I. PENDAHULUAN. Katakunci : Electronic Control Unit, Injection Control, Maximum Best Torque (MBT), Ignition Timing, Bioetanol E100.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kata kunci - Bioetanol, Electronic Control Unit, Honda CB150R, rasio kompresi, RON.

Seminar Nasional (PNES II), Semarang, 12 Nopember 2014

Pengaruh Ignition Timing Mapping Terhadap Unjuk Kerja dan Emisi Engine SINJAI 650 CC Berbahan Bakar Pertalite RON 90

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015), ISSN: ( Print) 1

Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Premium, Pertamax, Pertamax Plus Dan Spiritus Terhadap Unjuk Kerja Engine Genset 4 Langkah

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

RANCANG BANGUN POWERPLAN PADA KENDARAAN HYBRID RODA TIGA SAPUJAGAD

KARAKTERISTIK PERFORMA MOTOR BENSIN PGMFI (PROGAMMED FUEL INJECTION) SILINDER TUNGGAL 110CC DENGAN VARIASI MAPPING PENGAPIAN TERHADAP EMISI GAS BUANG

PENGARUH JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR SISTEM INJEKSI DAN KARBURATOR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

Ahmad Nur Rokman 1, Romy 2 Laboratorium Konversi Energi, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Riau 1

PENGARUH PERUBAHAN SAAT PENYALAAN (IGNITION TIMING) TERHADAP PRESTASI MESIN PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN DARI VARIASI CAMPURAN ETHANOL-GASOLINE (E30-E50) TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH FUEL INJECTION 125 CC

M.Mujib Saifulloh, Bambang Sudarmanta Lab. TPBB Jurusan Teknik Mesin FTI - ITS Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISASI UNJUK KERJA SISTEM DUAL FUEL GASIFIER DOWNDRAFT SERBUK KAYU DAN DIESEL ENGINE GENERATOR SET 3 KW

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Andik Irawan, Karakteristik Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah Dengan Variasi Volume Silinder Dan Perbandingan Kompresi

I. PENDAHULUAN. Motor bensin dan diesel merupakan sumber utama polusi udara di perkotaan. Gas

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

STUDI SIMULASI KONVERSI MOTOR BAKAR OTTO MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR CNG DENGAN VARIASI AIR FUEL RATIO DAN IGNITION TIMING

TUGAS AKHIR TM

ANALISA KINERJA MESIN OTTO BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PENAMBAHAN ADITIF OKSIGENAT DAN ADITIF PASARAN

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

KAJIAN TENTANG PERBANDINGAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN PERTAMAX PADA MOTOR 4 LANGKAH 225 CC

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI PERFORMA PENGARUH IGNITION TIMING TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN BERBAHAN BAKAR LPG

PENGARUH PERUBAHAN SUDUT PENYALAAN (IGNITION TIME) TERHADAP EMSISI GAS BUANG PADA MESIN SEPEDA MOTOR 4 (EMPAT) LANGKAH DENGAN BAHAN BAKAR LPG

STUDI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK KINERJA SEPEDA MOTOR DENGAN VARIASI JENIS BAHAN BAKAR BENSIN

PENGARUH PROSENTASE ETANOL TERHADAP TORSI DAN EMISI MOTOR INDIRECT INJECTION DENGAN MEMODIFIKASI ENGINE CONTROLE MODULE

Optimasi Unjuk Kerja Mesin Sinjai Dengan Sistem Pemasukan Bahan Bakar Port Injeksi Melalui Mapping Waktu Pengapian

PENGARUH CAMPURAN METANOL TERHADAP PRESTASI MESIN

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN PERTAMAX 92 TERHADAP DAYA DAN EMISI GAS BUANG PADA HONDA VARIO TECHNO 125

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2014) ISSN:

Gambar 4.1 Grafik percobaan perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

Aplikasi Penggunaan Generator Gas HHO Tipe Dry Cell Menggunakan Plat Titanium Terhadap Performa Dan Emisi Gas Buang Honda Megapro 150 cc

BAB I PENDAHULUAN. data tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah ini : Tabel 1.1 Tabel Jumlah Kendaraan Bermotor. Tahun Sepeda Mobil

PENGARUH VARIASI LARUTAN WATER INJECTION PADA INTAKE MANIFOLD TERHADAP PERFORMA DAN EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR

VARIASI PENGGUNAAN IONIZER DAN JENIS BAHAN BAKAR TERHADAP KANDUNGAN GAS BUANG KENDARAAN

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis Penggunaan Venturi..., Muhammad Iqbal Ilhamdani, FT UI, Universitas Indonesia

