PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN MEDIA BENDA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS III SDN 3 PANJER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

KAJIAN PUSTAKA. mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3), hasil belajar merupakan hasil dari

PEMBELAJARAN TEMATIK DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH DAN PELAKSANAANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN TERPADU MODEL WEBBED DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI MEMBACA SISWA KELAS II SD NEGERI 2 PEJAGOAN

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPA TERPADU (IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013)

proposal PTK tematik SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Perkembangan anak usia kelas awal SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar.

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK DI KELAS I SD

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Masnur Muslich (2010: 1) Berdasarkan Permendiknas No. 22 tahun 2006 (BNSP, 2006: 5-7), KTSP

PENGGUNAAN MEDIA VISUAL PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh FENTI MIFTAHUL JANNAH ASMAUL KHAIR RAPANI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. RUMUSAN MASALAH C. TUJUAN

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK SISWA SD KELAS AWAL

PEMBELAJARAN TEMATIK: PENYUSUNAN RPP Oleh: Suyantiningsih, M.Ed.

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS IV SEKOLAH DASAR 05 KETAPANG

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENDEKATAN TEMATIK ARTIKEL. Oleh SYARIFAH PAUJIAH F

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

Oleh: Nyoman Dantes PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

Oleh AGUNG HASTOMO, M.Pd ANWAR SENEN, M.Pd. Sosialisasi KTSP

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Arini Estiastuti (Staf Pengajar PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES) ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK KELAS 1 SD ARTIKEL PENELITIAN OLEH:

MENGAPA PERLU PEMBELAJARAN TEMATIK?

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK ARTIKEL PENELITIAN OLEH NETTY ZULFITHRATANI NIM : F

Kata kunci: Model, Pembelajaran Tematik, Pengalaman

PELATIHAN KURIKULUM 2013 PADA TINGKAT SEKOLAH DASAR DI UPT DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA PETANAHAN KEBUMEN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN BAGI SISWA KELAS V SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN. mengemukakan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

PENINGKATAN KREATIFITAS BELAJAR PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN PENDEKATAN TEMATIK PADA SISWA KELAS RENDAH ARTIKEL. Oleh SRI ASTUTI F

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perkembangan peserta didik sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan baik di dalam maupun di luar sekolah. Oleh

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK SD KELAS I-III. Sosialisasi KTSP

530 Penerapan Model Pembelajaran Tematik (Webbed)

MODEL PENGEMBANGAN MODUL IPA 1 TERPADU BERDASARKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF SISWA 1) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Tsani Fathani, 2013

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

KOMPETENSI INDIKATOR KEGIATAN PERKULIAHAN. 1. Mampu memahami

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan cara mencari

HURIYAH Program Studi Magister Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

PENINGKATAN AKTIVITAS PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS IV SEKOLAH DASAR ARTIKEL PENELITIAN

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS KONTEKSTUAL DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG

MODEL CONNECTED (MODEL 2: HOW TO INTEGRATE THE CURRICULA) Muktar Panjaitan Universitas HKBP Nommensen

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN TERPADU OLEH NOVI RESMINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pengalaman langsung dan nyata. Model ini memberi contoh bagi guru di kelas awal SD untuk menyusun

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik pada Sekolah Dasar yang duduk di kelas-kelas awal (kelas

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF PIAGET

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS AWAL SEKOLAH DASAR

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

Gambar 1 Alur Penyusunan Perencanaan Pembelajaran Terpadu

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI KELAS AWAL SD NEGERI INKLUSI BANGUNREJO 2 KRICAK TEGALREJO YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dini Herdiani, 2014 Pembelajran Terpadu dalam Kurikulum 2013 di Kelas VIII SMP Pasundan 3 Bandung

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

I. PENDAHULUAN. peningkatan kualitas guru dan peningkatan pelayanan sekolah pada masyarakat

PENERAPAN PENDEKATAN TEMATIK DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS I SD 3 SIANTAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Formal dalam memasuki era globalisasi ditandai dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam kegiatan studi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

