dan berkualitas
LNx Penggunaan benih dari genetic base yang luas 4 2 0 7 47-2 Day after inoculation (DAI) -4 Wamena RO2/2001 W.Gintang Morotai RO5/95 Kediri RO2/95 Jasinga East Timor Boyolali 2S/75
Pengendalian dengan teknik silvikultur Pengaturan jarak tanam Penjarangan dan pruning Pemupukan secara tepat Pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan tempat tumbuhnya
Disease incidence (%) Jarak tanam yang tepat akan memberi ruang yang cukup untuk tanaman berkembang serta mendapatkan sinar matahari secara optimal dan kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan optimal tanaman 100 75 wet season 50 25 0 open interm ediate closed Forest opening dry season
Penjarangan dan pruning
80 60 40 20 0 Septem bdesem be Septem bdesem be LS (%) IP (%) Pagergunung 74.3 41 45 17.3 Karangw uni 43.5 0 5 0
disease incidence (%) disease severity (%) Pruning dan Thinning 100 100 75 50 75 25 50 25 0 no thinning Thinning activity thinning 0 no pruning Pruning activity pruning
PEMUPUKAN SECARA TEPAT Perkembangan Intensitas penyakit karat tumor pada pertanaman sengon umur 2 tahun yang di pupuk menggunakan NPK dosis 0 g (P1), 100 g (P2) dan 200 g (P3) per pohon, dari bulan september sampai Desember 2010
Pengendalian dengan Pestisida Di lapangan merupakan alternatif terakhir dalam usaha memberantas serangga hama maupun patogen penyebab penyakit penyakit tanaman hutan. Fungisida adalah pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat jamur penyebab penyakit.
Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik (kontak), dan sistemik Pada fungisida, pembagian ini erat hubungannya dengan sifat dan aktifitas fungisida terhadap jasad sasarannya. Fungisida nonsistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan didalam jaringan tanaman, namun hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (umumnya daun) tempat fungisida disemprotkan. Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi jamur dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselia jamur yang menempel di permukaan tanaman. Oleh karena itu, fungisida kontak berfungsi sebagai protektan dan hanya efektif bila digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh patogen penyebab penyakit. Akibatnya, fungisida nonsistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman secara terus-menerus terlindungi dari infeksi baru.
Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel). Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal).
Fungisida sistemik memiliki beberapa kelebihan antara lain: (1)Bahan aktif langsung menuju ke pusat infeksi didalam jaringan tanaman, sehingga mampu menghambat infeksi patogen yang sudah menyerang di dalam jaringan tanaman, (2)dapat dengan cepat diserap oleh jaringan tanaman kemudian didistribusikan ke seluruh bagian tanaman sehingga bahan aktif dan residunya tidak terlalu tergantung pada coverage semprotan, selain itu bahan aktif juga tidak tercuci oleh hujan. Oleh karena itu, aplikasinya tidak perlu terlalu sering.
Aplikasi Fungisida
Perkembangan luas serangan penyakit karat tumor pada tanaman sengon yang dua bulan di tanam di lapangan dan di aplikasi dengan fungisida
PENGENDALIAN HAYATI