BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

ANALISIS PERBANDINGAN KENERJA KEUANGAN BANK DKI KONVENSIONAL DAN BANK DKI SYARIAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DENGAN PT.BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK. Nama : Sarah Natya

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

III. METODE PENELITIAN. Indonesia ada dua macam yaitu bank konvensional dan bank syariah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Lembaga Keuangan Bank (LKB) merupakan lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB 5 PENUTUP. dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Dalam penilaian permodalan yaitu dengan Capital Adequacy Ratio

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian tentang bagaimana perbandingan antara kinerja perbankan syariah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan ditandai adanya krisis global di Amerika Serikat, pada tahun 2008

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH. Yudiana Febrita Putri 1. Isti Fadah 2

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di PT. Bank Sahabat Sampoerna karena pada tanggal 9 Mei

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kekurangan dana pada waktu yang ditentukan (Dendawijaya,

BAB 5 PENUTUP. Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR (Capital Adequacy

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dimana sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Atau lebih dikenal dengan fungsi perantara (intemediary) keuangan. Karena

BAB I PENDAHULUAN. modal yang menghasilkan laba tersebut. Sama seperti pernyataan Pandia. mengukur efektivitas perusahaan memperoleh laba.

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor perbankan sebagai lembaga intermediate antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bank BUMN atau Persero ini adalah Bank yang sebagian atau seluruh sehamnya

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang merupakan pengamatan terhadap objek penelitian, yaitu bank konvensional (Bank Persero) dan Bank Syariah (Bank Unit Syariah) dari tahun 2005 2008. Dengan menggunakan Mocrosoft Excel 2003, diperoleh hasil perbandingan kinerja antara perbankan konvensional dengan perbankan syariah seperti tampak pada tabel: Tabel 4.5. Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah Tahun Indikator Bank Konvensional Bank Syariah CAR (%) 19.30% 7.07% NPL (%) 4.70% 1.34% 2005 ROA (%) 2.55% 0.78% LDR (%) 59.66% 97.75% BO/PO (%) 89.50% 45.53% CAR (%) 21.27% 9.85% NPL (%) 3.91% 0.88% 2006 ROA (%) 2.64% 1.43% LDR (%) 61.56% 98.91% BO/PO (%) 86.98% 47.05% CAR (%) 19.30% 8.21% NPL (%) 3.03% 0.70% 2007 ROA (%) 2.78% 1.89% LDR (%) 66.32% 99.76% BO/PO (%) 84.05% 47.79% CAR (%) 16.76% 6.33% NPL (%) 2.95% 0.39% 2008 ROA (%) 2.33% 1.18% LDR (%) 74.58% 103.64% BO/PO (%) 88.59% 54.08% Sumber: Perpustakaan Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia&Statistik Perbankan Syariah,data diolah,2009.

4.1. Analisis Kinerja Bank Konvensional Persero dan Bank Syariah (Bank Umum Syariah) pada Tahun 2005; 4.1.1. Analisis Rasio CAR Pada tabel 4.5 diatas terlihat bahwa Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio CAR sebesar 7.07% (pembulatan dua desimal), lebih kecil dibandingkan dengan rasio CAR bank konvensional Persero, yaitu sebesar 19.30%. Persentase 19.30% pada bank konvensional persero menggambarkan modal bank yang dimiliki bank konvensional persero lebih besar daripada nilai total ATMR-nya. Persentase 7.07% pada bank syariah menunjukan bahwa modal banknya kecil. Oleh karena itu, salah satu cara agar bank syariah dapat memenuhi standar nilai CAR adalah bank umum konvensional dari Unit Usaha Syariah wajib menambah kekurangan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode Desember 2005 Bank Konvensional Persero mempunyai CAR diatas ketentuan standar Bank Indonesia yaitu nilai CAR minimum 8% bila dibandingkan dengan Bank Syariah (Bank Umum Syariah). Bank Indonesia menetapkan nilai CAR minimum 8% adalah dengan mengacu pada syarat modal inti yang harus dimiliki sebuah bank ±Rp. 80 milyar. Bagi bank yang tidak dapat memenuhi jumlah modal inti minimum sampai dengan jangka waktu yang ditentukan maka wajib membatasi kegiatan usahanya. 4.1.2. Analisis Rasio NPL Dapat dilihat bahwa Bank Konvensional Persero mempunyai rasio NPL sebesar 4.70%, lebih besar dibandingkan dengan rasio NPL Bank Syariah (Bank Umum Syariah), yaitu sebesar 1.34% (lihat tabel 4.5). Persentase 1.34% ini menunjukkan bahwa bank syariah memiliki total kredit lebih besar dibandingkan dengan total kredit bermasalah, sedangkan bank konvensional persero memiliki nilai total kredit bermasalah lebih besar dari pada nilai total kredit bank. Hal ini menunjukkan selama periode Desember 2005 bank konvensional Persero mempunyai NPL lebih kecil dibandingkan dengan Bank Syariah (Bank Umum Syariah). Dikatakan demikian jika mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia

yang mewajibkan NPL maksimum sebesar 5%. Tujuan pembatasan NPL ini adalah untuk meminimalisasi jumlah kredit macet. 4.1.3. Analisis Rasio ROA Terlihat bahwa Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio ROA (tabel 4.5) sebesar 0.78%, lebih kecil dibandingkan dengan rasio ROA bank Konvensional Persero, yaitu sebesar 2.55%. Nilai 2.55% pada bank konvensional persero membuktikan bahwa jumlah keuntungan bank lebih besar bila dilihat dari segi pengguanaan aktiva. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh bank syariah kecil dikarenakan jumlah penggunaan aktiva lebih banyak. Hal ini menunjukan bahwa selama periode Desember 2005 Bank Syariah mempunyai ROA lebih kecil kualitasnya dibandingkan dengan Bank Konvensional Persero. 4.1.4. Analisis Rasio BO/PO Bank konvensional mempunyai rasio BO/PO sebesar 89.50%, lebih besar dibanding Rasio BO/PO bank syariah (pada tabel 4.5), yaitu sebesar 45.53%. Berdasarkan persentase bank syariah sebesar 45.53% maka dapat dikatakan bahwa nilai pendapatan operasional bank syariah lebih besar dibandingkan dengan nilai beban operasionalnya, begitu sebaliknya dengan bank konvensional mempunyai nilai beban operasional lebih besar daripada nilai pendapatan operasionalnya. Hal ini berarti selama periode Desember 2005 bank syariah memiliki tingkat efisiensi lebih kecil dibandingkan dengan bank konvensional persero, jika mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang menyatakan standar BO/PO bernilai antara 85% - 92%. 4.1.5. Analisis Rasio LDR Seperti terlihat tabel 4.5 dapat diketahui bahwa bank syariah mempunyai rasio LDR sebesar 97.75%, lebih besar dibandingkan Rasio LDR bank konvensional persero, yaitu sebesar 59.66%. Persentase 97.75% pada bank syariah membuktikan bahwa kemampuan bank syariah dalam mengembalikan kewajiban-kewajibannya tanpa terjadi penangguhan, bila dibandingkan dengan standar Bank Indonesia yaitu antara 85% - 110% maka bank konvensional persero

