BAB V KESIMPULAN DAN CATATAN KRITIS A. KESIMPULAN Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana proses perubahan perilaku tidur masyarakat yang ada di Dusun Kasuran sebagai respon mitos tidur tanpa kasur kapuk yang dijelaskan secara deskriptif fenomenologi. Selain itu, telah dijelaskan pula faktor selera ( keinginan ) dan perinta orang tua sebagai faktor pendorong yang mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat, gambaran umum masyarakat Kasuran mempercayai mitos, dan tindakan masyarakat dalam pemilihan alternatif alas tidur pokok yang digunakan. Ada beberapa temuan selama proses penelitian ini berlangsung. Jenis penelitian ini secara deskriptif menggunakan fenomenologi sebagai metode analisisnya. Penyajian secara deskriptif dengan menggambarkan kejadian atau peristiwa-peristiwa yang ada dilapangan, meliputi serangkaian tahap wawancara awal hingga akhir penelitian. Fenomenologi dilakukan dalam tiga tahap yaitu, tahap pra-lapangan, tahap dilapangan, dan tahap analisis data. Proses pengolahan data secara fenomenologi dilakukan dengan pengamatan partisipan dan wawancara mendalam di lingkungan subyek penelitian yaitu di Dusun Kasuran dengan 8 informan yang telah dipilih sesuai dengan kebutuhan data penelitian. Hingga proses akhir penelitian, fenomenologi mampu menjawab dua rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu mengetahui bagaimana mitos masih dipercaya 66
oleh masyarakat di era modern saat ini bagaimana bentuk perubahan perilaku tidur dari adanya respon terhadap mitos tersebut setelah adanya kasur busa. Pada rumusan masalah pertama, dapat diperoleh jawaban bahwa tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mitos ternyata memiliki implikasi yang kuat terhadap tindakan individu dalam pemilihan alternatif alas tidur yang secara umum dipakai di Kasuran. Terdapat dua aliran kepercayaan ( agama Islam ) dalam memandang mitos ini, kepercayaan tradisional masih menerima dan mempertahankan mitos Kasuran dan sebaliknya kepercayaan modernis, yang menentang mitos Kasuran dan menginginkan nilai-nilai lama yang masih dilestarikan oleh kelompok tradisional berupa mitos ini diberantas. Bagi mereka yang mempercayai mitos, termasuk dalam kepercayaan tradisional, mereka tidak akan berani memakai kasur kapuk sebagai alas tidur sehari-hari. Mereka takut untuk melanggar, dan mencari aman dengan menggunakan alas tidur yang berbahan busa atau tetap menggunakan alas tidur tradisional yang berbahan dipan dan tikar. Sedangkan disisi lainnya, bagi mereka yang tidak mempercayai mitos, mereka tetap menggunakan kasur kapuk sebagai alas tidur, meskipun keadaan mereka tidak sempurna sehat atau dapat dikatakan dari dua keluarga yang kami jadikan subyek penelitian ini, hidup dalam kondisi yang sakit-sakitan. Meskipun demikian, dua keluarga ini tidak menganggap bahwa sakit yang mereka alami bertahun-tahun tersebut merupakan sakit yang datangnya dari pengaruh kasur kapuk yang digunakan. Dua keluarga tersebut beranggapan bahwa mempercayai kekuatan yang datangnya dari mitos sama saja dengan musyrik, dan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya. 67
