KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan administrasi. Sebelum persiapan penelitian ada tahap-tahap yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB III METODE PENELITIAN

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi yang bertujuan untuk mengetahui

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel penelitian Dan Definisi Operasional

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu: 1. Variabel independen : body image 2. Variabel dependen : perilaku diet

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Mellitus

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

KUALITAS HIDUP PADA PENDERITA KANKER DENGAN STATUS SOSIAL EKONOMI RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN. kematian di wilayah Asia Tenggara. Hal ini seperti yang disampaikan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu diantara penyakit tidak menular


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEPATUHAN MENJALANI PENGOBATAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2013

Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Santri di Pondok Pesantren ditinjau dari Jenis Kelamin. Rini Suparti Dr Aski Marissa, M.

BAB V HASIL PENELITIAN. Bab ini memaparkan hasil penelitian faktor faktor yang berkontribusi terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh gangguan sekresi insulin, penggunaan insulin atau keduanya(ada,

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan Rumah Sakit tipe A yang berada di Propinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PECANDU NARKOBA DI PANTI REHABILITASI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. khususnya pada kelompok PERSADIA (Persatuan Diabetes Indonesia) Semarang. PERSADIA Semarang merupakan bagian dari RS Panti

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

HUBUNGAN ANTARA SELF-COMPASSION DENGAN REGULASI EMOSI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA KABUPATEN PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB III METODE PENELITIAN. informasi-informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. menduduki rangking ke 4 jumlah penyandang Diabetes Melitus terbanyak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu syukur sebagai

NASKAH PUBLIKASI DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET RENDAH GLUKOSA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KLINIK KITAMURA PONTIANAK TAHUN 2014

Transkripsi:

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 NASKAH PUBLIKASI Oleh: IDHA KUSUMAWATI NIM F 100 050 168 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Oleh: IDHA KUSUMAWATI NIM F 100 050 168 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

I! v T0z J:,qulosoc z I' us)i ms 'Isd'HI''lsd'S'8upfuproH IrS nuslil\ urrrulfl 8qqu1qua4 :qe1o mfnlsslp q"lej rln8ue4 ue.&\o6 uedap rp uelueqeuedrp >1n1un rnfnlestp qelol 89r 0s0 00I.{ IIV,A(\VW ISOX YHfl :qe1o ue4nfep EUBA Z trdti SOTITTSI^I StrJ,gflYIO YIIUSONUd YOVd NT\DIIfl(Ngd IYX9NIJ NY(I NIhIYTDT SINg,f IUY(I NYfNIIIO ISIO INYTYfNfh[ NYHOIYdDT

KEPATUHAN MENJALANI DIET DITINJAU DARI JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 IDHA KUSUMAWATI Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi, M.Psi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Idha_kusumawati@yahoo.com Abstrak. Penderita diabetes mellitus memerlukan kepatuhan dalam mengendalikan penyakitnya secara kontinu, terutama dalam menerapkan diet sebagai bagian dari pilar pengendaliannya. Beberapa faktor demografis disebut memberikan pengaruh kepatuhan, antara lain jenis kelamin serta tingkat pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; 1) perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan, 2) perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin, dan 3) perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Hipotesis mayor dalam penelitian ini adalah ada perbedaan kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus tipe 2. Hipotesis minor dalam penelitian ini adalah ada perbedaan tingkat kepatuhan dalam menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin dimana perempuan lebih patuh dan ada perbedaan tingkat kepatuhan dalam menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan dimana penderita yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih patuh. Penelitian ini dilakukan di klinik penyakit dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan metode pendekatan kuantitatif menggunakan skala kepatuhan menjalani diet dan teknik incidental sampling, melibatkan 57 pasien diabetes mellitus tipe 2 yang sedang menjalani rawat jalan. Proses analisis data yang diperoleh menggunakan analisis varian dua jalur. Hasil analisis data menunjukkan F = 2,053; p = 0,118 yang berarti jenis kelamin dan tingkat pendidikan pasien tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Dilihat dari jenis kelamin menunjukkan f = 2,203; p = 0,072 yang berarti tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan. Dilihat dari tingkat pendidikan menunjukkan f = 3,062; p = 0,043 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan menjalani, dimana penderita dengan pendidikan tinggi lebih patuh daripada penderita dengan tingkat pendidikan menengah. Hasil kategorisasi data menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kepatuhan sedang dengan nilai rerata empirik 40,04. Kata kunci: kepatuhan menjalani diet, jenis kelamin, tingkat pendidikan, diabetes mellitus tipe 2

