I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi

REGENERASI IN VITRO EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.) MELALUI ORGANOGENESIS MENGGUNAKAN EKSPLAN BIJI YANG DIIMBIBISI DAN DIKECAMBAHKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERLAKUAN PRA-KULTUR TERHADAP EFISIENSI REGENERASI IN VITRO LIMA VARIETAS KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

Marveldani 1, M. Barmawi 2, dan S.D. Utomo 2*

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

I. PENDAHULUAN. karena nilai gizinya yang tinggi. Untuk memenuhi konsumsi dalam negeri,

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan / Ilmu Tanaman Fakultas

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Kombinasi BAP dan IBA terhadap Waktu Munculnya Tunas Akasia (Acacia mangium Willd.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill.) merupakan salah satu komoditas pangan

KULTUR JARINGAN TANAMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan tanaman sumber karbohidrat

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 21 hari setelah tanam. Sedangkan analisis pengaruh konsentrasi dan lama perendaman

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

47 Tabel 3. Rata-rata Persentase kecambah Benih Merbau yang di skarifikasi dengan air panas, larutan rebung dan ekstrak bawang merah Perlakuan Ulangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman hias khususnya bunga merupakan salah satu komoditas hortikultura

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

RESPON REGENERASI EKSPLAN KALUS KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) TERHADAP PEMBERIAN NAA SECARA IN VITRO

Pokok Bahasan. Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

BAHAN DAN METODE. Histodifferensiasi Embrio Somatik

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk serupa spiral pada

BAB I PENDAHULUAN. kedelai di Indonesia semakin meningkat seiring kesadaran masyarakat akan peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. hidup, terkontaminasi dan eksplan Browning. Gejala kontaminasi yang timbul

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu tanaman budidaya penting dalam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

TINJAUAN PUSTAKA. Kenaf (Hibiscus cannabinus L.)

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

PENDAHULUAN. telah ditanam di Jepang, India dan China sejak dulu. Ratusan varietas telah

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber utama protein nabati dan minyak nabati yang sangat penting karena gizinya dan aman dikonsumsi. Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Di Indonesia, biji kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk pangan olahan seperti: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai, dan berbagai makanan ringan (Damardjati et al., 2005). Kebutuhan akan kedelai terus meningkat setiap tahunnya. Rata-rata kebutuhan kedelai ± 2,3 juta ton/tahun. Berdasarkan data tahun 2011, produksi dalam negeri sebesar ± 851,29 ribu ton biji kering atau hanya mencukupi ± 37,01% dari kebutuhan, sisanya ± 64% diimpor dari negara lain (BPS, 2012). Besarnya impor tersebut menyebabkan kehilangan devisa negara yang cukup besar dan sangat rentan terhadap ketahanan pangan nasional (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2012). Oleh karena itu, perlu upaya intensifikasi dan ekstensifikasi untuk meningkatkan produksi kedelai dalam negeri. Kebijakan Kementerian Pertanian dicerminkan pada visinya untuk mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal untuk

2 meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, daya saing, ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk mencapai visi tersebut dibutuhkan seperangkat teknologi yang tepat untuk mengangkat posisi sumber daya genetik lokal, terutama yang mendorong kemandirian nasional dan kesejahteraan petani (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, 2013). Salah satu upaya yang perlu dilakukan adalah menemukan varietas unggul. Salah satunya dapat diperoleh melalui rekayasa genetika (transformasi genetik). Keberhasilan transformasi genetik untuk memperoleh tanaman transgenik sangat ditentukan oleh teknik regenerasi in vitro (Pardal, 2001). Regenerasi in vitro atau kultur jaringan berfungsi untuk meregenerasikan tanaman transgenik dari sel atau jaringan transgenik (Utomo, 2010). Beberapa faktor biotik dan abiotik serta hama dan penyakit dapat menurunkan kualitas dan produksi tanaman. Tantangan biotik dan abiotik dapat diatasi dengan rencana perbaikan tanaman secara sistematis dalam rangka meningkatkan produksi tanaman yang melibatkan penggunaan teknologi baru dan pengembangan kultivar baru dengan kualitas yang diinginkan ( Joyner et al., 2010). Utomo (2012) menjelaskan bahwa varietas merupakan sekelompok tanaman dalam satu spesies yang secara genetik memiliki kriteria DUS yaitu distinct (berbeda), uniform (seragam), dan stable (stabil). Varietas budidaya (kultivar) yang memiliki sifat unggul bernilai ekonomi disebut varietas unggul. Jenis varietas unggul terdiri dari varietas galur murni (inbrida), hibrida, komposit,

