BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai menggunakan secara intensif bahan cetakan tersebut (Nallamuthu et al.,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. material. Contoh bahan cetak elastomer adalah silikon, polieter dan polisulfida.

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pencetakan karena bahan ini mempunyai keuntungan dalam aspek dimensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kehilangan gigi merupakan kasus yang banyak dijumpai di kedokteran gigi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Masalah Perubahan dimensi pada cetakan gigi dan mulut biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN. cetakan negatif dari jaringan rongga mulut. Hasil cetakan digunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3. Bahan cetak elastik. -Reversible hidrokolloid (agaragar).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. model gigitiruan dilakukan dengan cara menuangkan gips ke dalam cetakan rongga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bakteri semakin hari semakin tidak dapat terkontrol. Peralatan

BAB I PENDAHULUAN. cetak non elastik setelah mengeras akan bersifat kaku dan cenderung patah jika diberi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berdasarkan pada cara bahan tersebut mengeras. Istilah ireversibel menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. di atas. 3 Bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Manipulasi Bahan Cetak Alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENYEMPROTAN REBUSAN DAUN SIRIH DAN LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT PADA CETAKAN ELASTOMER TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI MODEL FISIOLOGIS

PENGARUH TEKNIK PENCETAKAN PUTTY/WASH ONE-STEP DAN TWO-STEP TERHADAP CACAT PERMUKAAN CETAKAN DAN AKURASI DIMENSI MODEL KERJA GIGI TIRUAN CEKAT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. langsung pada kavitas gigi dalam sekali kunjungan. Restorasi tidak langsung

HUBUNGAN ELASTISITAS DENGAN STABILITAS DIMENSIONAL PADA BAHAN CETAK SILOXANE

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. rumput laut tertentu yang bernama Brown Algae bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

tekanan tinggi. Akibatnya, dibutuhkan temperatur yang lebih tinggi C atau

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dijalankan pada praktek sehari-hari dan salah satu caranya adalah dengan kontrol

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. minor walaupun belum secara jelas diutarakan jenis dan aturan penggunaanya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAHAN CETAK ELASTOMERIK. Gatot Sutrisno

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dijumpai di bidang kedokteran gigi. Restorasi pengganti gigi setelah pencabutan

VII. TEKNIK PENCETAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan

ASEPTIC DAN ANTISEPTIC. FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITY OF TRISAKTI Kelly Radiant

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANTISEPTIC DAN DESINFEKTAN

Sanitasi Peralatan. Nikie Astorina YD, SKM, M. Kes Bagian Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I. : Recovery from Deformation Material Cetak Alginat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mudah dalam proses pencampuran dan manipulasi, alat yang digunakan minimal,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

AlCl₃ (Aluminium Klorida) Ishmar Balda Fauzan ( ) Widya Fiqra ( ) Yulia Endah Permata ( )

MAKALAH DISKUSIINTEGRASI MODUL 3.11 SEMINAR BAHAN KEDOKTERAN GIGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringan lunak dan juga sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Pada dasarnya,

DESINFEKTANSIA DAN ANTISEPTIKA. Oleh : IMBANG DWI RAHAYU

BAB I PENDAHULUAN. keadaan ini dapat meningkatkan resiko kehilangan gigi. Kehilangan gigi dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian kesehatan umum adalah kesehatan gigi dan mulut yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. lunak dan merupakan tempat melekatnya anasir gigitiruan. 1 Berbagai macam bahan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terinfeksi dengan mikroorganisme patogen yang berlainan. Infeksi silang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM LARUTAN SODIUM HIPOKLORIT 0,5% DAN GLUTARALDEHID 2% TERHADAP JUMLAH KOLONI BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL I : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan bagian atas; beberapa spesiesnya mampu. memproduksi endotoksin. Habitat alaminya adalah tanah, air dan

STABILITAS DIMENSI HASIL CETAKAN DARI BAHAN CETAK ALGINAT SETELAH DIRENDAM KE DALAM AIR OZON

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. menggantikan struktur rongga mulut atau sebagian wajah yang hilang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

Instrumen yaitu sesuatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang melakukan tugas atau mencapai tujuan secara efektif atau efisien (Suharsimi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akar, mencegah kontaminasi sistem saluran akar dengan saliva, menghambat

Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA

PROSEDUR STANDAR Tanggal Terbit : / /200

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang sakit agar dapat diterima secara biologik oleh jaringan sekitarnya sehingga

