I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Meirindi, Irawan Suntoro, Muhammad Mona Adha

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila tidak terbentuk begitu saja dan bukan hanya diciptakan oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu faktor yang memengaruhi memudarnya sikap nasionalisme adalah kurangnya pemahaman siswa tentang sejarah nasional Indonesia.

Bartima Oktavia Bahar Nim: E

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA

I. PENDAHULUAN. sosial antar sesamanya. Pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrahnya. membutuhkan pertolongan orang lain khususnya di bidang keamanan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. beberapa bentuk dari interaksi. Bentuk-bentuk interaksi sosial yakni dapat

Pendidikan Pancasila. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara pada Bidang Politik ekonomi, sosial dan hankam

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA GOTONG ROYONG SEBAGAI BUDAYA INDONESIA

UPAYA MELESTARIKAN NILAI-NILAI BUDAYA PADA MASYARAKAT DAYAK DESA SENEBAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan dasar negara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu

Pancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

LETAK ADMINISTRATIB LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

No ekonomi. Akhir-akhir ini di Indonesia sering muncul konflik antar ras dan etnis yang diikuti dengan pelecehan, perusakan, pembakaran, perkel

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

5 Contoh Sikap dan Perbuatan yang Mencerminkan Usaha Pelestarian Lingkungan Hidup sebagai Pengamalan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan

I. PENDAHULUAN. Tentunya siswa banyak mengalami interaksi yang cukup leluasa dengan. yang dihuni oleh beberapa suku dan budaya.

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan-hubungan serupa itu mengandaikan sekurang-kurangnya satu

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1999 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Judul GOTONG ROYONG. Mata Pelajaran : PPKn Kelas : I (Satu) Nomor Modul : PPKn.I.04

I.PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu negara dilaksanakan untuk mensejahterakan. masyarakat, dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA YANG BERKAITAN DENGAN TUGAS KEBIDANAN. Bidan adalah seorang yang telah berhasil atau sukses meyelesaikan

C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan media strategis dalam meningkatkan kualitas sumber

IMPLEMENTASI KARAKTER PEDULI SOSIAL PADA PETANI (Studi Kasus Di Desa Tanjungsari Kecamatan Jakenan Kabupaten Pati) NASKAH PUBLIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional Tahun 1998 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan masyarakat. Keberagaman tersebut mendominasi masyarakat dan

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

I. PENDAHULUAN. Proklamasi Kemerdekaan yang dikumandangkan oleh Soekarno Hatta pada

I. PENDAHULUAN. bergaul, bekerja, tolong menolong, kerja bakti, keamanan, dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai macam etnis,

I. PENDAHULUAN. hidup sebagai makhluk sosial, melakukan relasi dengan manusia lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB II IHWAL NILAI NASIONALISME DAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK SERTA SILABUS. Pada bab II akan dijelaskan tentang hal-hal dibawah ini.

PERAN PANCASILA SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

PANCASILA. AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dr. Achmad Jamil M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

Pedoman Pengumpulan Data. 1. Wawancara Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kebumen. a. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Negeri 7 Kebumen?

BAB IV ANALISIS POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS LAMPUNG DAN BALI DALAM MEMELIHARA KERUKUNAN HIDUP BERMASYARAKAT

SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan suatu kelompok

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

PENANAMAN NILAI KESETIAKAWAN SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 26 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

I. PENDAHULUAN. karakter bangsa (National and Character Building). Konsekuensinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari masyarakat desa itu sendiri sesuai dengan apa yang sudah disepakati

IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkawan sehingga dia disebut social animal. Hal terpenting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu memerlukan bantuan

Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam permusywaratan/perwakilan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk individu yang mempunyai akal, pikiran dan perasaan yang membedakan dengan individu lainnya serta melakukan sesuatu hal berdasarkan pada intuisi hasil pemikiran. Namun terlepas dari itu, manusia juga merupakan makhluk sosial, yang akan berinteraksi dengan manusia lainnya untuk memenuhi berbagai kebutuhan dalam hidup bermasyarakat, saling menolong satu sama lain dan berbaur dalam kelompok-kelompoknya. Dengan adanya interaksi yang terjadi secara terus menerus akan menimbulkan perasaan senasib dan kebersamaan yang kuat. Rasa kebersamaan dalam masyarakat merupakan rasa saling mempunyai satu sama lain, saling menjaga dalam suatu kelompok. Timbulnya rasa kebersamaan akan memunculkan rasa kesetiakawanan seseorang dengan saling membantu, bekerja sama, tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama dalam lingkungan masyarakat. Kesetiakawanan yang terjadi dalam masyarakat sering disebut dengan kesetiakawanan sosial yang merupakan nilai, sikap dan perilaku masyarakat yang dilandasi oleh adanya saling pengertian, adanya kesadaran, tanggung jawab kesetaraan dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan masing-masing dengan semangat

