IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat)

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

IV. TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN: RIWAYAT PENGELOLAAN, AKSES DAN KONTROL KAWASAN TAMAN NASIONAL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Resort Sukaraja SPTN Wilayah I Sukaraja dan Resort

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pegawai atau suatu organisasi berdasarkan indikator-indikator kinerja yang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

RENCANA STRATEGIS

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PEDOMAN IMPLEMENTASI SMART DI KAWASAN KONSERVASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di dunia di kenal dua jenis gajah yaitu gajah afrika (Loxodonta. (1984), ada tiga anak jenis gajah asia yaitu Elephas maximus

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

I. PENDAHULUAN. pembangunan kehutanan di Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang. bahwa pembangunan kehutanan harus menitikberatkan pada upaya

III. METODE PENELITIAN

SMP NEGERI 3 MENGGALA

PERJANJIAN KERJASAMA

Gambar 1. Pintu masuk obyek wisata alam Resort Balik Bukit.

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

2016, No d. bahwa Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a, sudah tidak sesuai dengan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adalah qonditio sine quanon, syarat mutlak bagi masyarakat. 1

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GUBERNUR LAMPUNG. KEPUTUSAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR: G/ s S"/V.23/HK/2017


PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /296/ /2010

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

PENATAAN KORIDOR RIMBA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN B O G O R

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Gambaran Umum Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG

Menteri Kehutanan Dan Perkebunan,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

2016, No Kepada 34 Gubernur Pemerintah Provinsi Selaku Wakil Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Su

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat

PEDOMAN KRITERIA DAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN MAYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) Taman Nasional Bukit Barisan Selatan memiliki daerah pembagian wilayah yang terdiri dari 2 bidang 4 seksi dan 17 resort. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Bengkunat (SPTN II Bengkunat) merupakan salah satu seksi yang terdapat di Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah 1 Semaka (BPTN I Semaka). SPTN II Bengkunat memiliki 4 resort yaitu resort way haru, resort pemerihan, resort ngambur dan resort biha. Luas total dari wilayah SPTN II Bengkunat adalah 88.673 Ha. Tabel 2. Luas Resort SPTN II Bengkunat No Resort Seksi PTN Bidang PTN Luas Resort (Ha) 1 Resort Way Haru 2 Resort Pemerihan SPTN II Bengkunat SPTN II Bengkunat BPTN I Semaka 29,888 BPTN I Semaka 19,009 3 Resort Ngambur SPTN II Bengkunat 4 Resort Biha SPTN II Bengkunat BPTN I Semaka 16,940 BPTN I Semaka 22,836 Sumber: Kantor SPTN II Bengkunat Total 88,673

48 B. Visi dan Misi SPTN II Bengkunat Taman Nasional Bukit Barisan Selatan adalah kawasan pelestarian alam dan benteng terakhir hutan hujan tropis di Provinsi Lampung yang memiliki potensi sumber daya alam hayati dan non hayati yang cukup tinggi serta ekosistem lengkap mulai dari ekosistem pantai, hutan hujan dataran rendah sampai hutan hujan pegunungan. Potensi kawasan TNBBS diharapkan mampu berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan serta mendukung pembangunan daerah yang berkelanjutan mengingat TNBBS merupakan Daerah Tangkapan Air (cathment area) bagi DAS Semaka dan Semaka DS. Oleh karena itu Kawasan TNBBS perlu dikelola dengan sebaik-baiknya, terarah, terencana, sesuai dengan daya dukungnya dan peraturan perundang-undangan. Sebagaimana visi dan misi, sasaran program serta kebijakan prioritas, program dan kegiatan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam yang harus ditindaklanjuti oleh seluruh unit-unit pelaksana teknisnya, maka Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan telah menetapkan visi Tahun 2010 2014 adalah : Terwujudnya Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai Situs Warisan Alam Dunia yang Berperan Penting bagi Terjaganya Ekosistem Lokal dan Global