3 sintetik, multi galur, dan klon. Berbagai jenis varietas tersebut dapat dirakit menggunakan teknik pemuliaan tradisional maupun modern/bioteknologi. Keberhasilan penerapan bioteknologi dalam perbaikan tanaman didasarkan pada protokol regenerasi in vitro tanaman yang efisien. Regenerasi in vitro yang efisien diperlukan untuk meregenerasikan tanaman transgenik dari sel atau jaringan transgenik. Tanggapan eksplan dalam kultur jaringan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu fisiologi tanaman, manipulasi in vitro, dan stres fisiologi in vitro (Lazzeri et al., 1985). Regenerasi in vitro kedelai melalui kultur jaringan dapat dilakukan melalui dua proses yang berbeda, yaitu melalui organogenesis (shoot morphogenesis) dan embriogenesis somatik (somatic embryogenesis). Organogenesis dan embriogenesis somatik sangat tergantung kepada sumber eksplan dan jenis media kultur yang digunakan. Kedua proses tersebut sangat dipengaruhi oleh kultivar/genotipe tanaman (cultivar-specific responses), di mana beberapa galur lebih responsif terhadap media kultur dari galur lainnya (Barwale et al., 1986). Beberapa penelitian tentang regenerasi in vitro kedelai melalui jalur embriogenesis somatik telah dilakukan dengan eksplan kotiledon muda (Lippmann dan Lippmann,1984; Pardal et al., 1997; Hiraga et al., 2007; Loganthan et al., 2010), hipokotil (Gamborg et al., 1983; Phillips dan Collins, 1981), dan biji masak (Widoretno et al., 2002). Regenerasi in vitro kedelai melalui organogenesis telah dilakukan dengan eksplan buku kotiledon (cotyledonary nodes) (Zhang et al., 1999; Clemente et al., 2000; Utomo, 2005; Marveldani et al., 2007), daun muda (Wright et al., 1987; Kim et al., 1990), poros

4 embrio (McCabe et al., 1988), potongan hipokotil (Dan dan Reichert, 1998; Reichert et al., 2003; Wang dan Xu, 2008), dan belahan benih masak yang diimbibisi (Paz et al., 2006; Joyner et al., 2010). Protokol regenerasi in vitro kedelai digunakan dalam transformasi genetik sehingga diharapkan memperbesar efisiensi transformasi genetik kedelai. Utomo et al. (2010) melaporkan prosedur regenerasi in vitro dari eksplan buku kotiledon enam varietas kedelai (Wilis, Sinabung, Anjasmoro, Kaba, Seluwah, dan Sibayak) melalui organogenesis. Eksplan buku kotiledon diperoleh dari benih yang dikecambahkan selama 5-6 hari. Proporsi eksplan yang menghasilkan tunas berkisar 43-100%. Rata-rata jumlah tunas per ekplan berkisar antara 7-36 tunas per eksplan. Prosedur transformasi genetik kedelai dimodifikasi oleh Paz et al. (2006) dengan menggunakan eksplan buku kotiledon (cotyledonary nodes) dari benih masak. Benih masak diperoleh melalui perlakuan pra-kultur berupa pengecambahan 6 hari dan benih masak lainnya diperoleh dengan perlakuan imbibisi semalam. Prosedur ini juga yang dilakukan oleh Safitri (2013) yang menerapkan lima varietas kedelai pada masing-masing perlakuan pra-kultur (imbibisi dan pengecambahan). Rata-rata jumlah tunas adventif per eksplan dengan perlakuan imbibisi yaitu 15,4 tunas per eksplan lebih tinggi daripada perlakuan pengecambahan 6 hari yaitu 12,9 tunas per eksplan. Prosedur regenerasi in vitro kedelai dengan perlakuan pra-kultur imbibisi belum banyak digunakan. Namun, perlakuan imbibisi memiliki kelebihan dalam efisiensi waktu karena membutuhkan waktu yang lebih singkat dibandingkan

