BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DZIKRY PURNAMA, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Rimasa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dede Syamsul Ma Arif, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Anggar adalah senibudaya olahraga beladiri dengan menggunakan senjata

2016 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEMAMPUAN REAKSI DENGAN HASIL SERANGAN LANGSUNG PADA OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FIORET

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sportifitas dan jiwa yang tak pernah mudah menyerah dan mereka adalah

BAB I PENDAHULUAN. Games, Asian Beach Game, dan Kejuaraan Dunia, Gerakan dasar pencak silat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi salah satu pertandingan olahraga prestasi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

PERBANDINGAN FORCE DAN KNEE ANGULAR VELOCITY JANGKAUAN SERANG ANTARA ATLET UKM UPI DAN ATLET KOTA BANDUNG CABANG OLAHRAGA ANGGAR JENIS SENJATA FLORET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

2015 PROFIL BANTINGAN LENGAN, BANTINGAN KEPALA DAN TARIKAN LENGAN PADA GAYA ROMAWI- YUNANI CABANG OLAHRAGA GULAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah )

2015 PENGARUH LATIHAN STABILISASI TERHADAP PENAMPILAN POOMSAE (KEUMGANG) PADA CABANG OLAHRAGA TAEKWONDO

BAB I PENDAHULUAN. internasional dan membangkitkan rasa kebangaan nasional. Pendidikan

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

TEORI DAN METODOLOGI LATIHAN OLEH: YUNYUN YUDIANA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat cepat. Manusia dalam berolahraga

BAB I PENDAHULUAN. SEA Games, Asian Games dan Olimpiade. Berdasarkan data dari KONI, PON terakhir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat menguasai unsur teknik dasar dalam permainannya. Unsur teknik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. futsal mulai terkenal di dunia dan banyak di gemari oleh. semua masyarakat dunia.

HUBUNGAN KECEMASAN TERHADAP HASIL TES KETEPATAN JUMP SERVE BOLAVOLI. (Studi Pada Tim Bolavoli Putra SMK PGRI 3 Kediri Tahun Ajaran )

2015 PENGARUH BENTUK LATIHAN ENVELOPE RUN DAN LATIHAN BOOMERANG RUN DENGAN METODE LATIHAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KELINCAHAN PEMAIN SEPAK BOLA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akbar Ghufron Maftuhaddin, 2014

2015 KORELASI ANTARA GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERLATIH ATLET EKSTRAKULIKULER FUTSAL MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, ilmu pengetahuan dan

BAB II. KAJIAN TEORITIS KARANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

2015 HUBUNGAN TINGKAT PEND IDIKAN PELATIH D ENGAN PERFORMA ATLET SEKOLAH SEPAK BOLA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Munculnya klub-klub

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat penampilan atlet dapat dilihat dari beberapa faktor seperti

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (IPSI) didirikan pada tanggal 18 Mei 1948 di Surakarta, yang di

2015 PROFIL KOND ISI FISIK ATLET SQUASH KABUPATEN BEKASI PAD A PORD A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Olahraga adalah segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong, membina serta mengembangkan potensi jasmani,

P E N G E M B A N G A N E K T R A K U R I K U L E R O L A H R A G A S E K O L A H H E D I A R D I Y A N T O H E R M A W A N

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang di Indonesia.Permainan bolavoli dikenal di Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menjaga kondisi fisik agar tetap fit dan bisa bekerja lebih baik.

