Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yaitu di kepulauan Alor (11 Nov, skala 7.5), gempa Papua (26 Nov, skala 7.1),

BAB I PENDAHULUAN. Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik yang sering disebut juga Ring of Fire, karena sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Keandalan Struktur Gedung Tinggi Tidak Beraturan Menggunakan Pushover Analysis

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan letak sendi plastis dengan menggunakan reduced beam

PENERAPAN ANALISIS PUSHOVER UNTUKMENENTUKAN KINERJA STRUKTUR PADABANGUNAN EKSISTING GEDUNG BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RESPON STRUKTUR PORTAL BAJA AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN ANALISIS RIWAYAT WAKTU NONLINIER Muhammad Syauqi 1), Reni Suryanita 2), Zulfikar Djauhari 3) 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM BANGKIRAI DENGAN PELAT BAJA

PENDAHULUAN Perencanaan gedung tahan gempa telah menjadi perhatian khusus mengingat telah banyak terjadi gempa cukup besar akhir-akhir ini. Perencanaa

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa yang mengguncang di beberapa bagian wilayah Indonesia. Hal ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

Peraturan Gempa Indonesia SNI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

KAJIAN PENGGUNAAN NONLINIEAR STATIC PUSHOVER ANALYSIS DENGAN METODA ATC-40, FEMA 356, FEMA 440 DAN PERILAKU SEISMIK INELASTIC TIME HISTORY ANALYSIS

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Secara keseluruhan, kesimpulan dari studi yang dilakukan adalah :

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa di kepulauan Alor (11 November, skala 7,5), gempa Aceh (26 Desember, skala

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

PENGARUH RASIO KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR TERHADAP PERILAKU DINAMIS STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG BERTINGKAT RENDAH

Evaluasi Gedung MNC Tower Menggunakan SNI dengan Metode Pushover Analysis

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, yaitu gempa Aceh disertai tsunami tahun 2004, gempa Nias tahun. gempa di Indonesia menjadi sangatlah penting.

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

EVALUASI KINERJA BANGUNAN GEDUNG BERDASARKAN SNI DAN FEMA 356DI DAERAH RAWAN GEMPA

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

ANALISIS DINAMIK STRUKTUR GEDUNG DUA TOWER YANG TERHUBUNG OLEH BALOK SKYBRIDGE

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN YANG MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LEWATAN (LAP SPLICES) PADA UJUNG KOLOM

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 1 (SeNaTS 1) Tahun 2015 Sanur - Bali, 25 April 2015

ANALISIS KINERJA STRUKTUR PADA GEDUNG BERTINGKAT DENGAN ANALISIS PUSHOVER MENGGUNAKAN SOFTWARE ETABS (STUDI KASUS : BANGUNAN HOTEL DI SEMARANG)

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN YANG MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LEWATAN (LAP SPLICES) PADA UJUNG KOLOM

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

adalah momen pada muka joint, yang berhubungan dengan kuat lentur nominal balok pada hubungan balok. Kolom tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dilewati oleh pertemuan

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

ANALISIS PUSHOVER PADA STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT TIPE PODIUM

DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Beban Gempa Menurut SNI 1726: Perkuatan Struktur Bresing...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

EVALUASI KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN SECARA DDBD TERHADAP GEMPA RENCANA

ANALISIS PUSHOVER PADA BANGUNAN DENGAN SOFT FIRST STORY

EVALUASI KINERJA BANGUNAN GEDUNG DPU WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN ANALISIS PUSHOVER

ANALISIS RESPONS STRUKTUR PORTAL BAJA BERTINGKAT AKIBAT KANDUNGAN FREKUENSI GEMPA YANG BERBEDA

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

RESPONS STRUKTUR BANGUNAN BERDASARKAN SPEKTRA GEMPA INDONESIA UNTUK IBUKOTA PROVINSI DI PULAU SUMATERA

Kajian Perilaku Struktur Portal Beton Bertulang Tipe SRPMK dan Tipe SRPMM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EVALUASI GESER DASAR MINIMUM PADA SNI

Assessment Kerentanan Bangunan Beton Bertulang Pasca Gempa

BAB 1 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Efek dinding..., Yohannes Arief Ninditta Siregar, FT UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA RANGKA BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA BREISING KABEL CFC

