BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

bentos (Anwar, dkk., 1980).

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

KEANEKARAGAMAN PLANKTON PADA HUTAN MANGROVE DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH. Halidah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Danau Limboto merupakan danau yang berada di Kabupaten Gorontalo,

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

MANAJEMEN KUALITAS AIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

I. PENDAHULUAN. Zooplankton adalah hewan berukuran mikro yang dapat bergerak lebih bebas di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

2.2. Struktur Komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup yang panjang. Oleh karena itu peran bentos dalam

BAB I PENDAHULUAN. sehingga laut dan pesisir pantai (coastal zone) merupakan lingkungan fisik yang

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

II. TINJAUAN PUSTAKA Sungai.. ' Sungai merupakan Perairan Umum yang airnya mengalir secara terus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

Total rata-rata kemelimpahan plankton pada media air sumur sebesar 3,557 x. tertinggi didapatkan pada media air rendaman kangkung.

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perairan Sungai Sungai adalah suatu perairan yang airnya berasal dari air hujan, air permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan, juga organisme khususnya di daerah hulu sungai. Di Indonesia umumnya dan di Pulau Jawa pada khususnya air sungai berwarna kecokelatan karena banyak mengandung sedimen, akibat terjadinya erosi di daerah aliran sungai (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013). Perairan sungai sebagai suatu ekosistem mempunyai berbagai komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem sungai akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondo et al., 2004). Secara ekologis sungai dibagian hulu dicirikan: volume air kecil, dangkal, berbatu-batu, aliran air cepat, suhu air lebih rendah, oksigen terlarut lebih tinggi dan dibagian hilir dicirikan: volume air besar, arus lambat, dasar sungai pasir atau lumpur, unsur hara terlarut tinggi, dan kemelimpahan organisme penghuni tinggi (Effendie, 2002).

6 Sungai terdiri dari tiga bagian yaitu bagian hulu terletak di daerah yang relatif tinggi sehingga air dapat mengalir turun, bagian tengah sungai berada di bagian sungai yang landai, dan bagian hilir terletak di daerah 5 landai dan mendekati muara sungai. Sungai dan anak sungai, bagian hulu dan hilir dapat berbeda-beda keadaan fisiknya, yaitu dalam hal: kedalaman, panjang, lebar daerah aliran serta luas daerah aliran sungai, volume aliran air, tepi, jeram, tipe dasar sungai, dan temperatur air (Brotowidjoyo et al.,1995). Air sungai umumnya jenuh dengan oksigen, cukup mendapat cahaya.berdasarkan pemanfaatannya sungai dapat dikelompokkan menjadi: pemanfaatan sumber daya hayati dan pemanfaatan sumber daya non-hayati. Pemanfaatan sumber daya hayati sungai memegang peranan yang sangat penting sebagai media habitat hidup bagi organisme atau makhluk hidup perairan, termasuk ikan, sedangkan pemanfaatan sumber daya non-hayati, sungai berperan dalam penyediaan sumber daya-sumber daya non-hayati dari sungai itu sendiri, misalnya: transportasi atau rekreasi, tempat MCK, dan untuk irigasi (Brotowidjoyo et al., 1995). Sosrodarsono et al. (1994) menyatakan sungai mempunyai peranan yang sangat besar dalam budidaya tanaman pangan, sarana transportasi dan komunikasi serta rekreasi. Demikian pula sungai menyediakan sebagai sarana transportasi guna meningkatkan mobilitas serta komunikasi antar manusia. Sungai berfungsi pula sebagai saluran penampung air hujan yang turun diatas permukaan bumi dan mengalirkannya ke laut atau danau-danau.

7 2.2. Kualitas Perairan Sungai 2.2.1. KualitasFisika dan Kimia Perairan Sungai Untuk bisa hidup sehat dan berkembang biak dengan baik, ikan harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Faktor faktor fisik yang cukup penting di air tawar adalah suhu, arus, kecerahan, kandungan oksigen, ph, dan makanan. Kualitas perairan sungai memiliki karakteristik fisika dan karakteristik kimia,sedangkan kualitas biologi perairan sungai meliputi plankton (Odum, 1996; Asdak, 2007; Subardja et al., 1989). a. Suhu Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi di dalam air seperti kehidupan dan perkembangbiakan organisme air. Suhu mempengaruhi kandungan oksigen di dalam air (Rahayu et al., 2009). Suhu dapat menjadi faktor penentu atau pengendali kehidupan flora dan fauna akuatis, sebab dapat mempengaruhi jenis, jumlah dan keberadaan dari flora dan fauna akuatis tersebut. Setiap ikan diketahui mempunyai kisaran suhu optimal yang menyebabkan ikan tersebut dapat tumbuhsecara optimal.suhuyang aman bagi ikan berkisar antara 23 0 C- 29 0 C dengan suhu optimum 24 0 C (Asdak, 2007; Rahardjo et al., 2011; Kottelat et al., 1993).