2015 PENGARUH PEMBELAJARAN IPA TERPAD U TIPE INTEGRATED TERHAD AP PENGUASAAN KONSEP D AN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PAD A TOPIK TEKANAN

PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

Kata Kunci: Teams Games Tournament (TGT), Media Konkret, Sifat-sifat Bangun Datar Sederhana, Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kelompok Materi: MATERI POKOK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010),

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. pembenahan di segala bidang termasuk bidang pendidikan. Hal ini juga dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN TERPADU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA SMP PADA TEMA ENERGI DALAM TUBUH MENGGUNAKAN METODE 4S TMD

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dasar merupakan jenjang terbawah dari sistem pendidikan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

PENGGUNAAN BAHAN AJAR TEMATIK PEMBAGIAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI KELAS IIA MI AHLIYAH II PALEMBANG

Sofyan Mustoip 1, Dadang Kurnia 2, Prana Dwija Iswara 3. Jl. Mayor Abdurachman No. 211 Sumedang 1

PERANGKAT PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR. Sosialisasi KTSP

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dimana objeknya adalah benda benda alam. Ilmu pengetahuan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGAJAR TEMATIK DI KELAS RENDAH DENGAN KEGIATAN PEER TEACHING PADA GURU DI SDN 27 PANGIAN

Melihat Lebih Jauh Manfaat Pembelajaran IPA Terpadu Tipe Shared

Transkripsi:

PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS REAL OBJECT DI SEKOLAH DASAR Yeni Puji Astuti Prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep Email: yeni_puji.062003@yahoo.co.id Abstract Permendiknas number 22 of 2006 which the states that the approach use teaching in elementary school low grade (grade I, II, and III) is a thematic learning. Learners class one, two, and three are in the range early age that they see everything as a whole (holistic) so that learning is still dependent on concrete objects and experiences that happened. Thematic learning with real object can help memory students last long, because the real object of abstract concepts could be real. Keywords: Thematic Learning, Real Object, Elementary School Abstrak Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya. Pembelajaran tematik dengan real object dapat membantu daya ingat siswa bertahan lama, karena dengan real object konsep yang bersifat abstrak bisa menjadi nyata. Kata Kunci: Pembelajaran Tematik, Real Object, Sekolah Dasar PENDAHULUAN Pembelajaran di SD awalnya dilaksanakan secara terpisah. Pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah tersebut dinilai kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan menyulitkan mereka dalam belajar. Kemudian pemerintah mengeluarkan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di SD kelas rendah (kelas I, II, dan III) adalah pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Tema yang dimaksud di sini adalah pokok pikiran atau dasar cerita yang dipercakapkan. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan sesuai umur. Piaget (dalam Dahar, 1999) membagi tahaptahap perkembangan kognitif menjadi empat tahap yaitu sensorimotor (0 2 tahun), praoperasional (2 7 tahun), operasional konkret (7 11 tahun) dan operasi formal (11 tahun ke atas). Umur anak SD sekitar 6-12, jadi tergolong pada tahap operasioanal konkret. Pada tahap ini, anak sudah mampu berpikir logis, memahami konsep percakapan, mengorganisasi objek ke dalam klasifikasi, dan mampu mengingat, memahami dan memecahkan masalah yang bersifat konkret. Piaget (dalam Joni, 1996) menyatakan bahwa, anak di kelas awal SD berada pada masa rentangan usia dini dan pada masa tersebut kemampuan anak untuk bergaul 13