KAJIAN TENTANG PERBANDINGAN PREMIUM-ETHANOL DENGAN PERTAMAX PLUS PADA MOTOR 4 LANGKAH 225 CC

Pengujian Kinerja Mesin Dan Konsumsi Bahan Bakar Pada Sepeda Motor Dengan Rasio Kompresi Dan Bahan Bakar Yang Berbeda

BAB III METODE PENELITIAN

Uji Unjuk Kerja dan Durability 5000 Km Mobil Bensin 1497 Cc Berbahan Bakar Campuran Bensin-Bioetanol

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahan bakar minyak sebagai salah satu sumber energi. mengalami peningkatan yang signifikan sejalan dengan pertumbuhan

SFC = Dimana : 1 HP = 0,7457 KW mf = Jika : = 20 cc = s = 0,7471 (kg/liter) Masa jenis bahan bakar premium.

Gambar 4.1 Grafik perbandingan Daya dengan Variasi ECU Standar, ECU BRT (Efisiensi), ECU BRT (Performa), ECU BRT (Standar).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

EFISIENSI GAS ENGINE PADA BERBAGAI PUTARAN: STUDI EKSPERIMEN PADA JES GAS ENGINE J208GS

KARAKTERISASI PERFORMA MESIN DIESEL DUAL FUEL SOLAR-CNG TIPE LPIG DENGAN PENGATURAN START OF INJECTION DAN DURASI INJEKSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

OLEH: Nama : DAYANG NRP :

LEMBAR PERSETUJUAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

Performansi Sepeda Motor Empat Langkah Menggunakan Bahan Bakar dengan Angka Oktan Lebih Rendah dari Yang Direkomendasikan

BAB IV ANALISA DATA DAN PERHITUNGAN

Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2 3

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember

OLEH : DADANG HIDAYAT ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST., MT.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

UJI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR BAKAR BERBAHAN BAKAR PREMIUM DENGAN CAMPURAN ZAT ADITIF-PREMIUM (C1:80, C3:80, C5:80)

RE-ENGINE MOTOR OTTO SILINDER TUNGGAL DENGAN BAHAN BAKAR ETHANOL (E-100) TUGAS AKHIR

BAB II LANDASAN TEORI

Kata kunci : ECU BRT, Remot Juken, STD, Performa, Efesiensi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

KAJIAN EKSPERIMENTAL TENTANG PENGGUNAAN PORT FUEL INJECTION (PFI) SEBAGAI SISTEM SUPLAI BAHAN BAKAR MOTOR BENSIN DUA-LANGKAH SILINDER TUNGGAL

BAB III DATA DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi otomotif saat ini semakin pesat, hal ini didasari atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGUJIAN STANDARD CAMSHAFT DAN AFTER MARKET CAMSHAFT TERHADAP UNJUK KERJA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH 110 CC

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH TIMING INJECTION TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR DIESEL 1 SILINDER PUTARAN KONSTAN DENGAN BAHAN BAKAR BIO SOLAR

PERFORMANSI MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2015

Kata kunci: campuran bioetanol-bensin, indikator kinerja mesin, emisi gas buang.

KAJIAN PENAMBAHAN ADITIF NABATI PADA MESIN GENERATOR SET BENSIN TYPE EC 2900L

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

KARAKTERISASI UNJUK KERJA MESIN DIAMOND TYPE Di 800 DENGAN SISTEM INJEKSI BERTINGKAT MENGGUNAKAN BIODIESEL B-20

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER 4 LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BENSIN DAN BIOGAS

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BIODIESEL BIJI NYAMPLUNG PADA MESIN DIESEL MULTI INJEKSI DENGAN VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BIODIESEL DAN BIOSOLAR

TUGAS. MAKALAH TENTANG Gasoline Direct Injection (GDI) Penyusun : 1. A an fanna fairuz (01) 2. Aji prasetyo utomo (03) 3. Alfian alfansuri (04)