5 perlakuan pengecambahan. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi regenerasi in vitro empat varietas kedelai melalui perlakuan pra-kultur (imbibisi dan pengecambahan) dengan varietas yang berbeda. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana pengaruh perlakuan pra-kultur (imbibisi atau pengecambahan) terhadap efisiensi pembentukan tunas adventif kedelai? 2. Bagaimana perbedaan efisiensi pembentukan tunas adventif empat varietas kedelai? 3. Apakah terdapat interaksi antara perlakuan (imbibisi atau pengecambahan) dengan varietas kedelai? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh perlakuan pra-kultur (imbibisi atau pengecambahan) terhadap efisiensi pembentukan tunas adventif kedelai. 2. Membedakan efisiensi pembentukan tunas adventif dari empat varietas kedelai. 3. Mengetahui interaksi antara perlakuan (imbibisi atau pengecambahan) dengan varietas kedelai.

6 1.4 Landasan Teori Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah dikemukakan, maka disusun landasan teori sebagai berikut: Pada tahapan kegiatan transformasi genetik kedelai, teknik kultur jaringan diperlukan dalam meregenerasikan sel atau jaringan transgenik. Tanpa sistem regenerasi tanaman yang efisien, akan sulit diperoleh tanaman transgenik yang diinginkan. Inilah yang merupakan salah satu alasan penggunaan teknik kutur jaringan dalam perbanyakan tanaman kedelai. Dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan regenerasi yaitu faktor internal sel/jaringan eksplan dan faktor lingkungan. Faktor internal meliputi genotipe (varietas) tanaman, asal jaringan, tingkat perkembangan dan diferensiasi sel. Faktor lingkungan meliputi komposisi media, suhu, dan cahaya (Marveldani et al., 2007) Regenerasi tanaman secara in vitro dibagi menjadi dua proses yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. Organogenesis adalah adalah proses terbentuknya organ seperti tunas atau akar, baik secara langsung dari permukaan eksplan atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus terlebih dahulu. Regenerasi in vitro kedelai melalui jalur organogenesis dapat menggunakan eksplan buku kotiledon (Cheng et al., 1980; Wright et al., 1986; Utomo, 2005; Marveldani et al., 2007), daun muda (Wright et al., 1987; Kim et al., 1990), poros embrio (McCabe et al., 1988), hipokotil (Dan dan Reivhert, 1998), serta belahan benih masak yang diimbibisi (Paz et al., 2006; Joyner et al., 2010).

7 Menurut Wattimena (1992), keberhasilan organogenesis tanaman secara in vitro dipengaruhi oleh empat golongan utama yaitu media yang digunakan mencakup komponen penyusun media dan ZPT, lingkungan tumbuh, fisiologi jaringan tanaman sebagai eksplan, dan genotipe atau varietas dari sumber bahan tanaman yang digunakan. Pemberian sitokinin eksogen diperlukan untuk mendorong tunas/akar untuk membentuk planlet karena kemungkinan sitokinin endogen tidak mencukupi untuk pembentukan planlet. Interaksi dan keseimbangan antara zat pengatur tumbuh endogen dengan zat pengatur tumbuh eksogen akan menentukan arah perkembangan suatu kultur (Azriati et al., 2006). Pada regenerasi kedelai melalui organogenesis, tidak semua varietas memberikan respon yang baik. Pierik (1987) dalam Pardal (2002) menyatakan bahwa masingmasing jenis eksplan dan genotipe memiliki respon pertumbuhan in vitro yang berbeda-beda walaupun ditumbuhkan pada media dan kondisi lingkungan tumbuh yang sama. Tanaman transgenik yang dihasilkan dari rekayasa genetika umumnya berupa tunas adventif. Untuk meningkatkan efisiensi transformasi kedelai menggunakan Agrobacterium, eksplan buku kotiledon dilukai pada buku tempat tumbuh tunas aksilar. Tujuan dari pelukaan tersebut ialah untuk mencegah munculnya tunas aksilar, merangsang inisiasi tunas adventif majemuk dari meristem aksilar, dan meningkatkan efisiensi tunas (Utomo, 2005). Cheng et al. (1980) melaporkan bahwa tunas majemuk dari meristem aksilar terbentuk pada buku kotiledon yang dikulturkan pada medium yang mengandung benzyl amino purine (BAP) > 2 µm. Buku kotiledon adalah satu kotiledon

