BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Shinta Rizki N, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERBASIS PERKEMBANGAN INTELEKTUAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII. Shintia Rizki Nursayyidah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROUND TABLE DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA SISWA KELAS VIII E SMP NEGERI 7 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI OLEH HINDUN RRA1B114025

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk berkomunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Fersil Viali, 2016 Penerapan Metode Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Petunjuk

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam menjalin interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa yang bersifat produktif dan keterampilan berbahasa yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia yang siap menyampaikan maupun menulis teks berita. Menulis teks

PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang diajarkan di SD/Ml termasuk SD Negeri 1 Purwodadi Gisting

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. minatnya serta dapat menerapkan keterampilan berbahasa Indonesia secara tepat,

BAB I PENDAHULUAN. (2005:3-4), Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilaksanakan di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai pengajaran yang komunikatif oleh karena itu, dalam pembelajaran Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia meliputi empat aspek ketermpilan, yaitu mendengar,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan agar siswa terampil menyimak, terampil berbicara, terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik yang sudah lalu maupun yang terbaru. Teks berita adalah naskah

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

I. PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi sehingga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizky Ananda Oktaviani, 2015

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

Secara umum, pembelajaran bahasaindonesia terbagi menjadi empat. aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa. Keempat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dwi Sukmalanita, 2013 Keefektifan Teknik Kelompok Investigasi Dalam Pembelajaran Menulis Teks Berita

BAB I PENDAHULUAN. secara tepat (Tarigan dalam Fatmawati, 2009: 2). Dibandingkan ketiga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. lisan, sedangkan membaca dan menulis terjadi dalam komunikasi secara tertulis.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aep Rohimat, 2013

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh seorang melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. seorang pendidik yang mempunyai kompetensi, baik kompetensi pedagogik,

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan satu sama lain. pada dasarnya belajar bahasa diawali dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ke jenjang menengah itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia menurut Kurikulum Tingkat Satuan

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang pertama kali dikuasai

I. PENDAHULUAN. sekolah. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ada empat komponen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sindy Marcelina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki, serta mampu mengembangkan potensi yang dimiliki manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alfa Mitri Suhara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupannya di dunia. Pendidikan bahasa Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan terjaminnya kebutuhan kehidupan mereka kelak. Sejalan dengan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Sari Pertiwi, 2014 EFEKTIVITAS MODEL SINEKTIK DENGAN MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, peserta didik diharapkan dapat menguasai empat komponen keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menulis sebagai bagian dari empat komponen keterampilan berbahasa saat ini masih dianggap sulit. Banyak orang yang tidak mau menulis karena tidak tahu cara memulainya. Yang lain tidak berani menulis karena takut gagal dan merasa tidak mempunyai bakat. Seperti yang dikemukakan beberapa ahli bahwa menulis memanglah tidak mudah karena erat hubungannya dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Namun, bukan berarti menulis menjadi sebuah keterampilan yang tidak dapat dikuasai. Tarigan (1994: 1) mengatakan bahwa keterampilan menulis hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Serupa dengan hal itu, Nadia (Leo, 2010: 20) menyatakan bahwa bakat menulis memberikan kontribusi sekitar 5%; usaha, latihan, dan kerja keras sebanyak 90%, sedangkan faktor keberuntungan 5%. Para ahli pun mengungkapkan bahwa pembelajaran menulis di sekolah belum mencapai hasil yang memuaskan, bahkan pembelajaran menulis seolah dianaktirikan di negeri ini. Seperti diungkapkan Marahimin (1994: 5) bahwa pembelajaran menulis memang rasanya tidak diberikan di sebagian besar sekolahsekolah, mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Di antara mereka yang memberikan pelajaran itu, ada yang hanya memberikan teori-teorinya saja. Banyak fakta yang ditemui di lapangan bahwa terdapat kendala yang dihadapi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran menulis. Tidak 1