memiliki nilai likuiditas yang kecil.karena semakin besar nilai LDR kualitasnya semakin bagus. Hal ini berarti selama periode Desember 2005 bank syariah mempunyai LDR lebih baik dibandingkan dengan bank konvensional persero, maka kinerja bank syariah berdasarkan rasio ini berada pada kondisi ideal, dan ini berarti bank syariah dapat menjalankan fungsi intermediary bank dengan baik. 4.2. Analisis Kinerja Bank Konvensional Persero dan Bank Syariah (Bank Umum Syariah) pada Tahun 2006; 4.2.1. Analisis Rasio CAR Bank Syariah mempunyai rasio CAR sebesar 9.85% (2006), bila dibandingkan dengan tahun 2005 (7.07%) (data pada tabel 4.5) maka dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan nilai CAR sebesar 2.78%. Bank konvensional persero memiliki rasio CAR ditahun 2006 sebesar 21.27% bila dibandingkan dengan tahun 2005 (19.30%) maka terlihat adanya peningkatan sebesar 1.97%. Kenaikan persentase CAR bank konvensional persero dari tahun 2005 dan 2006 lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan persentase CAR bank syariah. Hal ini menunjukkan selama periode Desember 2006 bank syariah telah berusaha untuk meningkatkan aspek permodalannya, dan ini dapat dilihat dari kemampuan bank syariah untuk memenuhi standar dari Bank Indonesia bahwa nilai minimum CAR sebesar 8%. 4.2.2. Analisis Rasio NPL Antara tahun 2005 2006, dapat dilihat bahwa bank konvensional persero mengalami penurunan nilai NPL sebesar 0.79%. Penurunan nilai NPL bank konvensional persero lebih besar dibandingkan dengan bank syariah. Hal ini dikarenakan Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio NPL sebesar 0.88% di tahun 2006 dan 1.34% di tahun 2005, ini menunjukan adanya penurunan nilai NPL sebesar 0.46%. bank konvensional persero memiliki NPL tahun 2006 sebesar 3.91% sedangkan tahun 2005 sebesar 4.70% (lihat tabel 4.5). Hal ini

menunjukkan selama periode Desember 2006 bank konvensional persero berupaya untuk mengurangi total kredit bermasalah. 4.2.3. Analisis Rasio ROA Dengan melihat tabel 4.5, dapat di katakan Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio ROA sebesar 1.43% tahun 2006 sedangkan di tahun 2005 nilainya 0.78%. Disini bank syariah mengalami peningkatan nilai ROA sebesar 0.65%. Nilai ROA bank konvensional persero di tahun 2006 sebesar 2.64% dan di tahun 2005 sebesar 2.55%. sama halnya dengan bank syariah, bank konvensional persero juga mengalami peningkatan nilai ROA sebesar 0.09%. Peningkatan nilai ROA bank konvensional persero lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan nilai ROA bank syariah. Hal ini menunjukan bahwa selama periode Desember 2006 Bank Syariah telah berusaha untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi nilai total aktiva. 4.2.4. Analisis Rasio BO/PO Pada rasio ini terjadi penurunan. Jumlah penurunan bank konvensional ini bila dilihat masih termasuk ke dalam standar nilai BO/PO bank Indonesia. Terlihat pada tabel 4.5 diatas, bahwa Bank Syariah mempunyai rasio BO/PO sebesar 47.05% (2006) dan di tahun 2005 nilainya sebesar 45.53%, dari sini dapat dilihat bank syariah mengalami peningkatan nilai BO/PO sebesar 1.52%. Sedangkan bank konvensional persero memiliki nilai BO/PO 86.98% (2006) dan 89.50% di tahun 2005. Pada bank konvensional persero mengalami penurunan nilai BO/PO sebesar 2.52%. Bila dibandingkan dengan bank syariah maka bank syariah mengalami peningkatan beban operasional dan berusaha untuk mencapai standar Bank Indonesia. Karena semakin besar nilai BO/PO kualitasnya semakin buruk. Hal ini berarti selama periode Desember 2006 bank konvensional mempunyai kualitas BO/PO lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah karena di tahun 2006 bank konvensional mengalami peningkatan pendapatan.