Yeni Puji Astuti dengan hal-hal yang bersifat abstrak pada umumnya baru terbentuk pada usia ketika mereka duduk di kelas terakhir SD. Karakteristik anak SD terletak pada perkembangan yang bersifat holistik atau terpadu. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan mental, sosial dan emosional. Aspek perkembangan tersebut saling berkaitan dan akan terpadu dengan pengalaman kehidupan dan lingkungan. Perkembangan anak SD dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu dimensi sosialemosional dan dimensi perkembanngan bahasa dan kognisi. Peserta didik kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) sehingga pembelajarannya masih bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialaminya. Pembelajaran tematik mampu mewujudkan pembelajaran yang efisien dengan menggunakan media real object. Dengan menggunakan media real object mampu membuat daya ingatan siswa bertahan lama, karena dalam pembelajaran siswa dihadapkan dengan benda asli yang bersifat konkrit. Hal ini bermanfaat agar daya ingat siswa terhadap materi pelajaran bertahan lama. PEMBAHSAN Trianto (dalam Prastowo, 2014) menyatakan bahwa pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan pada tema-tema tertentu. Tema yang dimaksudkan merupakan tema yang muncul dari pengidentifikasian ataupun peninjauan terhadap berbagai mata pelajaran. Pengidentifikasian yang dimaksud merupakan keterhubungan dan keterkaitan antar satu mata pelajaran atau satu bidang disiplin ilmu dengan yang lainnya, kemudian disatukan pada sebuah tema yang mengikatnya. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu dan pengikat materi dari beberapa mata pelajaran secara terintegrasi dalam pertemuan tatap muka dan atau praktik pengamatan pembelajaran (Suyanto & Jihat, 2013). Trianto (2010) menyatakan bahwa, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa. Tema yang diberikan merupakan pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi topik pembelajaran. 2. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Menurut Kemendikbud Pembelajaran tematik memiliki karakteristik atau ciriciri sebagai berikut: a. Berpusat pada siswa ( student centered) Hal ini sesuai dengan pendekatan pembelajaran modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator, memberikan kemudahankemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. b. Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa ( direct experiences). Dengan pengalaman langsung, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak. 14 Jurnal Autentik, Vol.1, No.1, Januari 2017: 13-19

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas Dalam pembelajaran tematik pemisahan antarmata pelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. e. Bersifat luwes/fleksibel Oleh karena bersifat fleksibel, guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dapat mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal siswa. f. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya. f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan Pembelajaran tematik memungkinkan siswa berada pada konteks belajar yang tidak terstruktur secara ketat, sehingga mereka bisa melakukan tugas-tugas dalam pembelajaran sambil melakukan interaksi sosial dan budaya yang di lingkungannya. Karakteristik model pembelajaran tematik di Sekolah Dasar menurut Tim Puskur (2006) adalah; (1) berpusat pada siswa, (2) memberikan pengalaman langsung, (3) pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas, (4) menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, (5) bersifat fleksibel, (6) hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan (7) menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan. Pembelajaran tematik pada kenyataannya memiliki beberapa kelebihan. Menurut Fogarty (1991) kelebihan dari model pembelajaran tematik adalah ; (1) factor motivasi, karena adanya pemilihan tema yang didasarkan pada minat siswa, (2) penulisan dari unitnya sangat dikenal oleh guru, (3) model ini merupakan perencanaan kurikulum yang to the point sehingga mudah ditangkap oleh guru yang kurang berpengalaman dan (4) model ini juga mendorong timbulnya perencanaan bersama karena sebuah tim lintas mata pelajaran bekerja sama agar tema tersebut dapat digunakan oleh semua mata pelajaran dan siswa akan dengan mudah melihat bagaimana kegiatan yang berbeda dapat saling berhubungan. Tim pengembang PGSD (1997) menyatakan bahwa, pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut : (1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan relevan dengan tingkat perkembangannya, (2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, (3) Kegiatan belajar akan menjadi lebih bermakna, (4) Keterampilan berfikir anak berkembang dalam proses pembelajaran tematik, (5) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmatis sesuai dengan lingkungan anak, dan (6) Keterampilan social anak akan dapat lebih berkembang secara optimal. Disamping itu pembelajaran tematik juga menyajikan beberapa keterampilan dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai 15