Dasar Melatih. Indah prasetyawati tri purnama sari Fik uny Materi 4

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

I. PENDAHULUAN. manusia. Seperti telah diketahui di dalam kehidupan sehari-hari, semua

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shella Abdillah Sunjaya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. kedalam kesadaran di seluruh dunia serta perkembangan kebudayaan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. demikian itu berolahraga dapat dilakukan dimana saja. Salah satu olahraga yang

PROFIL KONDISI FISIK ATLET ANGGAR DI KABUPATEN PURWOREJO JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tingkat keterampilan, pria maupun wanita memainkan olahraga ini di

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang populer di masyarakat. Permainan. masyarakat dari berbagai tingkat usia, anak-anak, remaja dan dewasa baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki banyak penggemar di Indonesia. Perkembangan Bola Voli di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga adalah sebuah aktivitas olah tubuh yang memiliki banyak sisi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga bulutangkis di Indonesia berkembang seiring dengan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga bulutangkis di Indonesia telah menempatkan diri sebagai

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dunia saat ini. Tujuan seseorang

PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN GULAT TEKNIK BANTINGAN LENGAN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun tingkat internasional (yang diselenggarakan oleh IAAF). Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tepat guna. Tercapainya prestasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahayu Nuryaningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1. Hakikat Mengontrol Bola dengan Sepak Sila dalam Permainan Sepak Takraw

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gaya bebas (free style) dan gaya greco-roman (Romawi-Yunani).

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Prestasi Indonesia pada Sea Games (Tahun ) (Sumber: Dikdik Zafar Sidik, 2010: 1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu kegiatan jasmani yang terdapat didalam permainan, perlombaan dan kegiatan intensif dalam rangka memperoleh kemenangan dan prestasi. Olahraga permainan anggar merupakan salah satu jenis olahraga beladiri dengan menggunakan senjata pedang, anggar mula-mula digunakan sebagai salah satu keterampilan dalam peperangan yang diperlukan untuk melindungi diri pada zaman peperangan. Kekuatan dalam menggunakan pedang merupakan salah satu teknik dalam bermain anggar. Pedang tipis dan tumpul pada ujungnya adalah senjata yang digunakan dalam bermain anggar. Bangsa Indonesia baru mengenal permainan anggar sejak tahun 1940 yaitu pada waktu jaman penjajahan Belanda, penyebar anggar di Indonesia adalah perwira tentara belanda sehingga tumbuh dan berkembanglah olahraga anggar di Indonesia, para penggemar olahraga anggar bergabung dalam organisasi yaitu Ikatan Pendekar Anggar Indonesia (IPADI). Pada tahun 1953 IPADI menjadi IKASI (Ikatan Anggar Seluruh Indonesia). Diharapkan melalui IKASI bermunculan atlet berprestasi yang dapat mengharumkan Indonesia di forum Internasional, namun perkembangan olahraga anggar di Indonesia pada saat ini sudah berkembang pesat, hal ini dapat dilihat pada kejuaraan daerah maupun nasional selalu banyak peserta yang mengikutinya. Dalam olahraga anggar dikenal ada tiga jenis senjata, yaitu floret (foil), degen (epee), dan sabel (sabre). Setiap senjata memiliki perbedaan baik dalam bentuk, permainan, bidang sasaran dan karakteristik khas teknik tangkisan serta pegangan. Dalam nomor senjata sabel (sabre) adalah permainan yang mempunyai hak serang. Jadi pemain yang memiliki hak menyerang adalah pemain yang kemungkinan akan memperoleh point, sedangkan pemain yang bertahan harus mengambil alih hak pemain yang sedang ingin melakukan persiapan menyerang. Permainan senjata sabel sifatnya memarang, sasarannya adalah bagian depan