4.2.5. Analisis Rasio LDR Kenaikan nilai LDR bank konvensional lebih besar dibandingkan dengan bank syariah, ini membuktikan bahwa bank konvensional mengalami peningkatan dalam pemberian kredit. Hal tersebut terlihat tabel 4.5 bahwa bank syariah mempunyai rasio LDR sebesar 98.91% (2006) dan 2005 sebesar 97.75%, perbandingan dari dua tahun tersebut terdapat peningkatan nilai LDR sebesar 1.16% yang berarti di tahun 2006 jumlah dana pihak ketiga bank syariah mengalami penurunan.sedangkan pada bank konvensional nilai LDR tahun 2006 (61.56%) dan tahun 2005 sebesar 59.66%, maka dapat dilihat kalau bank konvensional mengalami peningkatan nilai LDR sebesar 1.9%. Jika melihat dari standar yang diberikan Bank Indonesia, maka bank syariah-lah yang memenuhi standar Bank Indonesia di tahun 2006. 4.3. Analisis Kinerja Bank Konvensional Persero dan Bank Syariah (Bank Umum Syariah) pada Tahun 2007; 4.3.1. Analisis Rasio CAR Pada data yang terdapat di tabel 4.5 diatas terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rasio CAR sebesar 8.21% (2007), bila dibandingkan dengan tahun 2006 (9.85%) maka dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai CAR sebesar 1.64%. Bank konvensional persero memiliki rasio CAR ditahun 2007 sebesar 19.30% bila dibandingkan dengan tahun 2006 (21.27%) maka terlihat adanya penurunan sebesar 1.97%. Penurunan persentase CAR bank konvensional persero dari tahun 2006 dan 2007 lebih besar dibandingkan dengan penurunan persentase CAR bank syariah. Hal ini menunjukkan selama periode Desember 2007 bank syariah telah berusaha untuk mempertahankan aspek permodalannya, dan ini dapat dilihat dari kemampuan bank syariah untuk tetap memenuhi standar dari Bank Indonesia bahwa nilai minimum CAR sebesar 8%. 4.3.2. Analisis Rasio NPL Pada rasio ini dapat dilihat bahwa bank konvensional persero mengalami penurunan nilai NPL sebesar 0.88%. Seperti data tabel 4.5 diatas terlihat bahwa

Bank konvensional persero memiliki NPL tahun 2007 sebesar 3.03% sedangkan tahun 2006 sebesar 3.91%. Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio NPL sebesar 0.70% di tahun 2007 dan 0.88% di tahun 2006, ini menunjukan adanya penurunan nilai NPL sebesar 0.18%. Penurunan nilai NPL bank konvensional persero lebih besar dibandingkan dengan bank syariah. Hal ini menunjukkan selama periode Desember 2007 bank konvensional persero berupaya untuk mengurangi total kredit bermasalah. 4.3.3. Analisis Rasio ROA Berdasarkan pada tabel 4.5 terlihat bahwa Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio ROA sebesar 1.89% tahun 2007 sedangkan di tahun 2006 nilainya 1.43%. Disini bank syariah mengalami peningkatan nilai ROA sebesar 0.46%. Nilai ROA bank konvensional persero di tahun 2007 sebesar 2.78% dan di tahun 2006 sebesar 2.64%. sama halnya dengan bank syariah, bank konvensional persero juga mengalami peningkatan nilai ROA sebesar 0.14%. Peningkatan nilai ROA bank konvensional persero lebih kecil dibandingkan dengan peningkatan nilai ROA bank syariah. Hal ini menunjukan bahwa selama periode Desember 2007 Bank Syariah telah berusaha untuk meningkatkan keuntungan dan mengurangi nilai total aktiva. 4.3.4. Analisis Rasio BO/PO Bank Syariah mempunyai rasio BO/PO sebesar 47.79% (2007) dan di tahun 2006 nilainya sebesar 47.05%, dari sini dapat dilihat bank syariah mengalami peningkatan nilai BO/PO sebesar 0.74%. Sedangkan bank konvensional persero memiliki nilai BO/PO 84.05% (2007) dan 86.98% di tahun 2006. Berdasarkan tabel 4.5 di atas bank konvensional persero mengalami penurunan nilai BO/PO sebesar 2.93%. Jumlah penurunan bank konvensional ini bila dilihat tidak termasuk ke dalam standar nilai BO/PO bank Indonesia. Bila dibandingkan dengan bank syariah maka bank syariah mengalami peningkatan beban operasional dan berusaha untuk mencapai standar Bank Indonesia. Karena semakin besar nilai BO/PO kualitasnya semakin buruk. Hal ini berarti selama periode Desember 2007 bank konvensional mempunyai kualitas BO/PO lebih

