BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. di mana-mana baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

BAB I PENDAHULUAN. profesionalitas dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan

BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Individu pada usia remaja di sekolah adalah sebagai individu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan rendahnya disiplin diri, barangkali para remaja menganggap banyak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan. pendidikan banyak menghadapi berbagai hambatan dan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, PT.Renaja Rosdakarya, Bandung, 2012, hlm 94

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. ini kita semua pasti pernah merasakan tekanan-tekanan batin akibat kesalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama.

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (knowledge and technology big bang), tuntutan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sekitarnya. Berkaitan dengan Pendidikan, Musaheri (2007 : 48) mengungkapkan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sekarang ini telah mulai

BAB I PENDAHULUAN. dikaitkan dengan kata asal guide, yang diartikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar adalah suatu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari melalui sekolah, baik dalam lingkungan, di rumah maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, pendidikan merupakan ujung tombak pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gina Aprilian Pratamadewi, 2013

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I P E N D A H U L U A N (AKHIR) Bimbingan dan konseling memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia. Melalui pendidikan, peserta didik dibina untuk. perubahan jaman, bahkan mampu mengendalikannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN KEYAKINAN DIRI (SELF-EFFICACY) DENGAN KREATIVITAS PADA SISWA AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I HAKEKAT BIMBINGAN DI SD

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTRAPERSONAL SISWA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct), (2) memandu (to pilot), (3) mengelola (to manage), dan (4) menyetir (to steer). Sunaryo (dalam Yusuf, S & Nurihsan, J. 2005: 6) mengemukakan bimbingan sebagai proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal, sedangkan Natawidjaja (1987: 37) mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya. Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa bimbingan merupakan upaya pemberian bantuan untuk memfasilitasi individu dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. ASCA (American School Counselor Association) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada konseli, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu konselinya mengatasi masalah-masalahnya (Yusuf, S & Nurihsan, J. 2005: 8). Berdasarkan berbagai pengertian tersebut, konseling diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang bersifat rahasia, yang dilakukan oleh konselor kepada konseli untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh konseli agar memperoleh kebahagian dalam hidupnya. Dari beberapa pengertian bimbingan dan konseling yang dikemukan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara

2 berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapatkan keahlian untuk itu, dengan tujuan agar indivisu dapat memahami dirinya, lingkungan, dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Siswa Sekolah Menengah Atas merupakan remaja yang sedang mengalami perkembangan intelektual. Bloom (dalam Makmum, A. S. 2007: 102) menyatakan bahwa taraf kematangan dan kesempurnaan IQ seseorang mencapai 92% nya sejak usia 13 tahun. Maksudnya tingkat kematangan intelektual pada usia remaja berubah secara signifikan yang ditandai dengan adanya eksplorasi kematangan intelektual. Tahapan ekplorasi kematangan intelektual bisa dikembangkan melalui pendidikan yang dimanifestasikan dengan luasnya wawasan informasi dan kapasitas berfikir individu. Dengan demikian, masa remaja merupakan masa yang penuh potensi dalam menentukan keberhasilan akademik. Menurut Hurlock, E.B. (1980: 207-208) masa remaja merupakan salah satu perkembangan manusia yang menarik perhatian untuk dibicarakan, karena masa remaja mengalami berbagai permasalahan yang harus dihadapi. Masa remaja juga sering disebut sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi masa dewasa. Siswa merupakan pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang ke arah kematangan. Masing-masing siswa memiliki karakteristik pribadi yang unik, dalam arti terdapat perbedaan individu diantara mereka. Contohnya hal-hal yang menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sosialbilitas, sikap, kebiasaan dan kemampuan penyesuaian diri. (Yusuf, S & Nurihsan, J. 2011: 157). Salah satu perkembangan masa remaja adalah mengembangkan kemampuan intelektual. Perkembangan intelektual yang harus dimiliki remaja yaitu kemampuan menghadapi dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat, tepat dan efektif, memiliki inisiatif yang tinggi dan kemampuan untuk memperoleh atau menggunakan pengetahuan

3 dalam menyelesaikan masalah serta mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai. Kemampuan intelektual tidak akan berkembang apabila siswa tidak memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri individu yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu perbuatan seseorang yang didasarkan atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya. Motivasi siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi harus memiliki motivasi belajar yang tinggi. Motivasi merupakan kekuatan, dorongan dan keinginan yang terdapat dalam diri siswa yang menyebabkan siswa bertindak. Motivasi belajar yang tinggi mendorong siswa untuk fokus untuk mencapai prestasi belajar yang optimal. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi dalam menghadapi permasalahan akan melakukan alternatif-alternatif yang positif untuk memecahkan setiap masalah yang mereka hadapi, contohnya siswa bertanggung jawab terhadap dirinya dan akan terus belajar bersungguh-sungguh. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Keefe dan Jenkins (dalam Zenzen, T.G: 2002) menyatakan motivation, as it relates to students, is very important. Students who have high motivation to achieve generally do well academically. Students with low motivation do not do well academically. Maksudnya jika dikaitkan dengan siswa motivasi merupakan faktor penting yang menentukan kemampuan akademis siswa. siswa yang memiliki motivasi yang tinggi akan bagus secara akademis, sementara siswa dengan motivasi yang rendah akan memiliki kemampuan akademis yang rendah pula. Ramdani (2011) menyatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi pada umumnya memperoleh hasil akademik yang baik, dan begitu juga sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada umumnya memperoleh hasil akademik yang kurang baik. Senada dengan hal tersebut, Hamalik, O. (2012: 179) menjelaskan juga

