1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat tentang latar belakang masalah penelitian, rumusan permasalahan studi kasus, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, kontribusi penelitian, serta proses penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah salah satu unsur pendukung pembangunan sebuah negara. Bahwa dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan perlu percepatan pelaksanaan belanja Negara, sehingga dalam rangka percepatan pelaksanaan belanja negara perlu percepatan pelaksanaan pengadaan barang/jasa (Perpres 70 tahun 2012). Tujuan penyelenggaraan pengadaan barang/jasa adalah untuk menunjang tercapainya tujuan pemerintah guna memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Anggaran belanja negara yang terserap untuk pengadaan barang/jasa menurut data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) mencapai 35-40% dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBN/APBD) tahun 2011. Kegiatan pengadaan barang/jasa dilaksanakan hampir di setiap program dan kegiatan instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Jumlah anggaran yang besar dan intensitas pengadaan yang sering berdampak pada rawannya kegiatan pengadaan barang/jasa terhadap potensi
2 penyimpangan. Proses pengadaan barang/jasa pemerintah harus mengacu pada prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang pengadaan barang/jasa yaitu efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Pengadaan barang/jasa pemerintah tentunya mempunyai tujuan yang harus disesuaikan dengan tujuan dan sasaran pemerintah. Perencanaan kebutuhan barang/jasa harus mengacu pada sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh instansi masing-masing. Instansi pemerintah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya yang telah dilakukan serta hasil yang telah dicapai dalam melaksanakan kegiatan secara sistematis dan terstruktur sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Pengelolaan instansi pemerintah harus memperhatikan asas good corporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kewajaran. Iktisar Hasil Pemeriksaan Sementara (IHPS) tahun 2014 yang disampaikan BPK kepada DPR mengungkapkan sebanyak 6.531 terkait kelemahan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan sebanyak 8.323 kasus terkait ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan (Siaran Pers BPK RI, 2014). Salah satu hal yang menjadi perhatian BPK adalah belanja barang yang proses pengadaannya tidak sepenuhnya mengikuti ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), pasal 2 menyebutkan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan
3 akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintah baik di pusat maupun di daerah. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan laporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah selalu menyadari bahwa kesuksesan melibatkan penilaian dan manajemen risiko (Bourn, 2007:229). Seringkali pemerintah dan aparat pemerintah tidak menyadari arti penting pemahaman risiko. Konsekuensi atas ketidaktahuan tersebut berdampak terhadap pencapaian tujuan program dan kegiatan seperti gagalnya program dan kegiatan, tidak tercapainya outcome kepada masyarakat, terjadinya fraud, dan lain-lain. Pemerintah perlu mengenali risiko-risiko apa saja yang melekat pada kebijakan yang dirumuskan, program, dan kegiatan yang akan dilaksanakan yang sekiranya akan menghambat pencapaian tujuan pemerintah. Manajemen risiko yang baik akan mengurangi dampak risiko terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008 pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko, ayat (2) menyatakan penilaian risiko terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Klaten mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di
4 bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah. DPPKAD dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya berpedoman pada renstra dan renja yang memuat rencana strategis, tujuan dan sasaran instansi serta rencana kerja yang telah ditetapkan. Selama tahun anggaran 2014, DPPKAD melaksanakan 3 program dan 62 kegiatan, serta telah melaksanakan lebih dari 100 proses pengadaan barang/jasa baik melalui mekanisme Langsung (LS) maupun Ganti Uang (GU). Penelitian ini dilakukan untuk memahami manajemen risiko dalam proses kegiatan pengadaan barang/jasa serta bagaimana manajemen risiko yang baik dapat diterapkan dalam proses kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD kabupaten Klaten dengan mengangkat judul Analisis Manajemen Risiko Pengadaan Barang/Jasa ( Studi pada DPPKAD Kabupaten Klaten). 