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KINERJA MESIN SEPEDA MOTOR SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN ETANOL DENGAN MODIFIKASI RASIO KOMPRESI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERBANDINGAN KINERJA MOTOR STASIONER EMPAT LANGKAH SATU SILINDER MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR GAS LPG DAN BIOGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Studi Eksperimen Pengaruh Mapping Ignition Timing Dan Durasi Penginjeksian Bahan Bakar Terhadap Unjuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Engine Honda CB150R Berbahan Bakar Bioetanol E100 Gayuh Agung Pamuji dan Bambang Sudarmanta Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arif Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail : sudarmanta@me.its.ac.id Abstrak-Dengan berkembangnya pemakaian bahan bakar bioetanol pada kendaraan, perlu dilakukan suatu penyesuaian (setting) yang bertujuan mengetahui perbedaan hasil unjuk kerja dan emisi gas buang dari penggunaan bahan bakar dengan properties yang berbeda tersebut, serta dibutuhkan pengembangan Electronic Control Unit yang mampu diprogram sehingga variasi pembakaran dari sisi kontrol injeksi bahan bakar dan waktu pengapian dapat dilakukan. Penelitian dilakukan pada engine onda CB150R, diawali dengan modifikasi ECU SUMI-IT dan studi literatur mengenai bahan bakar Bioetanol E100. Setelah itu pengujian penginjeksian bahan bakar untuk mencapai AFR Bioetanol E100 dengan persentase penginjeksian sebesar 100, 125, 150, 175 dan 200 persen dari jumlah penginjeksian bahan bakar standar. Kemudian dilakukan pengujian dengan penggunaan Pertamax (bioetanol 0%) pada kondisi standar sebagai kelompok kontrol dan penggunaan Bioetanol E100 dengan variasi ignition timing sebagai kelompok uji dengan mengambil 5 variasi advance ignition timing 10, 14,18, 22, dan 26 BTDC pada rasio kompresi yang telah dirubah menjadi 12, 12,5, dan 13.Pengujian dilakukan menggunakan Waterbrake Dynamometer pada bukaan katup kupu-kupu penuh (Fully Open Throttle). Hasil penelitian, durasi injeksi yang optimal untuk mencapai AFR bioetanol E100 yaitu pada putaran engine 2000 hingga 4000 rpm sebesar 200%, putaran 5000 hingga 6000 rpm sebesar 175%, serta putaran 7000 hingga 8000 rpm sebesar 150%. Pada kondisi rasio kompresi 12, 12,5, dan 13 yang diperlakukan dengan mapping ignition akan dibandingan terhadap ignition standar pada tiap rasio kompresi. Pada CR=12 torsi naik rata-rata sebesar 1,733%, Sfc mengalami penurunan ratarata sebesar 0,6%, dan efisiensi thermal naik rata-rata sebesar 0,28%. Pada CR=12,5 torsi naik rata-rata sebesar 2,22%, Sfc naik rata-rata sebesar 1,59%, dan efisiensi thermal mengalami penurunan rata-rata 2,01%. Pada CR=13 torsi naik rata-rata sebesar 4,05%, Sfc mengalami penurunan rata-rata sebesar 8,01%, dan efisiensi thermal naik rata-rata sebesar 6,88%. Dari hasil emisi, kandungan CO dan HC mengalami penurunan di setiap rasio kompresi, emisi CO pada CR 12, 12,5, dan 13 turun sebesar 21,96%, 27,633%, dan 37,23%. Emisi HC pada CR 12, 12,5, 13 turun sebesar 1,84%, 1,34%, dan 2,08%. Katakunci : Electronic Control Unit, Injection Control, Maximum Best Torque (MBT), Ignition Timing, Bioetanol E100. I. PENDAHULUAN S umber energi minyak bumi termasuk sumber daya yang tidak dapat diperbarui. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18% dan batubara 30%) dari total konsumsi dan upaya untuk memaksimalkan pemanfaatan energi terbarukan belum dapat berjalan sebagaimana yang direncanakan [1]. Hal ini diperburuk dengan catatan statistik yang menerangkan bahwa cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun [2] Jumlah kendaraan yang semakin tinggi menimbulkan efek polutan dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan tersebut. Polutan tersebut akan menyebabkan polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan. Emisi gas buang hasil pembakaran kendaraan bermotor yang berupa karbondioksida (CO 2 ), karbonmonoksida (CO), Oksida Nitrogen (NO x ), hidrokarbon yang tidak terbakar, serta unsur metalik seperti timbal (Pb) [3] saat ini menjadi perhatian serius karena unsur-unsur tersebut yang menjadi penyebab menurunnya tingkat kesehatan manusia. Untuk mengurangi emisi gas buang dapat dilakukan salah satunya dengan mengembangkan teknologi fuel injection (FI) pada kendaraan bermotor serta menggunakan bahan bakar alternatif, contohnya bioetanol. Kandungan oksigen dalam bioetanol adalah sekitar 35% [4], sebagai bahan bakar beroksigenat mempunyai banyak keuntungan dalam emisi yang dihasilkan. Senyawa oksigenat yang mempunyai keunggulan angka oktan tinggi [3] membuat bioetanol digunakan sebagai aditif bahan bakar bensin, ditambah dengan adanya unsur O dalam ikatan kimianya akan berpengaruh pada penurunan emisi gas buang. Pada penelitian ini, dilakukan sebuah pengujian pada sepeda motor Honda CB150R dengan menggunakan bahan bakar bioetanol 100% (E100). Untuk pengoperasian bioetanol E100 pada mesin harus dilakukan beberapa modifikasi, salah satunya yaitu pada ECU dengan optimasi waktu pengapian (ignition

