BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jovi Nuriana Putra, 2015 Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

PERAN KELUARGA DALAM MENGEMBANGKAN NILAI BUDAYA SUNDA (Studi Deskriptif terhadap Keluarga Sunda di Komplek Perum Riung Bandung)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Angklung Buncis merupakan kesenian turun temurun yang

2015 KEARIFAN LOKAL PADA JENIS DAN MOTIF BATIK TRUSMI BERDASARKAN NILAI-NILAI FILOSOFIS MASYARAKAT CIREBON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

2016 DAMPAK KEBIJAKAN SUMEDANG PUSEUR BUDAYA SUNDA TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI KESUNDAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BENTUK DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI GUYUBAN BAGI KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA PASIR AYAH KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

2. Kesimpulan Khusus Adapun kesimpulan secara khusus akan dijabarkan sebagai berikut:

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. heterogen, keberagaman suku, budaya dan agama menciptakan pluralisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

2014 SAJARAH CIJULANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang diwajibkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki ribuan pulau. Hal ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam BAB IV, dapat

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. digital seperti sekarang ini dirasa semakin berkurang kualitas penyajian dan

BAB II LANDASAN TEORI. menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebuah inovasi yang mendapatkan influence (pengaruh) dari budaya atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap etnik (suku) di Indonesia memiliki kebudayaan masing-masing yang berbeda

1. PENDAHULUAN. bangsa yang kaya akan kebudayaan dan Adat Istiadat yang berbeda satu sama lain

Kebudayaan Suku Sunda. Oleh : Muhammad Rizaldi Nuraulia ( )

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Destri Srimulyan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. yang kini merupakan Provinsi Aceh. Mereka biasa menyebut dirinya Ureueng

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

Transkripsi:

5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi Kasus Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai adat pikukuh tilu yang menjadi landasan atau pedoman hidup pada masyarakat sunda wiwitan di cigugur. Mempelajari nilai adat Pikukuh Tilu berarti menyentuh aspek budaya spiritual dalam masyarakat Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang/Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dari permulaan sejarah tuntunan hingga pada aspek-aspek tuntunan tentang arti penghayatan, Ketuhanan, manusia, alam semesta, kesempurnaan hidup, serta pengamalan penghayatan dan budi pekerti yang terdapat dalam budaya masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pikukuh Tilu secara bahasa dapat diartikan sebagai peneguh yang berasal dari kata kukuh dan tiga yang berasal dari kata tilu, jadi apabila dijabarkan maksudnya Pikukuh Tilu ialah tiga peneguh yang berfungsi sebagai pedoman kehidupan. Nilai adat Pikukuh Tilu merupakan pedoman kehidupan yang menjadi Pangangger (peneguh) masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur untuk menuju kesempurnaan hidup (Purwawisesa). Purwawisesa dimaknai sebagai kata sempurna, kesempurnaan dalam kehidupan akan tercapai apabila manusia dapat mengontrol sifat, keinginan, pola perilaku, perasaan dan pikiran yang seluruhnya baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh dalam tata kehidupan manusia secara individu maupun sosial dalam lingkungan masyarakat. Dalam nilai adat Pikukuh Tilu terdapat tiga bagian yang menjadi rumusan tuntunan hidup masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, yakni Ngaji Badan, Tuhu/Mikukuh Kana Tanah, dan Madep Ka Ratu-Raja 3-2-4-5 Lilima 6. Ngaji Badan maksudnya adalah selaku manusia kita harus menyadari adanya berbagai aspek lain dalam kehidupan yang satu sama lainnya saling 176