1.2 Rumusan Permasalahan Studi Kasus Pengadaan barang/jasa di DPPKAD kabupaten Klaten belum sepenuhnya memperhatikan prinsip-prinsip pengadaan sesuai dengan Perpres 54 tahun 2010 sebagaimana telah diubah dengan Perpres 70 tahun 2012. Terdapat Potensi risiko yang belum sepenuhnya disadari oleh pimpinan dan staf di instansi tersebut. Sampai saat ini SPIP di DPPKAD kabupaten Klaten belum melaksanakan penilaian risiko (risk assessment) pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa serta belum memiliki risk register sebagai instrumen dalam melakukan penilaian risiko. 1.3 Pertanyaan Penelitian
5 Penelitian ini mengidentifikasi risiko-risiko dalam proses kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD kabupaten Klaten, melakukan analisis terhadap risiko-risiko yang telah teridentifikasi, melakukan pemetaan terhadap level risiko dan memberikan masukan penangan risiko yang semuanya tersaji dalam manajemen risiko pengadaan barang/jasa di DPPKAD Kabupaten Klaten dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut: 1. Risiko-risiko apa saja yang ada pada proses pengadaan barang/jasa di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten Klaten? 2. Bagaimana manajemen risiko dapat diterapkan pada proses pengadaan barang/jasa di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah kabupaten Klaten? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi risiko-risiko pada proses pengadaan barang/jasa yang dimungkinkan akan menghambat pencapaian tujuan kegiatan dan tujuan DPPKAD kabupaten Klaten sebagai organisasi publik. 2. Melakukan analisis manajemen risiko yang terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan penanganan risiko pada proses pengadaan barang/jasa di DPPKAD kabupaten Klaten untuk mengurangi dampak risiko di masa yang akan datang. 1.5 Motivasi Penelitian Rendahnya kesadaran aparatur pemerintah atas risiko yang melekat pada program dan kegiatan yang dilaksanakan khususnya pada proses pengadaan
6 barang/jasa memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Oleh karena itu, dengan penelitian ini diharapkan akan membantu mempermudah memahami potensi-potensi risiko pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa serta memberikan masukan tentang manajemen risiko yang baik pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa di DPPKAD kabupaten Klaten. 1.6 Kontribusi Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi kepada beberapa pihak antara lain : 1. DPPKAD Kabupaten Klaten Sebagai bahan masukan bagi SPIP di DPPKAD kabupaten Klaten atas manajemen risiko pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa guna mengantisipasi dampak risiko terhadap pencapaian tujuan kegiatan maupun tujuan organisasi secara keseluruhan. 2. Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada Hasil penelitian ini semoga dapat menambah koleksi keilmuan Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada dan memberikan referensi bagi akademisi untuk penelitian sejenis serta untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Pembuat Kebijakan di Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah a. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan bagi pembuat kebijakan mengenai pentingnya manajemen risiko pada proses kegiatan pengadaan barang/jasa khususnya dan program/kegiatan lain dalam rangka pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada pemerintah untuk pencapaian tujuan.
7 b. Hasil penelitian ini semoga dapat memberikan gambaran tentang lemahnya SPI di instansi pemerintah sehingga kedepannya Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku penanggungjawab pembinaan penyelenggaraan SPIP lebih dapat meningkatkan perannya. 1.7 Proses Penelitian Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: Tujuan penelitian Mengidentifikasi risiko-risiko pada proses pengadaan barang/jasa. Melakukan analisis manajemen risiko. Memahami pentingnya manajemen risiko Pondasi Teori SPIP (PP 60 th 2008) Manajemen Risiko Pengadaan barang/jasa (Perpres 54 th 2010 dan Perpres 72 th 2012) Pertanyaan penelitian Risiko-risiko apa saja dalam pengadaan barang/jasa? Bagaimana manjemen risiko yang baik dapat diterapkan? Metode Penelitian Studi Kasus Teknik pengumpulan data Jenis data dan sumber data Teknik analisis data Validitas dan Reliabilitas Temuan dan Analisis Pemaparan temuan kasus Analisis dan diskusi hasil kasus Gambar 1.1 Proses Penelitian Studi Kasus Sumber : Panduan Umum Penulisan Tesis Maksi Feb UGM, 2015