timing). sebelumnya memperoleh penginjeksian bahan bakar yang optimal dengan metode Maximum Best Torque dan data hasil penelitian dari variasi rasio kompresi. Nantinya dengan penggunaan bahan bakar bioetanol E100 pada Honda CB150R dapat dilakukan optimasi waktu pengapian terhadap variasi kompresi yang tepat untuk bahan bakar bioetanol E100. pada campuran E50, LHV yang ada pada bioetanol terlalu kecil dibandingkan bensin, yang menyebabkan bsfc dari campuran E50 pada semua rasio kompresi nilainya masih lebih besar dari E0. Berikut adalah grafik yang menjelaskan data yang didapatkan. II. URAIAN PENELITIAN 2.1 Karakteristik Bahan Bakar Gasoline dan Bioetanol Tabel 1 dibawah ini menjelaskan tentang karakteristik bahan bakar gasoline yang mempunyai angka oktan 92 atau setara dengan Pertamax dan bahan bakar bioetanol dengan angka oktan 109. Tabel 1 Karakteristik Bahan Bakar Gasoline dan Bioetanol [4],[10],[11] (a) 2.2 Electronic Control Unit untuk Honda CB150R Untuk dapat mengatur durasi penginjeksian dan pemetaan waktu pengapian harus menggunakan ECU yang bisa diprogram. Maka dari itu dengan memodifikasi ECU SINJAI 650cc FI akan dapat dipergunakan pada Honda CB150R dengan mempertimbangkan aspek sensor-sensor yang dimiliki oleh motor Honda CB150R. Aspek yang dimodifikasi meliputi driver ignition, injector, dan fuel pump, serta memodifikasi TPS seperti pada gambar 1. Gambar 1 Diagram Alir Electronic Control Unit 2.3 Penelitian Terdahulu Sudarmanta et al [5] dalam penelitiannya di engine Sinjai 650 cc dua silinder dilakukan variasi pada rasio kompresi dari 9,6:1, 10,6:1, dan 11,6:1, dengan bahan bakar campuran E50 mulai dari putaran mesin 2000 rpm hingga 5000 rpm dengan kenaikan 500 rpm. Ignition timing diatur seminimal mungkin untuk Maximum Best Torque (MBT). Hasil penelitian adalah E0 memiliki derajat pengapian antara 12-18 BTDC, sedangkan pada E50 dengan CR yang lebih besar, derajat pengapian akan diperlambat untuk menghindari detonasi. Torsi tertinggi pada 3000 rpm, E50, CR 11,6 sebesar 49,58 Nm naik 3,68% dari E0 dengan CR 9,6 sedangkan E50 dengan CR 9,6 akan menurunkan torsi sebesar 4,12% dari E0 dengan CR 9,6. Bsfc minimun masih terdapat pada bahan bakar E0 dengan rasio kompresi 9,6 karena (b) Gambar 2 (a) Grafik mapping ignition timing pada kondisi MBT (b) Grafik torsi terhadap rpm Setiyawan [6] pada disertasinya tahun 2012 mengkaji pengaruh etanol pada premium terhadap karakteristik pembakaran di motor bensin injeksi. Pada penelitian ini dicari terlebih dahulu advance ignition timing dengan metode MBT untuk masing-masing bahan bakar dengan torsi awal 4 Nm, 4000 rpm, dan λ=1. Didapatkan bahan bakar E0 akan menghasilkan torsi maksimal pada ignition timing sebesar 24, sedangkan pada E100 torsi maksimal ada pada 28. Kenaikan waktu pengapian berbanding lurus dengan kenaikan angka oktan bahan bakar karena semakin tinggi angka oktan akan semakin tahan terhadap knocking. Dari emisi gas buangnya, kadar CO berkurang saat etanol ditambahkan pada premium. Rata-rata penurunan CO karena penambahan etanol pada premium (E5 sampai dengan E40) masing-masing sebesar 1,2%, 2,0%, dan 14,4% dibandingkan bahan bakar E0 untuk λ=0,9, 1,0, dan 1,1. Sedangkan penurunan kadar HC karena penambahan etanol pada premium (E5 sampai dengan E40) masingmasing sebesar 17,4%, 10,6%, dan 7,7% dibandingkan bahan bakar E0 untuk masing-masing λ = 0,9, 1,0 dan 1,1. Namun dari hasil emisi, bisa ditarik kesimpulan bahwa pengaruh kekayaan campuran lebih dominan untuk menurunkan CO dan HC dibandingkan dengan penambahan etanol, dimana penambahan udara pembakaran lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan molekul oksigenat yang terkandung dalam etanol.

