BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penduduk. Masalah yang timbul adalah faktor apa yang mendasari proses

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima

BAB I PENDAHULUAN. Aditya Anwar Himawan, 2014 Sikap Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN MINAT WIRAUSAHA PADA MAHASISWA

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa menjadi bibit wirausaha (Indra 2010). Pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

manusianya.setiap tahun ribuan mahasiswa yang lulus dari perguruan tinggi tersebut di Indonesia. Hal ini seharusnya dapat memberikan keuntungan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. bidang perekonomiannya. Pembangunan ekonomi negara Indonesia di. ide baru, berani berkreasi dengan produk yang dibuat, dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. kerja kalah cepat dengan kenaikan jumlah lulusan. Sangat ironis bila kita

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prof. Dr. H.MASYKURI BAKRI, M.Si REKTOR UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Gugun Ruslandi, 2016 Pengaruh Program Mahasiswa Wirausaha Terhadap Minat Berwirausaha

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman, kebutuhan manusia tentu semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai komitmen pada organisasi biasanya mereka menunjukan sikap kerja

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurursan Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bisnis yang bergerak di bidang jasa adalah perbankan. Di era

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah kurangnya lapangan pekerjaan yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

Modul ke: Kewirausahaan I

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Namun di sisi lain dengan jumlah penduduk yang besar, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan agar daya saing Asean meningkat serta bisa menyaingi Cina dan India

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. semua negara dalam menghadapi arus globalisai, sebab daya saing. pergeseran era akan daya saing yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pengangguran di Indonesia sekarang ini terus bertambah,

BAB I. Pendahuluan. pertumbuhan ekonomi pasca krisis tahun 1998 dimana saat itu banyak perusahaanperusahaan

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN KONSEPSI DASAR KEWIRAUSAHAAN. 02Fakultas FASILKOM. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tingginya angka pengangguran di negara Indonesia adalah. pertumbuhan ekonomi di Indonesia (Andika, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Tangan Di Atas Visi dan Misi Tangan Di Atas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Sebagai bangsa yang berkembang dan mengikuti arus pasar bebas maka perlu kiranya Indonesia mempunyai banyak generasi yang menekuni bidang kewirausahaan demi menopang perekonomian di masa yang akan datang dan pada akhirnya agar perekenomian bangsa Indonesia tidak kalah dengan negara maju, karena pertumbuhan ekonomi suatu negara pada dasarnya tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk yang berjiwa wirausaha. Kurangnya jumlah masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha di Indonesia, antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan, etos kerja yang kurang menghargai kerja keras. Dalam hal ini, sikap mental yang baik dalam mendukung pembangunan, khususnya pertumbuhan perekonomian, perlu ditanamkan pada diri individu masing-masing masyarakat khususnya oleh mahasiswa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Scribe (dalam Alma, 2001) bahwa keberhasilan sesorang ditentukan oleh pendidikan formal hanya sebesar 15% dan selebihnya 85% ditentukan sikap mental atau kepribadian. Saat ini pengangguran tidak hanya berstatus lulusan SD sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan makin selektif menerima karyawan baru sementara

2 tingkat persaingan semakin tinggi. Tidak ada jaminan seorang sarjana memperoleh pekerjaan. Sebagai mahasiswa yang ingin membangun jiwa wirausaha, harus mampu belajar merubah sikap mental yang kurang baik dan perlu dimulai dengan kesadaran dan kemauan untuk mempelajari ilmu kewirausahaan kemudian menghayati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tersebut agar mahasiswa dapat memahami konsep dan karakteristik apa yang harus disiapkan menjadi mahasiswa pengusaha dan mahasiswa dapat mempersiapkan strategi individu untuk memulai sebuah usaha. Semangat bisa ditimbulkan dengan menanamkan kesadaran dalam wirausaha, kemandirian dapat dibina dengan menanamkan keterampilan dan pengetahuan. Pengalaman dapat ditimba oleh mahasiswa melalui aktivitas di lapangan, dan kreativitas dapat timbul melalui aktivitas dan keinginan untuk melakukan inovasi. Sedangkan kemampuan manajemen wirausaha dalam diri mahasiswa dipersiapkan melalui pengenalan dalam bangku perkuliahan. Seperti hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada tiga mahasiswa psikologi berinisial OV, AW dan WA pada tanggal 3 Juni 2014 diperoleh gambaran, bahwa diantara mereka yakni OV merasa tertarik dengan dunia wirausaha karena mempunyai sikap mental pantang menyerah, selalu mau belajar dan ingin mencapai kesuksesan dari usaha sendiri, sedangkan dari mereka yang tidak tertarik dengan dunia wirausaha yakni AW dan WA dapat disimpulkan bahwa mereka takut akan gagal, takut akan bangkrut dan takut kehilangan modal yang telah ditanam.