tinggi dibandingkan dengan bank syariah karena di tahun 2006 bank konvensional mengalami penurunan pendapatan. 4.3.5. Analisis Rasio LDR Kenaikan nilai LDR bank konvensional lebih besar dibandingkan dengan bank syariah, ini membuktikan bahwa bank konvensional mengalami peningkatan dalam pemberian kredit. Jika melihat dari standar yang diberikan Bank Indonesia, maka bank syariah-lah yang memenuhi standar Bank Indonesia di tahun 2007. Hal ini di dasarkan pada tabel 4.5, dapat dilihat bahwa bank syariah mempunyai rasio LDR sebesar 99.76% (2007) dan 2006 sebesar 98.91%, perbandingan dari dua tahun tersebut terdapat peningkatan nilai LDR sebesar 0.85% yang berarti di tahun 2007 jumlah dana pihak ketiga bank syariah mengalami penurunan.sedangkan pada bank konvensional nilai LDR tahun 2007 (66.32%) dan tahun 2006 sebesar 61.56%, maka dapat dilihat kalau bank konvensional mengalami peningkatan nilai LDR sebesar 4.76%. 4.4. Analisis Kinerja Bank Konvensional Persero dan Bank Syariah (Bank Umum Syariah) pada Tahun 2008; 4.4.1. Analisis Rasio CAR Pada tabel 4.5 diatas terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rasio CAR sebesar 6.33% (2008), bila dibandingkan dengan tahun 2007 (8.21%) maka dapat dilihat bahwa terjadi penurunan nilai CAR sebesar 1.88%. Bank konvensional persero memiliki rasio CAR ditahun 2008 sebesar 16.76% bila dibandingkan dengan tahun 2007 (19.30%) maka terlihat adanya penurunan sebesar 2.54%. Penurunan persentase CAR bank konvensional persero dari tahun 2008 dan 2007 lebih besar dibandingkan dengan penurunan persentase CAR bank syariah. Hal ini menunjukkan selama periode Desember 2008 bank konvensional persero telah gagal dalam mempertahankan aspek permodalannya, akan tetapi persentase ini masih memenuhi standar dari Bank Indonesia bahwa nilai minimum CAR sebesar 8%.

4.4.2. Analisis Rasio NPL Bank konvensional persero memiliki NPL tahun 2008 sebesar 2.95% sedangkan tahun 2007 sebesar 3.03%. Disini dapat dilihat bahwa bank konvensional persero mengalami penurunan nilai NPL sebesar 0.08%. Penurunan nilai NPL bank konvensional persero lebih kecil dibandingkan dengan bank syariah. Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio NPL sebesar 0.39% di tahun 2008 dan 0.70% di tahun 2007, ini menunjukan adanya penurunan nilai NPL sebesar 0.31% (seperti terlihat pada tabel 4.5). Hal ini menunjukkan selama periode Desember 2008 bank konvensional persero berupaya untuk menambah total kredit. 4.4.3. Analisis Rasio ROA Penurunan nilai ROA bank konvensional persero lebih kecil dibandingkan dengan penurunan nilai ROA bank syariah. Hal ini menunjukan bahwa selama periode Desember 2008 Bank Syariah telah berusaha untuk mempertahankan keuntungan dan mengurangi nilai total aktiva. Data tersebut terdapat pada tabel 4.5, yaitu Bank Syariah (Bank Umum Syariah) mempunyai rasio ROA sebesar 1.18% tahun 2008 sedangkan di tahun 2007 nilainya 1.89%. Disini bank syariah mengalami penurunan nilai ROA sebesar 0.71%. Nilai ROA bank konvensional persero di tahun 2008 sebesar 2.33% dan di tahun 2007 sebesar 2.78%. sama halnya dengan bank syariah, bank konvensional persero juga mengalami penurunan nilai ROA sebesar 0.45%. 4.4.4. Analisis Rasio BO/PO Bila dibandingkan dengan bank syariah maka bank syariah mengalami peningkatan beban operasional dan berusaha untuk mencapai standar Bank Indonesia. Terbukti pada tabel 4.5 diatas terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rasio BO/PO sebesar 47.05% (2006) dan di tahun 2005 nilainya sebesar 45.53%, dari sini dapat dilihat bank syariah mengalami peningkatan nilai BO/PO sebesar 1.52%. Sedangkan bank konvensional persero memiliki nilai BO/PO 86.98%