Peningkatan terhadap torsi yang dihasilkan dengan bahan bakar Pertamax terjadi pada durasi injeksi sebesar 150% dan 175%. (a) Gambar 5 Grafik Torsi Variasi Injeksi sebagai Fungsi Putaran Engine (b) Gambar 3 (a) Maximum Best Torque vs Ignition Timing, (b) CO(%) vs Bahan Bakar, (c) HC(ppm) vs Bahan Bakar III. HASIL DAN ANALISA 3.1 Analisis Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang Engine Menggunakan Bahan Bakar Pertamax (E0) Pada durasi injeksi 150%, peningkatan torsi terjadi sebesar 7,042% ke angka 14,759 N.m, sedangkan torsi meningkat sebesar 2,350% ke angka 14,112 N.m pada penggunaan durasi injeksi 175%. Kemudian pada durasi 200%, nilai torsi turun sebesar 47,578% dengan nilai sebesar 7,228 N.m. Dari grafik diatas didapatkan mapping yang optimal untuk engine Honda CB150R berbahan bakar bioethanol E100 yaitu pada putaran engine 2000 hingga 4000 rpm terbaik pada mapping injeksi bahan bakar 200%, putaran engine 5000 dan 6000 rpm pada mapping injeksi bahan bakar 175%, serta pada putaran 7000 dan 8000 rpm mapping injeksi bahan bakar 150%. Gambar 4 Grafik Torsi sebagai Fungsi Putaran Engine Dari data diatas bisa dihitung bahwa pada putaran 2000 rpm, bila dilakukan penggantian ECU standar ke ECU SUMI-IT torsi yang dihasilkan adalah 6,776 N.m, penurunan torsi terjadi sebesar 2,686%. Pada putaran 7000 rpm, torsi yang dihasilkan 13,788 N.m, penurunan torsi yang terjadi adalah sebesar 1,126% dari ECU standar. Pada putaran engine 8000 rpm, torsi yang dihasilkan adalah 13,425 N.m, penurunan yang terjadi adalah sebesar 0,798 % dari ECU standar. Walaupun terjadi penurunan torsi, ECU SUMI-IT dianggap layak untuk digunakan pada penelitian ini karena penurunan torsi yang terjadi sangat kecil. Oleh karena itu, pada analisa-analisa selanjutnya dibandingkan dengan E0 dengan penggunaan ECU SUMI-IT. 3.2 Analisis Unjuk Kerja dan Emisi Gas Buang Engine Berbahan Bakar Bioetanol E100 Variasi Durasi Injeksi Bahan Bakar Bila dari grafik diatas diambil sampel pada putaran 7000 rpm, bisa dilihat bahwa dengan mengganti bahan bakar dari Pertamax ke Bioetanol E100 (dengan durasi injeksi 100%), torsi dari engine akan turun dari 13,788 N.m ke 6,943 N.m. Hal ini menunjukkan bahwa torsi turun sebesar 49,645%. Kemudian jika durasi ditambah menjadi 125%, torsi yang dihasilkan sebesar 10,385 N.m, sehingga penurunan torsi dari penggunaan bahan bakar Pertamax bisa direduksi menjadi 24,681%. Gambar 6 Grafik AFR Variasi Injeksi sebagai Fungsi Putaran Engine Pada pemakaian Bioetanol E100, dengan meningkatkan durasi penginjeksian bahan bakar dari 125% hingga 175%, torsi dari engine akan semakin besar dari durasi 100%. Hal ini terjadi karena AFR dari engine semakin turun akibat laju aliran massa bahan bakar yang terus bertambah sedangkan laju aliran massa udaranya relatif tetap. Masing-masing penurunan dari AFR Pertamax adalah sebesar 18,683%, 32,658%, dan 42,060% untuk durasi 125%, 150%, dan 175%. AFR yang semakin turun ini menyebabkan pembakaran yang terjadi semakin sempurna, karena AFR stoikiometri dari bioetanol adalah 9:1, lebih kaya daripada bahan bakar Pertamax. Pada durasi injeksi 150%, torsi yang dihasilkan di putaran tinggi yaitu 7000 dan 8000 rpm nilainya paling tinggi dari durasi injeksi yang lainnya. Hal ini terjadi karena pada durasi injeksi 150%, AFR yang dihasilkan paling mendekati dengan AFR stoikiometri dari bioetanol. Sedangkan pada durasi 200%, terjadi penurunan torsi yang drastis dari putaran 6000 rpm sampai 8000 rpm. Hal ini terjadi karena AFR rata-rata yang dihasilkan pada durasi 200% adalah 6,667:1. AFR tersebut terlalu kaya untuk bahan bakar bioetanol yang artinya pasokan bahan bakar terlalu banyak, sehingga di putaran tinggi torsi yang dihasilkan akan semakin kecil.