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

KOMBINASI BAHAN CETAK ALGINAT DAN POLYVINILSILOXANE UNTUK MENCETAK GIGI YANG GOYANG. Mirna Febriani, Irsan Ibrahim. Lisbeth Aswan

ASEPSIS SESUDAH TINDAKAN BEDAH MULUT

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Bunuh Disinfektan terhadap Pertumbuhan Bakteri

II. DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan sebagian lepasan (removable partial denture) adalah gigi tiruan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Cetak 2.1.1 Pengertian Bahan cetak adalah bahan yang digunakan di kedokteran gigi untuk mereproduksi hasil yang akurat dari gigi, jaringan lunak dan jaringan keras di dalam mulut. 17 Bahan cetak menghasilkan reproduksi negatif dari gigi dan jaringan mulut. Hasil cetakan yang diisi bahan pengisi gips keras menghasilkan cetakan yang disebut reproduksi positif (model kerja dan model studi). Pada pencetakan gigitiruan cekat, model kerja digunakan dokter gigi merancang dan membuat konstruksi yang baik untuk pembuatan protesa gigitiruan cekat. Oleh karena itu, hasil cetakan harus akurat untuk mewakili struktur jaringan mulut. 18 2.1.2 Persyaratan Untuk menghasilkan cetakan yang akurat, bahan cetak yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu: 18-23 1. Mempunyai stabilitas dimensi dan keakuratan dimensi yang baik. 2. Mempunyai sifat flow yang baik. 3. Setting time pendek. 4. Cetakan harus cukup fleksibel, tidak berubah atau tidak mudah robek ketika dikeluarkan dari mulut. 5. Tidak berbau, tidak toksik, tidak berasa. 6. Mudah dimanipulasi, memiliki sifat wetting yang baik.

7. Memiliki masa penyimpanan yang cukup lama. 8. Dapat didesinfeksi tanpa mempengaruhi dimensi keakuratan bahan cetak secara signifikan. 9. Tidak mengeluarkan gas atau bahan lain ketika bahan cetak mengeras. 10. Kompatibel terhadap bahan dai dan bahan cetak lain. 2.1.3 Klasifikasi Berdasarkan sifat mekanis, bahan cetak dikelompokkan menjadi: 24 1. Bahan cetak non-elastis, terdiri dari : a. Plaster of Paris b. Bahan cetak kompoun c. Malam / wax d. Pasta Zinc Oxide Eugenol 2. Bahan cetak elastis, terdiri dari : a. Hidrokoloid, terdiri dari : Reversibel : Agar hidrokoloid Irreversibel : Hidrokoloid alginat b. Elastomer, terdiri dari : Polisulfida Polieter Silikon kondensasi Silikon adisi (Polivinil Siloksan)

2.2 Bahan Cetak Elastomer 2.2.1 Pengertian Bahan cetak elastomer adalah bahan cetak yang bersifat elastis seperti karet yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut akan tetap bersifat elastis dan fleksibel. Bahan cetak ini diklasifikasikan sebagai nonaqueous elastomeric impression materials oleh Spesifikasi ANSI/ADA No.19. Bahan cetak elastomer biasanya digunakan untuk mencetak pada pembuatan gigitiruan cekat, gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan penuh, gigitiruan dukungan implan karena menghasilkan cetakan yang akurat untuk detail gigi dan daerah gerong. 18 Secara kimia, bahan cetak elastomer yang digunakan di kedokteran gigi dibagi menjadi 4 jenis yaitu: polisulfida, silikon kondensasi, silikon adisi (yang sering disebut polivinil siloksan/pvs) dan polieter. Polisulfida merupakan bahan cetak elastomer yang pertama ditemukan, diikuti oleh silikon kondensasi, polieter dan yang terakhir silikon adisi (PVS). Silikon adisi (PVS) dikategorikan sebagai silikon adisi-polieter hybrid. 18-20 Silikon adisi (PVS) adalah bahan cetak yang menghasilkan perubahan dimensi paling kecil dibandingkan dengan bahan cetak elastomer lainnya. 17 2.2.2 Karakteristik Sifat aliran dari bahan cetak elastomer memegang peranan penting terhadap keberhasilan aplikasi seperti bahan cetak dengan keakuratan tinggi ini. Bahan cetak tersebut dimasukkan ke dalam mulut sebagai suatu cairan kental dengan sifat penyesuaian aliran tertentu. Reaksi pengerasan kemudian mengubahnya menjadi suatu zat padat viskoelastis. Sifat aliran dalam bentuk padat juga penting bila ingin