PENDAHULUAN P enyakit diabetes mellitus ditetapkan oleh PBB sebagai penyakit tidak menular, tetapi berlangsung lama dan sulit untuk diturunkan angkanya. Menurut laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF) (Nathan dan Delahanty, 2009) menyebutkan bahwa terdapat 230 juta penderita diabetes mellitus dan diperkirakan akan terus meningkat menjadi 370 juta pada tahun 2030. Penyakit ini di Indonesia disebut juga dengan penyakit kencing manis atau penyakit gula. Disebut demikian karena penyakit ini merupakan kelompok gangguan metabolik kompleks termasuk hiperglikemia dan gangguan aksi insulin dan/atau sekresi insulin (Lin dan Sun, 2010), sehingga menyebabkan kadar gula darah dalam tubuhnya melebihi batas. WHO (2003) menyatakan dari beberapa macam tipe diabetes, kasus diabetes mellitus tipe 2 menempati 90% dari keseluruhan kasus. Dan 90-99% disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, termasuk di dalamnya dalam aktivitas fisik dan juga dalam konsumsi makanan. Oleh karena itu, perubahan gaya hidup menjadi salah satu kunci dalam penanganan diabetes mellitus tipe 2. Ada 4 pilar penatalaksanaan penyakit diabetes mellitus (Kariadi, 2009). Salah satunya adalam dengan menjalani program diet yang menurut Darusman (2009) diet merupakan terapi paling utama dalam penatalaksanaan diabetes mellitus. Pengaturan diet diabetes mellitus berdasarkan 3J, yaitu, jumlah, jenis dan jadwal (Kariadi, 2009). Jumlah makanan diatur berdasarkan tinggi dan berat badan, jenis aktivitas dan umur penderita diabetes. Jenis makanan mencakup karbohidrat (termasuk penghitungan gula murni dan gula komplek), lemak, buah dan sayuran. Sedangkan jadwal makan meliputi waktu makan tetap dan makan selingan (Krisnatuti dan Yenrina, 2008). Kepatuhan dalam menjalankan diet bagi penderita diabetes mellitus tipe 2 menjadi permasalahan tersendiri ketika peraturannya harus diikuti oleh penderita secara kontinu dan dalam kurun waktu yang lama. Kepatuhan jangka panjang terhadap perencanaan makan merupakan tantangan yang besar bagi penderita diabetes mellitus 1

Cox dan Anderson (dalam Ciechanowski dkk, 2001) Beberapa faktor demografis disebut sebagai penentu tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus, antara lain jenis kelamin serta tingkat pendidikan. Faktor jenis kelamin akan mempengaruhi perubahan mental penderita. Smet (Darusman, 2009) menyatakan bahwa wanita lebih bersikap positif bila dibandingkan dengan pria dalam mengontrol diabetes mellitus. Dan tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dan juga dalam motivasinya akan berpotensi daripada mereka yang berpendidikan lebih rendah atau sedang (Notoatmodjo, 2003). LANDASAN TEORI Kepatuhan Menjalani Diet Notoatmodjo (2003) menjelaskan kepatuhan merupakan perilaku seseorang sehubungan dengan pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior) yaitu perilaku seseorang yang berhubungan dengan usaha-usaha pemulihan kesehatan misalnya mematuhi aturan diet, mematuhi anjuran dokter, dalam rangka pemulihan kesehatan. Diet sendiri menurut Kariadi (2009) adalah pengaturan makan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet adalah keterlibatan aktif pasien untuk mengikuti aturan diet sehingga penyakit diabetes penderita lebih terkontrol. Aspek-aspek dari kepatuhan menurut Delamater (2011) adalah pilihan dan keterkaitan dalam penetapan tujuan, perencanaan perawatan, dan implementasi peraturan diet. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan penderita diabetes, yaitu: Karakteristik penyakit dan tritmennya, meliputi tiga unsur dalam pengobatan dari penyakit itu sendiri telah dikaitkan dengan kepatuhan, yaitu kompleksitas pengobatan, durasi penyakit dan pemberian perawatan. Faktor intrapersonal, meliputi tujuh variabel yang berhubungan dengan kepatuhan, yaitu usia, jenis kelamin, self-esteem, selfefficacy, stres, depresi dan penyalahgunaan alkohol. Faktor interpersonal, dua hal penting dalam faktor inter-personal adalah kualitas 2

