BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang sangat penting bagi manusia, perlu diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan di bidang kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis (UU No. 36 Tahun 2009). Maka kesehatan merupakan kebutuhan dasar. manusia untuk dapat hidup layak dan produktif.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit serta pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kualitas pelayanan, maka fungsi pelayanan di

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung dengan tujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam setiap kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi dan sekaligus merupakan investasi untuk keberhasilan

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes RI, 2009). kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karakteristik responden berdasarkan usia. dikelompokkan seperti pada Gambar 3 :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945 pasal 28 H ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selain itu Undang-Undang (UU) Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan juga menjelaskan dengan tegas hak dan kewajiban pemerintah maupun masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan. Pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dalam tujuan nasional. Selaras dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah terdapatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Untuk itu, perlu ditingkatkan upaya untuk semakin meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang memiliki mutu yang baik serta biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan (Kemenkes RI, 2011). Masyarakat saat ini juga telah menyadari bahwa kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mereka, bukan lagi barang mewah seperti yang diperlakukan selama ini. Masyarakat menginginkan agar ketika mereka membutuhkan pelayanan kesehatan, mereka mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhannya tersebut serta tidak tergantung kepada kemampuannya untuk membayar. Namun, hingga saat ini masih terjadi ketimpangan dalam akses pelayanan kesehatan ditengah masyarakat (Thabrany, 2011). Salah satu hambatan utama bagi masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan adalah ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan terutama keterbatasan biaya. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pendapatan masyarakat dan diperparah dengan kenaikan biaya pelayanan kesehatan terutama alat-alat kesehatan dan obat-obatan. Apabila tidak dilakukan pengendalian biaya akan semakin mempersulit masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan (Info Askes, 2010). Upaya yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan asuransi/jaminan kesehatan. Asuransi/jaminan kesehatan adalah suatu sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan. Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di

pelayanan kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murtika, 2004). Berdasarkan hal tersebut, pemerintah dituntut untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk seluruh masyarakat Indonesia. Untuk memastikan pelayanan kesehatan tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat pemerintah melalui kebijakannya membentuk sebuah sistem jaminan kesehatan nasional ataupun asuransi kesehatan nasional yang terus menerus berkembang sampai sekarang. Secara resmi jaminan kesehatan di Indonesia dimulai pada tahun 1968 meskipun sejak tahun 1947 sudah ada rencana untuk menyelenggarakan kebijakan yang serupa. Baru pada tahun 1968 pemerintah mengeluarkan kebijakan jaminan kesehatan itupun masih terbatas pada pegawai negeri yang sekarang dikelola PT. Askes. Sedangkan untuk masyarakat luas yang kurang mampu upaya pemerintah sudah dimulai sejak awal tahun 1970-an melalui program dana sehat di puskesmas. Kemudian pada tahun 1992 secara resmi muncullah jaminan kesehatan bagi tenaga kerja yang dikelola PT. Jamsostek. Kemudian pada tahun 1992 sejalan dengan UU kesehatan, pemerintah menerapkan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) atau lebih dikenal dengan Askeskin. Kemudian berubah nama menjadi program Jaminan Kesehatan Masyarakat/Jamkesmas (2008-2013). Dan kemudian berubah lagi menjadi Jaminan Kesehatan Nasional (2014-sekarang). Kesemuanya memiliki tujuan yang sama yaitu sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat miskin dan tidak mampu yang merupakan masa transisi sampai dengan terlaksananya jaminan sosial sesuai UU SJSN (Thabrany, 2011). Berdasarkan UUD 1945 pasal 28 H ayat (3) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Pasal 34 ayat (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Ayat (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Untuk melaksanakan amanat UUD tersebut, pemerintah telah menetapkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN. SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial dimana jaminan sosial merupakan suatu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Jaminan kesehatan merupakan salah satu jaminan sosial yang harus dilaksanakan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Namun, implementasinya sampai saat ini masih dalam tahap persiapan menuju terwujudnya universal coverage seperti yang diamanatkan tersebut. UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) juga menetapkan, Jaminan Sosial Nasional akan diselenggarakan oleh BPJS, yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Secara operasional, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dituangkan dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, antara lain: Peraturan Pemerintah

Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI); Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan; dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan Nasional). JKN adalah program pemerintah untuk masyarakat/rakyat dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar seluruh rakyat Indonesia dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera (Naskah Akademik SJSN). JKN mulai diterapkan pemerintah Indonesia sejak tanggal 1 Januari 2014. Sehingga penyelenggaraan program tersebut masih perlu diperhatikan pelaksanaannya oleh semua pihak. Pelaksanaan JKN ini menuntut penyedia pelayanan kesehatan termasuk puskesmas harus memiliki standar yang terukur sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Puskesmas harus melalui proses kredensialing dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga kapasitas puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan sesuai dengan standar (Kemenkes RI, 2013). Saat ini jumlah puskesmas di Indonesia mencapai 9188 puskesmas. Investasi yang sudah dikeluarkan untuk pembangunan puskesmas sudah sangat besar mengingat puskesmas sudah sejak lama dikembangkan di Indonesia, maka sudah sangat tepat pula pelayanan kesehatan yang ada di puskesmas juga merupakan perpanjangan tangan pemerintah langsung ke daerah-daerah yang ada di Indonesia (Kemenkes RI, 2012). Berbagai penelitian telah banyak dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan JKN, penelitian tersebut menggambarkan kondisi pelaksanaan JKN di kota Medan. Hasil Penelitian Roni (2014) menunjukkan bahwa sumber daya manusia