2 kebersamaan, kegotongroyongan, kekeluargaan dan kerelaan berkorban tanpa pamrih. Kesetiakawanan sosial dapat diwujudkan melalui semangat kebersamaan dalam lingkungan masyarakat, dengan saling berkumpul dalam suatu acara maupun dalam musyawarah penyelesaian suatu masalah bersama, tanpa membedakan status sosial dan golongan seseorang. Kemudian semangat kegotongroyongan berupa saling membantu satu sama lain. Hal ini dapat terjadi dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di lingkungan keluarga diwujudkan dengan saling membantu pekerjaan setiap anggota keluarga dari anak, ibu dan ayah. Dalam lingkungan sekolah, dengan berkerja bakti membersihkan lingkungan sekolah bersama dan di lingkungan masyarakat dengan membantu dalam kegiatan siskamling, gotong-royong warga dan kegiatan-kegiatan yang merupakan kepentingan bersama dalam masyarakat. Serta semangat kekeluargaan dan kerelaan diwujudkan dengan berkorban untuk orang lain yang tidak mampu dengan tanpa pamrih. Kesetiakawanan sosial muncul pada diri seseorang, diawali ketika muncul perasaan saling memahami terhadap penderitaan yang dialami orang lain dan kesadaran sosial, yang selanjutnya melahirkan rasa kesetiakawanan sosial. Rasa kesetiakawanan yang kuat akan mendorong seseorang unrtuk bersikap simpati pada kesulitan orang lain, sedangkan rasa kesetiakawanan sosial yang diwujudkan dalam bentuk perilaku akan menghasilkan aktivitas membantu orang lain yang mengalami kesulitan. Oleh karena itu, sikap kesetiakawanan sosial menjadi sangat penting untuk ditanamkan sejak dini dan diterapkan

3 dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya kesetiakawanan sosial akan mengurangi konflik dan kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang seimbang dan selaras tanpa membedabedakan suku, agama, golongan seseorang, karena dalam kesetiakawanan sosial terdapat beberapa aspek moral yang penting untuk ditanamkan dalam diri seseorang. Beberapa aspek nilai moral yang sangat penting dari timbulnya kesetiakawanan sosial yaitu tolong menolong, gotong-royong, kerjasama, dan nilai kebersamaan. Nilai moral tolong menolong tampak dalam kehidupan masyarakat dan terjadi dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Nilai gotong-royong terjadi sebagai wujud kepentingan bersama antar masyarakat. Nilai kerjasama, nilai moral ini mencerminkan sikap mau bekerjasama dengan orang lain walaupun berbeda suku bangsa, ras, warna kulit serta tidak membeda-bedakan perbedaan itu dalam kerjasama. Dan nilai kebersamaan, nilai moral ini ada karena adanya keterikatan diri dan kepentingan kesetiaan diri dan sesama, saling membantu dan membela. Nilai-nilai moral dalam sikap kesetiakawanan sosial ini harus diterapkan dalam kehidupan baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Namun adakalanya sikap kesetiawanan seseorang tidak sesuai dengan nilai moral yang diharapkan hal ini bisa diakibatkan oleh beberapa faktor. Seperti yang terjadi pada siswa di SMA Negeri 1 Punduh Pedada Kabupaten Pesawaran yang siswanya terdiri dari berbagai latar kebudayaan yang berbeda. Dalam lingkungan sekolah yang multi etnik, terdiri dari berbagai kebudayaan

4 yang berbeda, sikap atau tindakan yang diharapkan mampu mencerminkan kesetiakawanan sosial yang kuat. Sikap kesetiakawanan sosial yang bersumber dari rasa cinta kepada kehidupan bersama sehingga diwujudkan dengan amal nyata berupa pengorbanan dan kesediaan menjaga, membela, maupun melindungi terhadap kehidupan bersama dalam masyarakat yang majemuk dengan kebudayaannya. Dan diharapkan dapat membentuk pribadi yang mampu menanamkan nilai kebersamaan, gotong-royong, tolong menolong dan kerjasama tanpa membeda-bedakan suku bangsa atau etnis seseorang. Beberapa siswa di SMA Negeri 1 Punduh Pedada cenderung kurang memiliki sikap kesetiakawanan sosial seperti yang terdapat pada tabel berikut. Tabel 1. Daftar Jumlah Siswa Yang Cenderung Kurang Memiliki Sikap Kesetiakawanan Sosial No Kelas Berkelahi Tidak Tidak Mengikuti Sopan Kerja Bakti Jumlah 1 X 2 3 4 12 2 XI 2 7 13 27 3 XII 1 10 7 29 Jumlah 5 20 24 68 Sumber: Hasil observasi dan data guru Bimbingan Konseling di SMA N 1 Punduh Pedada tahun ajaran 2012/2013 Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan adanya kecenderungan siswa kurang memiliki sikap kesetiakawanan sosial. Hasil wawancara peneliti dengan guru Bimbingan Konseling diketahui siswa yang berkelahi dikarenakan terjadinya kesenjangan dan kesalahpahaman antar siswa yang seharusnya dapat diselesaikan secara bersama-sama untuk memecahkan masalah yang terjadi. Kemudian terdapat 20 siswa yang berlaku tidak sopan seperti menggunakan bahasa daerah untuk mencela teman bahkan guru, karena sekolah SMA Negeri

