BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Human Development Index (HDI) atau Indek Pembangunan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.20

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pilar utama dalam pembentukan mental/karakter seorang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

PROGRAM KERJA TAHUNAN PENGAWAS SEKOLAH 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyrakat, bangsa dan negara.

KEEFEKTIFAN SEKOLAH TERAKREDITASI

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan secara umum bertujuan untuk membentuk generasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang dominan adalah budaya organisasi. Keberhasilan suatu negara

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan berkembangnya suatu Negara ialah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan mampu menghasilkan produk-produk yang unggul, maka mutu

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk. pengetahuan dan keterampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

Judul BAB I PENDAHULUAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Pendidikan Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga atau sarana dalam melaksanakan pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan formal, sekolah memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan. Penyelenggarakan satuan pendidikan secara baik, tertata dan sistematis hingga proses yang terjadi didalamnya dapat menjadi suatu sumbangan besar bagi kehidupan sosial masyarakat. Sekolah sebagai suatu institusi yang melaksanakan proses pendidikan dalam tataran mikro menempati posisi penting, karena di lembaga inilah setiap anggota masyarakat dalam hal ini siswa dapat mengikuti proses pendidikan dengan tujuan membekali mereka dengan berbagai ilmu dan pengetahuan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa: "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

2 Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan, Pemerintah mengeluarkan peraturan-peraturan yang menjadi pedoman penyelenggaraan pendidikan, salah satunya adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Proses pencapaian tujuan pendidikan adalah dengan penjaminan mutu pendidikan yakni kegiatan sistematik dan terpadu oleh satuan atau program pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk menaikan tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Dalam pengelolaan satuan pendidikan terdapat unsur-unsur yang berperan penting dalam pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, yaitu kepala sekolah, guru, pegawai, siswa, orang tua siswa, masyarakat dan lembaga-lembaga yang terkait dengan proses pembelajaran, sarana dan pembiayaan. Hasil belajar siswa merupakan salah satu output mutu pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan nasional, sehingga pencapaian hasil belajar siswa yang tinggi menjadi harapan berbagai pihak termasuk siswa, guru, sekolah, masyarakat dan pemerintah. Secara berkesinambungan dan terus menerus, hasil belajar siswa menjadi perhatian khusus bagi penyelenggara pendidikan pada satuan pendidikan, karena hasil belajar siswa dapat menjadi indikator keberhasilan proses pendidikan. Apabila dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional, hasil belajar bersifat aktual sedangkan tujuan pendidikan bersifat ideal, sehingga hasil belajar siswa merupakan realisasi tercapainya tujuan pendidikan. Hasil belajar termasuk komponen pendidikan yang harus

3 disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan melalui proses belajar mengajar (Purwanto 2008: 47). Lebih jelas lagi dikatakan bahwa belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap (Winkel, 1999:53, Purwanto, 2008: 39). Untuk mengukur hasil belajar siswa, sekolah melakukan tes hasil belajar sebagai evaluasi terhadap pencapaian siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, dimana tes tersebut bertujuan sebagai alat pengukuran terhadap tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga dalam rangka penjaminan mutu pendidikan, hasil belajar siswa menjadi unsur yang perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak yang terlibat di dalam prosesnya. Hasil belajar siswa yang terintegrasi dalam hasil evaluasi pembelajaran di sekolah selama ini masih tetap merupakan faktor dominan yang menjadi harapan berbagai pihak terutama siswa dan orangtua siswa, dimana mereka terus berusaha agar supaya para siswa dapat mencapai hasil belajar siswa yang diinginkan. Demikian juga bagi penyelenggara pendidikan yaitu sekolah terus mengupayakan agar supaya para siswa dapat memperoleh hasil belajar yang tinggi sebagai indikator keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa yaitu faktor internal yang mencakup kemampuan minat dan bakat yang dimiliki dalam diri individu siswa serta faktor eksternal atau lingkungan yang