177 berhubungan. Segala hal yang terdapat di sekeliling kehidupan yang dapat dirasakan oleh panca indera akan membuat manusia menyadari bahwa kehidupan ini terdiri dari Tri Daya Eka Karsa (tiga taraf kehidupan) yang terdiri dari taraf Nabati (hidup tapi pasif), Hewani (hidup aktif berdasarkan insting saja), dan Insani (hidup aktif berdasarkan akal, budi, perasaan dan pikiran). Ngaji badan juga dapat diartikan sebagai konsep introspeksi diri karena selaku manusia yang merupakan makhluk sosial sudah pasti akan membutuhkan manusia lain, alam, dan hal lainnya yang memiliki sifat saling ketergantungan. Tuhu/Mikukuh Kana Tanah terbagi menjadi dua konsep yakni Tanah Adegan maksudnya ialah raga secara jasmani/fisik dan Tanah Amparan yakni tanah tempat berpijak. Tuhu/Mikukuh Kana Tanah ini lebih mengarah kepada konsep cara dan ciri bangsa yang maksudnya ialah bagaimana suatu bangsa memiliki kebudayaan, adat, tradisi dan nilai serta norma yang berlaku dalam masyarakatnya, selanjutnya suatu bangsa itu memiliki ciri khasnya masingmasing dilihat dari segi rupa, adat, bahasa, aksara (tulisan), dan kebudayaan. Madep Ka Ratu-Raja 3-2-4-5 Lilima 6 merupakan sekumpulan konsep tata nilai yang berlaku dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dalam penjabarannya Madep artinya mengarah, Ratu dan Raja yang dimaksud ialah Ratu dan Raja dalam wujud yang bukan merupakan seseorang, akan tetapi mengandung makna Ratu Nunggararata dan Raja nu Ngajagat Rata, (menyeluruh) keduanya mengacu pada makna kesempurnaan. Fungsi Pikukuh Tilu ialah sebagai pedoman masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur dalam menuju kesempurnaan hidup. Pedoman menuju kesempurnaan hidup ini merupakan manifestasi dari nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya. Pikukuh Tilu dikatakan sebagai nilai karena merupakan konsep-konsep umum dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang mempertegas tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas, dicitacitakan, diinginkan, dihayati serta dilaksanakan, dalam kehidupan sehari-hari lalu menjadi tujuan kehidupan bersama didalam kelompok masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.

178 Dalam upaya pengamalan nilai adat Pikukuh Tilu terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti, Sir (kahayang) keinginan, Rasa (ngarasakeun) merasakan,dan Pikir (memikirkan). Hal ini sebisa mungkin harus di olah oleh manusia dengan cara yang sebaik mungkin. Upaya pengamalan Pikukuh Tilu dilakukan dengan cara penerapan atau aplikasi dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pikukuh Tilu diaplikasikan dalam bentuk hubungan manusia dengan Tuhan, interaksi dalam masyarakat, dan dalam menjaga lingkungan alam. Manusia hidup memerlukan kesadaran diri agar tetap berada dalam keadaan stabil, contohnya dalam mengontrol tekad, ucap, lampah/niat, ucapan, dan perilaku yang mengacu pada bagaimana seseorang harus bersikap dan berperilaku baik. Pikukuh Tilu merupakan nilai adat yang merupakan tradisi dan kebudayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dilihat dari segi adat, wujud ideal dari kebudayaan yaitu adat atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya. Dalam proses pelaksanaannya terdapat sanksi apabila melanggar nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, bentuk pelanggaran terhadap nilai adat Pikukuh Tilu pada dasarnya ialah hal yang pada umumnya terjadi dalam kehidupan sosial masyarakat seperti berjudi, zina, mencuri, selingkuh, membunuh dan lainnya yang bersifat mengganggu terhadap ketertiban sosial dan merugikan aspekaspek kehidupan sekitarnya. Bila terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai adat Pikukuh Tilu maka akan diberlakukan sanksi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang berupa teguran, diacuhkan, hingga dikucilkan dari wilayah adat. Adat istiadat merupakan norma yang sangat kuat dan memiliki daya pengikat terhadap kelompok masyarakatnya, sehingga anggota-anggota masyarakat yang melanggar nilai adat akan menerima sanksi keras, yang terkadang diberlakukan secara tidak langsung. 2. Peranan keluarga sunda wiwitan dalam mewariskan nilai-nilai adat pikukuh tilu. Peran keluarga Sunda Wiwitan dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu tidak terlepas dari konsep sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak keluarga seperti orang tua dan seluruh anggotanya yang ikut berperan secara aktif.

179 Sosialisasi ialah proses belajar (Learning Process) dimana manusia mempelajari, menginternalisasikan, dan mengadaptasi apa yang disosialisasikan seperti nilai, norma, dan sistem sosial dalam tatanan hidup masyarakatnya, sehingga setiap individu dalam kelompoknya mampu berperan dan mengikuti berbagai sistem atau aturan dalam masyarakatnya dan dapat diterima dengan baik. Peran orang tua dalam keluarga Sunda Wiwitan Cigugur sangat penting, contohnya dalam memberikan petuah dan wejangan tentang berbagai nilai kehidupan yang berlandaskan pada nilai adat Pikukuh Tilu. Biasanya ayah dan ibu akan silih bergantian mensosialisasikan nilai adat Pikukuh Tilu dan nilai budi pekerti lainnya yang berlaku dalam kelompok masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sehingga proses tersebut terus berjalan secara berkesinambungan dengan kondisi di lingkungan masyarakatnya. Dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur memiliki sistem Silih Asah, Silih Asuh, Silih Asih (saling mendidik, saling mengingatkan, dan saling menyayangi) yang berfungsi dalam setiap kelompok keluarga masyarakatnya, sehingga satu sama lain dalam anggota keluarga sebenarnya memiliki peran masing-masing yang mengacu pada terwujudnya pewarisan kebudayaan, adat, dan tradisi Sunda Wiwitan Cigugur. 3. Kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat pikukuh tilu. Kendala dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu terbagi menjadi dua, diantaranya ialah kendala internal dan eksternal. Kendala internal biasanya terjadi dikarenakan sikap masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang terkadang memiliki pemikiran dan pemahaman yang berbeda-beda tentang apa yang disosialisasikan oleh pemimpin, sepuh, maupun oleh orang-orang yang dipercaya mewakili setiap daerah yang masyarakatnya merupakan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pemahaman yang berbeda ini maksudnya adalah tidak sesuainya informasi yang diberikan kepada masyarakat yang diwakili oleh ais pangampih (perwakilan/sepuh dari setiap daerah) dengan informasi