3.3 Analisis Unjuk Kerja Dan Emisi Gas Buang Engine Berbahan Bakar Bioetanol E100 Dengan Variasi Ignition Timing Tiap Rasio Kompresi a. Analisa torsi Metode MBT(Maximum Best Torque) Dari grafik torsi fungsi rpm, terlihat adanya tren keanikan torsi mulai dari putaran rendah hingga mencapai torsi maksimum pada putaran tertentu. kemudian torsi mengalami penurunan pada putaran lebih tinggi. Hal ini disebabkan, semakin tinggi putaran engine maka turbulensi aliran yang masuk ke ruang bakar akan semakin tinggi dan menyebabkan pencampuran bahan bakar dan udara semakin baik serta perambatan api juga semakin cepat sehingga torsi akan meningkat. Setelah putaran mesin semakin tinggi maka akan semakin besar kerugiankerugian yang terjadi, seperti kerugian berupa gesekan dan adanya pembakaran yang kurang sempurna. semakin tinggi putaran engine maka friksi yang terjadi juga semakin besar yang optimal dengan metode MBT(Maximum Best Torque) di tiap rasio kompresi. Dengan menggunakan metode MBT ini, didapatkan waktu pengapian yang menghasilkan torsi terbesar untuk tiap perubahan putaran engine disetiap variasi rasio kompresi. Data pemetaan pengapian ini untuk selanjutnya disimpan kedalam log file ECU dan dipergunakan untuk pengambilan data unjuk kerja selanjutnya. Untuk tiap variasi rasio kompresi, didapatkan bahwa waktu pengapian tidak memiliki tren. Hal ini disebabkan karena interval dari variasi pemetaan waktu pengapian yang terlalu besar yaitu 4 o BTDC antara 10 o hingga 26 o BTDC. Gambar 8 Mapping waktu pengapian metode MBT untuk Honda CB150R berbahan bakar bioetanol E100 (a) Gambar 9 Torsi Mapping vs rpm (b) (c) Gambar 7 Grafik Torsi vs rpm pada (a) CR 12, (b) cr 12,5, (c) CR 13 Setelah mendapatkan data torsi untuk setiap rasio kompresi, selanjutnya memetakan waktu pengapian Pada mapping 10 o BTDC nilai torsi mengalami penurunan terhadap torsi mapping waktu pengapian standar di semua kondisi rasio kompresi, nilai torsi menurun sebesar 9,37% pada CR 12, 8,39% pada CR 12,5, dan 7,83% pada CR 13. Pada mapping 14 o BTDC nilai torsi masih mengalami penurunan terhadap torsi mapping waktu pengapian standar pada semua rasio kompresi yaitu menurun sebesar 5,68% pada CR 12, 8,39 pada CR 12,5, dan 4,39% pada CR 13. Pada mapping 18 o BTDC nilai torsi mengalami kenaikan terhadap mapping waktu pengapian standar pada semua kompresi rasio, yaitu naik sebesar 8% pada CR 12, 7,71% pada CR 12,5, dan 7,97% pada CR 13. Kemudian pada mapping waktu pengapian 22 o dan 26 o BTDC nilai torsi mengalami penurunan yang cenderung besar. Hal ini disebabkan oleh waktu pengapian yang terlalu maju menyebabkan proses pembakaran belum pada kondisi ambient ruang bakar yang terlalu rendah. b. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Perubahan efisiensi thermal seiring bertambahnya putaran engine. Secara umum konsumsi bahan bakar spesifik dari rpm rendah ke tinggi akan mengalami penurunan hingga putaran mesin tertentu akan meningkat lagi.