memperoleh cetakan yang akurat. 18 Selain itu sifat-sifat lain dari bahan cetak elastomer dapat dilihat pada Tabel 1. 17-20,25 Tabel 1. PERBEDAAN SIFAT-SIFAT BAHAN CETAK ELASTOMER SIFAT POLI SILIKON SILIKON POLIETER SULFIDA KONDENSASI ADISI (PVS) Waktu kerja 5,7 3 2-4 2,5 (menit) Setting time 8-12 6-8 3-7 4,5 (menit) Shrinkage pada Tinggi Sedang-tinggi Sangat rendah Rendah saat setting Kemampuan Sedang Tinggi Sangat tinggi Tinggi elastis setelah dilepas Fleksibilitas ketika Tinggi Sedang Rendahsedang Rendahsedang dilepaskan Tear Strength Sedangtinggsedang Rendah-sedang Rendah- Sedang (Kekuatan Robekan) Flow Sedangtinggi Rendah Sangat rendah Sangat rendah Wettability Sedang Tidak baik Baik-sangat Sangat baik baik Reproduksi Sangat baik Sangat baik Sangat baik Sangat baik detail Penundaan waktu pengisian 30 menitbeberapa jam 1 jam 1 minggu 1 minggu Pengisian berulang Bisa, cetakan kedua tidak begitu akurat Bisa Bisa Bisa Bahan cetak yang ideal adalah bahan cetak yang dapat mencetak struktur rongga mulut secara akurat, dikeluarkan dari mulut tanpa distorsi, dan dimensinya tetap stabil selama proses laboratorium atau ketika diisi dengan gips keras. Setelah dikeluarkan dari mulut, cetakan harus dapat mempertahankan stabilitas dimensinya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi stabilitas dimensi suatu hasil cetakan yaitu perubahan suhu, shrinkage, polimerisasi yang kurang sempurna dan beberapa bahan desinfektan. 18 Berdasarkan sifat viskositas/kekentalan, bahan cetak elastomer dibagi menjadi beberapa jenis viskositas untuk mendukung beberapa teknik mencetak. Polisulfida dan polieter dibagi menjadi 3 jenis viskositas yaitu light (wash), medium (regular), dan heavy. Silikon kondensasi biasanya tersedia dalam viskositas light dan putty, sedangkan silikon adisi tersedia dalam 6 jenis viskositas yaitu extra-light (injection), light (wash), medium (regular), monophase, heavy dan putty (extra-heavy). 17,18,21 Selain itu, bahan cetak elastomer dikemas dalam 2 sistem komponen yaitu dari basis (base) dan katalis. 18,21 Terdapat 3 cara dalam pengadukan base dan katalis bahan cetak elastomer yaitu : pengadukan dengan spatula secara manual, pengadukan dengan menggunakan gun dan pengadukan dengan menggunakan mesin. 21 2.3 Silikon Adisi (Polivinil Siloksan) Silikon adisi sering disebut bahan cetak polyvinyl siloxane (PVS) atau vinyl polysiloxane (VPS). 18 Bahan cetak PVS ini memiliki perubahan dimensi paling kecil (0,05%) setelah pengerasan dibanding dengan bahan cetak hidrokoloid dan bahan cetak elastomer lainnya. Selain itu, bahan cetak PVS memiliki sifat fleksibilitas yang tinggi setelah dilepaskan dari daerah gerong dan tahan terhadap robekan. Hasil cetakan PVS dapat diisi beberapa kali dan mempunyai stabilitas dimensi yang baik selama seminggu tanpa mengalami distorsi. Oleh karena itu, banyak dokter gigi mengirim hasil cetakan ke laboratorium dental dan hasil cetakan PVS ini yang diisi beberapa hari kemudian. 17