5 1 Punduh Pedada merupakan sekolah dengan siswa yang terdiri dari multi etnik dengan mayoritas suku Lampung dan Jawa serta sebagian besar menggunakan bahasa daerah masing-masing dalam berkomunikasi di lingkungan sekolah. 24 siswa tidak mengikuti kerja bakti ataupun piket kelas yang merupakan tindakan paling banyak dilakukan oleh siswa, hal ini bertentangan dengan nilai moral dari sikap kesetiakawanan sosial yang menjunjung kerja sama dalam bermasyarakat. Kemudian 19 siswa membuat gaduh atau ribut, hal ini terjadi saat proses pembelajaran di kelas dan menandakan kurangnya rasa toleransi siswa terhadap siswa lain yang dapat mengganggu konsentrasi saat belajar. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terdapat pula beberapa siswa yang kurang menjaga sarana dan prasarana sekolah yang merupakan fasilitas untuk kepentingan bersama seperti mushola, ruang komputer, laboratorium dan toilet yang tidak mewujudkan nilai kebersamaan dalam diri siswa. Siswa yang cenderung kurang memiliki sikap kesetiakawanan sosial tersebut diduga berkaitan dengan yang pertama, faktor komunikasi siswa di sekolah khususnya komunikasi antarbudaya, dengan perbedaan latar belakang kebudayaan siswa akan cenderung menimbulkan pemaknaan yang berbeda terhadap informasi yang dikomunikasikan sehingga berpotensi menimbulkan perselisihan atau konflik dalam proses komunikasi antarbudaya di lingkungan sekolah yang bertentangan dengan sikap kesetiakawanan sosial yang diharapkan. Kedua, faktor lingkungan keluarga, yang berpengaruh terhadap pembentukan dan penanaman sejak dini sikap kesetiakawanan sosial. Ketiga, faktor lingkungan sekolah, hal ini berkaitan dengan ketegasan pihak sekolah

6 terhadap siswa yang tidak mengikuti kegiatan kerja bakti atau piket kelas dan kemampuan guru dalam menciptakan kerjasama yang efektif dalam proses pembelajaran di kelas. Dan yang terakhir adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri manusia, adanya keinginan manusia sebagai makhluk sosial untuk berinteraksi serta bekerjasama dengan orang lain. Berkaitan dengan pembentukan sikap siswa di sekolah diduga sikap kesetiakawanan sosial siswa dipengaruhi oleh komunikasi antarbudaya siswa, karena semakin efektif komunikasi antarbudaya siswa semakin kuat pula kemungkinan sikap kesetiakawanan sosial yang di miliki oleh siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh komunikasi antarbudaya terhadap sikap kesetiakawanan sosial siswa di sekolah, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul: Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Terhadap Sikap Kesetiakawanan Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Punduh Pedada Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap kesetiakawanan sosial adalah sebagai berikut: 1. Komunikasi siswa di sekolah khususnya komunikasi antarbudaya yang belum efektif. 2. Tingkat kesetiakawanan sosial antar siswa yang masih rendah. 3. Pemahaman terhadap esensi manusia sebagai makhuk individu dan sosial belum baik.

7 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas banyak terdapat faktor yang mempengaruhi sikap kesetiakawanan sosial siswa, agar penelitian ini tidak meluas jangkauannya, maka penelitian ini dibatasi pada komunikasi antarbudaya. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Apakah Terdapat Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Terhadap Sikap Kesetiakawanan Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Punduh Pedada Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013?. E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Terhadap Sikap Kesetiakawanan Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Punduh Pedada Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Penelitian ini berguna secara teoritik mengembangkan atau menerapkan konsep-konsep pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan, karena membahas tentang Pengaruh Komunikasi Antarbudaya

8 Terhadap Sikap Kesetiakawanan Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Punduh Pedada. b. Kegunaan Praktis a. Bagi peserta didik Diharapkan peserta didik menanamkan sikap kesetiakawanan sosial agar tercipta komunikasi antarbudaya yang efektif di lingkungan sekolah. b. Bagi Guru Mendorong guru untuk menanamkan sikap kesetiakawanan sosial kepada siswa dan guru diharapkan dapat menjadi tauladan atau contoh dalam aplikasi nilai-nilai moral yang terkandung dalam sikap kesetiakawanan sosial. c. Bagi Sekolah Sekolah dapat lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan komunikasi yang baik antar warga sekolah sehingga tercipta sikap kesetiakawanan sosial yang kuat di lingkungan sekolah.

9 F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup: 1. Ruang Lingkup Ilmu Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan karena membahas tentang pengaruh komunikasi antarbudaya terhadap sikap kesetiakawanan sosial di lingkungan sekolah. 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Punduh Pedada Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. 3. Ruang Lingkup Objek Penelitian Ruang lingkup objek penelitian ini adalah Pengaruh Komunikasi Antarbudaya Terhadap Sikap Kesetiakawanan Sosial Siswa Di SMA Negeri 1 Punduh Pedada Pesawaran Tahun Pelajaran 2012/2013. 4. Ruang Lingkup Tempat Penelitian Ruang lingkup tempat penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Punduh Pedada Pesawaran.

10 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesainya penelitian ini.