180 yang diberikan di pusatnya, sehingga menimbulkan pemahaman yang beragam dan terkadang pemaknaannya mengarah pada persepsi lain. Kendala eksternal ialah kendala yang datang dari luar kelompok Sunda Wiwitan Cigugur yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan pengaruh atau menyebabkan goyahnya unsur-unsur adat dalam kelompok masyarakatnya. Banyak hal yang menjadi kendala seperti pembuatan KTP, Kartu Keluarga, Catatan Sipil, dan kesulitan lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsi negatif terhadap masyarakat secara umum yang dianggap terlalu fanatik dan hal lainnya yang pada akhirnya menyebabkan pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu maupun unsur adat lainnya menjadi terhambat karena sedikitnya hal ini memberikan dampak yang cukup mengganggu. Menurut wawasan sistem sosial, berbagai hal dalam kehidupan sosial telah diatur sedemikian rupa, sehingga setiap aspek dari kehidupan sosial secara rumit, dan secara tidak langsung berhubungan satu sama lain. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pengaruh kendala internal maupun eksternal secara rumit dan secara tidak langsung saling berhubungan dan memberikan pengaruh pada setiap aspek dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. 4. Upaya-upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai adat Pikukuh Tilu. Upaya pelestarian nilai adat Pikukuh Tilu merupakan sosialisasi sebagai proses enkulturasi (pembudayaan). Dalam proses pembudayaan, individu mempelajari dan menyesuaikan sikapnya dengan adat istiadat, sistem sosial, nilai, norma, dan aturan hidup dalam budayanya. Dalam upaya pelestarian nilai adat Pikukuh Tilu konsep enkulturasi sangat jelas terlihat dari berbagai kegiatan pelestarian budaya masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, terutama dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu. Berbagai bentuk upaya pelestarian atau pembudayaan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu sangat beragam bentuknya. Dalam bentuk kegiatan pembelajaran atau pendidikan dalam lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur terdapat kegiatan Pangeusian Kurasan Ngeunaan Ajaran Karuhun, Surasa Basa, Atikan Samemeh Lahir, dan kegiatan outdoor seperti mengunjungi tempat-tempat

181 atau situs leluhur Sunda dan alam terbuka untuk memberikan aplikasi dari pembelajaran nilai adat Pikukuh Tilu beserta hubungannya baik itu dalam hubungan dengan Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan alam. Dalam bentuk kesenian terdapat kegiatan Nabeuh Pusaka yakni memainkan alat musik tradisional pada setiap malam minggu yang berupa Gamelan Monggang yang merupakan peninggalan dari masa Kesultanan Gebang di Cirebon. Dalam kegiatan Nabeuh Pusaka para Nonoman/remaja dan anakanak akan melakukan Olah Rasa sambil mendengarkan alunan musik dari gamelan, hal ini sangat kental dengan pemaknaan berbagai nilai adat Pikukuh Tilu yang pada akhirnya akan dilaksanakan diskusi dengan para Nayaga mengenai berbagai nilai adat, sejarah, dan budaya. Dalam kegiatan Nabeuh Pusaka juga terdapat sarat harus membawa nasi goreng yang disuguhkan, hal ini bermakna memisahkan Hade jeung Goreng (baik dan buruk) dan hal ini juga berkaitan dengan nilai adat Pikukuh Tilu. Selanjutnya ada seni tari Buyung yang merupakan tarian khas yang selalu ditampilkan pada saat upacara adat Serentaun, yang melambangkan keseimbangan antara Sir, Rasa, Pikir/keinginan, perasaan, dan logika yang merupakan makna tersirat dari nilai adat Pikukuh Tilu. Selain seni tari terdapat juga seni membatik yang motifnya memiliki makna masing masing yang berkaitan dengan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, begitupula setiap relief dalam bangunan yang terdapat dalam bangunan Paseban Tri Panca Tunggal memiliki makna yang berkaitan pula dengan nilai adat Pikukuh Tilu. Dalam kegiatan upaya pelestarian nilai adat Pikukuh Tilu terdapat kaitan yang sangat erat dengan beberapa upacara adat atau ritual tertentu dalam kepercayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur diantaranya ialah upacara adat Serentaun, Olah Rasa, Atikan Samemeh Lahir, ulang tahun, dan dalam menentukan hari baik untuk pernikahan. Dengan adanya beberapa kegiatan atau upaya pelestarian yang telah dibahas maka dapat disimpulkan bahwa pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu terdapat dalam segala aspek dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang kental dengan nilai adat, tradisi, kebudayaan, dan kearifan lokal yang memiliki peran penting dalam