2 maupun belakang sampai bagian atas, dari kepala, badan, lengan, sampai pinggang. Olahraga anggar ini jenis beladiri yang membutuhkan usaha untuk mengalahkan lawan, seperti yang di jelaskan Anderson (1970:6). fencing is essentially an open skill, where the perfection of the technique can be seen as a means to an end-to defeat an opponent. Artinya bahwa anggar adalah suatu keterampilan dimana kesempurnaan dari ilmu pengetahuan tentang teknik dapat dilihat sebagai suatu usaha dalam mengalahkan lawan. Usaha yang di maksud adalah gerakan yang berubah - ubah dengan cepat dan tetap dalam kendali atau dengan kata lain kelincahan, seperti yang dijelaskan Harsono (2001:21) Kelincahan ialah kemampuan untuk mengubah arah dan posisi tubuh dengan cepat dan tepat pada waktu sedang bergerak, tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya. Karena dalam bermain anggar ada gerakan menghindar ke belakang, menangkis dan siap membalas serangan dengan cepat tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya sehingga kelincahan atau agilitas ini penting. Seperti yang di jelaskan oleh Harsono (2001:22) dalam cabang olahraga perorangan pun seperti tinju, pencak silat, bulutangkis, anggar, dsb, agilitas memegang peran yang sangat penting. Olahraga anggar harus bisa mengontrol posisi tubuh agar lebih mudah untuk melakukan usaha mendapatkan poin pada lawan dalam kata lain seimbang. Dijelaskan oleh Oxendine (1968) dalam (Harsono,1988: 223) keseimbangan adalah ease in maintaining and controlling body position. Atau mudahnya orang untuk mengontrol dan mempertahankan posisi tubuh. Dikarenakan kelincahan ini harus dalam keadaan tanpa kehilangan keseimbangan dan kesadaran akan posisi tubuhnya jadi bermain anggar juga harus dalam keadaan seimbang. Performa seorang atlet menurut Muhajir (2004:147) secara umum dipengaruhi oleh dua faktor yaitu non-teknis dan teknis. Faktor non-teknis berkaitan dengan sisi humanity seorang pemain misalnya mood dan feeling. Sedangkan faktor teknis melibatkan perangkat teknis permainan seperti pedang, body wire, mask

3 wire, metallic jacket dan landasan permainan / loper. Faktor yang lebih diukur dari keduanya adalah faktor teknis karena berkaitan keadaan fisik dan akibatnya yang bisa diukur.sedangkan faktor non-teknis sulit diukur karena lebih bersifat masalah psikologi sehingga tidak dapat dinyatakan dalam angka statistik yang pasti. Menurut Nurhasan (2004:92), terdapat dua faktor utama yang mendukung prestasi seorang atlet yaitu kualitas latihan dan faktor pendukungnya. Faktor pendukung yang dimaksud diantaranya berkaitan dengan intrinsik dan ekstrinsik atlet. Faktor intrinsik diantaranya adalah bakat dan motivasi sedang faktor ekstrinsik adalah fasilitas, peralatanan, pelatih dan hasil riset. Kualitas latihan lebih penting dari pada intensitas latihan. Latihan adalah mutu atau kualitas yang diberikan oleh pelatih kepada atlet. Setiap latihan harus lah berisi dril-dril yang bermanfaat dan jelas arah serta tujuan latihannya. (Imanudin. 2008). Atlet haruslah merasakan bahwa apa yang diberikan pelatih adalah memang berguna baginya, dan bahwa hari itu dia telah belajar atau mengalami sesuatu yang baru. Kalau bukan di bidang fisik, teknik, atau taktik, dalam segi mental dia telah mendapatkan pengalaman baru dan dirasakan sebagai sesuatu yang penting dan berguna bagi si atlet. Jadi, pelatih dan atlet harus benar-benar mengerti bahwa sukses hanya bisa dicapai melalui latihan yang sempurna dari apa yang dilatih, dan tidak sematamata melalui latihan yang lama, intensif, dan memenatkan. Atlet juga harus mengerti bahwa waktu untuk berlatih terbatas, dan oleh karena itu tidak boleh disia-siakan. Oleh karena itu, usaha yang setengah-setengah dan latihan yang tidak benar bisa di tolelir. Latihan tidak benar akan menimbulkan masalahmasalah di kemudian hari pada masa-masa berikutnya. Prestasi yang tinggi dari seorang atlet akan mudah diraih apabila mampu menerapkan latihan yang benar dan berkualitas dan atlet itu mampu menguasai aspek-aspek latihan yang dibutuhkan pada cabang olahraganya. Aspek-aspek latihan yang dibutuhkan dan harus dikuasai oleh atlet untuk mendukung prestasi yang tinggi adalah aspek fisik, teknik, taktik, dan mental. Ke empat aspek atau faktor itulah sebagai penentu pencapaian prestasi dalam olahraga. Akan tetapi