hubungan antara pasien dengan penyedia layanan kesehatan dan dukungan sosial. Dan yang keempat adalah faktor lingkungan, dua variabel yang termasuk di dalamnya adalah high-risk situations and environmental systems (situasi berisiko tinggi dan sistem lingkungan). Jenis Kelamin Menurut Kartono dalam Astuti (2009) jenis kelamin/seks merupakan kualitas yang menentukan individu itu laki-laki atau perempuan yang menyatakan bahwa perbedaan secara anatomis dan fisiologis pada manusia menyebabkan perbedaan struktur tingkah laku dan struktur aktivitas antara pria dan wanita. Perilaku kesehatan antara pria dan wanita dijelaskan oleh Kozier (dalam Darusman, 2009) pada umumnya wanita lebih memperhatikan dan peduli pada kesehatan mereka dan lebih sering menjalani pengobatan dibandingkan pria. Menurut Hawk (2005) jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan, termasuk dalam mengatur pola makan. Wanita lebih sering menggunakan fasilitas kesehatan daripada laki-laki, dan wanita lebih berpartisipasi dalam pemeriksaan kesehatan. Tingkat Pendidikan Notoatmodjo (2003) berpendapat semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Papalia, dkk (2009) mengatakan orang-orang yang berpendidikan lebih baik dan lebih berkecukupan memiliki pola makan yang lebih sehat dan layanan kesehatan yang bersifat pencegahan dan perawatan medis yang lebih baik. Menurut Delamater (2006) tingkat pendidikan rendah dikaitkan dengan kepatuhan pada tritmen yang lebih rendah dan lebih besar terkait morbiditas pada diabetes. Hipotesis Hipotesis mayor dari penelitian ini adalah ada perbedaan kepatuhan diet ditinjau dari jenis kelamin dan tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus tipe 2. Dan hipotesis minornya adalah: 1. Ada perbedaan kepatuhan diet ditinjau dari jenis kelamin pada penderita diabetes mellitus tipe 2, dimana perempuan lebih patuh menjalani diet daripada laki-laki. 3