49 Untuk mewujudkan visi tersebut diatas, ditetapkan misi pengelolaan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas perlindungan dan pengamanan hutan TNBBS serta pengendalian kebakaran hutan. 2. Mengoptimalkan fungsi TNBBS beserta biodiversitasnya. 3. Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata alam bagi kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNBBS. 4. Memperkuat kapasitas kelembagaan Balai Besar TNBBS. 5. Meningkatkan peran serta masyarakat dan stakeholders serta memperkuat kemitraan dalam pengelolaan TNBBS. C. Program dan Kegiatan SPTN II Bengkunat a. Program SPTN II Bengkunat 1. Perlindungan 2. Pengawetan 3. Pelayanan dan pemanfaatan 4. Jasa Lingkungan dan wisata alam 5. Bina cinta alam 6. Pemberdayaan 7. Resort base management 8. Kerjasama

50 b. Kegiatan SPTN II Bengkunat 1. Patroli perlindungan badak dan habitatnya di wilayah SPTN II Bengkunat a. Pengadaan dan pemeliharaan perlengkapan patroli. b. Pelaksanaan patroli oleh 7 RPU TNBBS 2 kali perbulan selama 20 hari/rpu. c. membuat laporan. 2. Survey intensif untuk badak sumatera 3. a. Pengumpulan dan penelusuran informasi perburuan satwa yang dilindungi 1. Menyiapkan format data kegiatan ilegal. 2. Menjalin hubungan dengan para pihak pemberi informasi kegiatan ilegal. 3. Mengumpulkan data kegiatan ilegal bidang kehutanan. 4. Membuat laporan data kegiatan ilegal ke BBTNBBS. b. Monitoring penanganan kasus hukum bidang kehutanan 1. Membantu melengkapi bahan dan data dalam penanganan kasus bidang kehutanan. 4. SOS Project a. Pembinaan masyarakat di 8 desa 1. Survei dan analisis sosek. 2. Pengembangan materi penyadartahuan modul. 3. Kunjungan ke 8 desa. b. Pelatihan gakum

51 5. TAI (Tiger Alive Inisiative) a. Penegakan hukum. b. Penyadartahuan masyarakat. c. Penegakan konflik satwa. 6. Evaluasi dan pelaporan a. Menyiapkan format laporan. b. Membuat jadwal monitoring dan evaluasi. c. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan. c. Tujuan Kegiatan 1. Meningkatkan efektivitas upaya patroli RPU untuk perlindungan badak Sumatera di TNBBS. 2. Meningkatkan efektivitas pendataan badak sumatera. 3. Meningkatkan efektivitas penegakan hukum terhadap kasus perburuan dan perdagangan satwa dilindungi 4. Membantu balai besar TNBBS dalam upaya penegakan hukum bagi pelaku perburuan 5. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian satwa dan habitatnya di TNBBS 6. Peningkatan kapasitas penanganan gakum dikalangan institusi penegak hukum 7. Menekan aktivitas ilegal melalui proses gakum 8. Peran serta masyarakat dalam pelestarian satwa dan habitatnya 9. Meningkatkan hasil pencapaian pelaksanaan program. 10. Monitoring dan evaluasi.

52 D. Tupoksi Penyuluh SPTN II Bengkunat 1. Menyebarluaskan informasi pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya dengan cara menyampaikan visi, misi, tujuan, strategi dan prinsip dari pembangunan kehutanan; 2. Memfasilitasi penumbuhan dan pengembangan kelembagaan kelompok masyarakat (Kelompok Tani Hutan/ Kelompok Swadaya Masyarakat/ Kader Konservasi/ Kelompok Profesi/ Kelompok Pecinta Alam/ Saka Wanabakti); 3. Mendorong peran serta masyarakat sasaran dalam pembangunan kehutanan di wilayah kerjanya; 4. Menumbuhkembangkan jiwa kepemimpinan, kewirausahaan dan kemampuan manajerial kelompok masyarakat; 5. Memfasilitasi kelompok masyarakat dalam penyusunan RDK/RDKK di wilayah kerjanya; 6. Memfasilitasi kelompok masyarakat dalam mengakses teknologi, informasi pasar, peluang usaha dan permodalan; 7. Memfasilitasi kelompok masyarakat untuk menyusun rencana usaha bersama; 8. Membimbing dan memberikan alternatif pemecahan masalah kelompok masyarakat dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahanya.