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Peta tektonik kepulauan Indonesia dan sekitarnya (Bock et al., 2003)

EVALUASI KINERJA SEISMIK GEDUNG TERHADAP ANALISIS BEBAN DORONG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Evaluasi Kinerja Struktur Jembatan akibat Beban Gempa dengan Analisis Riwayat Waktu R. SURYANITA 1,* 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau Jl. HR Soebrantas KM.12.5 Pekanbaru, Indonesia * Corresponding author: reni.suryanita@lecturer.unri.ac.id Abstrak: Artikel ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja struktur jembatan akibat beban gempa dengan metode analisis riwayat respons gempa (time hystory analysis). Kondisi kesehatan jembatan dianalisis berdasarkan tingkat kerusakan struktur berdasarkan standard FEMA 356. Level kerusakan dikategorikan kepada Immediate Occupancy (IO), Life Safety (LS) dan Collapse Prevention (CP). IO mengindikasikan kerusakan ringan, namun bangunan masih bisa dihuni kembali, LS mengindikasikan kerusakan sedang dimana setelah terjadinya gempa bumi bangunan perlu perbaikan untuk dapat dihuni kembali. Sedangkan CP mengindikasikan kerusakan berat dimana bangunan tidak dapat dihuni kembali. Struktur jembatan yang dianalisis berupa jembatan prategang dengan 3 bentang, masing-masing bentang berukuran 34 meter. Beban gempa yang diterima oleh struktur jembatan adalah beban gempa Aceh tahun 24 yang direkam dari stasiun pengukuran Malaysia dengan skala 1.g. Berdasarkan hasil analisis, kerusakan akibat gempa Aceh 24 menimbulkan percepatan maksimum 4.2 m/s 2 dan perpindahan maksimum sebesar.4 m pada salah satu tiang kolom yang mengalami kerusakan pertama kali. Metode analisis dinamik nonlinear dengan riwayat waktu gempa dapat memberikan gambaran perilaku struktur yang mendekati perilaku sebenarnya setiap saat selama durasi gempa yang terjadi. Kata kunci: Kinerja jembatan, gempa, Immediate Occupancy, Life Safety, Collapse Prevention. 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu daerah rawan gempa, hal ini dikarenakan Indonesia terletak di jalur titik gempa yang disebut Lingkar Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Di sepanjang Lingkaran Api Pasifik terdapat barisan gunung berapi aktif dan pelat tektonik yang bergerak dan bertumbukan satu sama lain. Hal ini menyebabkan daerah yang dilintasi Lingkaran Api Pasifik cenderung mengalami pergerakan tanah atau gempa yang besar. Karakteristik gempa Indonesia yang kuat seperti yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 24 dengan kekuatan 9,1-9,3 SR dan yang terjadi di Padang pada 3 September 29 berkekuatan 7,9 SR sangat membahayakan struktur yang berdiri di atasnya. Keruntuhan struktur akibat gempa umumnya sangat mendadak dan berbahaya bagi proses evakuasi jika tidak didesain dengan benar. Oleh karena itu, desain struktur di wilayah Indonesia harus mengacu kepada pada metode desain struktur yang telah disyaratkan di dalam SNI- 3-1726-212 [1]. Selain gempa yang pernah terjadi di Indonesia, gempa yang pernah terjadi di luar Indonesia juga telah menghancurkan bangunan dan infrastruktur seperti jembatan. Tercatat dalam sejarah, gempa Kobe di Jepang yang terjadi pada 17 Januari 1995 berkekuatan 7.2 SR adalah gempa yang telah merubuhkan 637 tiang jembatan seperti yang terlihat pada Gambar.1. Gambar.1 Rubuhnya tiang jembatan Higashi-Nada akibat gempa Kobe [2].