Dari gambaran kepercayaan terhadap mitos yang ada di Kasuran tersebut, melahirkan perubahan perilaku tidur secara umum di Kasuran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut, antara lain karena selera atau keinginan serta perintah orang tua. Konsep desire ( keinginan ) menjadi salah satu penyebab mengapa individu memilih atau menggunakan alas tidur kasur busa dengan alasan kenyamanan dan kepercayaan yang mereka yakini terhadap manfaat alas tidur yang mereka gunakan. Proses meniru tindakan orang lain yang berubah alas tidur ini menimbulkan keinginan bagi beberapa individu untuk mengikutinya. Proses getok tular ( saling meniru ) ini menyebar dan akhirnya mempengaruhi individu lain sehingga satu per satu rumah tangga di Kasuran berubah menggunakan kasur busa. Faktor lain yang berkaitan adalah perintah orang tua. Perintah orang tua termasuk dalam rasionalitas tradisional, yang masih turun temurun dijalankan oleh anak cucu masyarakat Kasuran. Mengetahui bahwa di Kasuran pantangan terhadap kasur busa, maka masyarakat mulai berfikir untuk mencari alternatif alas tidur yang aman digunakan agar terhindar dari musibah maupun penyakit yang dapat dirasakan apabila mereka melanggar pantangan tersebut. Dari sinilah permasalahan tersebut menemukan jawaban, bahwa ternyata kasur busa menjawab kebutuhan masyarakat sebagai alas tidur yang aman dan nyaman digunakan. Tidak ada efek negatif yang ditimbulkan setelah mereka beralih ke busa, sehingga hingga saat ini pengguna kasur busa di Kasuran semakin banyak dan bahkan beragam sesuai dengan jenis kasur busa yang mampu didapatkan. Dan mitos Kasuran juga tetap dilestarikan oleh masyarakat yang 68
percaya dengan cara mematuhi mitos agar terhindar dari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. B. CATATAN KRITIS Tradisi dan mitos yang melekat pada masyarakat, khususnya Jawa memang tidak mudah dihilangkan, bagaimanapun semua itu telah menjadi bagian dalam kebudayaan Jawa. Yang perlu menjadi perhatian adalah bagaimana sikap positif masyarakat dalam menanggapi adanya mitos tersebut, sesuai penelitian ini yaitu mitos pantangan tidur diatas kasur kapuk yang ada di Kasuran. Secara administratif, Dusun Kasuran tidak termasuk dusun terpencil yang jauh dari modernisasi teknologi dan informasi, terbukti dari beberapa sarana dan prasarana yang telah dijelaskan didalam bab 2. Semua sarana pendukung yang ada seperti fasilitas pendidikan yang memadai, alat elektronik dan komunikasi yang hampir dimiliki oleh tiap rumah, seharusnya menjadi penunjang bagi masyarkat untuk tidak lagi berfikir tradisional. Ada benarnya melestarikan kebudayaan nenek moyang, tetapi menjadi irasional juga jika segala kejadian buruk, musibah, ataupun penyakit yang dialami oleh seseorang yang bersumber dari kasur kapuk diyakini dengan sepenuh hati bahwa itu memang benar karena kasur kapuk yang digunakannya. Bisa saja kejadian-kejadian tersebut hanya anggapan, bahwa sebenarnya bagi mereka yang mengalami sakit memang benar dapat terdeteksi secara medis. Ini dapat menjadi anggapan yang merupakan sugesti dari adanya mitos yang dipercaya, dan menjadi ketakutan-ketakutan yang dialami turun temurun ditiap generasi. Satu langkah penggunaan kasur busa menjadi poin yang 69
menarik, bahwa ada bentuk perubahan perilaku masyarakat yang secara sadar dilakukan, tetapi akan lebih baik lagi jika pemikiran masyarakat terhadap mitos bisa lebih diperhatikan lagi, apakah benar setiap sakit atau musibah yang dialami tersebut datangnya karena kasur kapuk, ataukah memang benar secara medis terbukti penyakit tersebut nyata diderita oleh individu yang mengalaminya. Sehingga, masyarakat akan terbiasa berfikir logis dan tidak logis dalam membedakan yang rasional dan irasional. Diharapkan penelitian ini mampu menjadi ilmu pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi, studi pustaka, literatur, maupun bahan diskusi yang dapat dikembangkan dan diteliti lebih dalam dalam lingkup keilmuan lainnya. 70