DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

dokumen-dokumen yang mirip
PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan, yaitu : Klaten, antara lain adalah :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

BAB I PENDAHULUAN. pidana, oleh karena itu, hukum acara pidana merupakan suatu rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan kepada metode,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. 1. perundang-undangan lain yang mengatur ketentuan pidana di luar KUHP

PEMERINTAH KOTA BATU

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. bertumbukan, serang-menyerang, dan bertentangan. Pelanggaran artinya

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

KEDUDUKAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

AKIBAT HUKUM PENGHENTIAN PENYIDIKAN PERKARA PIDAN DAN PERMASALAHANNYA DALAM PRAKTIK

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PAREPARE

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1985 TENT ANG KEWENANGAN PENYIDIK TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RAYA

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Peraturan perundang-undangan untuk mengatur jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

BAB I PENDAHULUAN. terdapat strukur sosial yang berbentuk kelas-kelas sosial. 1 Perubahan sosial

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERAN IKOSA (IKATAN KLUB OTOMOTIF SURAKARTA) DALAM MENDUKUNG SATLANTAS POLTABES SURAKARTA GUNA MEWUJUDKAN KETERTIBAN LALU LINTAS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil. Prosedur. Kartu Tanda Anggota.

BAB I PENDAHULUAN. pada Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara Hukum.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Negara Indonesia adalah negara bardasarkan hukum bukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan mekanisme pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. karena kehidupan manusia akan seimbang dan selaras dengan diterapkannya

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BUPATI LAMPUNG BARAT PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

PRAKTIK PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) KOTA SEMARANG Anggun Paramarta*, Pujiyono, Sukinta Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro E-mail : anggunparamarta@gmail.com Abstrak Sebagai sistem transportasi nasional, lalu lintas dan angkutan jalan harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran berlalu lintas dan angkutan jalan untuk mendukung pembangunan ekonomi dan wilayah Kota Semarang. Sehingga tindak pidana terhadap lalu lintas dan angkutan jalan yang dapat menghambat pembangunan ekonomi dan wilayah harus ditegakkan. Penelitian menggunakan metode yuridissosiologis, dengan hasil bahwa praktik penegakan hukum tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh PPNS LLAJ Kota Semarang sesuai dengan Undang-Undang No.22 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah No 80 Tahun 2012; kewenangan PPNS umumnya ada pada KUHAP, kewenangan khusus PPNS LLAJ ada pada UU No 22 Tahun 2009, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 8 Tahun 2013; kendala yang di hadapi PPNS LLAJ Kota Semarang adalah faktor hukum, penegak hukum, sarana, masyarakat, faktor kebudayaan. Kata kunci : Penegakan Hukum, Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Abstract As the national transportation system, traffic and roads transport should be development and the potential role to realize security, safety, order, the smoothness of traffic and road transport to support development economic and teritorial Semarang. So that the criminal act against the traffic and road transportation to can hamper economic development and theregion should be in the right upright. Reseasrch using methods yuridical-sociology, with the result that the law enforcement practice of the crime of traffic and road transport conducted by investigators LLAJ Semarang in accordance with UU No.22 Tahun 2009, PP No 80 Tahun 2012. Public authority of PPNS in KUHP, PPNS LLAJ authority as public investigator in UU No 22 Tahun 2012, Central Java Provincial Regulation Number 8 year 2013. The obstacle PPNS LLAJ Semarang have as an investigator included : the law itself, law enforcement, facilities, comunity and cultural factors. Keywords : Law enforcement, Traffic and road transport criminal act I. PENDAHULUAN Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dapat digolongkan menjadi dua bagian, yakni berupa kejahatan dan pelanggaran. Tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang berupa kejahatan dapat berupa kecelakaan lalu lintas yang di sebabkan oleh human eror. Sedangkan tindak pidana dalam berlalu lintas dan angkutan jalan yang berupa pelanggaran misalnya melanggar rambu-rambu lalu lintas, melanggar batas muatan ( tonase ), dan lain sebagainya. Tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang terjadi di kota Semarang telah mengalami 1