4 tidak semua cabang olahraga dapat menerapkan faktor-faktor latihan tersebut secara keseluruhan dan maksimal. Namun masing-masing cabang olahraga memiliki takaran dan porsinya masing-masing. Setiap yang dilakukan oleh atlet akan mengarah terhadap suatu perubahan, baik perubahan secara anatomis, fisiologis, biokimia dan kejiwaan. Untuk terjadinya perubahan tersebut di atas ke arah yang lebih baik, maka latihan yang dilakukan oleh atlet harus efektif, efisien dan berkualitas. Latihan yang efektif dan efisien serta berkualitas ialah latihan yang memperhatikan terhadap norma-norma latihan atau komponen-komponen latihan. (Bompa, 1994). Menurut Imanudin (2008:75) norma latihan adalah sebagai parameter untuk pembebanan dalam proses latihan. Norma tersebut adalah 1). Volume Latihan. 2). Intensitas Latihan. 3). Istirahat Latihan. 4). Densitas Latihan. Menurut Imanudin (2008:76) sebagai komponen atau norma yang paling penting, volume latihan merupakan pra syarat untuk mendukung terhadap kemampuan penguasaan teknik gerak cabang olahraga yang baik dalam proses latihan, juga merupakan pra syarat untuk pembentukan atlet yang memiliki tingkat kondisi fisik yang baik, di awal latihan pada program latihan harus tersedia volume latihan yang tinggi, sehingga akan membentuk atlet yang memiliki ketahanan kerja atau aktivitas yang tinggi, artinya dengan volume latihan yang tinggi atlet akan memiliki daya tahan kerja yang tinggi pula, dan ini mendukung terhadap proses latihan teknik, yaitu dapat melakukan latihan teknik berulang-ulang sehingga dengan banyak pengulangan akan terbentuk kesempurnan gerak atau yang dikenal di dunia olahraga adalah gerakan yang otomatis, juga dengan volume latihan yang tinggi proses pelatihan fisik akan lebih menguntungkan. Ke empat norma atau komponen latihan tersebut itulah yang harus diperhatikan oleh pelatih dalam memanipulasi berat ringannya proses latihan. Dalam proses pemberian beban latihan ( berat ringannya proses latihan) bisa dengan merubah satu atau dua norma di atas akan tetapi jangan sampai ke empat norma tersebut di tingkatkan semuanya ini akan menyebabkan proses latihan sangan berat dan mungkin akan menjadikan atlet over training. (Imanudin, 2008).

5 Masih kurang mampunya pelatih dan masih terbatasnya kemampuan pelatih untuk memanipulasi berat ringannya proses latihan ikut menyumbang dalam penurunan prestasi olahraga dan tidak berprestasinya atlet tersebut dikarenakan beban latihan yang diberikan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, penentuan berat dan ringan beban latihan yang tak jarang membuat altet cidera dan over training. Ke empat norma di atas lah yang harus dimanipulasi oleh pelatih dalam meramu dan meracik program latihan yang tidak hanya baik tetapi juga berkualitas, guna meningkatkan prestasi olahraga yang diharapkan, sehingga atlet menguasai aspek-aspek latihan yang dibutuhkan pada cabang olahraganya dan mendukung prestasi oahraga yang tinggi. (Imanudin, 2008). Penurunan prestasi olahraga anggar adalah hal yang sangat disayangkan, mengingat kejayaannya pada masa dahulu yang sangat bersinar tidak hanya di tingkat nasional bahkan di tingkat internasional. Untuk mendapatkan prestasi yang maksimal tentunya ada banyak faktor yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah kualitas latihannya harus sesuai sehingga prestasi yang dicapai bisa maksimal. Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan kajian dan riset yang mendalam disertai analisis cabang olahraga anggar di bidang latihan, maka penelitian ini berjudul Perbandingan Kualitas Teknik Antara Elit Atlet Nasional Dan Elit Atlet Internasional Nomor Sabel Putra Perorangan Dalam Olahraga Anggar Dengan Menggunakan Notational Anaylsis Method. B. Identifikasi Masalah 1. Masih kurangnya pengetahuan pelatih mengenai program latihan salah satunya mengenai penetapan volume latihan. 2. Menurunnya prestasi olahraga anggar yang disebabkan kurang sesuainya program latihan dengan yang dibutuhkan atlet.