(2006) dan 89.50% di tahun 2005. Pada bank konvensional persero mengalami penurunan nilai BO/PO sebesar 2.52%. Jumlah penurunan ini bank konvensional ini bila dilihat masih termasuk ke dalam standar nilai BO/PO bank Indonesia. Karena semakin besar nilai BO/PO kualitasnya semakin buruk. Hal ini berarti selama periode Desember 2006 bank konvensional mempunyai kualitas BO/PO lebih tinggi dibandingkan dengan bank syariah karena di 2008 bank konvensional mengalami peningkatan pendapatan. 4.4.5. Analisis Rasio LDR Jika melihat dari standar yang diberikan Bank Indonesia, maka bank syariah-lah yang memenuhi standar Bank Indonesia di tahun 2008 bila berdasarkan rasio LDR ini. Pada tabel 4.5, bank syariah mempunyai rasio LDR sebesar 103.64% (2008) dan 2007 sebesar 99.76%, perbandingan dari dua tahun tersebut terdapat peningkatan nilai LDR sebesar 3.88% yang berarti di tahun 2008 jumlah dana pihak ketiga bank syariah mengalami penurunan.sedangkan pada bank konvensional nilai LDR tahun 2008 (74.58%) dan tahun 2007 sebesar 66.32%, maka dapat dilihat kalau bank konvensional mengalami peningkatan nilai LDR sebesar 8.26%. Kenaikan nilai LDR bank konvensional lebih besar dibandingkan dengan bank syariah, ini membuktikan bahwa bank konvensional mengalami peningkatan dalam pemberian kredit. 4.5. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Konvensional Persero dengan Bank Syariah, dilihat dari pengukuran bobot variabel dari masing masing Rasio Keuangan selama periode 2005-2008 4.5.1. Analisis Rasio CAR CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang resiko. Rasio ini menunjukan kemampuan permodalan bank untuk menutupi kemungkinan kerugian perkreditan dan perdagangan surat berharga. Tabel dibawah memperlihatkan posisi kecukupan mdal kedua bank selama emapta tahun terakhir.

CAR (%) Bank Konvensional Bank Syariah 2005 18 0 2006 20 16 2007 18 16 2008 18 0 Means 18,5 8 Tabel 4.6. Tabel Rasio CAR Sumber: Bank Indonesia,data diolah,2009 Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa Rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) bahwa nilai CAR dari Bank Konvensional Persero lebih tinggi daripada nilai CAR pada Bank Syariah periode 2005-2008. Dan pada tahun 2005 dan 2008 nilai CAR Bank Syariah sangat kecil, oleh karena itu pada tahun 2005 dan 2008 Bank Syariah masuk kategori tidak memenuhi standar, karena menurut standar Bank Indonesia bobot nilai CAR sebesar 20. Pada umumnya dana yang dimiliki oleh bank disalurkan dalam bentuk kredit pinjaman. Selain itu untuk memanfaatkan idle money, bank juga dapat melakukan investasi dalam surat-surat berharga. Oleh karean itu dibutuhkan permodalan yang cukup untuk menutup kemungkinan kerugian (resiko) kegagalan dalam kedua kegiatan usaha tersebut. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa permodalan bank konvensonal semakin membaik untuk menyerap resiko kredit dan surat-surat berharga. Tingkat CAR yang terlalu rendah akan berakibat pada kemampuan bank tersebut untuk survive pada saat mengalami kerugian. Modal sendiri akan dengan cepat habis untuk menutup kerugian, dan ketika kerugian telah melebihi modal sendiri maka kemampuan bank tersebut untuk memenuhi kewajiban kepada masyarakat menjadi sangat diragukan. Kemampuan untuk mengembalikan dana simpanan masyarakat juga menjadi diragukan. Penurunan kemampuan ini sangat mungkin untuk menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat pada bank tersebut, dan penurunan tingkat kepercayaan terhadap suatu bank ini selanjutnya sangat membahayakan kelangsungan usaha bank tersebut.