3 Oleh karena itu perlu pemahaman kewirausahaan yang dimulai sejak dini baik di lingkungan pendidikan maupun di lingkungan keluarga. Dengan demikian diharapkan dimasa yang akan datang bangsa Indonesia tidak hanya memiliki manusia berpendidikan formal tetapi juga memiliki jiwa kewirausahaan yang dapat membawa Indonesia menuju negara maju. Kurang berkembangnya wirausaha di Indonesia ini disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah pola pikir masyarakat yang masih kuno, kurangnya motivasi untuk maju, ketakutan untuk melakukan lebih, serta masih kurang ditanamkannya jiwa wirausaha sejak dini. Beberapa negara maju, perkembangan kewirausahaan sudah begitu pesatnya terutama di Amerika serikat, sehingga perkembangan kewirausahaan yang dinamis membuat negara tersebut mampu mewujudkan lebih dari 15 juta pekerjaan dalam tempo 7 tahun (Dinsi, 2009). Lain halnya dengan Indonesia, mengacu pada data UKM pada tahun 2011 bahwa tingkat kewirausahaan di Indonesia hanya 0,273%, hal ini masih jauh dari harapan agar sebuah negara menjadi kuat dan dapat berkembang serta dapat membangun secara ideal, yang seharusnya memiliki wirausahawan sebesar 2% dari jumlah penduduk (Bayu, 2016). Hal itu disebabkan karena minat wirausaha terutama mahasiswa masih sangat rendah. Seperti diinformasikan oleh Staf Ahli Menteri Koperasi dan UMKM Bidang Penerapan Nilai Dasar Koperasi Drs Sutarto mengatakan, Minat mahasiswa untuk berwirausaha masih rendah, di tahun 2011 tercatat 10.000 lebih mahasiswa mengikuti program sarjana wirausaha, namun hanya 5.000-an

4 mahasiswa yang merealisasikannya. Dari 4,8 juta mahasiswa, hanya 7,4 persen mahasiswa yang meminati wirausaha. Rendahnya minat wirausaha mahasiswa tersebut juga diketahui dari data di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang mencatat bahwa 60,87 persen lulusan SLTA dan 83,18 persen lulusan perguruan tinggi lebih berminat menjadi pekerja atau karyawan kantor (Rosdiansyah, 2012). Untuk mengejar ketinggalan dari negara lain yang sudah tinggi angka kewirausahaannya maka berbagai macam pola dan metode dilakukan oleh lembaga-lembaga di Indonesia untuk memajukan kewirausahaan di negeri ini, baik dari lembaga pemerintah maupun swasta terlihat berlomba dalam mencanangkan program kewirausahaan. Kementrian Koperasi, Departemen Pendidikan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) & Pemerintah Daerah dan berbagai perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta, semua mencanangkan kewirausahaan sebagai jalan keluar untuk memecahkan masalah ekonomi, tenaga kerja dan masalah-masalah sosial lainnya. Namun terlepas dari usaha lembaga pendidikan untuk mendorong mahasiswanya untuk mempunyai jiwa kewirausahaan, tetap dibutuhkan adanya minat pada diri individu untuk memulai wirausaha, karena tanpa adanya minat maka harapan untuk mempunyai generasi muda yang penuh semangat membangun kewirausahaan akan sia-sia saja. Minat wirausaha menurut Subandono (2007) adalah kecenderungan hati dalam diri subjek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko dan mengembangkan usaha yang