2. Ada perbedaan kepatuhan diet ditinjau dari tingkat pendidikan penderita diabetes mellitus tipe 2, dimana tingkat pendidikan tinggi lebih patuh dalam menjalani diet daripada tingkat pendidikan menengah. METODE PENELITIAN Variabel Penelitian Penelitian ini melibatkan 3 variabel. Variabel kepatuhan menjalani diet sebagai variabel tergantung, dan variabel jenis kelamin serta tingkat pendidikan sebagai variabel bebas. Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus tipe 2. Pengambilan sample dilakukan dengan metode incidental sampling, yang mengambil subjek yang dijadikan sampel dengan cara kebetulan namun sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan pada saat dilakukan penelitian di poli penyakit dalam RSUD Dr Moewardi Surakarta yang sedang menjalani rawat jalan. Alat Ukur Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepatuhan menjalani diet yang telah dibuat dan digunakan sebelumnya oleh Basyiroh (2011) sesuai dengan aspekaspek kepatuhan yang diungkapkan oleh Delamater (2006). Analisis Data Data diolah dengan analisis varian dua jalur. HASIL DAN PEMBAHASAN Validitas dan Reliabilitas Uji coba alat ukur dalam penelitian ini menggunakan try out terpakai, yang berarti data yang didapatkan bisa digunakan langsung sebagai data penelitian. Perhitungan validitas aitem dalam penelitian ini menggunakan program SPSS (Statistic Product and Service Solutions) 15.0 for Windows Program. Sementara untuk reliabilitas dilakukan uji dengan koefisien Alpha Cronbach dan dilakukan terhadap aitem-aitem yang valid. Hasil uji validitas aitem skala kepatuhan menjalani diet menunjukkan bahwa dari 16 aitem yang diajukan terdapat 2 aitem yang gugur dan 14 aitem yang valid. Aitem yang valid mempunyai koefisien validitas corrected item-total correlation bergerak dari 0,323 sampai 0,726. Skala kepatuhan menjalani diet 4

memiliki nilai koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,886, dengan demikian skala tersebut dapat dinyatakan handal dan memenuhi untuk digunakan dalam penelitian. Uji Asumsi Hasil uji normalitas sebaran dari variabel kepatuhan menjalani diet menunjukkan bahwa data yang didapatkan normal dengan nilai Kolmogorov-Smirnov = 0,995 ; p = 0,276 (p > 0,05). Dengan p > 0,05 maka data kepatuhan menjalani diet dinyatakan memiliki sebaran data yang normal. Uji Hipotesis Hasil analisis data menunjukkan nilai F = 2,053; p = 0,118 yang berarti jenis kelamin dan tingkat pendidikan pasien secra bersama-sama tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Dilihat dari jenis kelamin didapat nilai f = 2,203 ; p = 0,072 yang berarti juga tidak memeberikan perbedaan yang berarti pada tingkat kepatuhan penderita diabetes mellitus tipe 2. Namun dilihat dari tingkat pendidikan didapat nilai f = 3,062 ; p = 0,043 yang berarti ada perbedaan yang berarti pada tingkat kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2, dimana penderita dengan pendidikan tinggi lebih patuh daripada penderita dengan tingkat pendidikan menengah. Kategorisasi Hasil kategorisasi data menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kepatuhan yang sedang dengan nilai rerata empirik 40,04. Subjek laki-laki berjumlah 31 dengan rerata empirik 39,74 dan perempuan berjumlah 26 dengan nilai rerata empirik 40,38 sama-sama memiliki tingkat kepatuhan yang sedan. Subjek dengan tingkat pendidikan menengah berjumlah 35 dengan rerata empirik 39,63 dan tingkat pendidikan tinggi berjumlah 22 dengan rerata empirik 40,68 samasama memiliki tingkat kepatuhan sedang. Pembahasan Jenis kelamin dan tingkat pendidikan pasien secara bersamasama tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada tingkat kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Dilihat dari jenis kelamin saja juga tidak memberikan perbedaan yang berarti pada tingkat kepatuhan 5