4.5.2. Analisis Rasio NPL KAP (%) Bank Konvensional Bank Syariah 2005 18 20 2006 18 20 2007 18 20 2008 20 20 Means 18,5 20 Tabel 4.7. Tabel Rasio NPL Sumber: Bank Indonesia, data diolah,2009 Nilai NPL pada Bank Syariah cenderung stabil selama empat tahun terakhir, bila dibandingkan dengan nilai NPL Bank Konvensional Persero. Dan bila didasarkan dengan standar Bank Indonesia maka nilai NPL Bank Syariah masuk ketegori memenuhi standar, karena bobot nilai standar-nya sebesar 20. Pada bank konvensional terdapat peningkatan di tahun 2008 ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan disektor pinjaman. Sedangkan pada bank syariah, kualitasnya sangat baik karena penyaluran dananya terfokus pada pembiayaan murabahah dengan resiko yang rendah sehingga memperkecil jumlah piutang kurang lancar. 4.5.3. Analisis Rasio ROA ROA (%) Bank Konvensional Bank Syariah 2005 13.5 12 2006 13.5 15 2007 13.5 15 2008 13.5 15 Means 13.5 14,25 Tabel 4.8. Tabel Rasio ROA Sumber: Bank Indonesia, data diolah,2009 Dapat dilihat bahwa nilai Ratio of Assets pada bank Konvensional Persero empat tahun terakhir (tabel 4.8) tidak terdapat perubahan, sama halnya dengan Bank Syariah yang nilai Ratio of Assets nya yang bisa dikatakan hampir sama tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2005 bobot nilainya lebih rendah dibandingkan dengan tahun berikutya. Akan tetapi, bila mengikuti standar Bank Indonesia yaitu bobot nilainya sebesar 15, maka nilai ROA Bank Syariah lebih

mendekati standar Bank Indonesia dibandingkan dengan bank kovensional Persero. Keadaan ini menunjukan kemampuan bank dalam mengelola aset yang dimilikinya untuk menghasilkan pendapatan semakin meningkat. Apabila ROA suatu bank sudah negatif maka, Bank Indonesia akan mengambil tindakan tertentu kepada bank yang bersangkutan. Tindakan tersebut dilakukan dalam rangka menyelamatkan bank yang bersangkutan dari keterpurukannya, sekaligus sebagai upaya untuk membentuk citra perbankan yang sehat di mata masyarakat. 4.5.4. Analisis Rasio LDR Rasio ini menunjukan kemampuan untuk membayar kembali kewajiban kepada para deposannya dengan menarik kembali kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Rasio ini merupakan rasio yang paling popular dan paling sering digunakan untuk mengetahui likuiditas bank. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan antara jumlah pinjaman yang diberikan dan jumlah deposit yang diterima sebuah bank. Bagi deposan rasio ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para deposannya dengan menarik kembali kredit-kredit yang telah diberikan. Sedang bagi peminjam (borrowers) rasio ini berguna untuk mengetahui sejauh mana sebuah bank dapat menyalurkan pinjaman. LDR (%) Bank Konvensional Bank Syariah 2005 12 15 2006 12 15 2007 12 15 2008 12 15 Means 12 15 Tabel 4.9. Tabel Rasio LDR Sumber: Bank Indonesia, data diolah,2009 Bobot nilai Loan to Deposit Ratio antara Bank Konvensional Persero dan Bank Syariah sama tiap tahunnya selama periode 2005-2008. Bila dilihat dari standar Bank Indonesia maka Bank Syariah memiliki nilai LDR sangat sesuai

dengan standar Bank Indonesia yaitu sebesar 15. Nilai ini memberikan gambaran bahwa total kredit/ pinjaman yang diberikan bank konvensional terhadap total deposito mempunyai kecenderungan yang menurun bila dibandingkan dengan bank syariah. 4.5.5. Analisis Rasio BO/PO BO/PO (%) Bank Konvensional Bank Syariah 2005 15 13.5 2006 15 13.5 2007 13.5 13.5 2008 15 13.5 Means 15 13.5 Tabel 4.10. Tabel Rasio BO/PO Sumber: Bank Indonesia, data diolah,2009 Berdasarkan data diatas (tabel 4.10) dapat dianalisis bahwa bobot nilai antara Bank Konvensional Persero dengan Bank Syariah sangat stabil dari tahun ke tahun. Walaupun di tahun 2007 bank konvensional persero mengalami penurunan. Namun bila mengacu pada standar Bank Indonesia dengan bobot nilai sebesar 15, maka bank konvensional termasuk kategori sesuai standar. Tinggi rendahnya profitabilitas bank tergantung pada kemampuan manajemen bank dalam meningkatkan pendapatannya dan menekan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan bank yang terutama dan terbesar berasal dari bunga pinjaman yang diberikannya, kemudian dari fee atau kompensasi atas jasa yang diberikan oleh bank serta keuntungan atas investasi yang dilakukan oleh bank. Sedangkan biaya-biaya bank bersumber dari bunga yang harus dibayarkan kepada para deposan, biaya-biaya gaji para karyawan dan biaya operasional lainnya. Seperti pada pendapatan, maka komponen biaya terbesar adalah biaya bunga yang harus dibayarkan.

