Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 65 TAHUN 2017 SERI E.60 BUPATI CIREBON

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2011

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PELAPORAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI KEHUMASAN PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Gubernur Jawa Barat. Jalan Diponegoro No. 22 Telepon : (022) , , Fax BANDUNG

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SHODAQOH (ZIS)

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 40 Tahun 2011 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

BUPATI BATANG HARI PROVINSI JAMBI

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA UNIT PENGUMPUL ZAKAT. BAB I KETENTUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 43 TAHUN TAHUN 2011 TENTANG OPERASI PASAR MURAH KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 42 Tahun 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PROMOSI PARIWISATA JAWA BARAT

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

NOMOR 23 TAHUN Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1) Tahun 1945;

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR 72 Tahun 2010 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYALURAN CADANGAN PANGAN POKOK DAERAH

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH DAN HARTA AGAMA LAINNYA

PEMERINTAH KOTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

ZâuxÜÇâÜ ]tãt UtÜtà PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat TENTANG PEMBEBASAN POKOK DAN SANKSI ADMINISTRATIF BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2014, No.38 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pela

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 23 /KPTS/013/2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

RRANCANGA GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN HUKUM BAGI MASYARAKAT MISKIN

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 910/Kep.711-Org/2015 TENTANG STANDAR BIAYA BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2016

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KEMITRAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT

No (BAZNAS) yang secara kelembagaan mempunyai kewenangan untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat secara nasional

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PERMEN/M/2010 TENTANG KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2010

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 119 Tahun 2009 TENTANG

Transkripsi:

1 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 9 Tahun 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI, INFAK DAN SEDEKAH PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa hak beragama adalah hak asasi manusia yang paling hakiki dan negara menjamin kemerdekaan setiap warga negara untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya; b. bahwa dalam ajaran agama Islam, setiap penghasilan yang diperoleh harus dikeluarkan zakatnya sesuai dengan nishab dan haulnya, yang merupakan zakat profesi; c. bahwa untuk mensucikan setiap penghasilan yang diperoleh pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat menurut syariat agama Islam, perlu dikeluarkan zakat profesi paling kurang 2,5 % (dua koma lima persen) untuk setiap penghasilan yang diperoleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS); d. bahwa dalam rangka meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat miskin sekaligus menjalankan syariat agama Islam, pegawai di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dianjurkan untuk memberikan infak dan sedekah; e. bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu potensi zakat profesi, infak dan sedekah yang dapat dijadikan sumber dana potensial bagi upaya meningkatkan taraf hidup kaum mustahik dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat; f. bahwa agar pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah sebagaimana dimaksud pada pertimbangan huruf c, d dan e lebih berdayaguna dan berhasilguna serta dapat dipertanggungjawabkan, perlu ditetapkan Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Pengelolaan Zakat Profesi, Infak dan Sedekah Pegawai di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720);

3 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5255); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4570); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2009 tentang Bantuan atau Sumbangan Termasuk Zakat atau Sumbangan Keagamaan yang Sifatnya Wajib Dikecualikan dari Objek Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4984); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5209); 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 310); 17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 9 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 46); 18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 47); 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 69);

4 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 Tahun 2011 tentang Transparansi, Partisipasi dan Akuntabilitas dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 104); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI, INFAK DAN SEDEKAH PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Definisi Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Jawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat. 3. Gubernur adalah Gubernur Jawa Barat. 4. Pegawai adalah Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang beragama Islam. 5. Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah Organisasi Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 6. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. 7. Zakat Profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal melalui suatu keahlian tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun yang dilakukan bersama dengan orang/lembaga lain, yang memenuhi nisab atau batasan minimum untuk bisa berzakat. 8. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan umum. 9. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan di luar zakat untuk kemaslahatan umum. 10. Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah adalah kegiatan perencanaan pelaksanaan dan pengorganisasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat profesi, infak dan sedekah. 11. Potongan Zakat Profesi adalah pengambilan zakat profesi sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari uang Tambahan Penghasilan Pegawai di lingkungan Pemerintah Provisi Jawa Barat, berdasarkan pernyataan kerelaan dari karyawan Pegawai Negeri Sipil dan Calon Pegawai Negeri Sipil di atas surat pernyataan bermaterai. 12. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zakat.

