BAB I PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dunia bisnis di Indonesia. Terkait dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. monopoli terhadap suatu jaringan usaha. Disisi lain perusahaan grup itu

BAB I PENDAHULUAN. bertumbuh pesat. Menurut Peneliti terbukti dengan sangat banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. Peranan notaris..., E. Paramitha Sapardan, FH UI, hlm. 1. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk Maskapai Andil Indonesia

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI PERSEROAN TERBATAS DAN PENERAPAN ASAS PIERCING THE CORPORATE VEIL ATAS TANGGUNG JAWAB DIREKSI

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bentuk perusahaan yang ada di Indonesia seperti firma,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas (PT) dulu disebut juga Naamloze Vennootschaap (NV),

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan korporasi pada awalnya dibentuk agar badan usaha dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

PEDOMAN DAN KODE ETIK DEWAN KOMISARIS PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Dewan Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara merupakan salah satu asas pokok. pembentukan pemerintah Negara Kesatuan Republik

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PT Pelayaran Tempuran Emas Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, Jakarta, 2000 hal 1. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan business judgment..., Kanya Candrika K, FH UI, , TLN No. 4756, Pasal 1 angka 1.

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

BAB V PENUTUP. penelitian yang dilakukan beserta dengan pembahasan yang telah diuraikan, dapat

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) Pedoman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang memiliki persaingan usaha yang sangat ketat

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

I. PENDAHULUAN. kemampuan dan keahlian masing-masing serta cara yang berbeda-beda dalam

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT SOECHI LINES Tbk.

Board Manual PJBS Tahun 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI PT TRIKOMSEL OKE Tbk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. tertentu yang dilingkupi oleh aspek hukum, tehnis dan ekonomi. 1 Badan usaha

B A B I PENDAHULUAN. penunjang antara lain tatanan hukum yang mendorong, menggerakkan dan mengendalikan

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR: KEP-09A/MBU/2005 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

PEDOMAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFORMASI

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

PT LIPPO CIKARANG Tbk. Piagam Dewan Komisaris

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

PT. PYRIDAM FARMA Tbk. MANAJEMEN RISIKO

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

Direksi mempunyai tugas dan wewenang ganda yaitu melakukan pengurusan dan menjalankan perwakilan perseroan Direksi yang mengurus dan mewakili

BAB II PENGATURAN TENTANG PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA

Pedoman Kerja Dewan Komisaris

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

Piagam. Sekretaris. Perusahaan. PT Prodia Widyahusada Tbk. Revisi: 00

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 14 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997, isu mengenai Corporate

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

2. Pedoman Perilaku (Code of Conduct) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) tanggal 27 Juni 2006.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini sudah harus dapat diterima bahwa globalisasi telah masuk dalam dunia bisnis di Indonesia. Globalisasi sudah tidak dapat ditolak lagi namun saat ini harus dapat dinyatakan bagaimana globalisasi tersebut menjadi manfaat bagi Indonesia. Hal ini terkait dengan perdagangan dan pergerakan roda ekonomi Indonesia yang mempunyai peran serta yang cukup tinggi dalam meningkatkan devisa Negara. Sektor perdangan baik yang terkait dengan ekspor dan impor merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari dunia bisnis di Indonesia. Terkait dengan itu para pelaku bisnis harus dengan bijak memilih instrument mana yang dapat digunakannya dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini pada dasarnya telah terjawab oleh karena semakin meningkatnya pelaku bisnis menggunakan instrument dalam menjalankan bisnisnya dengan mendirikan sebuah perusahaan. Perusahaan yang dimaksud adalah perseroan terbatas. Mengapa perseroan terbatas dijadikan instrument tersebut? Bahwasanya perseroan terbatas merupakan salah satu badan usaha yang relative dominan di dalam kegiatan perekonomian Indonesia karena memiliki sifat, ciri khas dan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bentuk badan usaha lainnya, yaitu: 2 2 Irma Devita Purnama Sari, Pendirian Perseroan Terbatas, http: // www.google.com, prosedur pendirian PT, yang diakses pada tanggal 10 Juni 2009, hal 1

1. Merupakan bentuk persekutuan yang berbadan hukum 2. Merupakan kumpulan modal / saham 3. Memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan para perseronya 4. Pemegang saham memiliki tanggung jawab yang terbatas 5. Adanya pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi 6. Memiliki komisaris yang berfungsi sebagai pengawas 7. Kekuasaan tertinggi berada pada RUPS Perseroan Terbatas dominan dipergunakan oleh para pelaku usaha untuk mengembangkan bisnisnya karena Perseroan Terbatas memiliki beberapa keuntungan yang membuatnya begitu menarik. Adapun keuntungan utama dari mendirikan Perseroan Terbatas adalah 3 : 1. Memungkinkan pengumpulan modal besar 2. Memiliki status sebagai badan hukum 3. Tanggung jawab terbatas 4. Pengalihan kepemilikan lebih mudah 5. Jangka waktu tidak terbatas 6. Manajemen yang lebih kuat 7. Kelangsungan hidup perusahaan lebih terjamin 3 Abdul R. Saliman, Hermansyah dan Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan, (Jakarta : Fajar Interpratama Offset, 2005 ), hal 104