4 bahwa motivasi sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar, karena suatu kelompok yang mempunyai motivasi akan lebih berhasil ketimbang kelompok yang tidak punya motivasi. Uno, H. B. (2012: 30) juga menjelaskan bahwa seseorang yang mempunyai motif tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaannya. Hal yang membuat seorang siswa berusaha mencapai prestasi yang lebih tinggi dan mengikuti proses belajar mengajar secara lebih mendalam banyak berkaitan dengan faktor motivasi terutama motivasi untuk berprestasi, sedangkan motivasi masing-masing siswa dapat bervariasi. Kuat lemahnya motivasi tergantung pada besarnya harapan yang ingin dicapai, kuatnya dasar yang menimbulkan motivasi, serta besarnya kepuasaan yang diinginkan (Rivai, V: 2003) McClelland (dalam Zaenal, 2000) mengungkapkan bahwa Motivasi mempunyai kontribusi 65% terhadap prestasi belajar. Sementara itu menurut Bigge and Hunt dalam Rivai, V. (2003) mengartikan motivasi berprestasi sebagai dorongan untuk berperilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu standar keunggulan yang hasilnya dapat dievaluasi. Banyak dijumpai seseorang yang memiliki intelegensi tinggi tetapi prestasi yang dicapainya rendah, akibat kemampuan yang dimilikinya kurang berfungsi secara optimal. Salah satu faktor pendukung agar kemampuan intelektual anak dapat berfungsi secara optimal adalah adanya motivasi yang tinggi dalam dirinya. Dalam arti, apapun kondisi dan sistem dalam proses belajar mengajar, seluruh siswa hendaknya selalu berusaha meningkatkan motivasi untuk meraih prestasi yang gemilang. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang harus diraih oleh setiap siswa, bagi siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, mereka akan belajar dengan tekun untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah mereka cendrung sulit untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

5 Siswa yang berprestasi rendah menunjukkan potensi dan kemampuannya kurang optimal, prestasi belajar menurun. Karakteristik siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah diantaranya; mudah merasa kecewa dan berputus asa, tidak berani menghadapi kenyataan, tidak mau berusaha, mudah bosan dan jenuh dalam belajar, suka memberontak, kurang percaya diri dan mudah terpengaruh. Rendahnya motivasi belajar siswa ditunjukkan dengan prestasi yang tidak stabil. Siswa cenderung mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru, siswa menunjukkan kurang kesadaran dan dorongan dari dalam diri sendiri untuk mencapai prestasi yang optimal. Menurut Umaniyah (2008: 73) Individu yang memiliki motivasi belajar yang rendah memiliki beberapa ciri yaitu kurang memiliki tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan aktivitasnya, memiliki program dalam kegiatan tetapi tidak berdasarkan pada rencana dan tujuan yang realistik serta lemah dalam pelaksanaannya, cenderung bersikap apatis dan tidak percaya diri, sering ragu dalam mengambil keputusan, tindakannya tidak berdasarkan tujuan, tidak memiliki sikap inovatif dan kreatif dalam belajar, tidak giat dalam menyelesaikan tugas sekolah, tidak memanfaatkan waktu dalam belajar sehingga memperoleh hasil belajar yang kurang optimal. Berdasarkan wawancara dengan guru pembimbing di SMA Kartika XIX-2 Bandung (2013) menunjukkan ada beberapa indikator siswa memiliki motivasi belajar yang rendah, diantaranya; sikap siswa yang asal naik kelas dan asal lulus, siswa kurang bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas, siswa memiliki cara belajar yang kurang efektif sehingga tidak mampu menguasai materi pelajaran dengan baik, memiliki sikap apatis dan tidak percaya diri, ragu dalam mengambil keputusan, tidak memahami tujuan dalam setiap tindakannya, kurang disiplin dalam belajar, tidak mengikuti pelajaran yang diberikan guru dan tidak memanfaatkan waktu luang untuk belajar.