182 pelestarian ajaran dari leluhurnya. Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sangat menyadari pentingnya pelestarian kebudayaan terutama kebudayaan Sunda dari segala aspek, sehingga berbagai kearifan lokal seperti pendidikan, kesenian, dan seluruh aspek adat dan tradisi yang dimiliki masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur dapat dilihat secara jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya, hal ini dikarenakan oleh pentingnya penerapan nilai adat dalam kehidupan bagi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Selanjutnya pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ialah salah satu bentuk kegiatan yang berada dalam lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, berbasis pada konsep adat, tradisi, budaya, kearifan lokal, nilai, serta norma yang hubungannya sangat erat dengan unsur-unsur sosiologis. Pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu memiliki implikasi terhadap pendidikan sosiologi. Kearifan lokal dan kebudayaan seperti pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu bisa dijadikan sebagai media pembelajaran yang sangat berpengaruh pada perkembangan dunia pendidikan. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi masyarakat secara umum dan mahasiswa, khususnya pendidikan sosiologi, begitu juga dengan generasi masyarakat selanjutnya untuk dapat mempelajari, mengetahui, dan memahami kebudayaan yang ada di Indonesia, terutama bagi masyarakat Jawa Barat. 5.2 Implikasi Implikasi penelitian pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan terhadap pendidikan sosiologi ialah dapat memperkaya bahan ajar mengenai kearifan lokal yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, salah satunya ialah masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Selain menambah bahan ajar penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam setiap kegiatan kemahasiswaan seperti field trip, atau study tour karena masih sangat banyak hal yang dapat dilihat dan dipelajari dalam kebudayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur.

183 5.3 Rekomendasi 5.3.1 Bagi Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang merupakan wilayah adat yang di dalamnya terdapat kearifan lokal, kebudayaan, nilai, norma, adat dan tradisi yang sudah secara turun temurun terus diwariskan pada setiap generasi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Hal ini sangat penting untuk dijaga kelestariannya, agar masyarakat Sunda maupun masyarakat secara umum dapat mengetahui kebudayaan yang terdapat dalam lingkungan kehidupan masyarakatnya. Dalam pewarisan nilai adat terutama nilai adat Pikukuh Tilu sebaiknya perlu diperhatikan wawasan perwakilan dari setiap daerah yang menjadi penyambung lidah atau menjembatani antara Paseban dengan cabang-cabangnya agar dapat menghindari lunturnya makna dari nilai-nilai adat yang disampaikan. Dalam sistem pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu harus lebih intensif karena pada saat ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin gencar merambah pada wilayah-wilayah adat sehingga diperlukan penjelasan yang berkaitan secara langsung dengan penggunaan teknologi yang apabila dalam penggunaannya tidak diperhatikan hal ini akan menimbulkan lunturnya nilai adat dan budaya asli Sunda. 5.3.2 Bagi Pemerintah Pemerintah merupakan lembaga yang menaungi masyarakat Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang, salah satunya ialah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan yang berfungsi sebagai peran sosialisasi terhadap masyarakat secara luas, dan melestarikan setiap aspek kebudayaan yang terdapat di wilayah Kabupaten Kuningan. Dalam hal ini sebaiknya pemerintah tidak bergerak dalam upaya pelestarian keseniannya saja, masih banyak hal yang harus dikaji dan diteliti, seperti dalam pengetahuan nilai-nilai adat serta kearifan lokal yang terdapat di wilayahnya. Kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi ilmu pengetahuan secara umum khususnya bagi masyarakat Kabupaten Kuningan sehingga dengan

184 adanya hal tersebut masyarakat tidak memiliki persepsi negatif terhadap wilayah-wilayah adat seperti wilayah adat Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang. 5.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang berniat untuk meneliti objek yang sama mengenai pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu maka hendaknya meluaskan objek kajian dengan mengkaji seluruh aspek budaya spiritual Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang. Hal ini dikarenakan setiap aspek nilai adat yang terdapat dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur saling berkaitan satu sama lain dan memiliki hubungan yang erat sehingga sulit untuk dipisahkan satu dengan yang lainnya.