dan sarana dan prasarana Dinas Kesehatan Kota Medan tergolong siap secara kuantitas dan kualitas dalam implementasi kebijakan JKN di puskesmas, tetapi masih kurang siap dalam hal kemampuan administrasi dan pendukung administrasi. Hasil penelitian Anggi (2014) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang menonjol dalam pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN saat ini yang diberikan oleh Puskesmas Belawan dengan sebelum diberlakukannya Program JKN, hanya saja sedikit perbedaan terletak pada sistem pembiayaan. Puskesmas Sawit Seberang merupakan salah satu puskesmas yang berada di Kabupaten Langkat, Puskesmas Sawit Seberang terletak di Kecamatan Sawit Seberang. Puskesmas ini merupakan puskesmas non rawat inap yang buka 24 jam. Sebagaimana puskesmas pada umumnya, sebelum dan saat era JKN seperti sekarang ini Puskesmas Sawit Seberang juga menjalankan kegiatan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Namun, pada kenyataannya kegiatan UKM dan UKP di puskesmas ini masih belum maksimal. Dalam era JKN seperti sekarang, masyarakat lebih memilih pengobatan ke dokter praktek yang ada di sekitar puskesmas. Mereka lebih memilih membayar ke dokter-dokter praktek daripada memanfaatkan JKN-nya di puskesmas. Hal ini dapat dilihat dari kunjungan pasien rawat jalan peserta JKN ke Puskesmas Sawit Seberang yang hanya 5-10 orang perharinya sedangkan ke pelayanan kesehatan swasta pasien rawat jalan peserta JKN mencapai 15-20 orang perharinya. Keadaan

ini terjadi karena ketidakpuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang. Masyarakat Sawit Seberang sebagian besar merupakan masyarakat kelas menengah ke atas walaupun masih ada sebagian kecil masyarakat menengah ke bawah. Masyarakat Sawit Seberang umumnya sudah memahami tentang pentingnya kesehatan bagi dirinya. Maka dari itu masyarakat Sawit Seberang menginginkan pelayanan kesehatan yang maksimal bagi kesehatan mereka. Dari beberapa wawancara yang dilakukan pada saat survey pendahuluan, masyarakat masih belum puas dengan pelayanan kesehatan di Puskesmas Sawit Seberang. Maka dari itu mereka terkadang lebih memilih pelayanan kesehatan di praktekpraktek dokter yang ada di Sawit Seberang dengan alasan lebih cepat mendapatkan pertolongan kesehatan walaupun harus membayar. Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas Sawit Seberang bahwa selama pelaksanaan JKN yang dilaksanakan mulai 1 Januari 2014 lalu, Puskesmas Sawit Seberang menghadapi kendala dalam pelaksanaannya antara lain adalah dokter yang jarang ditempat, tidak adanya dokter gigi, masih kurangnya ketersediaan obat yang sesuai dengan paket pengobatan, masih banyak masyarakat dan tenaga kesehatan di puskesmas yang belum memahami penerapan sistem JKN karena sosialisasinya yang masih kurang. Selain itu sistem pencatatan dan pelaporan yang tidak didukung dengan peningkatan skill dan ketersediaan fasilitas dan masih kurangnya koordinasi dari BPJS kesehatan. Kemungkinan hal-hal tersebut yang membuat masyarakat enggan memanfaatkan JKN di Puskesmas Sawit Seberang.

JKN dilaksanakan dengan harapan tercovernya jaminan kesehatan seluruh masyarakat Indonesia yang sebelumnya tidak memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan kemudian pada akhirnya mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak permasalahan yang terjadi di lapangan. Untuk itu, peneliti mempertimbangkan perlu dilakukan penelitian untuk menganalisis mengenai pelaksanaan JKN di Puskesmas Sawit Seberang tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang. 1.3 Tujuan Penelitian Untuk menjelaskan bagaimana pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang, apa saja faktor pendukung dan penghambat dari pelaksanaan program JKN di Puskesmas Sawit Seberang tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan terutama dalam era JKN. 2. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Sawit Seberang dalam rangka meningkatkan kualitas SDM kesehatan dalam menghadapi pelaksanaan JKN.

3. Sebagai masukan bagi Puskesmas Sawit Seberang dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan agar lebih aktif, dan juga agar mampu mengimplementasikan program JKN dengan maksimal. 4. Sebagai bahan informasi yang dapat dijadikan referensi untuk penelitian yang lebih lanjut.