5 13. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat. 14. Munfiq adalah seorang muslim yang akan berinfak. 15. Mushoddiq adalah seorang muslim yang akan bersedekah. Bagian Kedua Asas Pasal 2 Pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah Pegawai berasaskan : a. syariat Islam; b. amanah, yaitu dapat dipercaya; c. kemanfaatan, yaitu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi mustahik; d. keadilan, yaitu pendistribusiannya dilakukan secara adil; e. kepastian hukum, yaitu jaminan kepastian hukum bagi mustahik, muzakki, munfiq dan mushoddiq; f. terintegrasi, yaitu dilaksanakan secara hierarkhis dalam upaya meningkatkan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat profesi, infak dan sedekah; dan g. akuntabilitas, yaitu dapat dipertanggungjawabkan dan diakses oleh masyarakat. Bagian Ketiga Maksud, Tujuan dan Sasaran Paragraf 1 Maksud Pasal 3 Pengaturan pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah di lingkungan Pemerintah Daerah dimaksudkan untuk : a. menggali potensi zakat profesi, infak dan sedekah di lingkungan Pemerintah Daerah; b. pengumpulan zakat profesi, infak dan sedekah oleh para muzaki, munfiq dan mushoddiq dilaksanakan secara transparan, akuntabel, efektif dan efisien, dan penyalurannya tepat sasaran; dan c. meningkatkan taraf hidup kaum dhuafa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Paragraf 2 Tujuan Pasal 4 Tujuan pengaturan pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah adalah : a. mendorong Pegawai untuk menunaikan kewajiban pembayaran zakat profesi, infak dan sedekah; b. memberikan pelayanan bagi Pegawai dalam menunaikan kewajiban pembayaran zakat profesi, infak dan sedekah;

6 c. meningkatkan dayaguna dan hasil guna zakat profesi, infak dan sedekah; dan d. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Paragraf 3 Sasaran Pasal 5 (1) Sasaran pengumpulan zakat profesi, infak dan sedekah adalah setiap Pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah yang beragama Islam, meliputi : a. Pegawai Negeri Sipil; dan b. Calon Pegawai Negeri Sipil. (2) Sasaran penyaluran zakat profesi, infak dan sedekah, adalah : a. Pegawai Golongan I dan II; b. Pegawai Golongan III yang mengalami musibah; dan; c. Para mustahik lainnya. BAB II ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT Pasal 6 (1) Dalam rangka pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah di lingkungan Pemerintah Daerah, dibentuk Unit Pengumpul Zakat. (2) Unit Pengumpul Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsultatif dan informatif dengan Badan Amil Zakat lainnya, baik yang dibentuk oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh organisasi kemasyarakatan/masyarakat. (3) Susunan Organisasi Unit Pengumpul Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas unsur OPD. (4) Pembentukan Unit Pengumpul Zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 7 (1) Unit Pengumpul Zakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 mempunyai tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat profesi, infak dan sedekah Pegawai, sesuai dengan ketentuan agama Islam. (2) Dalam melaksanakan tugasnya, Unit Pengumpul Zakat bertanggungjawab kepada : a. BAZDA atau sebutan lain, mengenai pertanggungjawaban kinerja; dan b. Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat, mengenai pertanggungjawaban keuangan.

7 BAB III MEKANISME PENGUMPULAN DAN PENDISTRIBUSIAN Bagian Kesatu Pengumpulan Paragraf 1 Besaran Pasal 8 (1) Zakat profesi dikumpulkan dari setiap Pegawai yang beragama Islam dan memenuhi kriteria mampu sesuai ajaran Islam. (2) Infak dan sedekah dikumpulkan dari Pegawai yang beragama Islam dan secara ikhlas dengan kemauan sendiri, membayar infak dan sedekah. Pasal 9 (1) Besaran zakat profesi yang dipungut yaitu sebesar 2,5 % (dua koma lima persen) dari Tambahan Penghasilan Pegawai. (2) Besaran infak dan sedekah yang dikumpulkan, sesuai dengan keikhlasan munfiq dan mushoddiq. Paragraf 2 Mekanisme Pengumpulan Pasal 10 (1) Unit Pengumpul Zakat melakukan pendataan calon muzaki, munfiq dan mushoddiq, selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Ketua Unit Pengumpul Zakat. (2) Unit Pengumpul Zakat menyampaikan data muzaki, munfiq dan mushoddiq dalam bentuk daftar nama disertai lampiran surat pernyataan kesediaan dari Pegawai yang bersangkutan untuk menunaikan zakat profesi, infak dan/atau sedekah kepada Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Pasal 11 Unit Pengumpul Zakat membuka rekening khusus setoran zakat profesi, infak dan sedekah untuk dijadikan dasar pemotongan zakat profesi, infak dan sedekah oleh Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Pasal 12 Unit Pengumpul Zakat mengadministrasikan zakat profesi, infak dan sedekah secara akuntabel, transparan dan bertanggungjawab, sesuai standar akuntansi yang berlaku. Pasal 13 Biaya yang diperlukan untuk proses pengumpulan zakat profesi, infak dan sedekah dibebankan pada dana Unit Pengumpul Zakat dari pos Amilin.