8 b. Kecepatan Arus Arus merupakan parameter fisika dari sungai dan menjadikan ciri dari sebuah sungai. Namun demikian arus pada setiap sungai tidak sama. Arus adalah gerakan air secara horizontal dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Aliran air pada sungai yang besar sangat lambat, sehingga sedemikian rupa menyerupai kondisi air yang tergenang (Odum, 1996). Sungai dicirikan oleh arus yang searah dan relative kencang dengan kecepatan yang berkisar 0,1 sampai 1,0 m/s (Effendie, 2002). c. Kecerahan Odum (1996) menyatakan penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air, sehingga semakin sedikit zat terlarut semakin jernih kondisi air, hal ini dapat berpengaruh terhadap zona fotosintesis. Menurut Effendie (2002) bahan-bahan tersuspensi di perairan walaupun tidak bersifat toksik, hal tersebut jika jumlahnya berlebih maka dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air dan akhirnya berpengaruh pada proses fotosintesis di perairan. d. Derajat Keasaman (ph) Rahayu et al. (2009) menyatakan derajat keasaman (ph) mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme

9 akuatik, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menyatakan baik buruknya kondisi perairan sebagai lingkungan hidup.kisaran ph menunjukkan tingkat keasaman air yang dapat ditunjukkan menggunakan kertas ph.skala ph berikisar 0-14 dengan kisaran ph 7 (netral), ph < 7 (asam), dan ph > 7 (basa). Kisaran ph 6,5-8,2 merupakan kondisi optimum untuk organisme perairan. Kisaran ph yang terlalu asam atau basa akan mematikan organisme perairan. Menurut Asdak (2007) besarnya angka ph dalam suatu perairan mempunyai peranan penting bagi kehidupan akuatik seperti ikan dan fauna lain yang hidup diperairan tersebut. e. Dissolved Oxygen (DO) Mutu air bagi kehidupan organismeperairan sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air tempat tinggal organisme tersebut (Brotowidjoyo et al., 1995). Selanjutnya dinyatakan bahwa kehidupan perairan dapat bertahan jika ada oksigen terlarutminimum sebanyak 5 ppm selebihnya bergantung pada banyak faktor diantaranya ketahanan organisme, derajat aktivitas, kehadiran pencemar, suhu air. Menurut Rahayu et al. (2009) bahan-bahan terlarut dalam air juga menyerap panas yang mengakibatkan suhu air meningkat, sehingga jumlah oksigen terlarut dalam air berkurang. 2.2.2. Kualitas Biologi Perairan Sungai

10 Kondisi pakan alami disuatu habitat sangat dipengaruhi oleh kualitas biologi perairan sungai yaitu plankton. Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di dalam air. Kemampuan geraknya, kalaupun ada, sangat terbatas hingga organisme tersebut selalu terbawa oleh arus. Plankton dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu fitoplankton yang merupakan plankton yang bersifat nabati sehingga mampu melakukan fotosintesis, dan zooplankton merupakan plankton yang bersifat hewani (Nybakken, 1992). Fitoplankton umumnya terdapat diperairan sekitar muara sungai atau diperairan lepas pantai karena terjadi air yang teraduk (upwelling). Keberadaan zooplankton dipengaruhi oleh adanya fitoplankton yang terdapat di suatu perairan. Di dalam penelitian perairan, plankton dapat menentukan kualitas suatu perairan tersebut (Fachrul, 2006). 2.3. Keanekaragaman Ikan Sungai Menurut Kottelat et al. (1993) Indonesia memiliki kekayaan jenis ikan yang cukup besar jumlahnya.ikan air tawar yang terdapat di wilayah Indonesia bagian barat dan Sulawesi telah diketahui kurang lebih 1032 spesies. Susanto dan Pramono (2009) dalam penelitiannya tentang inventarisasi spesies ikan yang ditangkap menggunakan jala dan jaring di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten Banyumas spesies ikan yang didapatkan yaitu Osteochilus vitatus, Barbonymus gonionotus, Barbonymus

11 orphoides, Clarias batracus, Mystus gulio, Oreochromis niloticusglossogobius giuris, dan Ophiochepalus striatus. Kottelat et al. (1993) menyatakan ikan didalam mencari makanannya dibagi menjadi tiga zona yaitu: zona dasar (demersal) ciri-cirinya mulut ikan yang berada dibawah kepala, zona badan air dan zona permukaan (pelagis) dicirikan dengan bentuk mulut yang tepat pada ujung terminal atau diatas terminal. Semakin besar ukuran sungai maka semakin besar pula jumlah keragaman jenis ikannya. Menurut Odum (1996) ekosistem yang baik mempunyai ciri-ciri keanekaragaman jenis yang tinggi dan penyebaran jenis individu yang hampir merata di setiap perairan. 2.4. Pertumbuhan Ikan Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu. Ukuran ini bisa dinyatakan dalam satuan panjang, bobot maupun volume. Ikan bertumbuh terus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tak terbatas, karena ikan akan mencapai panjang maksimum sesuai dengan potensi genetiknya bila berada dalam lingkungan yang sangat nyaman (Rahardjo et al., 2011). Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan ukuran panjang dan berat dalam waktu tertentu. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ikan diantaranya jumlah makanan yang tersedia, jumlah individu yang menggunakan makanan, umur, ukuran, kematangan gonad, dan parameter fisika kimia perairan. Sifat pertumbuhan ikan dibagi menjadi