Gempa Kobe bukan merupakan gempa yang terkuat di Jepang, namun gempa yang menghancurkan kota metropolitan Kobe ini telah memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Jepang untuk lebih peduli terhadap manajemen dan resiko bencana gempa. Setelah gempa Kobe, Jepang merevisi total standard bangunannya dan menekankan penguatan struktur bangunan dan infrastruktur dasar yang dibangun sebelum tahun 198-an. Kepedulian bangsa Jepang terhadap bencana gempa juga diikuti oleh peneliti-peneliti Indonesia yang mengkaji revisi peta gempa Indonesia pada SNI-3-1726-22 [3] dan mengkaji revisi mikrozonasi gempa untuk wilayah Indonesia. Salah satu kota yang diamati adalah kota metropolitan Jakarta [4], [5]. Penelitian Irsyam dkk, telah menghasilkan parameter pergerakan tanah seperti percapatan, faktor amplifikasi dan spektra respons pada permukaan tanah untuk kota Jakarta. Analisis yang dilakukan menggunakan pendekatan nonlinear. Sedangkan C.M Yang, mengkaji revisi seismik tektonik untuk wilayah Jakarta dan mengusulkan perubahan nilai Peak Ground Acceleration (PGA) untuk wilayah Jakarta yang tercantum pada SNI-3-1726-22 sebesar.15g menjadi.28g. Di dalam SNI-3-1726-212, analisis dinamik untuk pembebanan gempa terbagi atas 2 analisis yaitu spektra respons dan riwayat respons [1]. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang mengidentifikasi perubahan mikrozonasi wilayah gempa Indonesia maka diadakan revisi terhadap SNI-3-1726-22 menjadi SNI-1726-212. Sementara itu kinerja struktur akibat beban gempa telah analisis oleh YA Pranata dan PA Wijaya [6] dengan metode beban dorong dan metode riwayat waktu. Artikel ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku struktur terhadap pembebanan gempa menggunakan analisis riwayat waktu nonlinear. Dengan demikian perilaku elemen struktur khususnya tiang jembatan akibat beban gempa yang dipikulnya dapat diketahui lebih detail selama durasi gempa dengan integrasi bertahap. 2. METODOLOGI ANALISIS RIWAYAT RESPONS GEMPA (TIME HISTORY) Berdasarkan FEMA 356 [7], prosedur untuk menganalisis struktur bangunan terdiri dari 4 prosedur analisis, yaitu: statik linear, dinamik linear, statik nonlinear dan dinamik nonlinear. Dalam artikel ini akan difokuskan kepada analisis dinamik nonlinear terhadap riwayat respons (riwayat waktu analisis). Pada analisis seismik ini, pembebanan yang diberikan akan diklasifikasikan berdasarkan kontrol deformasi dan kontrol gaya dengan menggunakan grafik komponen gaya dan deformasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam standard FEMA 356. Tingkat kinerja untuk analisis dinamik nonlinear dapat dinyatakan sebagai operasional (B) dan tingkat kerusakan sebagai Immediate Occupancy (IO), Life Safety (LS) dan Collapse Prevention (CP) seperti yang terlihat pada Gambar.2.

Gambar.2 Tingkat kinerja dan deformasi struktur. Berdasarkan Gambar.2 dapat dilihat bahwa IO menyatakan tingkat kerusakan ringan dimana setelah terjadinya gempa bumi, struktur masih bisa dihuni kembali. Tingkat LS menyatakan kerusakan moderat(sedang) dimana setelah terjadinya gempa bumi, struktur mengalami kerusakan yang memerlukan perbaikan untuk dapat dihuni kembali. Sedangkan tingkat CP menyatakan struktur mengalami kerusakan berat dan tidak bisa dihuni kembali. Kemiringan struktur (drift) yang ditimbulkan setelah gempa bumi, tingkat IO mempunyai sudut kemiringan sementara sebesar 1%, tingkat LS mempunyai sudut kemiringan sementara sebesar 2% dan sudut kemiringan tetap sebesar 1% dan tingkat CP mempunyai sudut kemiringan sementara dan tetap sebesar 4%. Studi kasus pada kajian ini adalah struktur jembatan prategang 3 bentang sepanjang 12m seperti pada Gambar.3. Panjang bentang masing-masing adalah 34m dengan dan tumpuan jembatan diasumsikan sebagai tumpuan balok sederhana. Gambar 3. Struktur jembatan prategang 3 bentang. Parameter nilai IO, LS dan CP ditentukan berdasarkan Tabel 6-8 FEMA 356 [7] untuk struktur kolom beton bertulang. Berdasarkan Tabel 6-8 FEMA 356, kriteria yang dapat diterima untuk parameter momen rotasi plastis untuk IO sebesar.5, LS sebesar.12 dan CP sebesar.16 dalam satuan radian seperti terlihat pada Gambar 4. Sedangkan parameter untuk kontrol perpindahan dapat dilihat pada Gambar 5. Nilai parameter ini digunakan dalam analisis elemen hingga menggunakan SAP2 ver 14.2. Gambar 4. Parameter momen rotasi Gambar 5. Parameter perpindahan Data gempa dalam studi ini adalah data gempa Aceh yang diukur dari stasiun pengukuran di wilayah Malaysia seperti yang terlihat pada Gambar 6.