8. Biasanya untuk Penanaman Modal Asing ( PMA ) ada fasilitas bebas pajak ( tax holiday ) Selain memiliki keuntungan utama dari mendirikan Perseroan Terbatas, Perseroan Terbatas juga memiliki kelemahan, yaitu 4 : 1. Kerumitan perizinan dan organisasi. Untuk mendirikan sebuah PT tidaklah mudah. Selain biayanya yang tidak sedikit, PT juga membutuhkan akta notaris dan izin khusus untuk usaha tertentu. Lalu dengan besarnya perusahaan tersebut, biaya pengorganisasian akan keluar sangat besar. Belum lagi kerumitan dan kendala yang terjadi dalam tingkat personel. Hubungan antar perorangan juga lebih formal dan berkesan kaku. 2. Pengenaan pajak ganda 3. Ketentuan Perundangan yang lebih ketat 4. Rahasia perusahaan relative kurang terjamin 5. Biasanya untuk PMA, sedikit rentan terhadap situasi dan kondisi social, politik dan keamanan suatu Negara. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan 4 Ibid

memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. 5 Dalam ketentuan perundang-undangan dan hukum yang mengatur di Indonesia menyatakan bahwa perseroan Terbatas adalah subjek hukum dimana Perseroan Terbatas sebagai suatu badan yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya atau persona standi in judicio telah membuat keberadaan perseroan sebagai subjek hukum mandiri yang dipersamakan dihadapan hukum dengan individu pribadi orang perseorangan, meskipun dapat menjadi penyandang hak dan kewajibannya sendiri, terlepas dari orang-orang yang mendirikan atau menjadi anggota dari badan hukum tersebut, Artinya, Perseroan itu dapat mempunyai harta kekayaan sendiri, hak-hak dan melakukan perbuatan serta kewajiban seperti orang-orang pribadi. Seperti telah dikatakan bahwa sebagai suatu subjek hukum mandiri, badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam hukum secara mandiri, tidaklah demi hukum mempunyai status yang sama dengan orang perorangan. Banyak hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang hanya dapat dimiliki dan dilaksanakan oleh orang perorangan semata-mata 6. Secara materiil, perusahaan sebagai subjek hukum mandiri tercakup dalam : 1. Kumpulan atau asosiasi modal (yang ditujukan untuk menggerakkan kegiatan perekonomian dan atau tujuan khusus lainnya). 5 Pasal 1 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 6 Hukum orang/pribadi, hukum keluarga, hukum waris tidak berlaku bagi badan hukum

2. Kumpulan modal ini dapat melakukan perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum (rechtsbetrekking) (justru ini yang menjadi tujuan dari sifat dan keberadaan badan hukum ini), dan karenanya dapat digugat atau menggugat di depan Pengadilan. 3. Modal yang dikumpulkan ini selalu diperuntukkan bagi kepentingan tertentu, berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Sebagai suatu kumpulan modal, maka kumpulan modal tersebut harus dipergunakan untuk dan sesuai dengan maksud dan tujuan yang sepenuhnya diatur dalam statuta atau anggaran dasarnya, yang dibuat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Kumpulan modal ini mempunyai pengurus yang akan bertindak untuk mewakili kepentingan badan hukum ini, yang harus sesuai dengan maksud dan tujuan kumpulan modal ini, yang berarti adanya pemisahan antara keberadaan harta kekayaan yang tercatat atas nama kumpulan modal ini dengan pengurusan harta kekayaan tersebut oleh pengurus. 5. Keberadaan modal badan hukum ini tidak dikaitkan dengan keanggotaan tertentu. Setiap orang yang memenuhi syarat dan persyaratan yang diatur dalam statute atau anggaran dasarnya dapat menjadi anggota badan hukum ini dengan segala hak dan kewajibannya.