6 Permasalahan-permasalahan yang terjadi di SMA Kartika XIX-2 Bandung menunjukkan bahwa siswa sulit untuk mengembangkan prestasi belajarnya dengan baik. Bimbingan dan konseling memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan dalam mendukung pencapaian proses belajar mengajar dengan memfasilitasi siswa agar mereka mampu mencapai perkembangannya secara optimal. Salah satu perkembangan siswa di sekolah adalah tercapainya perkembangan akademik yang optimal terutama mengembangkan motivasi belajar siswa. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa mengembangkan motivasi belajar adalah dengan memberikan bimbingan belajar kepada siswa, karena dengan bimbingan belajar dapat membantu para siswa dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah belajar yang meliputi kebiasaan belajar, mengembangkan motivasi belajar, cara belajar yang efektif dan menyelesaikan tugas-tugas Nurihsan, J. (2003: 21). Bimbingan belajar diarahkan untuk meningkatkan motivasi belajar pada siswa di sekolah. Guru pembimbing membantu siswa sukses dalam belajar, meraih prestasi dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan. Menurut Sukardi, D.K et al (2008: 464) bimbingan belajar merupakan bimbingan yang tepat untuk membantu siswa dalam menemukan cara belajar yang tepat, mengatasi kesulitan belajar dan cara mengatur waktu dalam belajar khususnya ditujukan untuk mengembangkan potensi diri siswa agar mereka mampu menemukan dan menciptakan cara belajar yang tepat. Bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa disusun dalam rancangan program bimbingan dan konseling yang direncanakan secara sistematis, terarah dan terpadu sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, bimbingan belajar juga bertujuan untuk membantu siswa mengatasi masalah dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti ingin mengangkat masalah program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

7 (Penelitian Kuasi Eksperimen di SMA Kartika XIX-2 Bandung pada Tahun Ajaran 2013/2014). B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling pengaruh antara pendidik dengan siswa. Dalam saling mempengaruhi ini peranan pendidik lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih banyak menguaisai nilai-nilai, pengetahuan dan keterampilan. Sekolah merupakan suatu lingkungan formal tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar secara terencana dan terorganisasi. Kegiatan di sekolah bertujuan untuk menghasilkan perubahan-perubahan positif dalam diri siswa menuju kedewasaannya. Oleh karena itu, sekolah tidak hanya bertanggung jawab dalam mengembangkan aspek intelektual siswa saja melainkan juga bertanggung jawab dalam menumbuhkan, mendorong, membina dan mengembangkan kepribadian siswa dalam mencapai prestasi. Menurut Kartadinata (1983: 150) sekolah tidak hanya menekankan kepada pengembangan kemampuan kognitif, tetapi juga menekankan kepada pengembangan kepribadian sebagai sesuatu yang terintegrasi dan utuh. Dalam lingkungan sekolah pengembangan motivasi belajar untuk meraih tujuan pendidikan yang secara langsung supaya siswa meraih prestasi yang optimal. Motivasi belajar merupakan hal penting yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh setiap siswa di sekolah. Motivasi belajar membantu siswa mampu mendorong tingkah lakunya untuk mencapai prestasi yang tinggi, mampu mengelola dirinya sendiri, mengembangkan kreativitas, memiliki cara belajar yang efektif dan mampu menanggung resiko. Siswa yang kurang memiliki motivasi akan mengahambat proses belajar dan sikap persaingan belajar dalam mencapai prestasi di sekolah.

8 Usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dapat dilaksanakan dalam memberikan intervensi dalam bentuk pelayanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling merupakan proses bantuan yang diberikan kepada siswa yang dilakukan secara berkesinambungan agar siswa dapat memahami dirinya dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya dan mampu mencapai perkembangan yang optimal. Bimbingan yang dapat diberikan untuk membantu siswa mengembangkan motivasi belajar ialah dengan bimbingan belajar, karena bimbingan belajar merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan belajar. Mengingat pentingnya program bimbingan belajar di sekolah sesuai dengan kebutuhan siswa, tuntutan lingkungan masyarakat dan kebijakan lembaga untuk membantu siswa mencapai kompetensi akademik, maka masalah utama dalam penelitian ini adalah, seperti apa program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014? Secara lebih rinci masalah utama tersebut diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Gambaran umum motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. 2. Program bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. 3. Gambaran hasil efektivitas program bimbingan belajar untuk meningkatan motivasi belajar siswa XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014

9 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dalam penelitian ini secara umum adalah untuk menghasilkan program layanan bimbingan belajar yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran umum motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014? 2. Seperti apa rumusan program hipotetik bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014? 3. Bagaimana hasil efektivitas program bimbingan belajar terhadap peningkatan motivasi belajar siswa XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014? D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan teori tentang pelaksanaan bimbingan belajar dan motivasi belajar. b) Guna memperkaya cakupan ilmu pengetahuan dalam pengembangan program pelayanan BK di sekolah. c) Sebagai sumber informasi pendidikan bagi mahasiswa program studi BK program pasca sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Manfaat Praktis ` a) Siswa Diharapkan siswa dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi melalui bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

10 b) Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Memberikan inovasi baru dalam peningkatan mutu dan potensi guru dalam meningkatkan profesionalitasnya sebagai pendidik yang handal, khususnya yang terkait dengan pengetahuan dan pemahaman siswa tentang motivasi belajar. c) Bagi Sekolah Mengembangkan kualitas pendidikan untuk anak didik dan memberikan sumbangan positif terhadap kemajuan sekolah untuk mengembangkan wawasan serta ilmu pengetahuan dalam layanan bimbingan belajar di sekolah terkait dengan motivasi siswa. d) Peneliti Selanjutnya Sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang perbaikan kegiatan pemberian layanan guna meningkatkan mutu kualitas layanan bimbingan yang diberikan. Khususnya dalam penggunaan layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.