8 beserta sebagian hipokotil sepanjang 3-5 mm. Penambahan BAP dalam media tersebut diduga dapat mengatasi dominasi apikal. Subkultur tunas majemuk dalam medium yang mengandung BAP menyebabkan pemanjangan tunas. Prosedur ini dimodifikasi oleh Wright et al. (1986) dan melaporkan pembentukan tunas efisien pada medium yang mengandung garam rendah dengan 5 µm BAP. Marveldani et al. (2007) melaporkan bahwa konsentrasi BA yang terbaik untuk regenerasi eksplan buku kotiledon tiga varietas kedelai adalah 0,75 mg/l. Eksplan dikulturkan pada media MS yang ditambahkan BA sesuai perlakuan percobaan. Persentase eksplan membentuk tunas tertinggi ditunjukkan oleh varietas Ijen sebesar 77,5% dan rata-rata jumlah tunas per eksplan tertinggi ditunjukkan oleh varietas Sinabung yaitu sebanyak 5 tunas per eksplan. Untuk memperoleh prosedur transformasi genetik kedelai varietas unggul nasional yang efisien, maka diperlukan prosedur regenerasi in vitro kedelai melalui organogenesis yang efisien. Paz et al. (2006) dalam penelitiannya mengembangkan prosedur transformasi kedelai menggunakan eksplan belahan buku kotiledon empat kultivar kedelai sebagai jaringan target dan menunjukkan keberhasilan dalam regenerasi untuk memproduksi tanaman transgenik. Sebelum dikulturkan dalam media tumbuh, eksplan belahan embrio masak berasal dari benih yang diimbibisikan selama semalam, sedangkan eksplan buku kotiledon berasal dari benih yang telah dikecambahkan selama 6 hari. Eksplan hasil imbibisi benih semalam menunjukkan efisiensi regenerasi 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kecambah 5-7 hari.

9 Safitri (2013) melaporkan juga bahwa efisiensi regenerasi in vito kedelai yang lebih tinggi diperoleh pada perlakuan pra-kultur imbibisi. Prosedur regenerasi yang digunakan hampir sama dengan Paz et al.(2006) menggunakan perlakuan pra-kultur (imbibisi 20 jam atau pengecambahan 6 hari). Lima varietas kedelai yang dievaluasi menggunakan eksplan buku kotiledon mendapatkan perlakuan pra-kultur sebelum dikulturkan pada media tumbuh. Rata-rata jumlah tunas adventif (RJTA) perlakuan pra-kultur imbibisi yaitu 15,4 tunas per eksplan lebih tinggi daripada perlakuan pengecambahan yaitu 12,9 tunas per eksplan. Pengecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Sudjadi, 2006). Pengecambahan biji merupakan suatu proses dimana radikula (akar embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Sari (2012), perkecambahan diawali dengan proses imbibisi, yaitu penyerapan air dari lingkungan benih, dalam hal ini media perkecambahan. Perubahan yang terjadi adalah pembesaran benih dikarenakan sel-sel embrio mulai membesar dan radikula telah muncul. Perubahan hormon endogen selama perkecambahan diduga berperan dalam induksi sel-sel yang mampu membentuk embrio somatik.

10 Imbibisi merupakan proses masuknya air ke dalam benih sehingga mengaktifkan enzim-enzim untuk melakukan proses metabolisme. Air yang masuk ke dalam kotiledon menyebabkan volumenya bertambah, akibatnya kotiledon membengkak. Pembengkakan tersebut pada akhirnya menyebabkan pecahnya testa (Sudjadi, 2006). 1.5 Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka dapat disusun kerangka pemikiran berikut ini untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah. Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting di Indonesia, karena mengandung protein nabati. Permintaan kedelai terus meningkat seiring dengan semakin beragamnya produk olahan yang berbahan dasar kedelai. Namun demikian, produksi kedelai nasional menurun tiap tahunnya. Oleh karena itu, penggunaan varietas unggul merupakan salah satu cara yang dapat mengatasi kendala tersebut. Varietas unggul baru yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu seperti varietas yang resisten terhadap serangan hama penyakit dapat dirakit salah satunya melalui pemuliaan non-konvensional yakni menggunakan rekayasa genetika. Kultur jaringan merupakan teknologi terapan yang mendukung program pemuliaan melalui rekayasa genetika. Eksplan transgenik yang jaringannya telah mengandung gen asing dari hasil rekayasa genetika dapat diregenerasikan melalui kultur jaringan. Regenerasi in vitro kedelai dapat dilakukan melalui proses embriogenesis somatik maupun organogenesis. Regenerasi in vitro yang dilakukan dalam penelitian ini