Displacement (m) Acceleration [g] Acceleration (m/s2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2 21 22 23 24 25 26 27 28 Gambar.6 Data gempa Aceh 24. 29 3 31 32 Time [sec] 33 34 35 36 4 3 2 1-1 -2-3 -4-5 37 5 1 15 2 25 3 38 39 4 41 42 43 44 45 46 47 48 B1 B2 B3 B4 Time (sec) 49 5 51 52 53 54 55 56 57 58 59 6 Gambar 8. Grafik riwayat waktu percepatan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kinerja jembatan akibat pembebanan gempa Aceh 24 dengan skala 1.g dapat dilihat pada Gambar 7. Kerusakan terbesar terjadi pada tiang jembatan B2, dimana tingkatan CP yang terlihat dari hasil program SAP2 menyatakan lokasi yang pertama terjadinya kerusakan pada tiang jembatan sebelah kiri. Sedangkan lokasi kerusakan kedua terjadi pada tiang jembatan sebelah kanan dengan ditandai oleh notasi IO. Sementara itu tiang jembatan yang lain masih dalam keadaan elastis dan belum mengalami kerusakan apapun dan dinyatakan dengan notasi B. Gambar 7. Lokasi titik-titik kerusakan pada sendi plastis tiang jembatan Respons struktur jembatan yang terjadi akibat gempa Aceh tahun 24 dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9 yang masing-masing menyatakan perpindahan struktur tiang jembatan B1, B2, B3 dan B4. Percepatan terbesar terjadi pada tiang jembatan B2 sebesar 4.2 m/s 2 dan perpindahan terbesar terjadi pada tiang jembatan B2 sebesar.4 m..4.2. 1 2 3 -.2 -.4 B1 B2 B3 B4 Time (sec) Gambar 9. Grafik riwayat waktu perpindahan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dinamik nonlinear riwayat respons gempa (analisis riwayat waktu) maka diperoleh detail kerusakan struktur jembatan terjadi berdasarkan peningkatan waktu analisis. Sehingga diperoleh gambaran titik-titik terlemah terjadi pada lokasi kerusakan pertama kali berdasarkan lokasi sendi plastis yang telah direncanakan. Analisis dilakukan berdasarkan waktu (durasi) input gempa yang dibebankan sehingga menyebabkan metode analisis dengan riwayat waktu ini relatif lebih lama dalam memproses analisisnya menggunakan software finite elemen dibandingkan dengan metode beban dorong (pushover) yang berdasarkan peningkatan langkah demi langkah berbasiskan perpindahan ataupun gaya. Metode analisis dinamik nonlinear riwayat waktu ini memberikan gambaran perilaku struktur yang mendekati perilaku sebenarnya.

5. DAFTAR PUSTAKA 1 SNI-1726-212, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Stuktur Bangunan Gedung. 212, Badan Standarisasi Nasional. 2 Chen, W.-F. and L. Duan, eds. Bridge Engineering Seismic Design. 23, CRC Press: Florida. 442 pp. 3 SNI-3-1726-22, Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung 22, Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. 4 Irsyam, M., et al., "Proposed seismic hazard maps of Sumatra and Java islands and microzonation study of Jakarta city, Indonesia." Journal of earth system science, 28. 117(2): p. 865-878. 5 Yang, C., "Study on Indonesian Seismic Code SNI 3-1726- 22 and Seismic Impact to High-rise Buildings in Jakarta, Indonesia." Proceedings of World Academy of Science: Engineering & Technology, 29. 5. 6 Pranata, Y.A. and P.K. Wijaya, "Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton Bertulang dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong." Jurnal Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 29. 8(3): p. pp. 25-263. 7 ASCE, FEMA 356 Prestandard and Commentary for The Seismic Rehabilitation of Buildings. 2, Federal Emergency Management Agency.