peningkatan, sehingga perlu adanya peraturan perundang-undangan yang mampu untuk mengaturnya, aparatur penegak hukum beserta kewenangannya dalam menegakkan tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang terjadi di kota Semarang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah wadah yang dibentuk oleh Pemerintah Indonesia untuk mengatur, menindak, menekan jumlah tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena Kota Semarang merupakan wilayah dari Negara Indonesia, maka dalam menegakkan tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang terjadi di Kota Semarang wajib tunduk pada ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 ini. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, penindakan terhadap pelanggaran dan penyidikan terhadap tindak pidana di lakukan oleh Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus menurut Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009. di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( PPNS LLAJ ), dalam melaksanakan tugasnya wajib berkoordinasi dengan penyidik Polri, karena kedudukan institusi polri sebagai koordinator pengawas yang selanjutnya disebut sebagai Korwas, sehingga menjadi bertentangan apabila PPNS LLAJ melakukan penyidikan sendiri tanpa berkoordinasi dengan penyidik Polri. Pada kenyataannya, praktik penegakan hukum terkadang mengalami penyimpangan dengan yang dimuat dalam perundangundangan, salah satunya adalah razia ilegal yang dilakukan oleh para penegak hukum lalu lintas, baik yang dilakukan oleh Polisi maupun PPNS terkait masalah lalu lintas dan angkutan jalan. 1 Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) dalam penindakan terhadap pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dalam Pasal 264 sampai Pasal 272 Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Penindakan terhadap pelanggaran dilakukan dalam bentuk pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan yang dilakukan oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia dan PPNS Dinas Perhubungan. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, perlu dilakukan kajian yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam tindak pidana lalu lintas. Adapun judul dalam penulisan hukum ini adalah Praktik Penegakan Hukum Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil ( PPNS ) di Kota Semarang dengan rumusan permasalahan : 1 Jateng.tribunnews.com/2014/04/29/ganjar -didukung-polri-dan-tni-razia-pungli-dijembatan-timbang. Di akses pada tanggal 15-3-2016,pkl.22.00WIB. 2

1. Bagaimanakah kebijakan hukum pidana kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( PPNS LLAJ) dalam penegakan tindak pidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan? 2. Bagaimanakah praktik penegakan hukum tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ ) Kota Semarang? 3. Apakah kendala-kendala yang di hadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) Kota Semarang dalam menegakkan tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan serta bagaimana upaya untuk mengatasinya? II. METODE Penelitian pada dasarnya merupakan suatu upaya pencarian dan bukannya mengamati dengan teliti terhadap sesuatu obyek yang mdah terpegang di tangan. Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu research, yang berasal dari kata re (kembali) dan to search (mencari). Dengan demikian, secara logawiyah berarti mencari kembali. 2 Dalam melakukan penelitian untuk penyusunan penulisan hukum yang berjudul Praktik Penegakan Hukum Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kota 2 Bambang Sugono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,2012,hlm.27. Semarang, membutuhkan data yang akurat, baik berupa data primer maupun data sekunder. Penelitian hukum harus serasi dengan disiplin ilmu hukum yang merupakan suatu sistem ajaran tentang hukum sebagai norma dan hukum sebagai kenyataan. Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, dapat juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian di timbulkan didalam gejala yang bersangkutan. 3 Dalam melakukan penelitian guna menyusun penulisan hukum ini, penulis menggunakan berbagai macam metodologi penelitian, yaitu: A. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan yuridis empiris. Metode pendekatan yuridis empiris yaitu suatu cara, prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian data primer yang ada di lapangan. Fokus studinya adalah mengungkap penegakan hukum dalam tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), maka 3 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta,hlm.43. 3