(NKB) bahan bakar dikalikan dengan laju aliran bahan bakar. Maka dapat disimpulkan, semakin besar nilai daya yang dihasilkan oleh engine membuat nilai. Dengan mapping waktu pengapian, didapat puncak tertinggi dari efisiensi thermal terdapat pada CR 13 dengan kenaikan 15,16% dari nilai efisiensi thermal pada CR 13 tanpa mapping waktu pengapian. kemudian pada CR 12,5 mengalami kenaikan sebesar 7,66%, serta pada CR 12 mengalami kenaikan sebesar 8,45% dari pengondisian tanpa mapping waktu pengapian. Gambar 10 Grafik SFC vs rpm Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya turbulensi aliran seiring dengan pertambahan putaran mesin, sehingga homogenitas campuran bahan bakar dan udara menjadi baik dan menghasilkan pembakaran yang lebih sempurna. Dengan melakukan mapping ignition timing rata-rata sfc pada CR 12 dan 13 mengalami penurunan sebesar 0,6% dan 8,01%, sedangkan pada CR 12,5 justru sfc mengalami kenaikan 1,59%. Hal ini membukrikan bahwa dengan metode MBT yang memfokuskan untuk mendapatkan torsi terbesar, belum tentu mendapatkan sfc yang baik(minimum) juga. Namun jika dibandingkan dengan kondisi engine standar(cr 11), nilainya jauh berada dibawah dari nilai sfc data hasil pengujian mapping ignition untuk tiap variasi kompresi rasio. c. Efisiensi Thermal (ηth) Pada saat putaran rendah proses pencampuran bahan bakar dan udara berlangsug kurang baik, dikarenakan turbulensi dari campuran udara dan bahan bakar yang masuk kurang baik, sehingga pembakaran yang terjadi kurang sempurna.seiring dengan bertambahnya putaran mesin, akan ada saat dimana turbulensi dan waktu pembakaran mencapai kondisi yang terbaik sehingga mendapatkan efisiensi yang paling optimal. Pada putaran yang lebih tinggi, turbulensi campuran bahan bakar dan udara yang terjadi cukup besar, sehingga pencampuran bahan bakar dan udara baik. tetapi bahan bakar menjadi banyak terbuang dikarenakan waktu pengapian yang tidak dimajukan akan berbanding terbalik dengan kecepatan rambat api dari busi yang konstan. Gambar 3.7 Grafik Efisiensi Thermal vs rpm Efisiensi thermal dipengaruhi oleh besarnya torsi yang dihasilkan oleh engine. Dengan bertambahnya torsi lebih besar maka membuat nilai daya dri engine juga semakin besar. Sementara itu, daya yang dihasilkan dari engine dipakai untuk penyebut dalam perhitungan efisiensi thermal yang dibagi dengan nilai kalor bawah IV.PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Pemetaan injeksi bahan bakar yang optimal terhadap engine Honda CB150R berbahanbakar bioethanol E100 adalah DURASI Rpm TERBAIK 2000 200% 3000 200% 4000 200% 5000 175% 6000 175% 7000 150% 8000 150% 2. Berdasarkan mapping waktu pengapian untuk best torque fungsi rpm, didapatkan derajat pengapian sebagai berikut : Mapping Ignition timing E100 CR = 12 ADV TORSI RPM TIMING (Nm) 2000 10 BTDC 6,570 3000 10 BTDC 10,003 4000 14 BTDC 10,493 5000 18 BTDC 12,553 6000 18 BTDC 14,612 7000 18 BTDC 16,671 8000 18 BTDC 14,808 Mapping Ignition timing E100 CR = 12,5 ADV TORSI RPM TIMING (Nm) 2000 10 BTDC 6,865 3000 10 BTDC 10,145 4000 14 BTDC 10,787 5000 14 BTDC 12,945 6000 18 BTDC 15,200 7000 18 BTDC 17,162 8000 18 BTDC 15,030 Mapping Ignition timing E100 CR = 12,5 ADV TORSI RPM TIMING (Nm) 2000 10 BTDC 7,061 3000 10 BTDC 10,395 4000 14 BTDC 11,180 5000 18 BTDC 13,337 6000 18 BTDC 15,495 7000 18 BTDC 17,466 8000 18 BTDC 15,593 Serta dari unjuk kerja engine Honda CB150R dengan perlakuan advance waktu pengapian pada CR 12, 12,5, 13 relatif terhadap pengapian standar didapatkan hasil sebagai berikut : - Torsi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,733% - Daya efektif mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,879%