11 adalah melalui jalur organogenesis. Organ baru yang diharapkan ialah tunastunas adventif yang berasal dari buku kotiledon empat varietas kedelai sebagai eksplan. Setiap varietas diberikan perlakuan pra-kultur (imbibisi 20 jam atau pengecambahan 6 hari). Keberhasilan regenerasi tunas menggunakan buku kotiledon ini juga dipengaruhi oleh metode pra-kultur yang digunakan. Metode pra-kultur yang selama ini digunakan pada beberapa penelitian adalah metode pengecambahan 5-7 hari. Namun, perlakuan pra-kultur imbibisi memiliki kelebihan dalam hal efisiensi waktu. Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan juga menunjukkan hasil regenerasi yang lebih efisien pada perlakuan pra-kultur imbibisi daripada pengecambahan 6 hari. Imbibisi merupakan proses peresapan air ke dalam ruangan antardinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Pada peristiwa perendaman terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel embrio membesar dan biji melunak. Salah satu syarat imbibisi adalah perbedaan tekanan antara benih dan larutan, dimana tekanan benih lebih kecil daripada tekanan larutan. Pengecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam benih yang terhenti untuk membentuk bibit. Proses pengecambahan dibedakan menjadi 2 proses yaitu proses morfologis dan fisiologis. Proses pengecambahan morfologis meliputi pertumbuhan embryonic axis sebagai akibat proses pembentukan sel-sel baru pada embrio yang akan diikuti proses diferensiasi sel-sel, sehingga terbentuk plumula (bakal batang dan

12 daun) dan radikula (bakal akar). Proses pengecambahan fisiologis adalah perubahan kondisi embrio di dalam benih yang semula berada pada kondisi dorman kemudian mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi kecambah. Perubahan fisiologis ini melalui 3 tahap yakni imbibisi (penyerapan air oleh benih), pengaktifan enzim untuk proses metabolisme, dan perkecambahan. Kandungan hormon endogen dalam setiap tanaman (genotipe) berbeda sehingga respons tanaman tidak sama. Pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari hormon yang berada dalam eksplan (endogen) dengan hormon eksogen yang diserap dari media tumbuh. Pada proses imbibisi dan pengecambahan, terjadi pengaktifkan kinerja enzim di dalam benih untuk proses pertumbuhan sehingga proses-proses fisiologi dalam benih menjadi aktif. Penambahan ZPT dari golongan sitokinin juga diperlukan dalam regenerasi in vitro kedelai secara organogenesis untuk mencegah dominasi tunas apikal serta merangsang tumbuhnya mata tunas samping. ZPT yang telah banyak digunakan dalam regenerasi in vitro kedelai secara organogenesis adalah benzyl adenine (BA) karena mempunyai efektivitas yang tinggi dalam perbanyakan tunas dan harganya relatif murah. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prosedur yang tepat dan efisien dalam regenerasi tunas kedelai dengan melihat kemampuan masingmasing varietas dalam membentuk tunas adventif, apakah setelah dilakukan imbibisi 20 jam atau pengecambahan 6 hari dapat meningkatkan efisiensi

13 munculnya tunas adventif pada eksplan buku kotiledon kedelai sehingga diharapkan dapat memperbaiki prosedur organogenesis dalam mendukung program pemuliaan kedelai melalui rekayasa genetika. 1.6 Hipotesis Dari kerangka pemikiran yang dikemukakan disusun hipotesis sebagai berikut: 1. Efisiensi regenerasi in vitro secara organogenesis melalui perlakuan pra-kultur imbibisi 20 jam lebih tinggi daripada perlakuan pra-kultur pengecambahan 6 hari. 2. Terdapat perbedaan efisiensi regenerasi in vitro secara organogenesis dari empat varietas kedelai menggunakan eksplan buku kotiledon. 3. Terdapat interaksi antara perlakuan pra-kultur melalui imbibisi 20 jam atau pengecambahan 6 hari dengan varietas kedelai.