53 E. Kewajiban Penyuluh SPTN II Bengkunat. 1. Mengikuti secara aktif kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan oleh Balai Besar TNBBS dan mitra Balai Besar TNBBS dalam rangka pemberdayaan masyarakat; 2. Membantu kegiatan Penyuluh Kehutanan Balai Besar TNBBS dalam rangka pemberdayaan masyarakat; 3. Mendampingi kelompok tani binaan Balai Besar TNBBS di wilayah kerjanya masing-masing; 4. Membuat rencana kerja tahunan yang disampaikan kepada Kepala Balai Besar TNBBS diketahui Kepala SPTN masing-masing paling lambat tanggal 10 bulan Januari tahun berjalan dan ditembuskan kepada Koordinator Penyuluh Kehutanan Balai Besar TNBBS; 5. Membuat laporan kegiatan penyuluhan yang disampaikan kepada Kepala Balai Besar TNBBS diketahui Kepala SPTN masing-masing paling lambat setiap tanggal 5 bulan berikutnya dan ditembuskan kepada Koordinator Penyuluh Kehutanan Balai Besar TNBBS; 6. Mengikuti pertemuan dalam rangka koordinasi kegiatan penyuluhan lingkup Balai Besar TNBBS setiap 3 (tiga) bulan di bawah koordinasi kepala Bidang Teknis Konservasi TN; 7. Mengisi daftar hadir sesuai dengan hari kerja PNS Balai Besar TNBBS.

54 F. Akses Menuju SPTN II Bengkunat SPTN II Bengkunat yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bukit Barisan Selatan mempunyai aksesibilitas yang mudah dicapai dari berbagai jalur, antara lain: 1. Udara: Bandara Soekarno Hatta ( Jakarta) Bandara Branti (Natar Lampung Selatan) Kota Agung (Tanggamus) Wonosobo Bengkunat ( Pesisir Barat). 2. Darat: a. Bandar Lampung Kotabumi - Bukit Kemuning Liwa Kubu Perahu Krui Bengkunat. b. Bandar Lampung Kota Agung Wonosobo Bengkunat.

55 G. Data Pemberdayaan Masyarakat Penyuluh SPTN II Bengkunat telah membentuk kelompok-kelompok tani salah satunya Kelompok Tani Panji Lestari yaitu kelompok tani yang khusus memberdayakan petani kelapa sawit. Tabel 5. Data Kelompok Tani Panji Lestari 2015 No Nama Jabatan 1 Yanto Ketua 2 Hendri Susilo Sekretaris 3 Herman Bendahara 4 Ucup Anggota 5 Nasir Hidayat Anggota 6 Kodriyanto Anggota 7 Bambang Wijaya Anggota 8 Eko Jatmiko Anggota 9 Suan Hakim Anggota 10 Sahibi Anggota 11 Jamsari Anggota 12 Haldi Yudiansyah Anggota 13 Pandiansyah Anggota 14 Muslimin Anggota 15 Ali widodo Anggota Sumber: Kantor SPTN II Bengkunat Selain pembentukan kelompok tani penyuluh di SPTN II Bengkunat juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut antara lain: Sosialisasi sosialisasi tentang UU Kehutanan. sosialisasi tentang pencegahan kebakaran hutan. Sosialisasi tentang perlindungan flora dan fauna yang ada di Sosialisasi tentang manfaat hutan bagi kehidupan.

56 Kepala Seksi NOPRIYANTO, SP.,M.I.L NIP.19741122 199903 1 002 Staf Seksi AMIR HUSIN NIP. 19630416 198202 1 001 PEH DADAN RAMDANI NIP. 19790703 199903 1 001 SUMIN NIP. 19620830 198902 1 002 Resort Biha Resort Ngambur Resort Pemerihan Resort Way Haru SUKIRNO NIP. 19641027 199303 1 006 ROBET SALVATORI NIP. 19750803 200501 1 003 FITRIK LUMUMBA NIP. 19631005 198903 1 003 HERDIANSYAH NIP.19720331 199803 1 005 PHYLIPPUS SAMIRUN NIP. 19580315 198601 1 001 SUSMIYOTO NIP. 19620330 198903 1 001 YULIYANTO NIP.19700717 2006041 003 JUBAIDI NIP. 19641215 198903 1 002 DWI WIPRABOWO NIP. 19751123 200501 1 006