8 Bagian Kedua Pendistribusian Pasal 14 Pendistribusian zakat profesi, infak dan sedekah diprioritaskan bagi : a. Pegawai golongan I dan II; b. Pegawai golongan III yang mendapat musibah yang bersifat permanen atau meninggal dunia; dan c. Mustahik lainnya, meliputi: 1. fakir; 2. miskin; 3. amil; 4. mualaf; 5. riqob 6. ghorim; 7. fisabilillah; dan 8. ibnu sabil. Pasal 15 (1) Pendistribusian didasarkan pada usulan mustahik yang mengajukan permohonan secara tertulis, disertai : a. surat keterangan dari Kepala OPD terkait, untuk Pegawai; dan b. surat keterangan tidak mampu dari Desa/Kelurahan setempat, untuk mustahik lainnya. (2) Pendistribusian dilakukan oleh Unit Pengumpul Zakat setelah berkoordinasi dengan Badan Amil Zakat Daerah atau sebutan lainnya. Pasal 16 Zakat profesi, infak dan sedekah yang disalurkan dapat berbentuk : a. Konsumtif, yaitu pemenuhan kebutuhan dasar mustahik, meliputi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan; dan b. Produktif, yaitu usaha yang mampu meningkatkan pendapatan, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat, dengan ketentuan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. Pasal 17 Biaya yang diperlukan untuk proses pendistribusian, dibebankan pada dana Unit Pengumpul Zakat pos Amilin. Bagian Ketiga Pengembangan Pasal 18 Dalam rangka peningkatan kinerja pengumpulan dan pendistribusian zakat profesi, infak dan sedekah, Unit Pengumpul Zakat dapat menyelenggarakan sosialisasi, internalisasi, workshop, seminar dan/atau ceramah.

9 BAB IV KODE ETIK Pasal 19 Unit Pengumpul Zakat membentuk dan menetapkan kode etik yang merupakan pedoman dalam pelaksanaan tugas pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah Pegawai. BAB V PEMBIAYAAN Pasal 20 Seluruh biaya yang diperlukan untuk operasional Unit Pengumpul Zakat, bersumber dari : a. pos Amilin Unit Pengumpul Zakat; dan b. sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB VI KOORDINASI Pasal 21 (1) Dalam rangka pengumpulan dan pengembangan, Unit Pengumpul Zakat melaksanakan koordinasi dengan OPD, organisasi keagamaan Islam, perguruan tinggi dan instansi terkait lainnya. (2) Dalam rangka pendistribusian, Unit Pengumpul Zakat melaksanakan koordinasi dengan OPD, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan organisasi kemasyarakatan terkait. BAB VII MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 22 (1) Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengumpulan dan pendistribusian zakat profesi, infak dan sedekah. (2) Setiap 3 (tiga) bulan sekali, Unit Pengumpul Zakat melaporkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah kepada Badan Amil Zakat Daerah atau sebutan lain, dengan tembusan disampaikan kepada Gubernur Jawa Barat melalui Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. (3) Setiap akhir tahun anggaran, Badan Amil Zakat Daerah atau sebutan lain menyampaikan laporan tahunan kepada Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat mengenai pelaksanaan kegiatan pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah. (4) Berdasarkan laporan Badan Amil Zakat Daerah atau sebutan lain, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat menyampaikan laporan kepada Gubernur mengenai pelaksanaan kegiatan pengelolaan zakat profesi, infak dan sedekah.

10 BAB VIII PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 23 (1) Badan Amil Zakat Daerah atau sebutan lain melaksanakan pembinaan dan pengendalian terhadap kinerja Unit Pengumpul Zakat. (2) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengumpulan dan pendistribusian zakat profesi, infak dan sedekah, dilaksanakan oleh Inspektorat Provinsi Jawa Barat. (3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bertujuan untuk menjamin akuntabilitas dan transparansi penyelenggaraan pengumpulan dan pendistribusian zakat profesi, infak dan sedekah. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya, ditetapkan lebih lanjut oleh Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat. Pasal 25 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jawa Barat. Ditetapkan di Bandung pada tanggal 26 Januari 2012 GUBERNUR JAWA BARAT, Diundangkan di Bandung pada tanggal 27 Januari 2012 SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAWA BARAT, ttd AHMAD HERYAWAN ttd Dr. Ir. H. LEX LAKSAMANA, Dipl, HE Pembina Utama NIP. 19521019 197811 1 001 BERITA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 NOMOR 9 SERI E