Indikasi penggunaan dari bahan cetak PVS adalah pencetakan pada pembuatan gigitiruan cekat, pencetakan pada pembuatan inlay, onlay, mahkota dan jembatan serta pada pembuatan implan. Kontraindikasi dari penggunaan bahan cetak PVS adalah penggunaan sarung tangan lateks bersulfur pada saat memanipulasi putty dari bahan cetak PVS. 25 2.3.1 Komposisi Bahan cetak PVS tersedia dalam bentuk 2 sistem komponen yaitu basis (base) dan katalis (Gambar 1). Basis mengandung polymethyl hydrogen siloxane, bahan pengisi (filler), silanol serta pre-polimer siloksan lain. Katalis mengandung divinyl polydimethyl siloxane, bahan pengisi (filler), garam platinum sebagai katalis serta pre-polimer lain. 18,25 Gambar 1. Struktur kimia silikon prepolimer pada pasta bahan cetak silikon adisi. (a) Pasta mengandung Si-H (b) Pasta mengandung Si-CH=CH2 22

2.3.2 Sifat Bahan cetak PVS lebih disukai dari bahan cetak elastomer lain karena waktu pengerasan dari bahan PVS lebih singkat dan memiliki sifat elastis yang paling ideal. Sifat elastis ini berguna pada saat bahan cetak dikeluarkan dari daerah gerong di dalam mulut dan ketahanan bahan cetak PVS terhadap sobekan cukup baik. Beberapa pabrik juga telah memodifikasi dan menambahkan barium sulfat pada bahan PVS untuk meningkatkan radiopasitas agar bahan ini dapat terdeteksi secara radiografis. 22,26 Selain itu, bahan cetak PVS mempunyai stabilitas dimensi dan keakuratan dimensi yang baik. Perubahan dimensi bahan cetak PVS yang dibiarkan selama 24 jam sangat sedikit mengalami perubahan yaitu hanya -0,1%, dimana perubahan dimensi bahan PVS ini paling rendah dibanding bahan cetak elastomer lain. Bahan cetak PVS dapat ditunda pengisiannya sampai dengan 1 minggu tanpa terjadi perubahan dimensi yang signifikan. 18,20,22,26 Sifat bahan PVS yang hidrofobik menyebabkan sulitnya membasahi permukaan, sehingga sulit untuk mengisi bahan cetak dengan bahan pengisi yang bebas gelembung udara. Sudut kontak air pada bahan hidrofobik ± 95º, sedangkan pada bahan hidrofilik ± 30º. Oleh karena itu, pabrik membuat bahan cetak PVS lebih hidrofilik dengan penambahan bahan surfaktan yang memungkinkan bahan cetak PVS membasahi jaringan lunak lebih baik dan dapat diisi dengan bahan pengisi (gips, gips keras) secara lebih efektif ke dalam pasta. 18 Bahan cetak PVS dapat menghasilkan gas hidrogen sebagai reaksi sampingan bila polimerisasi bahan PVS tidak sempurna. Gas hidrogen ini dapat menyebabkan

poreus pada model gips yang langsung diisi setelah cetakan dikeluarkan dari mulut. Oleh karena itu, pabrik sering menambahkan logam mulia seperti platinum atau paladium untuk bertindak sebagai pembersih gas hidrogen. 18,21 Kontaminasi sulfur dari sarung tangan lateks menghambat pengerasan bahan cetak PVS. Senyawa sulfur dapat berpindah ke gigi yang dipreparasi dan jaringan lunak ketika melakukan preparasi, melakukan retraksi jaringan lunak dan ketika melakukan pengadukan putty dengan tangan. Senyawa sulfur dapat mempengaruhi kerja platinum yang berfungsi seperti katalis, menghambat polimerisasi pada daerah bahan cetak yang terkontaminasi dan menghasilkan distorsi pada hasil cetakan. Dengan mencuci sarung tangan dengan detergen atau air sebelum mengaduk bahan cetak dapat mengurangi efek kontaminasi senyawa sulfur tersebut. 18,21 2.3.3 Manipulasi Bahan PVS terdiri dari 6 jenis viskositas/kekentalan yaitu light (wash), extra light (injection), medium (regular), monophase, heavy dan extra heavy (putty). Polivinil siloksan yang viskositasnya rendah dikemas dalam 2 pasta, sedangkan bahan putty dikemas dalam 2 wadah yang terdiri dari bahan basis dengan kekentalan tinggi dan bahan katalis. Bahan basis dan katalis mengandung bahan serupa, kedua bahan ini memiliki kekentalan yang hampir sama sehingga bahan cetak ini lebih mudah diaduk. 17,18 Pada awalnya bahan cetak PVS yang terdiri dari 2 pasta yang terdiri dari basis dan katalis diaduk secara manual pada kertas pengaduk atau pelat kaca. Kedua pasta dengan warna berbeda diaduk secara merata dengan gerakan sirkuler hingga

warnanya homogen. Seiring dengan perkembangan zaman, pabrik memproduksi alat pengaduk dengan sistem static automixing dan dynamic mechanical mixing. 20-22 Sistem static automixing atau sistem dual catridge (Gambar 2) menggunakan alat seperti gun (pistol). Hasil pengadukan dengan gun ini dapat langsung dimasukkan ke dalam syringe injeksi atau pada sendok cetak. Hasil pengadukan degan sistem static automixing atau dual catridge menghasilkan bahan cetak dengan gelembung udara yang lebih sedikit. Kerugian dari sistem ini adalah perlunya pergantian ujung (tip) dari gun setiap kali pengadukan dan terbuangnya sejumlah bahan cetak yang terdapat pada ujung (tip). 18-22 Gambar 2. Pistol pengaduk (Mixing gun) dengan sistem dual catridge dan bahan PVS Spident light body (wash) 22 Sistem dynamic mechanical mixing menggunakan alat seperti mesin pengaduk (Gambar 3). Basis dan katalis dikemas dalam bentuk catridge dan dimasukkan ke dalam mesin pengaduk. Keuntungan dari sistem ini adalah penggunaannya yang

mudah, proses pengadukan cepat, hasil pengadukan bahan cetak merata dan lebih sedikit gelembung udara dibanding pengadukan dengan tangan. Kerugiannya antara lain harga mesin pengaduk yang mahal dan sejumlah bahan cetak terbuang. 20-22 Gambar 3. Mesin pengaduk (Mechanical mixer) untuk bahan cetak polivinil siloksan 22 2.3.4 Keuntungan dan Kerugian Tabel 2. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN DARI BAHAN CETAK POLIVINIL SILOKSAN 17,25 Keuntungan Kerugian Hasil cetakan akurat Hidrofobik Mudah dimanipulasi Terdapat banyak jenis viskositas Dapat terkontaminasi oleh sarung tangan Setting time cepat lateks Stabilitas dimensi yang baik Mahal Daya tahan robekan sedang Distorsi lebih sedikit Pengerasan terpengaruh oleh suhu dan Dapat diisi berulang kali kelembaban

2.4 Desinfeksi Pada Bahan Cetak Bahaya penularan penyakit infeksi dari rongga mulut pasien selama proses perawatan gigi telah diteliti oleh WC Barrett dari Buffalo Dentistry School (USA) lebih dari 100 tahun lalu. Pada awalnya hanya menyatakan resiko penularan penyakit sifilis, namun pada masa sekarang kesadaran akan penularan penyakit infeksi menjadi sangat penting. 27 Pada saat prosedur perawatan, membran mukosa dan gusi pasien mungkin cedera. Oleh karena itu, saliva dan darah dengan mudah akan masuk ke dalam bahan cetak pada saat pencetakan. Darah, saliva dan eksudat yang mengandung mikroorganisme di rongga mulut pasien yang mempunyai potensial terjadi kontaminasi silang kepada operator dan pekerja kedokteran gigi. 5,17,19 Mikroorganisme tersebut dapat mengakibatkan penyakit infeksius seperti demam, pneumonia, Herpes, Hepatitis B, TBC dan AIDS. 19,28 Menurut Sofou A dkk dan Randall RC dkk (cit.pang SK, 2006), menunjukkan proses pencetakan gigi pada praktek dokter gigi merupakan sumber utama infeksi silang. Banyak hasil cetakan yang dikirim ke laboratorium dental tanpa proses desinfeksi yang baik, beberapa masih terkontaminasi dengan darah dan sisa makanan. Model yang diisi dari cetakan yang terinfeksi dapat menyebabkan mikroorganisme infeksius berpindah dari tempat praktek ke laboratorium. 15,19 Federation Dentaire International (FDI) menyatakan semua hasil cetakan dan gigitiruan pasien harus dibersihkan dan didesinfeksi sebelum dikirim ke laboratorium. Bila hasil cetakan dan gigitiruan terinfeksi dikirim langsung ke laboratorium tanpa proses desinfeksi maka siklus infeksi silang akan terjadi (Gambar 4). 28

Dokter Gigi Pasien Infeksi Silang Asisten Tekniker Gambar 4. Siklus dari kontaminasi/infeksi silang 28 Kontaminasi silang dapat terjadi dari tempat praktek ke laboratorium begitu juga sebaliknya. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah dekontaminasi adalah dengan melakukan proses desinfeksi di tempat praktek. Apabila proses desinfeksi tidak dilakukan, maka desinfeksi harus dilakukan di laboratorium. Pekerja laboratorium mungkin dapat terpapar melalui kontak langsung (melalui tersayat dan luka) atau melalui inhalasi dari aerosol ketika melakukan prosedur laboratoris. 28 Desinfeksi atau kontrol infeksi pada bahan cetak merupakan masalah yang terus berkembang dalam bidang kedokteran gigi. 8 Semua hasil cetakan harus dicuci dengan air mengalir setelah dikeluarkan dari mulut untuk membersihkan hasil cetakan dari sisa saliva dan darah pasien. Kemudian hasil cetakan harus didesinfeksi untuk mencegah kontaminasi silang atau perpindahan organisme dari model gips ke operator dan pekerja laboratorium. 19,21,29 Bahan cetak elastomer umumnya didesinfeksi dengan berbagai larutan antimikroba tanpa mengubah stabilitas dimensi serta waktu pendesinfeksiannya singkat. 18,19 2.4.1 Proses dan Metode Desinfeksi Proses desinfeksi dapat dibagi menjadi 2 yaitu secara fisis dan kemis. Secara fisis yaitu dengan cara pemanasan dan sinar UV, sedangkan secara kemis yaitu

menggunakan bahan kimia (desinfektan) seperti sodium hipoklorit, glutaraldehid, alkohol, iodofor dll. 19,29 Ada 2 metode desinfeksi (Tabel 3) yang sering digunakan di kedokteran gigi yaitu metode spray (penyemprotan) dan metode perendaman. Metode penyemprotan lebih sederhana dan lebih cepat, tetapi tidak menjamin seluruh permukaan hasil cetakan terdesinfeksi sempurna. Menurut Kohn WG dkk (2004) dan Department of Health in England, metode perendaman lebih efektif dibandingkan dengan metode penyemprotan. Keuntungan dari metode perendaman adalah seluruh permukaan hasil cetakan terendam secara sempurna dalam bahan desinfektan dan berkurangnya resiko inhalasi mikroorganisme terhadap operator maupun pekerja laboratorium. Menurut Anusavice, perendaman yang terlalu lama (lebih dari 30 menit) dapat menyebabkan perubahan dimensi dan bahan-bahan tertentu dapat mengurangi kekerasan permukaan dari model gips yang dapat mempengaruhi hasil gigitiruan yang akan dibuat. 6,14,16,18,19 Tabel 3. METODE DAN BAHAN DESINFEKSI YANG DIREKOMENDASIKAN PADA BAHAN CETAK 17,19 Bahan Cetak Bahan Desinfektan Lama Perendaman Alginat dan agar 1:10 sodium hipoklorit, 1:213 10-30 menit hidrokloloid Polisulfida Silikon kondensasi dan silikon adisi Polieter iodofor 1:10 sodium hipoklorit, 1:213 iodofor, glutaraldehid, fenol kompleks 1:10 sodium hipoklorit, 1:213 iodofor, glutaraldehid, fenol kompleks 1:10 sodium hipoklorit, 1:213 iodofor, glutaraldehid, fenol kompleks 10-30 menit 10-30 menit < 10 menit atau spray Kompoun 1:10 sodium hipoklorit, 10-30 menit 1:213 iodofor Zinc Oxide Eugenol 1:213 iodofor, glutaraldehid 10-30 menit