penderita diabetes mellitus tipe 2. Namun dilihat dari tingkat pendidikan ada perbedaan yang berarti pada tingkat kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2, dimana penderita dengan pendidikan tinggi lebih patuh daripada penderita dengan tingkat pendidikan menengah. Papalia, dkk (2009) menyatakan bahwa orang-orang yang berpendidikan lebih baik dan lebih berkecukupan memiliki pola makan yang lebih sehat dan layanan kesehatan yang bersifat pencegahan dan perawatan medis yang lebih baik, dan Delamater (2006) mengatakan bahwa pendidikan rendah mengakibatkan rendahnya kepatuhan terhadap pengelolaan diabetes dan meningkatkan keparahan penyakit. Supariasa (dalam Darbiyono, 2011) juga mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi tentang gizi, sehingga bisa diharapkan dia mampu bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi. Beberapa pendapat di atas terbukti dala penelitian ini. Akan tetapi pendapat yang menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan lebih patuh dalam penatalaksanaan diet tidak terbukti dalam penelitian ini. Seperti pendapat dari Glasgow (WHO, 2003) yang mengatakan bahwa laki-laki dinilai memiliki tingkat kepatuhan yang lebih rendah dalam hal diet dibandingkan wanita. Kesimpulan 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kepatuhan menjalani diet ditinjau dari jenis kelamin serta tingkat pendidikan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan nilai F = 2,053 ; p = 0,118 (p > 0,05). 2. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan menjalani diet ditinjau dari perbedaan jenis kelamin subjek penelitian yang ditunjukkan dengan nilai f jenis kelamin sebesar 2,203 dengan p = 0,072. 3. Ada perbedaan yang signifikan terhadap kepatuhan menjalani diet ditinjau dari tingkat pendidikan yang ditunjukkan dengan nilai f sebesar 3,062 dengan p = 0,043. 4. Rerata empirik kepatuhan menjalani diet didapat skor sebesar 40,04. Hal ini berarti bahwa variabel kepatuhan menjalani diet pada subjek penelitian tergolong sedang. 6

5. Rerata kepatuhan menjalani diet pada responden laki-laki didapat skor sebesar 39,74. Rerata kepatuhan menjalani diet pada responden perempuan didapat skor sebesar 40,38. Hal ini berarti kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2 berjenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan tergolong sedang. 6. Rerata kepatuhan menjalani diet pada responden dengan tingkat pendidikan menengah didapat skor sebesar 39,63. Rerata kepatuhan menjalani diet pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi didapat skor sebesar 40,68. Hal ini berarti kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi tergolong sedang Saran-saran 1. Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang menjalani rawat jalan khususnya serta seluruh penderita diabetes pada umumnya Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan menjalani diet berada pada kategori sedang. Dari segi jenis kelamin memang tidak ada perbedaan yang signifikani dalam tingkat kepatuhan diet, namun dari tingkat pendidikan ada perbedaan yang signifikan. Hal itu berarti kepatuhan menjalani diet terutama dalam penatalaksanaan diabetes mellitus ditentukan juga dengan seberapa baik penderita bisa menyerap informasi seputar penatalaksanaan diet bagi penderita diabetes mellitus. Oleh karena itu pasien sebaiknya lebih berusaha dalam meningkatkan penerimaan informasi seputar penanganan diabetes mellitus tipe 2 umumnya, dan seputar diet khususnya. 2. Keluarga Pasien diabetes membutuhkan dukungan dari banyak pihak, termasuk pihak terdekat dengan pasien, yaitu keluarga. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pola perilaku pasien dalam menangani penyakit yang diderita. Terlebih dalam penatalaksanaan diabetes mellitus perlu mengatur sebagian besar aktivitas pasien termasuk di dalamnya dalam diet, olahraga, 7

pengobatan serta pendidikan. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam membantu pasien dalam mencapai target kesehatannya, sehingga dalam menjaga tubuh pasien tetap sehat, gula darah tetap dalam batas normal, lebih mudah dilakukan oleh pasien. Kondisi tersebut juga membantu pasien terhindar dari kondisi yang kurang menguntungkan seperti dilanda stres/tertekan yang tentunya akan menghambat proses menuju pencapaian target kesehatan pasien. 3. Penyelenggara fasilitas kesehatan RSUD dr. Moewardi dalam menangani penderita diabetes mellitus tipe 2 sudah cukup baik, dengan adanya jadwal tersendiri bagi para penderita untuk melakukan kontrol kesehatan, menyediakan tenaga kesehatan serta fasilitas yang memenuhi kebutuhan bagi penderita diabetes mellitus tipe 2, meliputi tersedianya beberapa dokter spesialis, para ahli gizi, para perawat serta menyelenggarakan senam khusus untuk penderita diabetes. Perlu dijadikan pertimbangan disini adalah untuk memikirkan pelayanan alternatif secara psikologis bagi pasien bekerja sama dengan praktisi psikologi, misalnya dengan menyelenggarakan beberapa pelatihan untuk meningkatkan motivasi pasien dalam menangani penyakitnya, serta untuk menjaring penderita lain yang belum melakukan rawat jalan agar sadar akan pentingnya melakukan kontrol rutin terhadap kondisi kesehatannya berkenaan dengan penyakit diabetes mellitus tipe 2. 4. Peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya yang bermaksud akan melakukan penelitian terkait kepatuhan menjalani diet pada penderita diabetes mellitus tipe 2 dapat menyempurnakan kelemahan penelitian ini, di antaranya teknik pengambilan sampel secara nonrandom sehingga anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian ini. Cara tersebut membuat hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan untuk semua populasi. Kedua, jumlah 8