4 mencakup pengalaman, keadaan sekolah atau iklim pembelajaran, keluarga dan masyarakat. Seperti diketahui bahwa pengajaran adalah usaha yang memberi kesempatan agar proses belajar terjadi dalam diri siswa. Oleh karena belajar dapat terjadi ketika pribadi bersentuhan dengan lingkungan maka pembelajaran terhadap siswa tidak hanya dilakukan di sekolah, sebab dunia adalah lingkungan belajar yang memungkinkan perubahan perilaku. Meskipun pembelajaran dapat terjadi di manapun namun satu-satunya pembelajaran yang dilakukan secara sistematis adalah pembelajaran yang dilakukan di sekolah. Suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif akan memberikan kontribusi positif terhadap prestasi hasil belajar siswa. Selama dua dasawarsa lingkungan pembelajaran di sekolah dipandang sebagai salah satu faktor penentu keefektifan suatu sekolah (Creemer et al., 1989). Purkey dan Smith (1985) menyatakan bahwa prestasi akademik siswa dipengaruhi sangat kuat oleh suasana kejiwaan atau budaya dan iklim kerja sekolah. Freiberg (1998) menegaskan bahwa lingkungan yang sehat di suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadapan proses kegiatan belajar mengajar yang efektif. Ia memberikan argumen bahwa pembentukan lingkungan kerja sekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah melakukan tugas dan peran mereka secara optimal. Menurut pengamatan di sekolah-sekolah dapat dilihat terdapat beragam karakter lingkungan pembelajaran di setiap sekolah. Apabila ditinjau dari beberapa pendapat para ahli, iklim pembelajaran tersebut memiliki keterikatan

5 dengan pembelajaran siswa. Sammons, Hillman dan Mortimore (1995) dalam Caldwell dan Harris (2008: 143) mempublikasikan bahwa lingkungan pembelajaran yang aman (secure learning environments) dan harapan yang tinggi dari segenap siswa (high expectations of all learners) serta kepemimpinan yang professional (professional leadership) merupakan tiga elemen yang termasuk pada kategori sekolah efektif. Lebih lanjut Clark, Lotto dan McCharty, 1980; Ruter, 1979 (Goldring dan Berends 2009: 39) berpendapat bahwa lingkungan yang aman dan tertib/rapih berpengaruh dengan kesuksesan akademik. Kepala sekolah sebagai pemimpin satuan pendidikan memiliki otoritas yang luas dalam mengelolah sumberdaya-sumberdaya yang terkait dengan proses pembelajaran sehingga tujuan dan sasaran sekolah dapat dicapai. Hal ini dapat dipahami karena kepala sekolah dipandang sebagai salah satu faktor yang paling menentukan tercapainya mutu pendidikan melalui peningkatan mutu hasil belajar siswa. Sebelumnya kepala sekolah dianggap sebagai pemimpin sekolah yang mengepalai guru-guru, yang hanya mengatur administrasi sekolah dan berperan sebagai atasan para guru. Kemampuan kepala sekolah dan pengaruhnya terhadap iklim pembelajaran serta dampaknya pada hasil belajar secara terpadu perlu diteliti, sehingga mereka memperoleh pemahaman tentang keterlibatan mereka dalam pemberdayaan komponen-komponen yang berhubungan dengan kelancaran proses belajar mengajar.

6 Kenyataan di lapangan, pengangkatan jabatan kepala sekolah dalam suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh faktor politis dari atasan dalam hal ini pemerintah sebagai pengambil keputusan di daerah, sehingga bukan tidak mungkin kepala sekolah yang diangkat belum memiliki kemampuan yang sesuai dengan keterampilan dalam memimpin sekolah sehingga menemui kesulitan dalam pengelolaan sumber daya sekolah. Seiring dengan pelaksanaan otonomi sekolah dan diberlakukannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, kepala sekolah merupakan unsur yang menjadi sorotan utama dalam menerapkan kompetensi-kompetensi yang dimilikinya secara komprehensif dalam tujuan peningkatan mutu hasil belajar siswa, dimana kompetensi-kompetensi tersebut mengarah pada pihak guru, siswa, dan masyarakat secara kompleks. Menurut Syafaruddin (2008: 121) dalam Efektivitas Kebijakan Pendidikan mengatakan bahwa kepala sekolah memiliki kewenangan dalam menerjemahkan kebijakan dari pimpinan lebih tinggi sesuai dengan visi, misi, dan sasaran sekolah yang mengacuh kepada sumber daya di dalam dan di luar sekolah. Kepala sekolah juga bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan baik yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif. (Mulyasa 2009: 84). Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kepala sekolah berperan mengimplementasikan kompetensi-kompetensinya dalam pendayagunaan sumber daya untuk membangun iklim pembelajaran yang