Yeni Puji Astuti sifat luwes, pembelajaran terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak. 3. Persiapan dan Pelaksanaan Pembelajaran Tematik a. Persiapan Proses pembelajaran tidak akan lepas dari sebuah persiapan,sebelum guru melaksanakan pembelajaran perlu menyusun perangkat pembelajaran. Menurut Suyanto & Asep Jihad (2013), persiapan pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menetukan tema Cara penentuan tema dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (a) mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum, kemudian dilanjutkan dengan menentukan tema yang sesuai; (b) menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat keterpaduan. 2) Prinsip penentuan tema Prinsip-prinsip penentuan tema pembelajaran tematik sebagai berikut: (a)mempertimbangkan untuk memilih tema dari lingkungan yang terdekat dengan siswa; (b) Memilih tema pembelajaran dari yang termudah hingga yang sulit; (c) Memilih tema dari yang sederhana hingga yang kompleks; (d) Menentukan tema pembelajaran dari yang kongkret hingga yang abstrak; (e) Memastikan bahwa tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berfikir pada diri siswa; (f) Memastikan bahwa ruang lingkup tema sesuai dengan usia, perkembangan kemampuan berfikir, minat, dan kebutuhan belajar siswa. 3) Menetapkan jaringan tema Jaringan tema perlu dipersiapkan dalam pembelajaran tematik. Guru perlu menghubungkan kompetensi dasar dan indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan terlihat kaitan antar tema yang telah ditetapkan, kompetensi dasar, dan indikator dari setiap mata pelajaran. Jaringan tema itu harus dikembangkan sesuai dengan alokasi waktu setiap tema. 4) Penyusunan silabus Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian. 5) Penyusunan rencana pembelajaran Rencana pembelajaran merupakan realisasi dari pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa yang telah ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana pembelajaran tematik meliputi: identitas mata pelajaran; kompetensi dasar dan indikator; materi pokok beserta uraian yang perlu dipelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator; strategi pembelajaran 16 Jurnal Autentik, Vol.1, No.1, Januari 2017: 13-19

(kegiatan pembelajaran); alat dan media; dan penilaian dan tindak lanjut. b. Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Pelaksanaan pembelajaran tematik melibatkan komponen dalam pembelajaran, misalnya silabus, RPP, bahan ajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana. Komponen tersebut merupakan penunjang keberhasilan pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Pelaksanaan pebelajaran tematik dilakukan dengan menggunakan tiga tahapan yaitu: kegiatan awal. Kegiatan inti dan kegiatan akhir. Alokasi waktu untuk tahapan kegiatan awal kurang lebih memakan waktu satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam pelajaran (3 x 35 menit), dan kegiatan akhir satu jam pelajaran (1 x 35 menit). 1) Kegiatan awal Kegiatan awal merupakan kegiatan pembuka dalam suatu proses pembelajaran. Pada kegiatan ini, guru harus memberi apersepsi dan motivasi agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Kegiatan ini dilakukan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran sebagai upaya mendorong siswa memfokuskan diri agar mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 2) Kegiatan inti Kegiatan inti merupakan tahapan kegiatan pembelajaran yang sangat penting, karena penyajian materi pelajaran disajikan pada kegiatan ini. Jadi, guru harus bisa memfokuskan siswa pada materi pelajaran dan harus bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Guru dalam menyajikan materi pelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan metode yang bervariasi, agar mampu menarik perhatian siswa. Selain itu, guru juga harus bisa memilih strategi atau metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. 3) Kegiatan akhir Kegiatan akhir merupakan tahapan untuk mengambil kesimpulan tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pengambilan kesimpulan bertujuan untuk mengecek sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari. 4. Media Pembelajaran Real Object Gagne (1970) menyatakan bahwa, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Media pembelajaran dibagi menjadi tiga macam yaitu: media audio, media visual, dan media audiovisual. Sehingga Real object (benda asli) merupakan media visual. Real object (benda asli) memiliki macam sangat bervariasi namun dapat diklasifikasikan dalam dua istilah yaitu objek dan benda/barang contoh (specimen). Objek yakni semua benda yang masih dalam keadaan asli, alami seperti ia hidup dan berada. Sedangkan benda/barang contoh (specimen) yaitu benda-benda asli atau sebagian benda asli yang dipergunakan sebagai sample (Degeng, 1993). Mulyani Sumatri dan Johar Permana (1999) menyatakan bahwa kelebihan media real object/ media benda asli yaitu: a. Benda nyata memberi pengalaman yang sangat berharga karena langsung dalam dunia sebenarnya. 17