5 diciptakannya tersebut. Minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha. Minat berwirausaha tersebut terjadi karena beberapa faktor, diantaranya yakni motivasi berprestasi. Seperti dikatakan oleh Moebarok (dalam Yusof, 2007) bahwa individu yang berminat wirausaha lebih dipacu oleh keinginan atau motivasi berprestasi daripada hanya sekedar mengejar keuntungan. Seorang wirausaha tidak cepat puas akan hasil yang dicapai akan tetapi selalu mencari cara dan kombinasi baru serta produksi baru sehingga tercapai perluasan usahanya. Hal ini berarti bahwa individu yang mempunyai minat wirausaha harus memiliki sikap bertanggung jawab dengan memperhitungkan konsekuensi yang mungkin ada. Hal tersebut didukung oleh peneltitian yang dilakukan oleh Yusof (2007) yang dilakukan pada tahun 2006 pada mahasiswa Universitas Tun Abdul Razak bahwa ditemukan hubungan antara motivasi berprestasi dengan minat wirausaha. Selanjutnya dikatakan oleh Irwanto (dalam Alit, 2010) bahwa pengertian motivasi berprestasi adalah menyukai tugas-tugas yang menantang, bertanggung jawab secara pribadi dan terbuka untuk umpan balik guna memperbaiki prestasi inovatif kreatif. Nolker (1998) berpendapat bahwa motivasi berprestasi timbul bila peranan pengukuhan mempengaruhi proses belajar mengajar, yang terjadi bila siswa yang belajar dapat melihat bahwa upayanya membawa hasil baik. Jadi motivasi berprestasi bukan sekedar dorongan untuk berbuat tetapi mengacu pada ukuran keberhasilan penilaian terhadap tugas-tugas yang dikerjakan oleh seseorang. Oleh karena itu, setiap individu memiliki tingkat motivasi berprestasi yang berbeda-beda. Besarnya motivasi berprestasi mahasiswa akan tercermin

6 dalam keinginan untuk berprestasi serta usaha yang dilakukan untuk mencapai taraf keunggulan yang telah ditetapkan. Mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi akan memandang kegagalan sebagai akibat kurangnya usaha dan ia tidak akan cepat merasa puas jika tercapai target yang dibuatnya. Selain itu, mahasiswa yang mempunyai motivasi tinggi juga akan cenderung mempunyai sikap positif terhadap situasi untuk berprestasi. Motivasi berprestasi dalam hal ini diartikan sebagai dorongan untuk mencapai hasil kegiatan dengan sebaik-baiknya dalam usaha mencapai tujuan, usaha dalam mencapai suatu keunggulan, dan usaha dalam menghindari kegagalan. Dari pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa motivasi berprestasi juga dapat berkontribusi terhadap minat wirausaha. Menurut Hall dan Lindzey (1992) bahwa motivasi berprestasi sebagai dorongan yang berhubungan dengan prestasi, yaitu menguasai, memanipulasi, mengatur lingkungan sosial atau fisik, mengatasi rintangan-rintangan dan memelihara kualitas kerja yang tinggi, bersaing untuk melebihi perbuatannya yang lampau dan mengungguli orang lain. Diterangkan bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan bertanggung jawab untuk mencari solusi dari tugas maupun permasalahan, merancang ulang dengan segera tujuan-tujuan yang sulit dicapai, menerima resiko-resiko, dan mempunyai keinginan yang kuat untuk mendapatkan umpan balik dari kinerjanya (Lawson and Shen, 1998). Bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan berupaya memuaskan berbagai kebutuhannya termasuk dalam usahanya untuk mandiri berwirausaha (Li, 2006).

7 Melihat pemaparan tersebut di atas maka muncul permasalahan: Apakah ada hubungan antara motivasi berprestasi dengan rendahnya minat wirausaha? Berdasarkan rumusan masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Minat Wirausaha. B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi berprestasi dengan minat wirausaha. 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi berprestasi. 3. Untuk mengetahui tingkat minat wirausaha. 4. Untuk mengetahui sumbangan efektif motivasi berprestasi terhadap minat wirausaha. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi dekan, sebagai masukan agar dapat membuat kebijakan dan kurikulum yang mendorong dan meningkatkan minat kewirausahaan bagi para mahasiswa sehingga para mahasiswa dapat menjadi pencipta lapangan pekerjaan selama atau setelah kuliah. 2. Bagi mahasiswa, dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan untuk menemukan jati diri tentang kewirausahaan sehingga tertarik menjadi pewirausaha dan dapat mempersiapkan diri secara memadai sebelum terjun menjadi pewirausaha.

8 3. Bagi ilmuwan psikologi, di harapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi keilmuan guna memperkaya khasanah hasil penelitian di bidang psikologi khususnya psikologi kewirausahaan. 4. Bagi peneliti selanjutnya di bidang psikologi hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam meneliti masalah yang berkaitan dengan minat wirausaha.