BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun langkah penelitian adalah:

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang berdasarkan pada metode baji (wedge method), dan kalkulasi dari program

BAB III DATA PERENCANAAN

Bab 3 METODOLOGI. penyelidikan tanah di lapangan dan pengujian tanah di laboratorium. Untuk memperoleh

Laporan Tugas Akhir Analisis Pondasi Jembatan dengan Permodelan Metoda Elemen Hingga dan Beda Hingga BAB III METODOLOGI

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Sipil Skripsi Sarjana Semester Genap 2006 / 2007

KUAT GESER 5/26/2015 NORMA PUSPITA, ST. MT. 2

BAB I PENDAHULUAN. pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang ada diatasmya. Peran tanah

PERENCANAAN PERKUATAN PONDASI JEMBATAN CABLE STAYED MENADO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM GROUP 5.0 DAN PLAXIS 3 DIMENSI

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH

BAB 3 METODOLOGI ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

TUGAS AKHIR. Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) Disusun Oleh : Maulana Abidin ( )

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

BAB III PROSEDUR ANALISIS

KARAKTERISITIK KUAT GESER TANAH MERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat

KORELASI NILAI N-SPT TERHADAP SIFAT SIFAT FISIK DAN MEKANIS TANAH

ANALISIS TINGGI MUKA AIR PADA PERKUATAN TANAH DAS NIMANGA

Karakterisasi Sifat Fisis dan Mekanis Tanah Lunak di Gedebage

KAJIAN POTENSI KEMBANG SUSUT TANAH AKIBAT VARIASI KADAR AIR (STUDI KASUS LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG LABORATORIUM TERPADU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO)

ANALISIS STABILITAS TANAH TIMBUNAN DENGAN PERKUATAN SABUT KELAPA

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION)

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB III LANDASAN TEORI. yang ujungnya berbentuk kerucut dengan sudut 60 0 dan dengan luasan ujung 10

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

LAMPIRAN 1 LANGKAH PEMODELAN ANALISA STABILITAS TIMBUNAN PADA PROGRAM PLAXIS 8.6

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

STUDI KAPASITAS DUKUNG PONDASI LANGSUNG DENGAN ALAS PASIR PADA TANAH KELEMPUNGAN YANG DIPERKUAT LAPISAN GEOTEKSTIL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penulisan tugas akhir ini adalah Perencanaan kemantapan lereng (Slope

TUGAS AKHIR. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana di Program Studi Teknik Sipil. Disusun Oleh NIM NIM

ANALISA TANAH PADA BUKAAN TEROWONGAN (Studi Kasus: Terowongan Kawasan Green Hill, Malendeng)

BAB III STUDI KASUS. 3.1 Data Teknis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.

BAB I PENDAHULUAN. serta penurunan pondasi yang berlebihan. Dengan demikian, perencanaan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN ATAU TANPA PERKUATAN GEOTEXTILE DENGAN PERANGKAT LUNAK PLAXIS ABSTRAK

Denny Nugraha NRP : Pembimbing : Ir. Asriwiyanti Desiani, MT. ABSTRAK

BAB III DATA PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN 1. Langkah Program PLAXIS V.8.2

PENGARUH GEOTEKSTIL TERHADAP KUAT GESER PADA TANAH LEMPUNG LUNAK DENGAN UJI TRIAKSIAL TERKONSOLIDASI TAK TERDRAINASI SKRIPSI. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Bendungan merupakan salah satu dari beberapa bangunan sipil yang

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

PENDAHULUAN BAB. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau : Kalimantan, Sumatera dan Irian Jaya. Gambut adalah tanah lunak,

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR

2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak

BAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar

JUDUL HALAMAN PENGESAHAN BERITA ACARA MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF (Studi Kasus di Desa Tanah Awu, Lombok Tengah)

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III KRITERIA DESAIN

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK

ANALISIS POTENSI LONGSOR PADA LERENG GALIAN PENAMBANGAN TIMAH (Studi Kasus Area Penambangan Timah Di Jelitik, Kabupaten Bangka)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur bangunan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin, Makassar 90245

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

DAFTAR ISI. Agus Saputra,2014 PENGARUH ABU SEKAM PADI TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LUNAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana cara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENANGANAN PENURUNAN TANAH DI TANAH MAS, SEMARANG UTARA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

PERENCANAAN STABILITAS LERENG DENGAN SHEET PILE DAN PERKUATAN GEOGRID MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA. Erin Sebayang 1 dan Rudi Iskandar 2


BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan suatu konstruksi bangunan sering dijumpai kondisi tanah yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. metode statis seperti Total stress Analysis (TSA) atau Effective stress

Transkripsi:

BAB III 56 METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian perlu diadakan alur kegiatan yang diharapkan dapat membantu dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun langkah penelitian adalah: Start Identifikasi masalah Analisa faktor keamanan ya tidak Solusi dengan Perkuatan tanah Geosintetik Cerucuk Bambu Corduroy ( Rakit Bambu ) Analisa dengan Program Plaxis tidak Faktor keamanan kuat ya Analisa Efektifitas Perkuatan End Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian

57 Langkah-langkah dalam metodologi program Plaxis, digambarkan dalam diagram alir berikut: Start Input data - Data tanah - Data bambu/ Geosinetik Proses data - Generated mesh - Air pori - Tegangan awal Stage construction Perhitungan faktor keamanan FK yang memenuhi persyaratan tidak ya Output hasil End Gambar 3.2 Flowchart program Plaxis

58 3.1. Pendekatan Penelitian Dalam Perkuatan tanah, perlu diketahui metode yang digunakan untuk mendapatkan parameter tanah dan memilih parameter yang digunakan untuk disain. 3.1.1 Klasifikasi Tanah dan Indeks Properties Pada kebanyakan proyek, properti tanah dasar ditentukan melalui penyelidikan tanah dan pengujian laboratorium: 2. Klasifikasi tanah (semua tanah), 3. Analisis ayakan (tanah tanpa kohesi), 4. Kandungan halus (yang dicampur dengan butiran halus dan tanah berbutir kasar), 5. Natural moisture (kebanyakan pada tanah berbutir halus), 6. Batas Atterberg (tanah berbutir halus), 7. Kandungan organik. 3.1.2 Satuan Unit Berat Tanah Satuan unit berat tanah merupakan parameter yang penting menganalisa karena kekuatan ketidakstabilan secara langsung dipengaruhi unit berat. Unit berat pada tanah berbiji-biji dan beberapa tanah berbutir halus dapat diperkirakan dari uraian tanah dalam hubungan dengan uraian dari kepadatan relatif (D r ) (Gambar 3.3) atau korelasi lain (Kulhawy dan Maine, 1990). Dalam Gambar 3.4, γ d /γ w adalah perbandingan unit berat kering tanah dengan unit berat air. Untuk tanah jenuh, kandungan air di tempat (w n ) harus disatukan untuk perhitungan unit berat jenuh (γ sat ) [γ sat = γ d ( 1 + w n )]. Unit berat tanah tanpa kohesi dapat diperkirakan dari korelasi dengan nilai N-SPT. Pengujian langsung di

59 laboratorium untuk tanah berbiji-biji tidaklah mudah dilaksanakan karena kepadatan tanah tempat asal tidaklah mudah direproduksi laboratorium dalam kaitan terjadi gangguan pada sampel. Unit berat dari tanah berbutir halus mungkin dapat ditentukan di laboratorium dari contoh tanah tak terganggu (dari thin-walled Shelby tubes). \ Gambar 3.3 Korelasi dari sudut pergeseran efektif sebagai fungsi klasifikasi tanah, kepadatan relatif dan unit berat. (Sumber dimodifikasi setelah U.S. Navy, 1982, Kulhawy dan Mayne, 1990) 3.1.3 Kuat Geser Tanah tanpa Kohesi Kuat geser tanah tanpa kohesi dapat diwakili dengan terdrainase, sudut efektif dari pergeseran internal (Φ ). Nilai dari sudut pergeseran biasanya diperkirakan dari korelasi hasil pengujian tanah (SPT dan CPT). Nilai dari sudut pergeseran sebagai fungsi dari parameter ditentukan dari SPT dan CPT (Tabel 3.1). Gambar 3.3 diperlihatkan perkiraan pergeseran sudut didasarkan klasifikasi tanah USCS. Gambar 3.4(a) memperlihatkan perkiraan pergeseran sudut didasarkan nilai N-SPT. Tabel yang di sebelah kanan Gambar 3.4 memperlihatkan perkiraan pergeseran sudut tanah sebagai fungsi dari kepadatan

60 tanah, diuraikan pada Tabel 3.2 kolom (a). Nilai pergeseran sudut ditentukan dari nilai N-SPT yang belum dikoreksi dalam Tabel 3.1 dan Gambar 3.4(a) adalah perkiraan lebih luas jangkauan pada kondisi dan dapat digunakan sebagai nilai untuk persiapan. Bagaimanapun juga, perkiraan ini tidak mempertimbangkan peningkatan nilai N-SPT dengan peningkatkan penambahan beban yang biasanya diamati pada tanah sejenis tanpa kohesi. Gambar 3.4(b) mempertimbangkan efek ini dan menyediakan nilai-nilai sudut pergeseran berdasar nilai N-SPT dan sebagai fungsi yang dibebani lebih efektif yang dinormalisir di tempat asal permukaan tanah, σ' vo /P a, di mana σ' vo adalah tekanan efektif permukaan tanah yang dibebani lebih di tempat asal, P a adalah tekanan udara. Sudut pergeseran yang diperoleh dari Gambar 3.4(b) jadilah lebih akurat dibanding yang ditunjukkan Gambar 3.4(a) dan harus digunakan jika informasi yang ada cukup tersedia. Catatan bahwa ketika σ' vo /P a = 1, nilai-n adalah sama dengan jumlah pukulan yang dikoreksi dan dinormalisir didefinisikan: (N 1 ) 60 (nilai-n yang setara yang diasumsikan 60 persen energi yang efisien). Tabel 3.1 Korelasi hasil dan sudut pergeseran antara SPT dan CPT tanah tanpa kohesi. (Sumber Kulhawy dan Maine, 1990)

Catat : (1) Nilai-N dalam lapangan, nilai belum dikoreksi. 61 (2) P a adalah tekanan udara normal = 1 atm ~ 100 kn/m 2 ~ 1 tsf. (3) Jarak dalam kolom (a) dari Peck, Hanson, dan Thornburn (1974). (4) Jarak dalam kolom (b) dan untuk CPT dari Meyerhof (1956). Gambar 3.4(b) menggambarkan variasi besar relatif hasil nilai pergeseran sudut tanah dari sangat lepas ke sangat padat, dengan tekanan efektif permukaan tanah yang dibebani lebih di tempat asal dijaga tetap. Sebab di tempat asal kepadatan tanah tanpa kohesi alami tidak bisa mudah direproduksi laboratorium dalam kaitan terjadi gangguan dengan sampel, sudut pergeseran tanah ini biasanya tidaklah dievaluasi dengan pengujian laboratorium. Oleh karena itu, untuk tanah tanpa kohesi, adalah umum untuk menggunakan hasil SPT dan korelasi yang serupa (Gambar 3.4). 3.1.4 Kuat Geser Tanah Berbutir Halus Pada tanah berbutir halus, kuat yang dikerahkan adalah fungsi dari ukuran pembebanan dalam hubungannya dengan kemampuan tanah untuk mengalirkan kelebihan tekanan pori-pori air dan sifat dasar tanah. Tanah berbutir halus dapat memperlihatkan kuat geser dalam kondisi terdrainase dan tak terdrainase. Kuat tanah terdrainase terjadi ketika tidak ada kelebihan tekanan pori-pori air yang dihasilkan selama pembebanan (pori-pori air dibuang selama pembebanan) dan perubahan volume diijinkan untuk terjadi. Kuat geser tak terdrainase pada saat jenuh, tanah berbutir halus terjadi ketika terdapat kelebihan tekanan pori-pori air selama pembebanan (tidak terjadi pengeringan pori-pori air selama tanah dibebani) dan tanah tidak mengalami perubahan volume. Untuk konsolidasi normal, tanah berbutir halus jenuh, terjadi peningkatan tekanan pori-