2.5 Desinfektan 2.5.1 Pengertian Desinfektan adalah suatu bahan yang mengandung antimikrobial agen yang efektif untuk membunuh mikroorganisme. Pemakaian desinfektan pada bahan cetak sangat dianjurkan oleh American Dental Association (ADA) untuk menghindari infeksi silang. 8 Desinfektan yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu sodium hipoklorit, iodofor, phenol, glutaraldehid, dan klorheksidin. 14,19 Berbagai produk desinfektan komersial sudah dipasarkan, dan beberapa diantaranya dapat digunakan pada situasi tertentu. Keefektifan dari perendaman dan desinfektan permukaan tergantung pada beberapa faktor diantaranya : 29 1. Konsentrasi dan sifat mikroorganisme yang menyebabkan kontaminasi 2. Konsentrasi larutan kimia 3. Lamanya waktu perendaman 4. Jumlah bioburden atau eksudat yang terkontaminasi Larutan kimia yang digunakan sebagai desinfektan tidak efektif terhadap mikroorganisme yang mempunyai resistensi tinggi seperti bakteri dan spora mikotik. Desinfektan yang tersedia di pasaran terdiri atas larutan perendaman, semprotan, dan foam dengan tujuan pemakaian masing-masing. Larutan kimia dengan tujuan desinfeksi diatur dan didaftarkan oleh Enviromental Protection Agency (EPA). 29 Sifat desinfektan yang ideal yaitu : 29 1. Spektrum luas artinya mempunyai antimikrobial yang seluas mungkin. 2. Bekerjanya cepat artinya mempunyai aksi letal yang cepat terhadap semua bentuk vegetatif dan spora bakteri serta jamur, protozoa, dan virus.

3. Tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisik dan kompatibel artinya aktif pada keadaan adanya bahan organik seperti darah, dahak, dan bahan kimia lain. 4. Tidak toksik dan tidak berbau. 5. Kecocokan permukaan artinya tidak menyebabkan korosi alat dan permukaan dari logam. 6. Tidak menimbulkan efek sisa pada permukaan yang didesinfeksi. 7. Mudah penggunaannya. 8. Ekonomis, relatif tidak mahal. 2.5.2 Glutaraldehid Glutaraldehid (C 5 H 8 O 2 ) adalah bahan senyawa yang mempunyai 2 unit aldehid, satu pada masing-masing ujung rantai karbon. Glutaraldehid dengan konsentrasi 2%-3,2% efektif terhadap semua bakteri vegetatif termasuk M.tuberculosis, jamur, dan virus serta mampu merusak spora mikrobial dalam waktu 6-10 jam. Keuntungan dari pemakaian glutaraldehid adalah spektrum antimikrobial luas, aktivitas biosidal tinggi, daya hidup aktifnya lama, menembus darah dan debris organik lain. Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah sangat mengiritasi jaringan, alergenik, dan dapat mengubah warna logam. 19,29 2.5.3 Iodofor Iodofor adalah bahan yang mempunyai efek germisidal yang kuat. Bahan ini efektif terhadap bakteri gram negatif, M.tuberculosis, spora, jamur dan sebagian virus. Keuntungan dari pemakaian iodofor adalah spektrum kerja luas, aktivitas biosidal 5-10 menit, ekonomis, efektif dalam larutan encer, tidak banyak

menimbulkan efek samping, aksi biosidal residual. Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah tidak stabil pada temperatur tinggi, harus dibuat setiap hari, dapat menodai permukaan, tidak aktif bila berkontak dengan alkohol dan air keras, waktu pelarutan dan kontak kritis. 19,29 2.5.4 Sodium Hipoklorit Klorin adalah senyawa utama yang terdapat di dalam sodium hipoklorit. Sodium hipoklorit merupakan bahan germisidal yang kuat dan dapat membunuh sebagian besar bakteri dalam waktu 15-30 detik pada konsentrasi 0,10-0,25 ppm. Sodium hipoklorit bekerja terutama melalui reaksi oksidasi, sebagai asam hipoklorus yang dengan cepat akan diubah oleh air dan lebih aktif bekerja pada larutan asam. Larutan pemutih (biasanya mengandung sodium hipoklorit 5,25%-10%) diencerkan dalam air dengan perbandingan 1:10 sampai 1:1000 terbukti merupakan desinfektan yang digunakan sejak tahun 1970-an khususnya pada daerah yang terkontaminasi virus hepatitis. Pusat Pengontrolan Penyakit menganjurkan pemakaian larutan sodium hipoklorit 500-5000 ppm (0,05-0,5%) sebagai bahan efektif untuk membunuh virus hepatitis B. 19,29 Keuntungan dari desinfektan sodium hipoklorit adalah spektrum luas (bersifat bakterisidal, tuberkulosidal, dan virusidal), antimikrobial berlangsung cepat, ekonomis, efektif pada larutan encer, beberapa produk terdaftar pada EPA dan diakui oleh ADA. Kerugian dari pemakaian bahan ini adalah harus dapat dibuat baru setiap hari, baunya kurang enak, mengiritasi kulit dan mata, mengorosi logam, merusak pakaian, mendegradasi plastik dan karet. 19,29