4.6. Analisis Kinerja Keuangan Bank Konvensional Perserodan Bank Umum Syariah Perbandingan Kinerja B o b o t N ilai 16 14 12 10 8 6 4 2 0 2005 2006 2007 2008 Bank Konvensional Bank Syariah T ahun Grafik 4.1 Perbandingan Kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah Sumber Bank Indonesia,data diolah,2009 Berdasarkan bobot nilai pada pengukuran variabel dengan standar Bank Indonesia, maka nilai CAR sebesar 20, NPL sebesar 20, ROA sebesar 15, LDR sebesar 15, dan BO/PO sebesar 15 (Lukman Dendawijaya;145). Selanjutnya bobot nilai tersebut di rata-rata dan dibandingkan dengan hasil kinerja keuangan Bank Konvensional Persero dan Bank Umum Syariah, maka di dapat bahwa : Tahun 2005 : Bank Konvensional Persero > Bank Umum Syariah Dengan menggunakan rata-rata pembobotan dari tiap-tiap variabel perbandingan kinerja maka dapat di lihat bahwa kinerja bank konvensional lebih besar bila dibandingkan dengan kinerja bank syariah. Hal ini terlihat dari grafik 4.1, bobot nilai bank konvensional sebesar 15,3 sedangkan kinerja bank syariah sebesar 12,1. Bank konvensional mengalami keunggulan pada rasio CAR, ROA, dan BO/PO jika dibandingkan dengan bank syariah yang hanya unggul pada rasio NPL, dan LDR.

Tahun 2006 : Bank Konvensional Persero < Bank Umum Syariah Untuk tahun 2006 ini, terdapat peningkatan pada kinerja bank syariah bila dibandingkan dengan tahun 2005 yaitu pada Return on Assets Ratio (ROA). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di tahun 2006 ini bank syariah telah berupaya untuk menaikkan nilai laba bersihnya. Hal ini merupakan perkembangan yang positif bagi kemajuan bank syariah di Indonesia. Tahun 2007 : Bank Konvensional Persero < Bank Umum Syariah Jika di lihat dari grafik 4.1, bank konvensional memiliki bobot nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan bank syariah. Namun jika melihat pada bobot nilai masing-masing variabel, antara bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan nilai yaitu pada rasio BO/PO. Akan tetapi, bila dirata-rata dengan semua variabel maka bobot bank syariah lebih tinggi, terlihat pada perbandingan bobot nilai pada Loan to Deposit Ratio (LDR) antara bank konvensional dan bank syariah. Terbukti dengan bank syariah meningkatkan jumlah kredit yang diberikan kepada masyarakat. Selain itu pada tahun ini bank konvensioanal memiliki bonot nilai yang tinggi hanya pada Cash Adequacy Ratio saja. Tahun 2008 : Bank Konvensional Persero > Bank Umum Syariah Sama dengan di tahun 2007, bank syariah dan bank konvensional memiliki persamaan pada bobot Non Performing Loan (NPL) yaitu sebesar 20. Ini membuktikan bahwa bank konvensional dan bank syariah memiliki perbandingan kredit yang sama. Namun jika dilihat dari rata-rata perbandingan bobot nilai bank syariah dan bank konvensional secara keseluruhan maka nilai bank konvensional memiliki nilai bobot yang lebih besar dari pada bobot nilai bank syariah. Hal ini terlihat pada grafik 4.1 diatas.