hal ini termasuk metode yuridis dalam arti luas, sehingga metode pendekatan yang digunakan adalah metode empiris. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan praktik penegakan hukum tersebut telah sesuai atau tidak dengan ketentuan yang ada pada perundang-undangan. Dalam penelitian ini berarti mengkaji tentang bagaimana Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kota Semarang melakukan penegakan hukum terhadap tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan, serta apakah sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Dalam penelitian ini, aspek yuridisnya adalah perangkat hukum nasional yaitu perundang-undangan yang mengatur tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Sedangkan aspek empirisnya adalah tentang bagaimana implementasi atau penerapan terhadap Praktik Penegakan Hukum Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh ( PPNS ). Penggunaan pendekatan yuridis empiris adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan hukum termasuk proses penegakan hukumnya ( law enforcement ). Karena penelitian ini dapat mengungkap permasalahanpermasalahan yanga ada di balik pelaksanaan dan penegakan hukumnya dalam hal praktik penegakan hukum tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan oleh (PPNS ) Semarang. 4 B. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penulisan yang digunakan adalah deskriptif analitis, yaitu menggambarkan keadaan dari obyek yang diteliti dalam hal ini adalah Praktik Penegakan Hukum Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta bagaimana kebijakan penyidikan tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan terkait dengan kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), dan juga upaya serta kendala penyidik pegawai negeri sipil, lalu dikumpulkan, disusun, dijelaskan, dan dianalisis. C. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data sekunder sebagai data awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan, karena penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris. Data sekunder dilakukan dengan mengkaji peraturan hukum seperti undangundang, dokumen-dokumen, atau buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah. 5 Data sekunder terdiri dari : a Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum utama dalam penulisan penelitian yang terdiri dari : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang 4 Aminudin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 135 5 Abdulkadir, Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm.151 4

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 2. Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk- Bentuk Pengamanan Swakarsa 4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2014 Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah 5. Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Semarang 6. Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Manajemen Penyidikan Oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil. b Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang dapat mendukung bahan-bahan primer, yaitu 1. Hasil karya ilmiah 2. Hasil penelitian 3. Internet c Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan yang dapat mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus Hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Data primer dilakukan dengan memperoleh langsung dari sumbernya melalui penelitian lapangan yang dihimpun dari hasil wawancara atau interview yang dilakukan, yaitu cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. 6 Adapun informan atau narasumber yang dipilih dalam penelitian yang akan dilakukan dalam penulisan ini adalah penyidik PPNS bidang lalu lintas dan angkutan jalan. D. Metode Analisis dan Penyajian Data Dalam penelitian ini, analisis data dan pembahasan dilakukan secara deskriptif kualitatif sehingga dapat menghasilkan produk penelitian hukum yuridis empiris (yuridis sosiologis) yang lebih sempurna. 7 Dengan analisis data kualitatif, diharapkan dapat menjelaskan apakah penerapannya sesuai dengan ketentuan hukum yang telah diatur. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Hukum Pidana Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) 6 Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum( Jakarta:Rineka Cipta,1998) hal.62 ( dalam Jurnal Ananta Rizal Wibisono) 7 Ashshofa, Burhan, ibid, hlm.151 5

dalam Penegakan Tindak Pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Penegakan hukum terhadap tindak pidana di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dalam hal penyidikannya dilakukan oleh dan juga Penyidik Kepolisian Republik Indonesia. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pengangkatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dilakukan setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Jaksa Agung Republik Indonesia. Pejabat Pegawai Negeri Sipil Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika yang akan diangkat menjadi Penyidik Pegawai Negeri Sipil harus berpangkat paling rendah Penata Muda/golongan III/a. sebelum menjalankan jabatannya, calon pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib dilantik dan mengucapkan sumpah atau menyatakan janji. Dalam hal ini, calon Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Semarang, untuk pelantikan dan pengucapan sumpah atau janji dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia atau pejabat lain yang ditunjuk. Perbedaan antara penyidik kepolisian dan penyidik pegawai negeri sipil tertentu (PPNS) terlihat dari pelaksanaan tugasnya. Misalnya dalam penggunaan upaya-upaya paksa seperti penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan. Penyidik pegawai negeri sipil (PPNS) tidak berwenang melakukan penahanan dan penangkapan sendiri. Untuk itu perlu adanya koordinasi antara penyidik kepolisian dan penyidik pegawai negeri sipil, supaya peran penyidik pegawai negeri sipil khususnya PPNS LLAJ terhadap tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan agar dapat berjalan secara optimal untuk terciptanya penyidikan, pemeriksaan yang efisien. di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) tidak memiliki wewenang untuk menyita Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), karena dalam Pasal 262 dan Pasal 265 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan tidak disebutkan adanya kewenangan tersebut. Akan tetapi, kewenangan dalam melakukan penyitaan terhadap Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan ( STNK) hanya dimiliki oleh Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagaimana terdapat dalam Pasal 260 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( PPNS LLAJ ) dalam proses penyidikan terdapat dalam Pasal 53 ayat (2) Undang- Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Nomor 14 tahun 1992, yang membatasi lingkup operasional wewenang PPNS LLAJ dalam 6 6

(enam) macam hak berbuat atau melakukan tindakan, dan 2 ( dua ) macam kewajiban atas penggunaan hak tersebut, yaitu 8 : I. Hak berbuat atau melakukan tindakan : a Memeriksa pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor; b Melarang atau menunda pengoperasian kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; c Meminta keterangan dan barang bukti dari pengemudi, pemilik kendaraan atau pengusaha angkutan umum sehubungan dengan tindak pidana yang menyangkut persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor; d Menyita tanda uji kendaraan yang tidak sah; e Memeriksa perijinan angkutan umum di terminal; f Memeriksa berat kendaraan beserta muatannya. g Membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan; h Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor serta perizinan angkutan umum. 8 Ovi Utami, Skripsi Implementasi Undang-Undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Wilayah Hukum Pandeglang, Banten ( Studi Terhadap Uji Laik Jalan Kendaraan Angkutan Umum ), Universirtas Negeri Semarang, 2009, hlm.43 Penjelasan Pasal 53 ayat (2) huruf f menyebutkan : Alat yang digunakan untuk memeriksa berat kendaraan beserta muatannya dapat berupa alat untuk menimbang yang dipasang secara tetap pada suatu tempat tertentu atau alat yang dapat dipindah-pindahkan. Arti penjelasan ini adalah, bahwa untuk memeriksa berat kendaraan diharuskan menggunakan alat untuk menimbang. II. Kewajiban : 1. Membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan atas setiap tindakannya tersebut diatas, yaitu tentang : a Pemeriksaan benda ( kendaraan bermotor ); b Pemeriksaan tersangka ( pengemudi, atau pemilik kendaraan, atau pengusaha angkutan umum ); c Penyitaan surat (Tanda Uji Kendaraan yang tidak sah ); d Penghentian penyidikan. 2. Menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut : a Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor; b Perijinan angkutan umum. Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( PPNS LLAJ ) dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah sebagaimana 7

yang disebutkan dalam Pasal 262, yaitu : Pasal 262 : Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (1) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 259 ayat (1) huruf b berwenang untuk : a Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus; b Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran perizinan angkutan orang dan / atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum; c Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan / atau dimensi Kendaraan Bermotor di tempat penimbangan yang dipasang secara tetap; d Melarang atau menunda pengoperasian Kendaraan Bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; e Meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, atau Perusahaan Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan, pengujian kendaraan bermotor, dan perizinan, dan / atau; f Melakukan penyitaan surat tanda lulus uji dan / atau surat izin penyelenggaraan angkutan umum atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, huruf c dengan membuat dan menandatangani berita acara pemeriksaan. (2) Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan di Terminal dan / atau tempat alat penimbangan yang dipasang secara tetap. (3) Dalam hal kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dilaksanakan di jalan, wajib berkoordinasi dengan dan harus didampingi oleh Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. B. Praktik Penegakan Hukum Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) Kota Semarang Secara umum pengertian penegakan hukum adalah penerapan hukum di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara guna mewujudkan ketertiban dan kepastian hukum yang berorientasi pada keadilan. Dalam pengertian sempit, penegakan hukum dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan di dalam sistem peradilan (pidana) yang bersifat preventif, represif, dan edukatif. Penegakan hukum sebagai landasan tergaknya supremasi hukum, tidak saja menghendaki komitmen ketaatan seluruh komponen bangsa terhadap hukum, tetapi mewajibkan aparat penegak 8

hukum menegakkan dan menjamin kepastian hukum. 9 Dalam praktiknya, pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan di lakukan secara gabungan oleh penyidik kepolisian dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kota Semarang, telah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan di Provinsi Jawa Tengah. Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan secara gabungan oleh Penyidik Kepolisian dan Kota Semarang di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, baik secara insidental maupun berkala setiap 6 (enam) bulan atau sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi, pemeriksaan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan : a Angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di jalan; b Angka kejahatan yang menyangkut kendaraan bermotor; c Jumlah kendaraan bermotor yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan persyaratan laik jalan; d Ketidaktaatan pemilik dan / atau pengusaha angkutan untuk melakukan pengujian kendaraan bermotor pada waktunya; e Pelanggaran perizinan angkutan umum; 9 Marwan Effendy, Sistem Peradilan Pidana (Tinjauan Terhadap Beberapa Perkembangan Hukum Pidana), Penerbit Referensi, Jakarta, 2012,hlm.18 f Pelanggaran kelebihan muatan angkutan barang. Pemeriksaan kendaraan bermotor yang dilakukan di jalan ini meliputi pemeriksaan : a Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor; b Tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji; c Fisik kendaraan bermotor; d Daya angkut dan / atau cara pengangkutan barang; e Izin penyelenggaraan angkutan C. Kendala-Kendala yang di Hadapi oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) Kota Semarang dalam Menegakkan Tindak Pidana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Upaya yang dilakukan Dalam menegakkan hukum, Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) Kota Semarang, memiliki kendala-kendala sebagai berikut : 1. Faktor hukumnya : PPNS LLAJ Kota Semarang masih merasa peraturan daerah yang ada sebgai peraturan pendukung utama dalam menegakkan hukum lalu lintas dan angkutan jalan masih sangat minim. Karena belum adanya ketentuan yang mengatur mengenai kelas jalan yang ada di Kota Semarang. Sementara, pengaturan mengenai kelas jalan yang ada di Kota Semarang ini 9

sangat penting, untuk menentukan kendaraan bermotor dengan tonase berapa sajakah yang boleh melintas di jalan-jalan tersebut. Penyebutan kelas jalan ini sudah ada pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan di Provinsi Jawa Tengah, akan tetapi untuk spesifikasinya itu terdapat pada Keputusan Gubernur Jawa Tengah. Namun, sampai sekarang Keputusan Gubernur Jawa Tengah itu belum ada. Sehingga masih mengikuti Undang-Undang 22 Tahun 2009. 2. Faktor penegak hukumnya : jumlah pejabat dinas perhubungan bidang darat yang diangkat menjadi pejabat PPNS LLAJ Kota Semarang ini masih sedikit, sedikitnya jumlah ini sangat berpengaruh terhadap penegakan hukum yang akan dilakukan oleh PPNS LLAJ. Pengangkatan yang sedikit, serta jumlah pegawai PPNS LLAJ yang telah memasuki usia pensiun merupakan kendala yang besar, bila dibandingkan dengan jumlah pelanggaranpelanggaran yang ada. 3. Faktor sarana atau fasilitas : terbatasnya jumlah alat yang dapat digunakan oleh PPNS LLAJ, seperti jembatan timbang dan alat ukur elektronik atau manual yang terbatas. Pada kasus jembatan timbang kota Semarang ini yakni Jembatan Timbang Tugu pernah di tutup pada tahun 2014, dan baru-baru ini dibuka. Penutupan jembatan timbang ini berpengaruh terhadap pengawasan tonase kendaraan bermotor yang akan masuk atau pun keluar dari Kota Semarang. Sehingga, apabila PPNS LLAJ merasa dan melihat adanya pelanggaran tonase ini, maka pembuktiannya akan susah, karena tertutupnya jembatan timbang Tugu sementara ini. Serta tidak adanya penamaan kelas jalan pada setiap jalan provinsi dan kota Semarang. 4. Faktor masyarakat : masyarakat yang dimaksud disini bisa pengusaha, dan juga pengemudi. Banyak pengusaha yang sudah tahu akan pentingnya batasan daya angkut, dimensi dari kendaraan bermotornya tetapi tetap saja mereka masih banyak melanggar atau pun sikap peduli mereka masih rendah, sehingga mulai dari tata cara pemuatan, daya angkut, dimensi serta usia kendaraan bermotor ini kurang diperhatikan. Sedangkan bagi para pengemudi, mereka banyak yang sadar bahwa mereka mungkin melanggar hal-hal tersebut, tetapi mereka tidak berani mengutarakannya kepada atasan mereka, yakni pengusaha itu tadi. Sehingga, salah satu jalan bagi mereka adalah dengan menghindari pemeriksaan di jalan bila ada dan bila bisa. 5. Faktor kebudayaan : yang dimaksud adalah kebudayaan yang berasal dari kebiasaankebiasaan juga. Kebiasaan orang yang pada umumnya memilih agar lebih cepat selesai pekerjaannya dan bisa mengerjakan yang lain, maka mereka akan memilih untuk membawa yang lebih. Hal ini terjadi dalam transportasi, terutama dalam hal pengangkutan. Baik pengusaha, maupun 10

pengemudi lebih condong untuk menarik penumpang yang banyak, sehingga akan mendapat pemasukan atau omset yang lebih, padahal hal itu bertentangan dengan kapasitas kendaraan mereka. Memlilh untuk memuat barang yang lebih, sehingga bisa memuat barang yang lain. Intinya adalah memuat lebih, agar cepat selesai, yang mana sampai saat ini masih diterapkan. Upaya yang dilakukan oleh Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (PPNS LLAJ) Kota Semarang adalah: 1. Mengusulkan agar segera dibuat dan disahkan peraturan daerah yang mengatur mengenai kelas jalan. 2. Melakukan sistem rotasi untuk mengatasi jumlah aparat penegak hukum PPNS LLAJ yang sedikit. 3. Berusaha memperbaiki sarana dan fasilitas 4. Melakukan sosialisasi IV. KESIMPULAN 1. Kebijakan hukum pidana kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( PPNS LLAJ) dalam penegakan tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan di atur dalam : Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2013 tentang Penyelenggaran Perhubungan di Provinsi Jawa Tengah. 2. Praktik penegakan hukum tindak pidana lalu lintas dan angkutan jalan yang dilakukan oleh di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ( PPNS LLAJ) Kota Semarang, terdiri dari Pemeriksaan kendaraan bermotor yang dilakukan di jalan, meliputi pemeriksaan : a Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor, atau Tanda Coba Kendaraan Bermotor; b Tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib uji; c Fisik kendaraan bermotor; d Daya angkut dan / atau cara pengangkutan barang; e Izin penyelenggaraan angkutan 3. Kendala-kendala sebagai berikut: a Faktor hukumnya b Fakto penegak hukumnya c Faktor sarana atau fasilitas d Faktor masyarakat e Faktor kebudayaan Upaya-upaya ; a Mengusulkan agar segera dibuat dan disahkan peraturan daerah yang mengatur mengenai kelas jalan. b Melakukan sistem rotasi untuk mengatasi jumlah aparat penegak hukum PPNS LLAJ yang sedikit. c Berusaha memperbaiki sarana dan fasilitas d Melakukan sosialisasi V. DAFTAR PUSTAKA Ali, Mahrus.2011. Dasar-Dasar Hukun Pidana, Jakarta:Sinar Grafika 11

Amirudin. Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada Arief, Nawawi Barda. 2011. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan PenyuKonsep KUHP Baru. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Harahap, M. Yahya. 2013. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan. Jakarta : Sinar Grafika Kuffal, HMA. 2010. Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum. Malang : Ummpress Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara Pidana Bagian Pertama Penyelidikan dan Penyidikan. Jakarta: Sinar Grafika Moeljatno. 1984. Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara Mulyadi, Lilik. 2008. Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif, Teoretis dan Praktik. Bandung : Alumni Prakoso, Djoko. 1987. Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Dalam Proses Hukum Acara Pidana. Jakarta: Bina Aksara Soekanto, Soejono. 2014. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta : Raja Grafindo Persada Soesilo, R. Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus. Bogor : Politeia Sudarto.2009. Hukum Pidana 1. Semarang : Yayasan Sudarto FH UNDIP Widyadharma, Ridwan Ignatius. 2000. Hukum Acara Pidana di Indonesia. Semarang: Mimbar Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Teknis Terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-Bentuk Pengamanan Swakarsa Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 Tentang Kendaraan, Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 79 Tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Negara Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Manajemen Penyidikan oleh Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun 2014 12

Tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Peraturan Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Kota Semarang Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Negara Republik Indonesia Nomor M.HH.01.AH.09.01 Tahun 2011 Tentang Tata Cara Pengangkatan, Pemberhentian, Mutasi dan Pengambilan Sumpah atau Janji Pejabat, dan Bentuk, Ukuran, Warna, Format, serta Penerbitan Kartu Tanda Pengenal Pejabat 13