2 terkecuali dalam menulis teks berita. Menulis teks berita merupakan salah satu kompetensi berbahasa yang terdapat dalam KTSP SMP kelas VIII semester 2. Dengan adanya kompetensi menulis teks berita tersebut, siswa diharapkan mampu menulis teks berita secara singkat, padat, dan jelas. Oleh karena itu, guru sebagai fasilitator harus dapat memotivasi dan membantu siswa dalam pembelajaran menulis teks berita. Berdasarkan hasil wawancara peneliti (2012) dengan guru bahasa Indonesia dan siswa SMPN 10 Bandung, ternyata ada beberapa faktor yang menyebabkan siswa kurang mampu menulis teks berita, yaitu: (1) banyak siswa yang mengeluh kesulitan untuk memulai tulisannya, (2) kurangnya latihan menulis yang menyebabkan tulisan siswa tidak padu dan sistematis, (3) siswa kurang mampu mengembangkan unsur-unsur pengembangan berita terutama unsur mengapa (why) dan bagaimana (how), (4) di sekolah guru lebih sering menggunakan model ceramah atau model penugasan dalam kegiatan belajar mengajar, (5) guru beranggapan perkembangan intelektual siswa belum sampai dan mampu untuk keterampilan menulis teks berita. Temuan di lapangan, terdapat guru yang tidak memberikan pembelajaran menulis teks berita sesuai Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan dalam KTSP. Guru menganggap bahwa siswa SMP kelas VIII belum mampu untuk menulis teks berita sehingga pembelajaran hanya berkutat pada membandingkan unsurunsur yang berada dalam teks berita. Adapun guru yang memberikan pembelajaran menulis teks berita, ia kurang tahu mengenai tahap perkembangan intelektual siswanya. Seperti yang peneliti temukan saat observasi pembelajaran menulis surat pembaca, guru memberikan contoh/model surat pembaca yang isinya terdapat kata-kata yang sulit bagi siswa sehingga siswa kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran dan menganggap sulit pembelajaran menulis. Mengenai tahap perkembangan intelektual, Haryanto (2007) mengungkapkan dalam jurnal penelitiannya ternyata berdasarkan hasil observasi dan pengolahan hasil TOLT untuk tiap kategori sekolah disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara pembelajaran yang dilaksanakan dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Namun, fakta di lapangan ternyata guru

3 tidak mengetahui tahap perkembangan intelektual siswanya. Hasilnya, tahap perkembangan intelektual siswa SMP sebagian besarnya belum mencapai tahap operasi formal seperti yang diungkapkan Piaget. Menurut Piaget (1988: 165), seharusnya remaja berusia sekitar 11 atau 12 tahun berada pada taraf ketiga perkembangan intelektualnya, yakni taraf operasi pemikiran formal. Lebih lanjut Piaget mengungkapkan bahwa dalam lingkungan budaya yang maju, operasi-operasi itu membentuk satu sistem struktur-struktur pemikiran sampai stabil pada usia kira-kira 14 atau 15 tahun yang dicirikan oleh perkembangan operasi formal dan abstrak. Hal ini pun dipertegas Papalia, Old, dan Feldman (Desmita, 2012: 107) bahwa secara umum karakteristik remaja pada tahap operasi formal sudah memiliki kemampuan untuk berpikir secara abstrak dan hipotesis. Selain itu, remaja yang berada pada tahap operasi formal pun sudah dapat mengintegrasikan apa yang telah mereka pelajari dengan tantangan masa mendatang, serta mampu berpikir sistematik. Mereka pun dapat menghargai lebih baik metafora dan alegori sehingga ia bisa menemukan makna yang lebih kaya dan literatur. Berdasarkan temuan penelitian yang dilakukan Haryanto, dapat disimpulkan bahwa memang tahap operasi formal muncul pada usia 14 atau 15 tahun seperti yang diungkapkan Piaget, yakni pada masa SMP kelas VIII. Namun, walaupun sudah ditemukan ada siswa yang berada di tahap operasi formal, tetapi secara keseluruhan persentasenya masih rendah. Hal ini didukung sejumlah penelitian pun menunjukkan terdapat lebih banyak variasi individual pada pemikiran operasional formal daripada yang dibayangkan Piaget. Santiock (Dasmita, 2012: 109) mengungkapkan bahwa hanya kira-kira satu dari tiga remaja muda yang menggunakan pemikiran operasional formal. Artinya, siswa SMP masih berada dalam tahap perkembangan intelektual operasi konkret yang masih kesulitan berpikir sistematis dan mencerap kata-kata yang dianggap sulit. Jika teori Piaget dan hasil penelitian Haryanto dikaitkan dengan pembelajaran menulis teks berita, hal ini sesuai dengan temuan peneliti di lapangan bahwa siswa SMP kelas VIII sebagian besar masih berada dalam tahap operasi konkret. Temuan peneliti di lapangan, siswa SMP kelas VIII belum bisa