Yeni Puji Astuti b. Benda nyata memiliki ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan. c. Pengalaman yang nyata dapat membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan. Benda nyata/ model dapat dikumpulkan dan dicari. 5. Pembelajaran Tematik dengan Real Object Pembelajaran tematik di sekolah dasar akan efektif apabila pembahasan materi pelajarannya berlangsung secara konkrit, mengingat perkembangan kognitif siswa sekolah dasar berada pada taraf konkrit. Penyajian materi pelajaran akan bersifat konkrit manakala pembelajarannya menggunakan atau memanfaatkan benda asli. Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung dan menemukan sendiri pengetahuan yang dipelajarinya. Suyanto & Asep Jihat (2013), menyatakna bahwa prinsip penentuan tema pada pembelajaran tematik salah satunya yaitu mempertimbangkan untuk memilih tema dari lingkungan yang terdekat dengan siswa. Dari pernyataan tersebut dengan menggunakan tema dari lingkungan terdekat dapat memicu pemahaman siswa yang tahan lama, karena dengan lingkungan terdekat yang sering kita lihat mampu membuat daya ingat siswa baik. Pembelajaran tematik dengan real object dapat membantu daya ingat siswa bertahan lama, karena dengan real object konsep yang bersifat abstrak bisa menjadi nyata. Contoh dalam pembelajaran, misalkan pada tema tubuhku. Guru lebih baik menggunakan media real object (benda asli) yaitu dengan menunjuk satu orang siswa maju ke depan kelas untuk dijadikan media pembelajaran. Jika benda asli yang dijadikan media maka akan memperjelas guru dalam menjelaskan bagian-bagian tubuh kepada siswa. Dibandingkan menggunakan media gambar, tata letak dalam menjelaskan bagian-bagian tubuh tidak akan akan jelas. Uraian di atas menunjukkan bahwa real object sangat berperan dalam pembelajaran tematik. Jadi, peran benda asli dalam proses pembelajaran di sekolah dasar sangatlah penting, baik itu pada kegiatan pra pembelajaran, kegiatan inti/penyajian pembelajaran, maupun pada kegiatan tindak lanjut. PENUTUP Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan pada tema-tema tertentu. Tema yang dimaksudkan merupakan tema yang muncul dari pengidentifikasian ataupun peninjauan terhadap berbagai mata pelajaran. Pengidentifikasian yang dimaksud merupakan keterhubungan dan keterkaitan antar satu mata pelajaran atau satu bidang disiplin ilmu dengan yang lainnya, kemudian disatukan pada sebuah tema yang mengikatnya. Pembelajaran tematik dengan real object dapat membantu daya ingat siswa bertahan lama, karena dengan real object konsep yang bersifat abstrak bisa menjadi nyata. Real object sangat berperan dalam pembelajaran tematik. Peran benda asli dalam proses pembelajaran di sekolah dasar sangatlah penting, baik itu pada kegiatan pra pembelajaran, kegiatan inti/ penyajian pembelajaran, maupun pada kegiatan tindak lanjut. 18 Jurnal Autentik, Vol.1, No.1, Januari 2017: 13-19

DAFTAR PUSTAKA Dahar, R. W. 1999. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Degeng, I. N. S. 1993. Media Pendidikan. Malang: FIP IKIP Malang. Fogarty, Robin. 1991. The mindful school: How to Integrated the Curricula. Pallatine, Illionis: IRI/Skylight Publishing, Inc. Gagne, R. M. 1970. The Conditional of Learning. New York: CBS College Publishing. Joni, T. Raka. 1996. Pembelajaran terpadu. Naskah Program Pelatihan Guru Pamong, BP3GSD PPTG Ditjen Dikti, 1996. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Puskur. 2006. Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: Depdiknas. Prastowo, A. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana. Sumantri, M & Permana, J. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Depdikbud: Dirjen Pendidikan Tinggi Suyanto & Jihat, A. 2013. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga. Team pengembang PGSD. 1997. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Debdikbud. Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT. Prestasi Pustaka 19