6. Sifat keanggotaannya tidak permanen dan dapat dialihkan atau beralih kepada siapapun juga, meskipun keberadaan badan hukum ini sendiri adalah permanen atau tidak dibatasi jangka waktu berdirinya. 7. Tanggung jawab badan hukum dibedakan dari tanggung jawab pendiri, anggota, maupun pengurus badan hukum tersebut. 7 Selain Persyaratan materiil tersebut, keberadaan suatu badan hukum sebagai subjek hukum mandiri juga harus didasarkan pada persyaratan formil, yaitu proses pembentukannya yang harus memenuhi formalitas dari suatu peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, hingga diakui bahwasanya suatu perusahaan sebagai subjek hukum mandiri. Dalam perseroan terbatas, misalnya, syarat formil yang harus dipenuhi oleh suatu perseroan terbatas untuk dapat diakui menjadi badan hukum adalah: 1. Akta pendirian dibuat dalam bentuk akta notaris 8 ; 2. Akta pendirian dibuat dalam bahasa Indonesia 3. Harus sekurangnya didirikan oleh dua orang/badan hukum yang cakap dan berwenang untuk bertindak dalam hukum sebagai pendiri 4. Nama perseroan harus mengikuti aturan yang telah ditentukan 5. Penyetoran modal harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan 9 ; 10 ; 11 ; 12 ; 7 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT (Jakarta: forum sahabat, 2008), hal 30 8 Pasal 7 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007. 9 Ibid 10 Ibid 11 Pasal 16 UU No. 40 Tahun 2007. 12 Pasal 34 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007.

6. Harus disampaikan kepada Menteri Hukum dan HAM dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak penandatanganan akta pendiriannya untuk memperoleh pengesahan 13 ; Saat diperolehnya pengesahan oleh Menteri Hukum dan HAM itulah yang menjadikan Perseroan Terbatas itu sebagai badan hukum dalam arti formil 14. Perseroan Terbatas dikelola oleh Direksi sebagai pengurus perseroan yang bertindak untuk kepentingan perseroan, dan bukan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentu. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar 15. Direksi sendiri menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan Anggaran Dasar 16. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan / manajemen Perseroan. Direksi haruslah memastikan bahwa perseroan telah sepenuhnya menjalankan seluruh ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan peraturan perundang-undangan yang berlaku 17. 13 Pasal 10 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007. 14 Pasal 7 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007. 15 Pasal 1 ayat (5) UU No. 40 Tahun 2007. 16 Pasal 1 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 17 Pasal 97 ayat (1) (3) UU No. 40 Tahun 2007

Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan tidak terlepas dari Prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan yang merupakan salah satu prinsip dari good corporate governance yang mempengaruhi Direksi dalam menjalankan Perusahaan agar bisnis berjalan dengan sukses. Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Oleh karena itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Dengan adanya akuntabilitas sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban berarti akan lebih jelas mengenai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab maupun menerangkan kinerja atau tindakan seseorang/ Direksi kepada pihak yang memiliki hak / kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban / keterangan. Tujuan dari penerapan bisnis ini adalah agar setiap proses pengambilan keputusan ataupun kinerja masing-masing perilaku bisnis dalam perusahaan dapat dimonitor, dinilai, dikritisi atau dapat ditelusuri sampai bukti dasarnya yang dalam hal ini dubutuhkan suatu sistem yang seimbang antara pelaku bisnis perusahaan dan ditetapkan hak, tanggung jawab serta sistem pelaporannya. Untuk itu, Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan Pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan

maksud dan tujuan Perseroan 18. Karena tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan Perseroan. B. Perumusan Masalah Sesuai topik pembahasan diatas, penulis merumuskan beberapa hal yang akan dikaji dalam tulisan ini, yaitu antara lain sebagai berikut : 1. Bagaimana Kewenangan Direksi perseroan dalam melaksanakan pengurusan perusahaan? 2. Bagaimana prinsip akuntabilitas dalam Good Corporate Governance? 3. Bagaimana penerapan prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good Corporate Governance? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan : a. Untuk mengetahui penerapan prinsip akuntabilitas Direksi dalam sebuah perseroan. b. Untuk mengetahui tentang kewenangan Direksi Perseroan dalam menjalankan perusahaan. c. Untuk mengetahui perbedaan prinsip akuntabilitas dengan prinsipprinsip lainnya dalam Good Corporate Governance. 18 Pasal 97 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007

d. Untuk mengetahui penerapan prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good Corporate Governance. 2. Manfaat Penulisan Manfaat Penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Secara Teoritis Secara Teoritis, pembahasan terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan akan memberi kontribusi pemikiran serta menimbulkan pemahaman tentang pentingnya prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam penerapan Good Corporate Governance pada perusahaan. b. Secara Praktis Secara Praktis, pembahasan terhadap masalah ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pembaca, khususnya bagi para pelaku bisnis pada suatu perusahaan terutama para direksi sebagai bentuk kajian akademis dalam menambah wawasan pengetahuan terutama dalam bidang pengelolaan perusahaan D. Keaslian Penulisan Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan dalam Penerapan Good Corporate Governance yang diangkat menjadi judul skripsi ini belum pernah ditulis di Fakultas Hukum, dan kalaupun ada substansi

pembahasannya berbeda. Penulisan skripsi ini disusun melalui referensi buku-buku, media cetak, dan elektronik serta bantuan dari berbagai pihak. Jadi, penelitian ini dapat disebut asli dan sesuai dengan azas-azas keilmuan yaitu jujur, rasional, dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Dengan demikian keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. E. Tinjauan Kepustakaan Adapun yang menjadi pengertian secara etimologis daripada judul skripsi ini adalah: 1. Tinjauan adalah : (1) Meninjau, melihat, sesuatu yang lebih jauh dari tempat ketinggian. (2) Melihat, memeriksa, mengintai, menyelidiki,,memeriksa untuk mempelajari. 19 2. Prinsip Akuntabilitas adalah : Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pelaku bisnis perusahaan, sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. 20 3. Direksi adalah : Pengurus Perseroan yang bertindak untuk kepentingan perseroan dan bukan kepentingan satu atau lebih pemegang saham tertentu. 21 19 Tim penyusun kamus Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus besar bahasa Indonesia, ed.3, cet.2, Balai Pustaka, Jakrta, 2002. 20 Surat Keputusan Direksi PTPN IV Nomor: 04/Dirut/Kpts/01/I/2006 tentang Kebijakan Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) bagi Pelaku Bisnis PT. Perkebuana Nusantara IV (Persero)

4. Persero adalah 22 : (1) Saham, andil, dsb. (2) Menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero (saham). 5. Penerapan Good Corporate Governance adalah 23 : (1) Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali, dan semua karyawan; (2) Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan; (3) Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan; (4) Melakukan internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua pihak dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam kegiatan sehari-hari; (5) Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan dilaporkan dalam RUPS tahunan. 21 Gunawan Widjaja, Risiko Hukum sebagai Direksi, Komisaris dan pemilik PT (Jakarta: forum sahabat, 2008), hal 30 22 Ahmad Yani dan gunawan widjaja, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas, pada pendahuluan Hal 1 23 Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia, (Jakarta, 2006), hal 27

Dari Pengertian atau batasan-batasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dan manfaat Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan dalam Penerapan Good Corporate Governanace adalah memastikan pengelolaan Perusahaan dilakukan secara profesional, transparan, dan efisien dengan mewujudkan kemandirian dalam membuat keputusan sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing pimpinan dalam Perusahaan tersebut dan memastikan setiap pegawai dalam perusahaan berperan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang telah ditetapkan. F. Metode penelitian 1. Bentuk penelitian Dalam menyusun skripsi ini, penelitian menggunakan metode hukum normatif, yaitu penelitian dengan hanya menggunakan data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan merger yang dilakukan oleh beberapa perusahaan di Indonesia. 2. Alat pengumpul data Untuk melengkapi dan memenuhi materi skripsi, maka Penulis mencari dan mengambil materi data-data sekunder, yaitu sebagai berikut : A. Bahan Hukum Primer Yaitu dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 tahun 2007 tentang Direksi Perseroan, dan Keputusan

Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang penerapan praktik Good Corporate Governance pada BUMN. B. Bahan Hukum Sekunder Yaitu semua dokumen yang merupakan informasi, atau hasil kajian tentang Prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam Penerapan Good Corporate Governance. Seperti : Buku-buku, seminar-seminar, jurnaljurnal hukum, majalah-majalah, Koran-koran, karya tulis ilmiah, lampiran-lampiran, beberapa sumber dari internet yang berkaitan dengan permasalahan diatas. C. Bahan Hukum Tertier Yaitu semua dokumen yang berisi konsep-konsep dan keteranganketerangan yang mendukung bahan baku primer dan bahan baku sekunder, seperti : kamus, ensiklopedi, dan lain-lain. G. Sistematika Penulisan Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan, penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I Bab ini merupakan bab pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang, pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Merupakan suatu bab yang membahas secara mendasar tentang Direksi perseroan yang masih mendasar, yaitu antara lain mengulas secara singkat tentang Perseroan Terbatas, Organ-organ Perseroan Terbatas, Pengertian Direksi dalam Perseroan, kewenangan, kewajiban, tugas dan tanggung jawab Direksi dan Tujuan pengelolaan perusahaan bagi direksi. BAB III Dalam Bab ini akan dibahas secara singkat mengenai Prinsip akuntabilitas Direksi Perseroan dalam ruang lingkup Good Corporate Governance dengan prinsip-prinsip lain di Good Corporate Governance, pengertian akuntabilitas, perbedaan akuntabilitas dengan prinsip-prinsip lain di Good Corporate Governance dan Tujuan prinsip akuntabilitas dalam Good Corporate Governance. BAB IV Dalam Bab ini akan dibahas mengenai akuntabilitas bisa mempengaruhi kinerja Direksi Perseroan, Hubungan prinsip akuntabilitas dengan kewenangan Direksi pada perseroan, dan manfaat prinsip akuntabilitas bagi Direksi dalam menjalankan perseroan.

BAB V Merupakan kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran yang mungkin berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga bagi orang-orang yang membacanya.