6 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan umum yang ingin dipecahkan adalah bagaimana menentukan volume latihan bagi atlet anggar. Untuk menjawab permasalahan umum tersebut penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan teknik serangan pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional? 2. Apakah terdapat perbedaan teknik tangkisan pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional? 3. Apakah terdapat perbedaan teknik step maju pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional? 4. Apakah terdapat perbedaan teknik step mundur pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan teknik serangan pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan teknik tangkisan pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan teknik step maju pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan teknik step mundur pada olahraga anggar nomor sabel putra elit atlet nasional dan elit atlet internasional.

7 E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan, hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti deskripsi analisis dan dijadikan rekomendasi yang nantinya dapat dipergunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dalam olahraga anggar. 1. Bagi akademisi. a. Sebagai informasi ilmiah bagi insan olahraga terutama bagi para atlet maupun pelatih dan pihak yang berkompeten terhadap pembinaan atlet anggar. b. Bahan kajian bagi para pakar dalam bidang olahraga anggar dalam menentukan program latihan yang baik dan sesuai dengan kebutuhan yang guna mendapatkan prestasi yang maksimal. c. Referensi untuk menentukan program latihan apa yang sesuai digunakan untuk atlet anggar yang akan berkarir di dunia anggar tingkat Internasional. 2. Bagi praktisi. a. Acuan dalam melaksanakan pembinaan atlet. b. Meningkatkan kualitas latihan anggar, setelah mendapatkan rekomedasi untuk meningkatkan kualitas permainan yang baik. F. Struktur Organisasi Skripsi Adapun struktur organisasi atau sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berilut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian B. Identifikasi Masalah Penelitian C. Rumusan Masalah Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Struktur Organisasi Skripsi

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Permainan Anggar 2. Teknik Dasar Langkah (Stepping) 3. Jenis-Jenis Serangan 4. Tangkisan 1. Serangan langsung (direct attack) 2. Satu Langkah Serang (one step lunge) 3. Flash (the Glide) 4. Ballestra (The Jump Lunge) 5. Dua Kali Serang (Redoubleman) 5. Pengertian Latihan 6. Prinsip - Prinsip Latihan 1. Prinsip Kajian Fisiologik a. Prinsip Over Load b. Prinsip Multilateral c. Prinsip Individualisasi d. Prinsip Spesialisasi e. Prinsip Spesifikasi f. Prinsip Reversibility ( Kembali Ke Asal) 2. Prinsip Kajian Psikologik a. Prinsip Aktif Dan Kesungguhan Berlatih b. Prinsip Kesadaran (Awarnes) c. Prinsip Variasi Dalam Latihan 3. Prinsip Kajian Pedagogik a. Prinsip Model Dalam Latihan b. Prinsip Penggunaan Dan Sistem Latihan c. Prinsip Periodesasi d. Prinsip Visual Presentation 7. Aspek-Aspek Latihan a. Aspek Latihan Fisik

9 b. Aspek Latihan Teknik c. Aspek Latihan Taktik d. Aspek Latihan Mental 8. Norma-Norma Beban Latihan a. Volume Latihan b. Intensitas Latihan c. Densitas Latihan d. Istirahat Latihan B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi/Sampel Penelitian B. Desain Penelitian C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN A. Pemaparan Data B. Pembahasan Data BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN