BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

Di dalam kamus bahasa Indonesia, kemampuan berasal dari kata mampu. yang berarti kuasa (bisa, sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya,

BAB II PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara psikologis, Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB II KAJIAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasanah, 2014

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

Nilai Jumlah Siswa Persentase (%) Keterangan 14 61% Tuntas 9 39% Tidak Tuntas Jumlah % Nilai Rata-rata 64 Nilai Tertinggi 86 Nilai Terendah 52

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STATISTIKA

BAB I PENDAHULUAN. keluaran ( Output ) dengan kompetensi tertentu. Proses belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

Drs. H. MAHDUM MA, M.Pd. Dosen Bahasa Inggris FKIP UNRI Hp , Fax: (0761)

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Kemampuan Mengurang Bilangan Bulat. 2010:10), mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan,

BAB V PEMBAHASAN. mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk tabel yang menggambarkan. matematika siswa kelas VIII SMPN 1 Sumbergempol.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia sedang mendapat perhatian dari pemerintah. Berbagai

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB I PENDAHULUAN. mengupayakan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia secara terarah.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

YUNICA ANGGRAENI A

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir Kritis (critical thinking) merupakan sinonim dari pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam KTSP, terdapat standar kompetensi yang menuntut siswa untuk

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Keja Siswa (LKS) LKS merupakan materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang secara efektif atau sangat berhasil. Sementara itu, Robbin (2007:57) kemampuan berarti kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (Ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. Pada dasarnya kemampuan terdiri atas dua kelompok faktor (Robbin,2007:57) yaitu: 1) kemampuan intelektual (intelectual ability) yaitu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktifitas mental-berfikir, menalar dan memecahkan masalah; 2) kemampuan fisik (physical ability) yaitu kemampuan melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, keterampilan, kekuatan, dan karakteristik serupa.

10 Berdasarkan beberapa definisi yang dikemukakan, maka yang dimaksud dengan kemampuan pada penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas I SDN 4 Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango dalam mengelompokkan bangun ruang sederhana masih sangat kurang. 2.1.2 Macam-macam Bangun Ruang Sederhana Menurut suharjana (2008 : 14) Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun datar tersebut. Permukaan bangun itu disebut sisi. Beberapa bentuk bangun ruang sederhana adalah sebagai berikut : 1. Bola, contoh bentuk bendanya : bola, semangka, kelereng. 2. Tabung, contoh bentuk bendanya : drum, kaleng susu, gelas. 3. Kubus, contoh bentuk bendanya : kodo, dadu.

11 4. Balok, contoh bentuk bendanya : lemari, dos susu, tempat sepatu, buku. 5. Prisma, contoh bentuk bendanya : konblok. 6. Kerucut, contoh bentuk bendanya : tumpeng, es krim, topi kerucut 2.1.3 Hakekat Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siawa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi 2002 : 205). Untuk memperkuat dimilikinya pengalaman belajar yang aplikatif bagi siswa, diperlukan pembelajaran yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan, mencoba, dan

12 mengalami sendiri (learning to do), dan bukan sekedar pendengar yang pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru. Pendekatan kontekstual sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang memfasilitasi kegiatan siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman belajar yang lebih bersifat konkret (terkait dengan kehidupan nyata) melalui pelibatan aktivitas belajar mencoba melakukan dan mengalami sendiri (learning by doing). Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Oleh karena itu, tugas guru adalah mensiasati strategi pembelajaran bagaimana yang dipandang lebih efektipf dalam membimbing kegiatan belajar siswa, agar dapat menemukan apa yang menjadi harapannya. Dalam pembelajaran kontekstual ada 7 prinsip pembelajaran yang harus dikembangkan ole guru yaitu : 1) kontruktivisme, 2) menemukan (inquiry), 3) bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) pemodelan, 6) refleksi, 7) penilaian sebenarnya. Menurut Muslich (2007:41) pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Lebih lanjut Komalasari (2010:7) menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,

13 masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah konsep belajar atau pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu guru dalam mengaitkan antara materi pembelajaran atau materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, sekolah, masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan makna materi tersebut bagi kehidupannya dan menjadikannya dasar pengambilan keputusan atas pemecahan masalah yang akan dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pada intinya, pengembangan setiap komponen kontekstual dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui langkah langkah sebagai berikut : 1. Mengembangakan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih bermakna. 2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang diajarkan. 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan pertanyaan. 4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok berdiskusi, Tanya jawab, dan sebagainya. 5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya.

14 6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa. Inti dari pendekatan kontekstual adalah keterkaitan setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengaitkannya bisa dilakukan berbagai cara, selain karena memang materi yang dipelajari secara langsung terkait dengan kondisi faktual, juga bisa disiasati dengan pemberian ilustrasi atau contoh (sumber belajar, media, dan sebagainya), yang memang baik secara langsung maupun tidak langsung maupun tidak diupayakan terkait atau berhubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian, pembelajaran selain akan lebih menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya. Pendekatan kontekstual, merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berikan fasilitas kegiatan belajar siswa yang lebih bersifat konkret ( terkait dengan kehidupan nyata ) melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Dengan demikian, pembelajaran tidak sekedar dilihat dari sisi produk, akan tetapi yang terpenting adalah proses. Pembelajaran kontekstual ini memiliki tujuh tahapan pokok yang harus dikembangkan oleh Nurhadi, (2003:4) yaitu : a. Konstruktivisme ( Constructivisme ) Konstruktivisme merupakan landasan berfikir ( filisofi ) dalam pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit

15 yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus membangun itu memberi makna melalui pengalaman yang nyata. b. Menemukan ( Inquiry ) Menemukan merupakan kegiatan inti dari pendekatan kontekstual, melaui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri. c. Bertanya ( Questioning ) Unsur lain yang menjadi karakteristik utama kontekstual adalah kemampuan dan kebiasaan untuk bertanya. Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya. Bertanya merupakan strategi utama dalam pendekatan kontekstual. Penerapan unsur bertanya dalam pendekatan kontekstual harus difasilitasi oleh guru, kebiasaan siswa untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. d. Masyarakat Belajar ( Learning Community ) Maksud dari masyarakat belajar adalah membiasakan siswa untuk melakukan kerja sama memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Seperti yang disarankan learning community, bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman ( sharing ). Melalui sharing, anak dibiasakan untuk memberi dan

16 menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam learning community dikembangkan. e. Pemodelan ( Modeling ) Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, rumitnya permasalahan hidup yang dihadapi, tuntutan siswa yang semakin berkembang dan beraneka ragam, telah berdampak pada kemampuan guru yang memiliki kemampuan lengkap. Hal ini sulit dipenuhi. Oleh karena itu, kini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang dimilikinya, guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan siswa yang cukup heterogen. Oleh karena itu, tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar siswa bisa memenuhi harapan siswa secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para guru. f. Refleksi ( Reflection ) Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau baru saja dipelajari. Dengan kata lain, refleksi adalah berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru di pelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Pada refleksi siswa, siswa diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri ( learning to be )

17 g. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment ) Tahap terakhir dari pendekatan kontekstual adalah melakukan penilaian. Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran, memiliki fungsi yang amat menentukan untuk mendapatkan informasi kualitas proses dan hasil pembelajaran melalui pembelajaran kontekstual. Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Adapun ciri-ciri pendekatan kontekstual yang dikemukakan oleh Kunandar (2007:299), yaitu sebagai berikut : 1. Kerja sama 2. Saling menghargai 3. Menyenangkan dan tidak membosankan 4. Belajar dengan bergairah 5. Pembelajaran terintegrasi 6. Menggunakan berbagai sumber 7. Siswa aktip 8. Sharing dengan teman 9. Siswa kritis, guru kreatif 10. Dinding-dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan karya siswa ( peta-peta, gambar, artikel ) 11. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.

18 2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual Menurut Nurhadi, (2003:47) ada beberapa kelebihan dalam penggunaan pendekatan kontekstual yaitu siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi dan siswa diminta bertangguang jawab memonitor dan mengembangkan pelajaran mereka masing-masing. Sedangkan kelemahan dalam penggunaan pendekatan kontekstual yaitu siswa dituntut belajar melalui pengalaman sendiri bukan menghafal, untuk siswa yang kurang mampu dalam belajar ia akan merasa kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Solusinya yaitu bagi siswa yang kurang pandai, dengan adanya bejar kelompok, diskusi, dan adanya saling mengoreksi diharapkan dapat membantu. 2.1.5 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Mengelompokkan Bangun Ruang Sederhana. Pendekatan kontekstual berlatar belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat, dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi, yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. Dengan demikain proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar, sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif dengan prinsip membelajarkan, memberdayakan siswa, dan bukan mengajar siswa. Dengan prinsip pembelajaran seperti itu, pengetahuan bukan lagi seperangkat fakta, konsep, dan aturan yang siap diterima siswa, melainkan harus dikonstruksi

19 (dibangun) sendiri oleh siswa dengan fasilitasi oleh guru. Siswa belajar dengan mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian member makna pada pengetahuan itu (suryari,http://educare.e-fkipunia.net, di akses 23 April 2009). Penerapan model pendekatan kontekstual yang dilakukan oleh guru dikelas, memiliki langkah-langkah pembelajaran. Sebagaimana yang dijabarkan oleh Depdiknas (Trianto, 2008:25-26) secara garis besar langkah-langkahnya adalah : a) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, b) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, c) kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, d) ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok), e) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, f) lakukan refleksi diakhir pertemuan, g) lakukan penilian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Contoh Penerapan pendekatan kontekstual dalam mengelompokkan bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN 4 Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango adalah pertama-tama siswa kelas I di pesan membawa benda-benda bangun ruang yang ada disekitar tempat tinggal mereka seperti botol aqua, dos manguni, tempat sabun, pepsodent, gelas aqua, kelereng, dan bola, masing-masing siswa membawa 4 benda bangun ruang. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran mengelompokkan bangun ruang sederhana adalah sebagai berikut : 1. Guru melakukan apersepsi 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.

20 3. Guru menjelaskan materi mengelompokkan bangun ruang sederhana dengan jelas dan singkat. Beberapa bentuk bangun ruang sederhana adalah sebagai berikut : Bola, contoh bentuk bendanya : bola, semangka, kelereng. Tabung, contoh bentuk bendanya : drum, kaleng susu, gelas. Kubus, contoh bentuk bendanya : kodo, dadu. Balok, contoh bentuk bendanya : lemari, dos susu, tempat sepatu, buku.

21 Prisma, contoh bentuk bendanya : konblok. Kerucut, contoh bentuk bendanya : tumpeng, es krim, topi kerucut 4. Guru membimbing siswa dalam pengelompokkan bangun ruang sederhana dengan menggunakan media. 5. Siswa dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok balok, kubus, tabung dan kerucut dan diberi tugas mengelompokkan bangun ruang sederhana sesuai kelompoknya. 6. Siswa secara berkelompok bekerja sama dalam mengelompokkan bangun ruang sederhana yang ditugaskan guru dengan menggunakan media yang telah disediakan. 7. Guru memberikan penghargaan kepada siswa secara individu dan kelompok yang berhasil mengelompokkan bangun ruang sederhana. 8. Guru memberikan tes evaluasi secara lisan. 9. Sebelum menutup pelajaran, guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi mengelompokkan bangun ruang sederhana.

22 2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan Kajian penelitian yang relevan dengan penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Edi Subagio, 2005. Dengan judul skripsi meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SDN Wates pada pokok bahasan bangun datar sebagai implementasi pendekatan CTL (Contekstual Teaching and Learning). Hasil penelitiannya menunjukkan hasil belajar siswa pada siklus 1 yang tuntas mencapai 66,6 % dari 30 siswa sementara pada siklus 2 pemahaman belajar siswa melalui tes unjuk kerja mengalami peningkatan dengan hasil capaian siswa yang tuntas sebesar 86 % telah mencapai indikator keberhasilan dan ketuntasan sehingga tidak lagi dilanjutkan pada siklus berikutnya. 2.2 Hipotesis Tindakan Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan hipotesis sebagai berikut : Jika melalui pendekatan kontekstual maka kemampuan mengelompokkan bangun ruang sederhana pada siswa kelas I SDN Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango akan meningkat. 2.3 Indikator Kinerja Sebagai indikator kinerja dalam penelitian ini adalah minimal 75% siswa kelas I SDN 4 Bulango Ulu Kecamatan Bulango Ulu Kabupaten Bone Bolango yang dikenai tindakan memperoleh nilai 65 keatas.