12 dua, yaitu (1) isometrik : berarti mengalami pertambahan panjang dan berat yang seimbang, (2) allometrik : berarti pertumbuhan panjang dan berat tidak seimbang (Effendie, 2002). Umur telah diketahui berperan terhadap pertumbuhan. Pada ikan tua walaupun pertumbuhan itu terus, tetapi berjalan dengan lambat. Ikan tua pada umumnya untuk pertumbuhan, karena sebagian besar makanannya digunakan untuk pemeliharaan tubuh dan pergerakan (Effendie, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pertumbuhan ikan adalah dari faktor ikannya sendiri, lingkungan dan nutrisi. Dari beberapa faktor tersebut seberapa jauh akan mempengaruhi pertumbuhan bagi ikan seperti misalnya faktor kualitas air yang meliputi suhu dan oksigen, pengaruh dari ikannya sendiri yang meliputi spesies ikan. Umur dalam hal ini akan berpengaruh terhadap pemanfaatan nutrisi, kemampuan ikan untuk mencerna makanan dalam setiap tahap pertumbuhannya (Handajani dan Widodo, 2010). 2.5. Struktur Umur Ikan 2.5.1. Umur Ikan Satu variabel penting dalam pertumbuhan adalah umur ikan. Komposisi umur dalam populasi atau komunitas ikan suatu perairan memegang peranan penting, terutama jika dihubungkan dengan produksi.ikan dalam suatu perairan sebagai suatu populasi atau anggota komunitas bukan terdiri dari satu kelompok umur (Effendie, 2002).

13 Laju pertumbuhan menurun dengan bertambahnya ukuran tubuh (umur) dan umur mempengaruhi kebutuhan energi. Ikan yang mempunyai ukuran lebih kecil, kecepatan metabolismenya lebih tinggi daripada ikan yang lebih besar. Akan tetapi pengaruh ini tidak selalu terjadi, karena sejumlah ikan diperkirakan mampu menaikkan beratnya sepanjang total waktu hidupnya (Handajani dan Widodo, 2010). 2.5.2. Penentuan Umur Ikan Mengetahui umur ikan merupakan alat penting. Data umur yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali menetas, lama hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi (Effendie, 2002). Metode penentuan umur dengan memperhatikan tanda-tanda tahunan pada bagian tubuh yang keras selalu dilakukan pada daerah subtropis (empat musim), karena ikan-ikan yang hidup di daerah subtropis sangat terpengaruh oleh suhu lingkungannya, dimana pada musim dingin terjadi perlambatan pertumbuhan (Yudasmara, 2014). Cara lain untuk mengetahui umur ikan dengan metode Petersen yaitu dengan menggunakan frekuensi panjang ikan. Anggapan yang dipakai untuk menggunakan metode ini ialah bahwa ikan satu umur mempunyai tendensi membentuk satu distribusi normal sekitar panjang rata-ratanya. Bila frekuensi panjang tersebut digambarkan dengan grafik

14 akan membentuk beberapa puncak. Puncak-puncak inilah yang dipakai tanda kelompok umur ikan itu (Effendie, 2002). Cara ini akan baik apabila ikannya mempunyai masa pemijahan pendek, terjadi satu kali satu tahun dan umur ikan tersebut tidak panjang. Untuk ikan lain yang mempunyai masa pemijahan panjang menyebabkan terdapat pertumpuan ukuran dari umur yang berbeda. Ikan yang pertumbuhannya lambat dari satu kelas umur lebih tinggi, akan bertumpuk atau mempunyai ukuran sama dengan ikan yang tumbuhnya lebih cepat pada umur yang lebih muda (Effendie, 2002). 2.6. Faktor Kondisi Effendie (2002) menyatakan faktor kondisi merupakan keadaan yang menyatakan kemontokan ikan yang dinyatakan dengan angka. Faktor kondisi digunakan untuk mengetahui kegemukan ikan. Pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan melakukan analisis hubungan panjang dan berat ikan. Di dalam penggunaan secara komersiil maka kondisi ini mempunyai arti kualitas dan kuantitas daging ikan yang tersedia untuk dapat dimakan. Jadi kondisi disini mempunyai arti dapat memberi keterangan baik secara biologis atau secara komersial. Menurut Harteman (2015) menyatakan bahwa faktor kondisi menunjukkan kondisi kesehatan ikan yang dilihat dari kemampuan fisik dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan reproduksi.

15 Effendie (2002) menyatakan bahwa nilai b yang diperoleh dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu : 1. Nilai b < 3, menunjukkan bahwa pertumbuhan berat ikan tidak seimbang dengan pertambahan berat. Pertambahan berat lebih lambat dibandingkan dengan pertambahan panjang. 2. Nilai b = 3, menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang ikan seimbang dengan pertumbuhan berat. 3. Nilai b > 3, menunjukkan bahwa pertambahan panjang ikan lebih lambat dibandingkan dengan pertambahan beratnya.