- Bmep mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,733 % - Sfc mengalami penurunan rata-rata sebesar 0,6 % - Efisiensi thermal mengalami kenaikan rata-rata sebesar 0,28%,5 - Torsi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2,22% - Daya efektif mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2,68% - Bmep mengalami kenaikan rata-rata sebesar 2,68% - Sfc mengalami kenaikan rata-rata sebesar 1,59 % - Efisiensi thermal mengalami penurunan rata-rata sebesar 2,01% CR 13 - Torsi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,05% - Daya efektif mengalami kenaikan rata-rata sebesar 3,73% - Bmep mengalami kenaikan rata-rata sebesar 3,73% - Sfc mengalami penurunan rata-rata sebesar 8,01 % - Efisiensi thermal mengalami kenaikan rata-rata sebesar 6,88% 3. Dari hasil emisi engine Honda CB150R dengan perlakuan advance waktu pengapian pada CR 12, 12,5, 13 relatif terhadap pengapian standar didapatkn hasil sebagai berikut : Emisi CO mengalami penurunan sebesar 21,96 % Emisi HC mengalami penurunan sebesar 1,84% Emisi CO mengalami penurunan sebesar 27,633% Emisi HC mengalami penurunan sebesar 1,34% Emisi CO mengalami penurunan sebesar 37,23% Emisi HC mengalami penurunan sebesar 2,08% DAFTAR PUSTAKA [1] Biro Fasilitas Kebijakan Energi dan Persidangan. 2014. Outlook Energi Indonesia 2014. Jakarta: Dewan Energi Nasional Republik Indonesia. [2] Kuncahyono, P., Fathallah, A.Z.M., dan Semin 2013. Analisa Prediksi Potensi Bahan Baku Biodiesel Sebagai Suplemen Bahan Bakar Motor Diesel di Indonesia. Jurnal Teknik Pomits. Vol. 2, No. 1, pp. 62. http://ejurnal.its.ac.id/index.php/teknik/article/do wnload/3156/900. 20 Februari 2016. [3] Sulistiyo, B., Sentanuhady, J., dan Santoso et al. 2009. Pemanfaatan Etanol sebagai Octane Improver Bahan Bakar Bensin Pada Sistem Bahan Bakar Injeksi Sepeda Motor 4 Langkah 1 Silinder. Jurnal Teknik. Vol.1, pp. 1-2. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian /Bambang,Sulistyo,S.Pd.,M.Eng./BS-20090721 Pemanfaatan Etanol Proceeding Thermofluid 2009. 20 Februari 2016. [4] Jeuland, N., Montagne. X., dan Gaurot. 2004 Potentiality of Ethanol as a Fuel for Dedicated Engine. Journal of Oil & Gas Science and Technology. Vol. 59, No. 6, pp. 560-565. [5] Sudarmanta, B., Junipitoyo, b., Putra,A.B.K., dan Sutantra 2014. Influence of Bioethanol gasoline blended Fuel on Performance and Emissions Characteristics from Port Injection Sinjai Engine 650 cc. Journal of Applied Mechanics and Materials. Vol. 493, pp. 273-274. [6] Setiyawan, Atok. 2012. Kajian Eksperimen Pengaruh Etanol pada Gasoline terhadap Kerja Mesin Bensin. Disertasi Fakultas Teknik : Universitas Indonesia. 4.2 Saran 1. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai mapping waktu pengapian pada variasi sudut pengapian yang berbeda, utamanya pada putaran rendah dan tinggi dengan menggunakan metode MBT. Serta dengan variasi putaran engine yang lebih banyak. 2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai mapping waktu pengapian pada metode pengujian yang berbeda dengan menggunakan variasi bahan bakar bioethanol dengan kandungan yang berbeda. 3. perlu dilakukan penelitian mengenai driver pengapian dan penginjeksian bahan bakar lebih lanjut untuk menyempurnakan ECU SUMI-IT, terkait dengan masalah panas yang terjadi pada ECU. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis berterimakasih kepada Allah SWT, kedua orang tua dan seluruh pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis.