BAB I PENDAHULUAN. prinsip dasar etik kedokteran yaitu primum non necere (yang terpenting adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. 1. kesadaran masyarakat akan hak-haknya dalam hal pelayanan kesehatan

INFORMED CONSENT PADA PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. informed consent. Informed consent merupakan proses persetujuan dan pemberian

BAB IV METODE PENELITIAN. Pengumpulan data diperoleh di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 44 tahun 2009 Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan. kesejahteraan diri serta keluarganya (KKI, 2009).

BAB V PEMBAHASAN Kelengkapan Pengisian Persetujuan Tindakan Kedokteran di rumah Sakit Bedah Asri tahun 2015

BAB IV METODE PENELITIAN

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2012

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENUTUP. Dokter terhadap Pasien Gawat Darurat atas Tindakan Medis Dalam Bentuk Implied

Pilihlah satu jawaban yang benar pada pilihan di lembar jawaban.

BAB I PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. pasien yang berkaitan dengan medis. Salah satu kewajiban yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. upaya perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien, dikenal dengan istilah transaksi terapeutik. Menurut Veronica

GAMBARAN PELAKSANAAN PERAWATAN LUKA POST OPERASI SECTIO CAESAREA (SC) DAN KEJADIAN INFEKSI DI RUANG MAWAR I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

INFORMED CONSENT ANTARA DOKTER DENGAN PASIEN DALAM MELAKUKAN TINDAKAN MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh : HIDAYATUL MUNAWAROH J.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang ilmu kedokteran khususnya ilmu

Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Kota Pekanbaru. Penelitian dilakukan. peneliti menggunakan pcrtimbangan sendiri dengan berbekal pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. optimal dimana hal ini merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

tindakan pendidikan serta kondisi dan situasi pasien.

Pedoman Pelaksanaan Persetujuan Tindakan Kedokteran (Informed Consent)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN PASIEN TERHADAP KEPUASAN PEMBERIAN INFORMED CONSENT DI BAGIAN BEDAH RSUP DR. KARIADI SEMARANG (MEI-JUNI 2011)

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

PANDUAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN RUMAH SAKIT RAWAMANGUN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas

BAB 4 METODE PENELITIAN. Prijonegoro Sragen dan Puskesmas Sidoharjo Sragen. Penelitian ini berlangsung bulan Maret-Juni 2014.

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. terkait dalam bidang pemeliharaan kesehatan. 1 Untuk memelihara kesehatan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Semarang, dimulai pada bulan Mei 2014 sampai dengan Juni 2014.

A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berkembang sangat pesat

I S D I Y A N T O NIM : C

PANDUAN INFORMED CONSENT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikendalikan maka pemerintah dapat meningkatkan kualitas penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Operasi bedah Caesar (Caesarean Section atau Cesarean Section) atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi pada Juli 2013

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. 1 Secara umum, setiap orang yang

INFORMED CONSENT PADA PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI BAWAH KULIT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang melibatkan seluruh komponen bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan Ilmu Anestesi. Waktu pengumpulan data dilakukan setelah proposal disetujui sampai

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. 1. Latar belakang pemberian wewenang kepada Bidan Praktik Mandiri. dalam melakukan pemasangan IUD di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, timbul pula kebutuhan dan keinginan untuk

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 21

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan hak yang dimiliki. merupakan salah satu indikator positif untuk meningkatnya kesadaran hukum

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa kesehatan, hidup manusia menjadi tidak sempurna didalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan secara optimal. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KEPUASAN PASIEN DENGAN MINAT PASIEN DALAM PEMANFAATAN ULANG PELAYANAN KESEHATAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang, karena dengan hidup sehat setiap orang dapat menjalankan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu anestesi dan terapi intensif.

ANALISIS KELENGKAPAN PENGISIAN DOKUMEN INFORMED CONSENT PERSFEKTIF HUKUM DI RS PROVINSI LAMPUNG Samino 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mendiami Pulau Jawa (Sulistyawati, 2011). dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

Gambaran Pengetahuan Pasien Terhadap Hak dan Kewajiban Pasien SC(Sectio Caesaria) Rawat Inap Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Mei Tahun 2014

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Januari Februari efektif terhadap kelengkapan pengisian Persetujuan Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Rahasia medis menjadi salah satu unsur terpenting. dalam hubungannya antara dokter dengan pasien.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

III. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI IBU TENTANG PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPUASAN IBU DENGAN ANAK YANG DI RAWAT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien (Peraturan Menteri

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencegah mortalitas ibu dan anak karena dapat membantu pasangan suami

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan 26 Puskesmas rawat jalan dan tiga Puskesmas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter merupakan profesi yang mempunyai tujuan mulia bagi masyarakat, karena tujuan dasar ilmu kedokteran adalah meringankan sakit, penderitaan fisik, psikis, dan sosial pada pasien dan masyarakat. Serta mempertahankan kehidupan insani tanpa memperpanjang proses mati. Sedangkan prinsip dasar etik kedokteran yaitu primum non necere (yang terpenting adalah tidak merugikan sosial maupun ekonomi). 1 Di dalam pelayanan kedokteran, terdapat dua pihak yang saling berhubungan, yaitu dokter dan pasien. Jika tidak tercipta hubungan antara dokter dengan pasien, maka tidak akan terjadi suatu pelayanan kedokteran. Dokter akan berupaya untuk mencapai tujuan dasar dari ilmu kedokteran yang akan diterapkan pada pasien dengan prinsip primum non nocere. Hubungan yang terjadi antara dokter dengan pasien dalam pelayanan kedokteran bisa saja terjadi suatu masalah, jika terdapat hal yang tidak sesuai dengan harapan atau yang merugikan. Oleh sebab itu, maka timbul hubungan hukum antara dokter dengan pasien. Hubungan ini telah terjadi sejak dahulu (zaman Yunani kuno), dokter sebagai seorang yang memberikan pengobatan terhadap orang yang membutuhkannya. Hubungan ini merupakan hubungan yang sangat pribadi karena didasarkan atas kepercayaan dari pasien terhadap dokter yang disebut dengan transaksi terapeutik. 2 Hubungan hukum antara dokter dan 1

2 pasien ini berawal dari hubungan vertikal paternalistik seperti antara bapak dengan anak yang bertolak dari prinsip father knows best yang melahirkan hubungan yang bersifat paternalistik. 3 Hubungan hukum timbul ketika pasien pergi ke dokter karena adanya keluhan yang dianggap membahayakan kesehatannya. Dalam hubungan ini kedudukan dokter dengan pasien tidak sederajat, kedudukan dokter dianggap lebih tinggi karena mengetahui tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakit dan penyembuhannya. Sedangkan pasien tidak mengerti apapun dan menyerahkan tindakan sepenuhnya kepada dokter. 4 Pola hubungan dokter dan pasien seperti tadi banyak dampak negatifnya apabila tindakan dokter yang berupa langkah-langkah dalam mengupayakan penyembuhan pasien itu merupakan tindakan dokter yang membatasi otonomi pasien. Pada akhirnya hubungan yang menempatkan kedudukan dokter lebih tinggi tadi bergeser pada pola horizontal kontraktual yang bersifat inspanningverbintenis, dimana dokter dan pasien merupakan subyek hukum yang mempunyai kewajiban dan hak yang sederajat. 5 Hubungan ini tidak menjanjikan kesembuhan, karena obyek dari hubungan hukum ini adalah upaya dokter berdasar atas kompetensi dan kewenangan dokter untuk menyembuhkan pasien. Salah satu hal yang sangat penting sebelum melakukan pelayanan kedokteran/ pelayanan kesehatan bagi pasien yaitu informed consent/ persetujuan tindakan medis/ persetujuan tindakan kedokteran. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989, persetujuan tindakan medis

3 adalah persetujuan yang diberikan pasien atau keluarga atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. 6 Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/Menkes/Per/III/2008, persetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien. 7 Dimana informed consent memberikan perlindungan kepada pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medis tidak ada dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya serta memberi perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersifat negatif, dan pada setiap tindakan medis melekat suatu resiko. Menurut Manual Persetujuan Tindakan Kedokteran yang diterbitkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), suatu persetujuan dianggap sah apabila pasien telah diberi penjelasan/ informasi, pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/ persetujuan, dan persetujuan harus diberikan secara sukarela. 8 Setiap pelayanan medis harus disertai dengan informed consent terlebih dahulu yang mencakup tentang penjelasan dan persetujuan tindakan medis/ kedokteran. Termasuk pelayanan kontrasepsi Keluarga Berencana (KB) juga harus disertai dengan informed consent yang jelas agar klien dapat menentukan pilihan kontrasespsi yang akan dilakukan. Banyaknya pilihan kontrasepsi membuat klien bingung mana kontrasepsi yang paling tepat bagi mereka. Peran dokter/ tenaga kesehatan sangat mempengaruhi ketepatan pilihan kontrasepsi yang

4 akan dijalani dengan memberikan informasi yang jelas sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dokter miliki. Serta harus disertai persetujuan tindakan medis oleh klien, karena klien mempunyai hak otonomi untuk menentukan sendiri pilihan tindakan medis yang akan dilakukan. Kontrasepsi KB ada berbagai jenis pilihan di Indonesia, salah satunya adalah Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang mempunyai sinonim kontrasepsi implant/ norplant atau susuk Keluarga Berencana (KB). Indonesia merupakan negara terbesar pemakai Norplant. Susuk KB telah diperkenalkan di Indonesia sejak 1982 dan diterima bagus oleh masyarakat Indonesia. Pada tahun 1982 telah dipasang norplant di 11 rumah sakit sebanyak 10.000. Tahun 1987 telah ditingkatkan tempat pemasangan susuk KB dengan program extended field trial dengan jumlah 30.000 wanita. Pemasangan norplant makin lama makin meningkat dengan alasan pemasangan sederhana, pemakaian selama lima tahun, dan komplikasi tidak terlalu tinggi. 9 Pemasangan dan pencabutan AKBK memperlukan tindakan bedah yang bisa saja menimbulkan efek samping atau masalah yang terduga maupun tidak terduga, oleh sebabnya sebelum tindakan dilakukan, diharuskan untuk memberi penjelasan/ informasi akan tindakan yang dilakukan kepada pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten), dan disertai adanya persetujuan tertulis atas tindakan yang diberikan. Informed consent pada pelayanan ini harus dilakukan agar pasien mengerti akan apa yang dilakukan tenaga kesehatan terhadap dirinya. Informed consent bermanfaat untuk menjamin hak bagi pasien maupun dokter/ tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan AKBK. Informed

5 consent akan dicatat dan dimasukkan dalam rekam medik. Selain menghargai hak pasien dan dokter/ tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan, informed consent juga berfungsi sebagai alat bukti hukum sebagai perlindungan hukum bagi pasien dan dokter/ tenaga kesehatan jika suatu saat terjadi kejadian yang tidak diinginkan. Melalui Karya Tulis Ilmiah ini, penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan informed consent pada pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pelaksanaan informed consent pada pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan informed consent pada pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui penjelasan dalam informed consent oleh dokter/ tenaga kesehatan pada pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur.

6 2. Mengetahui bentuk persetujuan dalam informed consent pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah pengetahuan bagi dokter/ tenaga kesehatan di Puskesmas Waru, Kabupaten Pamekasan, Provinsi Jawa Timur tentang informed consent pada pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit. 2. Memberikan perlindungan hukum bagi dokter/ tenaga kesehatan yang melakukan pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit. 3. Memberikan informasi yang lebih jelas kepada pasien yang akan mendapat pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit. 4. Memberikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya tentang informed consent pada pelayanan Alat Kontrasepsi Bawah Kulit. 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian Peneliti dan Waktu Penelitian Edo Yuniarta 2011 Judul Penelitian Desain Penelitian Hasil Penelitian Hubungan Antara Cross Sectional Analisis dengan Chi Tingkat Pendidikan Square α=0,05 Pasien Terhadap didapatkan nilai χ2 Kepuasan hitung (10,507) Pemberian lebih besar dari nilai Informed Consent χ2 tabel (3,481)

7 Tabel 1. Keaslian Penelitian (lanjutan) Kea di Bagian Bedah RSUP Dr. Kariadi Semarang Cipto Pelaksanaan 2012 Informed Consent Tindakan Persalinan Oleh Bidan Desa di Kabupaten Blora Ghassani Fadiah Hak Persetujuan 2013 Tindakan Medis (Informed Consent) Pasien Dalam Tindakan Medis Persalinan Pada RSUD Dr. Moewardi, Surakarta Silvia Merinsy Hubungan 2012 Kelengkapan Pemberian Informed Consent Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Bangsal Bedah RSUP Dr.Kariadi Semarang Yuridis sosiologis dengan deskriptif analisis Deskriptif analisis Cross sectional dengan derajat kemaknaan 0,001 (p<0,05). Terdapat hubungan yang signifikan. Bahwa pelaksaan informed consent pada tindakan persalinan sudah sesuai dengan prosedur Bahwa perlindungan hak informed consent pasien dalam tindakan medis persalinan yang berkaitan dengan bedah sectio caesaria masih belum optimal. Didapatkan hasil 96,3% responden yang puas terhadap pemberian informed consent yang lengkap dan juga didapatkan 3,7% responden yang tidak puas terhadap informed consent yang tidak lengkap