7 sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran yang bermuara pada prestasi belajar siswa. Iklim pembelajaran merupakan unsur yang perlu mendapat perhatian oleh kepala-kepala sekolah karena di tiap-tiap sekolah berdasarkan pengamatan terdapat beragam karakteristik lingkungan pembelajaran. Untuk mengetahui ketercapaian tujuan pendidikan yang terintegrasi pada hasil belajar siswa maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhinya yaitu suasana pembelajaran yang berlangsung di sekolah dan keterampilan yang dimiliki kepala sekolah sebagai sosok yang memiliki tugas dan peran dalam pengelolaan sumber daya pendidikan di sekolah. B. Pembatasan Masalah Hasil belajar siswa merupakan salah satu tujuan pembelajaran yang berlangsung di sekolah. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa, termasuk kepemimpinan kepala sekolah, proses belajar mengajar, tujuan pembelajaran, pertanggung-jawaban sekolah, lingkungan pembelajaran dan desain kurikulum. Pada penelitan ini, penulis membahas tentang faktor kepemimpinan kepala sekolah secara lebih khusus kompetensi atau keterampilannya yang dapat berpengaruh dalam menciptakan suatu suasana pembelajaran yang berdampak pada ketercapaian hasil belajar siswa yang merupakan harapan bersama warga sekolah. Terdapat lima kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang kepala sekolah yaitu: kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan kompetensi sosial (berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar

8 Kepala Sekolah/Madrasah). Pada kesempatan ini, penulis membahas kompetensi manajerial kepala sekolah dihubungkan dengan permasalahannya yaitu hasil belajar siswa sebagai akibat dari pengaruh iklim pembelajaran di sekolah, dengan pertimbangan bahwa kompetensi manajerial kepala sekolah mencakup pengelolaan sumber daya pendidikan sesuai dimensi-dimensi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Adapun yang menjadi pokok pembahasan pada iklim pembelajaran adalah menyangkut penataan lingkungan fisik sekolah, penataan lingkungan sosial sekolah, penataan personil sekolah dan penataan lingkungan kerja sekolah. Selanjutnya hasil belajar yang menjadi pembahasan pada penelitian ini adalah hasil pencapaian kemampuan belajar siswa melalui tes sumatif pada periode tertentu. C. Rumusan Masalah Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk mengetahui mutu pendidikan pada tingkat satuan pendidikan SMP/MTs dengan melihat hasil belajar siswa sebagai output mutu pendidikan melalui implementasi kompetensi manajerial kepala sekolah sebagai input mutu pendidikan melalui keterpengaruhannya terhadap iklim pembelajaran. Sehingga berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran kompetensi manajerial kepala sekolah pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

9 2. Bagaimana gambaran iklim pembelajaran pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 3. Bagaimana gambaran hasil belajar siswa pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 4. Bagaimana gambaran pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap iklim pembelajaran pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 5. Bagaimana gambaran pengaruh iklim pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 6. Bagaimana gambaran pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap iklim pembelajaran dan dampaknya pada hasil belajar siswa pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebelumnya maka secara khusus, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran kompetensi manajerial kepala sekolah pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 2. Untuk mengetahui gambaran iklim pembelajaran pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 3. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa pada tingkat SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara.

10 4. Untuk mengetahui pengaruh penerapan kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap iklim pembelajaran pada SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 5. Untuk mengetahui pengaruh iklim pembelajaran terhadap hasil belajar siswa pada SMP di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. 6. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi manajerial kepala sekolah terhadap terhadap hasil belajar siswa melalui iklim pembelajaran di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapakan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberikan masukan terhadap perkembangan ilmu pendidikan, khususnya penjaminan mutu pendidikan karena dapat meningkatkan kompetensi manajerial kepala sekolah dalam pengelolaan sumber daya pendidikan sehingga hasil belajar siswa yang diharapkan dapat dicapai sesuai harapan. 2. Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi pengelola organisasi pendidikan dan pembuat kebijakan pendidikan baik formal maupun non formal dalam menentukan kebijakan pendidikan pada masa yang akan datang. Pihak-pihak yang dimaksud sebagai pengelolah pendidikan adalah: a) Lembaga Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidikan Sulawesi Utara dalam upaya penjaminan mutu pendidikan melalui pemetaan dan fasilitasi sumber daya pendidikan termasuk

11 pembinaan dan pelatihan terhadap kepala sekolah kepala sekolah SMP/MTs di Provinsi Sulawesi Utara; b) Dinas Pendidikan Nasional Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara dalam upaya peningkatan kompetensi kepala sekolah melalui pembinaan karir dan pendidikan dan pelatihan kepala sekolah SMP/MTs; dan c) Kepala sekolah SMP/MTs di Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Tenggara sebagai pemimpin organisasi sekolah untuk meningkatkan terus kompetensinya dalam memberdayakan segenap sumber daya sekolah sehingga pencapaian hasil belajar siswa sebagai salah satu tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat dicapai. 3. Khusus bagi peneliti sendiri, penelitian ini bermanfaat untuk mempertajam kemampuan berpikir kritis dan logis terutama dalam bidang penelitian pendidikan.