4 berpikir sistematis, masih kesulitan memulai menulis dan mengembangkan unsur bagaimana (how) dan mengapa (why) dalam teks berita. Selain itu, motivasi siswa dalam menulis pun seringkali mengendur ketika teks berita yang dijadikan contoh terdapat kata-kata yang tidak dipahaminya. Belum lagi ketidaktahuan guru dalam memahami tahap perkembangan intelektual siswanya, menyebabkan pembelajaran menulis teks berita belum sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, guru harus mampu memotivasi siswa agar mempunyai kemauan dan kemampuan untuk menulis. Selain itu, guru pun harus mampu mencari alternatif pembelajaran dan menentukan metode atau teknik yang sesuai untuk digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan metode atau teknik yang beragam, tepat, dan memudahkan siswa untuk pembelajaran menulis teks berita, hal itu akan memotivasi siswa sehingga dapat mengembangkan kemampuannya dalam menulis teks berita. Penelitian mengenai teks berita sudah banyak dilakukan dengan penerapan metode atau teknik yang beragam. Contohnya, penelitian mengenai teks berita yang diteliti oleh Rizkiana (2010) dengan menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Dalam penelitian tersebut, peneliti menggunakan contoh atau model teks berita saat pembelajaran untuk memudahkan siswa menulis teks berita. Hasil penelitian tersebut ternyata memang berhasil dapat meningkatkan kemampuan siswa menulis teks berita. Namun, kelemahan dari komponen pemodelan ini adalah jika teks berita yang dijadikan contoh tersebut kurang baik dari segi bahasa dan tidak memenuhi unsur-unsur yang seharusnya terdapat dalam berita, tentu hal ini tidak sesuai dengan kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran menulis teks berita. Selain itu, apabila isi teks berita yang dijadikan model tersebut tidak sesuai dengan perkembangan intelektual siswa, hal ini menjadi kesulitan baru bagi siswa untuk memahami teks berita. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti mencoba mencari alternatif yang tepat agar siswa termotivasi untuk menulis teks berita sehingga diharapkan nantinya siswa akan menjadikan kegiatan menulis sebagai habits (kebiasaan) yang menyenangkan.

5 Untuk memudahkan siswa dalam memulai menulis teks berita, ada sebuah teknik yang dapat digunakan untuk penulis pemula, yakni teknik copy the master. Teknik copy the master ini digagas oleh Marahimin (1994) dan diterapkan dalam bukunya Menulis Secara Populer. Dalam praktiknya, teknik copy the master ini memberikan kesempatan untuk siswa meniru tulisan dari teks yang dijadikan master/model. Penelitian mengenai teknik copy the master pernah dilakukan oleh Utami (2009) untuk pembelajaran menulis cerpen. Dalam penelitian Utami, teknik copy the master mengalami pengembangan, yakni copy the master modifikasi yang dalam praktiknya meminjam ending dari sebuah cerpen yang dijadikan master. Terbukti dalam penelitian tersebut, dengan teknik copy the master modifikasi, keterampilan siswa dalam menulis cerpen meningkat. Oleh karena itu, peneliti berminat untuk meneliti pembelajaran menulis teks berita dengan teknik copy the master tersebut. Penelitian yang akan dilakukan peneliti, yakni dengan memberikan contoh (master) teks berita yang isinya sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Berdasarkan berbagai pengembangan materi teknik copy the master dan hasil pengamatan peneliti terhadap penelitian terdahulu, serta berbagai temuan di lapangan, peneliti menyimpulkan bahwa salah satu pengembangan yang dapat menstimulus ide dan menumbuhkan motivasi siswa adalah dengan cara memberikan contoh (master) teks berita yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Teks berita yang dijadikan contoh, misalnya teks berita yang terdapat dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat rubrik Belia. Selain isinya berkaitan dengan dunia remaja, dari segi bahasanya pun baik dan mudah dipahami serta memenuhi unsur-unsur berita. Peneliti menyebut teknik tersebut sebagai teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual. Teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual, siswa dapat mudah menulis teks berita dengan meniru pola kerangka, teknik penulisan, ataupun gaya bahasa dari teks berita yang menjadi contoh (master).

6 Berdasarkan pertimbangan tersebut peneliti memberi judul penelitian ini, Penerapan Teknik Copy the Master Berbasis Perkembangan Intelektual dalam Pembelajaran Menulis Teks (Suatu Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Siswa kesulitan memulai dan menuangkan ide dalam menulis, termasuk menulis teks berita. 2) Siswa kesulitan mengembangkan unsur 5W+1H yang terdapat dalam teks berita. 3) Guru kurang memberikan variasi metode atau teknik untuk pembelajaran menulis. 4) Guru tidak memahami tahap perkembangan intelektual siswa. 1.3 Batasan Masalah Karena luasnya ruang lingkup yang tergambar pada latar belakang masalah, penelitian ini dibatasi pada pembelajaran menulis teks berita dengan menggunakan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1) Bagaimana hasil pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual? 2) Bagaimana hasil pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung setelah mengikuti pembelajaran menggunakan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual?

7 3) Apakah penerapan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung? 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil: 1) keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung sebelum mengikuti pelajaran menggunakan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual; 2) keterampilan menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung sesudah mengikuti pelajaran menggunakan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual; 3) keefektifan penerapan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual terhadap pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung. 1.6 Manfaat Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan baik oleh seseorang maupun kelompok tidak lepas dari keinginan untuk mendapat manfaat yang berguna. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut. 1) Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah pengetahuan tentang menulis teks berita. Selain itu, penelitian ini pun diharapkan dapat dijadikan bahan kajian bagi peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks berita.

8 2) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi guru, siswa, dan peneliti. Adapun manfaat praktis tersebut adalah sebagai berikut. a) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam memilih teknik pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan kualitas belajar siswa khususnya dalam keterampilan menulis teks berita. b) Bagi siswa, hasil penelitian ini bermanfaat bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan menulis teks berita. c) Bagi Peneliti, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk mengembangkan wawasan dan pengalaman dalam bidang penelitian serta mengimplementasikan penerapan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual dalam pembelajaran menulis teks berita. 1.7 Anggapan Dasar Penelitian bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut. 1) Menulis teks berita merupakan salah satu bagian dari pengajaran bahasa dan sastra yang terdapat dalam standar isi KTSP Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII. 2) Penerapan teknik pembelajaran yang tepat akan memotivasi dan membantu siswa dalam pembelajaran menulis teks berita. 3) Teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual dapat digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita. 1.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini sebagai berikut. Hο: Penerapan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual tidak efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung. Hı: Penerapan teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual efektif digunakan dalam pembelajaran menulis teks berita siswa kelas VIII SMPN 10 Kota Bandung.

9 1.9 Definisi Operasional Untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda terhadap judul penelitian ini, peneliti menjelaskan variabel yang terdapat di dalam penelitian ini sebagai berikut. 1) Keterampilan menulis teks berita merupakan suatu kegiatan menuangkan gagasan atau pesan yang disusun sesuai unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah berita. 2) Teks berita adalah laporan suatu peristiwa berupa fakta dan opini yang dikabarkan melalui media. 3) Perkembangan Intelektual adalah aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. 4) Teknik copy the master berbasis perkembangan intelektual adalah kegiatan meniru/mencontoh master atau model dari seorang ahli dengan memperhatikan isi teks berita yang sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa. Siswa kelas VIII sebagian besar masih berada dalam tahap perkembangan intelektual operasi konkret yang belum mampu berpikir sistematik dan mengembangkan unsur-unsur yang ada dalam teks berita. Maka dari itu, dalam pembelajaran menulis teks berita kepada siswa diberi sebuah contoh tulisan dari surat kabar Pikiran Rakyat rubrik Belia yang isinya mudah dipahami siswa. Setelah itu, siswa meniru bentuk tulisannya; baik meniru pola kerangka, teknik penulisan, maupun gaya bahasa dari teks berita yang menjadi contoh (master).