responden yang hanya 57 orang di antara ribuan penderita diabetes mellitus tipe 2 membuat hasil penelitian ini kurang bisa mewakili keseluruhan populasi. Ketiga, penelitian dilakukan pada pasien rawat jalan tentu memberikan penilaian yang tersendiri. Hal tersebut dikarenakan pasien rawat jalan adalah penderita diabetes yang memiliki kesadaran untuk melakukan kontrol kesehatan secara mandiri, sedangkan penderita lainnya belum tentu melakukan hal serupa. Generalisasi hasil penelitian ini terbatas pada populasi tempat penelitian ini dilakukan, sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda kiranya diperlukan penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Astuti, E. M., 2009. Hubungan antara Kematangan Emosi dan Jenis Kelamin dengan Agresivitas pada Komunitas Slankers. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Basyiroh, A. N., 2011. Hubungan antara Kontrol Diri dengan Kepatuhan terhadap Pengobatan pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta Ciechanowski, P. S., dkk,. 2001. The Patient-Provider Relationship: Attachment Theory and Adherence to Treatment in Diabetes. Am J Psychiatry,158:29 35. Diakses dari http://ajp.psychiatryonline.or g/article.aspx?articleid=1745 37 pada tanggal 5 Oktober 2011 Darbiyono, D. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Gizi dengan Tingkat Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSUD Kabupaten Karanganyar. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Darusman. 2009. Perbedaan Perilaku Pasien Diabetes Mellitus Pria dan Wanita dalam Mematuhi Pelaksanaan Diet. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 25 No. 1. Maret 2009. Diakses dari http://jurnal.ugm.ac.id/bkm/ar ticle/view/3575/3064. Pada tanggal 5 Oktober 2011 Delamater, A. M., 2006. Improving Patient Adherence. Clinical Diabetes Volume 24, Number 2. Diakses dari http://clinical.diabetesjournals 9

.org/content/24/2/71.full pada tanggal 18 Mei 2012 Hawk, K. 2005. Using Self- Management skills to Adhere to Healthy Lifestyle Behavior. Diakses dari http://highered.mcgraw_hill.c om/sites/dl/free/0073028533/ 229833/sample_chapter_02.p df pada tanggal25 Mei 2012 Manusia). Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. WHO Adherence to long-term therapies: Evidence for action. Diakses dari http://apps.who.int/medicin edocs/en/d/js4883e/ pada tanggal 16 April 2011 Kariadi, S. H. 2009. Diabetes? Siapa Takut!!. Bandung: Penerbit Qanita. Krisnatuti, D., dan Yenrina, R. 2008. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Lin, Y. & Sun, Z. 2009. Current Views on Type 2 Diabetes. Journal. Oklahoma: University of Oklahoma Health Science Center. Diakses dari http://joe.endocrinologyjournals.org/content/204/1/1.f ull pada tanggal 20 Juni 2010 Nathan, D. M., dan Delahanty, L. M. 2005. Menaklukkan Diabetes. Jakarta: Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Papalia, D. E., dkk,. 2009. Human Development (Perkembangan 10