62 pori air selama pembebanan, pengurangan tekanan efektif dalam tanah dan hingga pengurangan kuat tanah tak terdrainase, sedangkan pengurangan tekanan pori-pori air selama pembebanan peningkatan tekanan efektif dalam tanah dan bersesuaian dengan peningkatan kekuatan geser tak terdrainase. Gambar 3.4 Sudut pergeseran tanah tanpa kohesi (a) dari nilai N-SPT yang belum dikoreksi (yang dimodifikasi setelah Peck, Hanson, dan Thornburn, 1974) dan (b) sebagai fungsi penambahan beban yang dinormalisir (Sumber: dimodifikasi setelah Schmertmann, 1975) Kekuatan terdrainase harus dipertimbangkan hanya ketika meneliti stabilitas untuk jangka waktu yang panjang yang sudah mantap, kondisi pembebanan statik. Untuk kasus ini, kekuatan yang terdrainase digunakan ketika beban diterapkan dalam ukuran lambat dan tidak dihasilkan kelebihan tekanan pori. Bagaimanapun, kondisi ini secara khusus bukan yang paling kritis pada konsolidasi normal tanah berbutir halus. Kuat geser terdrainase tanah berbutir halus dinyatakan sebagai sudut pergeseran efektif (Φ'). Korelasi ditunjukkan dalam Gambar 3.6 antara sudut pergeseran efektif maksimum dan indeks

63 kekenyalan (PI) dapat digunakan untuk perkiraan kuat geser terdrainase pada tanah berbutir halus. Karena yang ditunjukkan Gambar 3.5 berbentuk menyebar, maka dalam pengujian laboratorium direkomendasikan untuk menentukan sudut pergeseran efektif tanah berbutir halus. Pengujian dengan triaxial konsolidasi tak terdrainase dengan ukuran tekanan air merupakan pengujian laboratorium yang paling umum dilakukan menguji untuk mengevaluasi parameter ini. Kuat geser tak terdrainase harus dipertimbangkan untuk stabilitas lereng yang jangka waktu pendek dan struktur tanah lain yang dibangun pada tanah jenuh, lunak ke kekakuan sedang pada tanah berbutir haluskuat geser tak terdrainase harus dipertimbangkan untuk situasi lain jika tingkat pembebanan secara relatif tinggi, sebagai contoh kasus untuk pembebanan gempa. Gambar 3.5 Korelasi antara sudut pergeseran terdrainase pada tanah berbutir halus dan indeks kekenyalan. (Sumber :Mitchell, 1993, Kulhawy dan Mayne, 1990) Dalam studi kelayakan, kuat geser tak terdrainase pada tanah berbutir halus dapat diperkirakan dari pengujian VST, di mana kuat tak terdrainase secara langsung dapat diukur. Sebagai tambahan, umumnya digunakan nilai N-SPT

64 (bukan yang sangat dapat dipercaya) atau hasil CPT untuk menaksirkan kuat tak terdrainase pada tanah berbutir halus. Tabel 3.4 memberikan beberapa korelasi yang umum dan biasa digunakan untuk kuat tak terdrainase menggunakan hasil SPT dan CPT. Korelasi dari kekuatan geser tak terdrainase ke nilai N-SPT mempunyai batasan penting dan harus digunakan hanya untuk perkiraan persiapan lebih. Korelasi kuat geser tak terdrainase ke hasil CPT menggunakan N k = 15 secara khusus menyediakan perkiraan layak. Salah satu keuntungan yang penting menggunakan CPT yaitu bahwa pada perkiraan nilai kuat geser tak terdrainase pada penampang menerus dapat dikembangkan. Dalam ketidakhadiran hasil pengujian lapangan, Tabel 3.2 memberikan ringkasan korelasi antara perbandingan kuat geser tak terdrainase yang dinormalisir, indeks kekenyalan (PI) dan sejarah preconsolidation. Tekanan preconsolidation (σ' p ), ditentukan dari test konsolidasi (lihat tabel 3.1 untuk acuan pada test ini). Tabel 3.4 Korelasi antara hasil SPT dan CPT dan kekuatan kondisi tak terdrainase tanah berbutir halus. (Sumber: Kulhawy dan Maine, 1990)

Tabel 3.5 Korelasi dengan parameter indeks dan sejarah preconsolidation 65 untuk lempung. (Sumber: Kulhawy dan Mayne, 1990) 3.1.5. Korelasi Tanah Gambut Berdasarkan klasifikasi pada tanah gambut makan, didapatkan nilai korelasi antara tiap jenis tanah gambut, adapun korelasi dari nilai parameter tanah gambut dapat dilihat dari tabel 3.6. Tabel 3.6 Korelasi nilai tanah Gambut ( Sumber: Amaryan,dkk.Peat Eng Handbook)

3.2 Teknik Pengumpulan Data 66 Data yang akan di gunakan pada penelitian ini adalah data yang didapat dari proyek konstruksi di daerah Perkebunan Kelapa Sawit di Rantau - Sumatra. Adapun sampel data yang diambil terbatas pada 1 proyek konstruksi sipil. 3.2.1. Penyelidikan Tanah Penyelidikan Tanah merupakan suatu upaya memperoleh informasi tanah untuk perencanaan pondasi. Penyelidikan tanah mencakup pengeboran tanah, pengambilan contoh tanah, pengujian lapangan, pengujian laboratorium dan observasi muka air tanah. A. Penyelidikan Lapangan Penyelidikan lapangan bertujuan untuk mengumpulkan informasi langsung dari pengamatan di lapangan yang berupa data data dampak proyek pada bangunan lain disekitar proyek, data pondasi bangunan disekitar, sejarah penggunaan tanah terdahulu yang mungkin berdampak pada perencanaan pondasi, data penyelidikan tanah terdahulu yang mungkin ada dan informasi geologi sekitar proyek. Penyelidikan lapisan tanah asli terdiri dari : Pengujian di tempat properti tanah / batu. Memperoleh sampel yang mewakili tanah / batuan untuk klasifikasi secara visual dan atau pengujian laboratorium. Identifikasi dan pengamatan dari lokasi air tanah.

67 Pengujian dan pengambilan contoh tanah dilakukan dengan: 1. Pengeboran. Pengujian tanah dan pengambilan contoh untuk perkuatan biasanya dilakukan dengan pengeboran tanah. Sifat sifat tanah dapat diperoleh dari uji coba di dalam lobang bor. Oleh karena itu, pengeboran untuk penyelidikan tanah tidak sama dengan perngeboran untuk sumur air atau sumur minyak. Pengeboran harus dilakukan sehati hati mungkin untuk menjaga struktur tanah asli. Hasil uji dalam bor dan uji laboratorium sangat tergantung dari kualitas lubang bor atau dari contoh tanah yang diperoleh. Sedang kualitas lubang bor dipengaruhi oleh metode pengeboran, keterampilan juru bor, dan aksesori pengeboran. 2. Uji Penetrasi Standar / Standard Penetration Test Uji standar penetrasi (Standard Penetration Test, SPT) sejauh ini merupakan teknik yang paling populer untuk menentukan kondisi lapangan. Dalam proyek, percobaan SPT secara luas banyak digunakan pada teknik penyelidikan. SPT menghasilkan nilai N-SPT, yang diukur jumlah pukulan (N meas ), yang diperlukan untuk mengendalikan standar splitspoon sampel tanah dalam jarak 300 mm pada dasar lubang bor. Nilai N-SPT dapat digunakan dalam tingkat kelayakan perancangan. Beberapa korelasi antara nilai N-SPT dan teknik

68 rancang bangun properti telah berkembang beberapa dekade terakhir. SPT memberikan pengukuran yang baik pada kepadatan relatif dari tanah tanpa kohesi (Tabel 3.1). Dengan batasan, SPT dapat juga memberikan suatu perkiraan konsekuensi dari tanah berbutir halus (Tabel 3.2). Tabel 3.7 Uraian kepekatan tanah tanpa kohesi berdasarkan pada nilai N-SPT (Sumber:Terzaghi et al, 1996) Tabel 3.8 Uraian kemantapan tanah berbutir halus berdasarkan pada nilai N-SPT (Sumber: Terzaghi et al, 1996)

69 Beberapa korelasi berdasarkan pada nilai SPT menyediakan perkiraan parameter dari kekuatan geser untuk kedua-duanya tanah berbutir halus dan tanpa kohesi. 3. Uji Penetrasi Kerucut (CPT) Sebagai catatan, SPT tidaklah cocok untuk mendapatkan perkiraan konsistensi dan kuat geser tanah berbutir halus dari tanah di tempat. Yang lebih tepat dalam pengujian langsung di tempat untuk memperkirakan kuat geser tak terdrainase (S u ) pada tanah berbutir halus secara langsung diambil dari tanah. Beberapa dari pengujian langsung di tempat meliputi Cone Penetration Test (CPT), Vane Shear Test (VST), Pressuremeter Test (PMT) dan Dilatometer Test (DMT). CPT merupakan suatu metode untuk mengetahui jenis lapisan permukaan tanah yang cepat dan hemat biaya. Sebagai yang didasarkan CPT jenis tanah adalah berlanjut, teknik ini mengidentifikasikan lapisan tanah tipis yang mungkin sulit untuk dideteksi secara relatif dalam massa tanah yang sejenis. Kemampuan ini membuktikan kegunaan saat menyelidiki adanya lapisan pada tanah lunak yang mendorong ketidakstabilan tanah yang akan diperkuat. Secara umum, CPT lebih menghemat biaya dan pengerjaannya lebih cepat dari pada SPT. Namun, CPT kurang tepat digunakan pada tanah berkerikil (gravelly) atau bongkahan batuan.

70 Untuk beberapa proyek besar, penggunaan CPT dan pengeboran konvensional cukup menarik karena memberikan informasi geoteknik dalam biaya yang secara komparatif lebih dibandingkan hanya pengeboran konvensional sendiri. Pada tahap awal, CPT memberikan gambaran stratigrafi tanah dan identifikasi awal lapisan yang lunak (kekuatan rendah atau compressibility tinggi) yang mungkin membawa dampak pada disain. Pada awal yang didasarkan CPT dapat membantu menemukan lokasi dimana bisa didapat contoh tanah tidak terganggu. Pada tahap kedua, dapat digunakan pengeboran konvensional dan sampel tanah yang didapatkan hanya pada kedalaman yang kita inginkan. Penggunaan kedua tahap strategi penyelidikan, pengambilan dapat dioptimalkan dan jumlah sampel dapat dikurangi. B. Pengujian Laboratorium Tanah Pengujian laboratorium dari sampel tanah dilakukan untuk menghasilkan penggolongan tanah, indeks properti, satuan berat, dan kekuatan. Tabel 3.8 menunjukkan pengujian laboratorium yang biasa digunakan untuk menghasilkan parameter indeks dan properti lain yang digunakan untuk rancang bangun tanah. Tabel 3.8 sesuai dengan ASTM dan AASHTO pengujian standar. Apalagi Tabel 3.8 juga memberikan metode lain dalam pengujian, seperti untuk mengevaluasi galian yang dipadatkan, mencairkan kepekaan, potensi keruntuhan, dan potensi mengembang, yang mungkin ada untuk beberapa kasus pada proyek.

Tabel 3.9 Standar pengujian laboratorium untuk tanah secara umum 71 (Sumber : Lazarte, 2003) Catatan: (1) Standar ASTM tersendiri dapat ditemukan dalam ASTM (2002). (2) Standar AASTHO tersendiri dapat ditemukan dalam AASTHO (1992) (3) USCS: Unified Soil Classification System. 3.3. Faktor Keamanan Penentuan sampai sebatas manakah suatu konstruksi dapat menanggung beban, sehingga tidak membahayakan disebut dengan faktor keamanan Dalam mendesain suatu konstruksi, faktor keamanan adalah hal yang paling penting untuk ditentukan. Tingkat paling kritis dari suatu stabilitas timbunan pada saat sedang dibangun dan beberapa saat ketika konstruksi selesai, oleh karena itu faktor keamanan dipandang penting untuk di analisa.

3.3.1. Faktor Keamanan pada Program Plaxis 72 Faktor keamanan pada Program Plaxis dapat dihitung dengan memilih option Phi-c reduction yang tersedia untuk perhitungan kondisi plastic dengan menggunakan prosedur manual control atau load advancement number of steps. Faktor keamanan (SF) pada Program Plaxis didefinisikan sebagai: SF = available strength = nilai Msf saat runtuh strength at failure di mana Msf didefinisikan sebagai nilai parameter kuat geser tanah pada setiap tahapan analisis atau: Msf = tan ø input = tan ø reduced c input c reduced Untuk penggunaan model tanah Mohr-Coulomb, maka faktor keamanan (SF) didefinisikan sebagai berikut: SF = c + σ n tan ø c r + σ n tan ø r di mana: c, ø σ n c r, ø r = parameter kuat geser tanah, = tegangan normal, = parameter kuat geser yang tereduksi.

3.2.2 Batasan Fakttor Keamanan 73 Faktor keamanan minimum yang direkomendasikan untuk mendesain konstruksi dapat dilihat dari tabel 3.8 : Tabel 3.10 Faktor keamanan minimun yang di syaratkan untuk konstruksi (Sumber: Lazarte, 2003) 3.4. Struktur program Plaxis Dengan memasukkan semua parameter dan geometri tanah, pengolahan perhitungan program dengan metode elemen hingga. Permasalahan pemodelan diselesaikan dengan membagi suatu struktur menjadi elemen elemen yang kecil dan beraturan. Pada dasarnya Plaxis hanya melakukan analisa balik terhadap keamanan suatu struktur atau konstruksi.

74 Berikut adalah struktur program secara garis besar Input, proses dan output program PLAXIS : Menentukan data Umum Menentukan Dimensi Gambar 3.9 Input program plaxis Gambar 3.10 Penentuan Dimensi

Hasil Pengambaran 75 Gambar 3.11 Dimensi tanah Input Properti Tanah Gambar 3.12 input properti tanah

Permodelan Elemen Hingga (generate mesh) 76 Gambar 3.13 Permodelan Elemen Hingga (generate mesh) Menentukan Tinggi Muka Air Gambar 3.13 Menentukan Tinggi Muka Air

Update Tekanan Tanah 77 Gambar 3.13 Tekanan Tanah Update Air Pori Gambar 3.14 Air Pori

Proses Calculations (Stage Construction) 78 Gambar 3.15 Penghitungan Menentukan titik deformasi Gambar 3.15 Menentukan titik deformasi

Proses Calculate 79 Output Faktor keamanan Gambar 3.16 Proses Penghitungan Gambar 3.17 Faktor keamanan