RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI PENGGUNAAN UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1999 TENTANG LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI TUKAR

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBATASAN TRANSAKSI UANG KARTAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 177, Tam

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No tentang Biaya Jasa Hukum Notaris untuk Pendirian Perseroan Terbatas bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 te

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/28/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN 200 (DUA RATUS) TAHUN EMISI 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KEPEMILIKAN ASING PADA PERUSAHAAN PERASURANSIAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia T

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambah

BAB IV PENUTUP. transaksi menggunakan Rupiah logam sebagai berikut : Rp 1000,00 (seribu Rupiah) dan/atau Rp 1500,00 (seribu lima ratus Rupiah), dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN BIAYA PEMBUATAN AKTA JAMINAN FIDUSIA

JAKARTA, 23 JANUARI 2013 MATERI DAN TAYANGAN INI ADALAH ILUSTRASI DAN HANYA DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN KONSULTASI PUBLIK TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Definisi Redenominasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/7/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI BANK KEPADA BANK INDONESIA DALAM RANGKA BILATERAL CURRENCY SWAP ARRANGEMENT

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

-2-2. Undang-Undang 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/26 /PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH LOGAM PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2016

2 Teknis dalam rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN MODAL DASAR PERSEROAN TERBATAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia menjadi Undang-U

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Akuntan Publik adalah seseorang yang telah memperoleh izin untu

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 24 /POJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA, 23 JANUARI 2013 MATERI DAN TAYANGAN INI ADALAH ILUSTRASI DAN HANYA DIGUNAKAN UNTUK TUJUAN KONSULTASI PUBLIK TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-2- Rajawali Nusantara Indonesia; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 19

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG MATA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kembali Peraturan Bank Indonesi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN TENTANG PRAKTIK AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG SERAH SIMPAN KARYA CETAK, KARYA REKAM, DAN KARYA ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-U

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /POJK.03/2017 TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK PERKREDITAN RAKYAT

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KRISIS SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.03/2017 TENTANG KEPEMILIKAN TUNGGAL PADA PERBANKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/38/PBI/2016 TENTANG PENGELUARAN UANG RUPIAH KERTAS BERSAMBUNG PECAHAN (SERIBU) TAHUN EMISI 2016

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MDC UNDANG UNDANG LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI TUKAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1999 TENTANG LALU LINTAS DEVISA DAN SISTEM NILAI TUKAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1994 TENTANG TAMBAHAN DAN PERUBAHAN ATAS ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1993/94

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Transkripsi:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan perekonomian nasional menunjukkan kemajuan yang semakin signifikan, sehingga diperlukan kebijakan yang mendukung efisiensi perekonomian untuk meningkatkan daya saing nasional dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa untuk menjaga kesinambungan perkembangan perekonomian nasional diperlukan jumlah uang rupiah yang cukup dan dalam pecahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta tetap terjaganya nilai rupiah yang stabil sebagai wujud terpeliharanya daya beli masyarakat; c. bahwa pada saat ini pecahan Rupiah memiliki jumlah digit yang terlalu banyak, sehingga untuk efisiensi transaksi perekonomian dan meningkatkan kredibilitas Rupiah, perlu dilakukan penyederhanaan jumlah digit pada denominasi uang rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga, atau nilai tukarnya; d. bahwa sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang, perubahan harga mata uang diatur dengan Undang-Undang; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan Harga Rupiah. Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, dan Pasal 23B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5223). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: Menetapkan: 1 / 13

UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Rupiah adalah mata uang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang mengenai mata uang. 2. Perubahan Harga Rupiah yang selanjutnya disebut Redenominasi Rupiah adalah penyederhanaan jumlah digit pada denominasi atau pecahan Rupiah tanpa mengurangi daya beli, harga atau nilai tukar Rupiah terhadap harga barang dan/atau jasa. 3. Rupiah Lama adalah Rupiah dengan nilai nominal yang tercantum pada setiap pecahan sebelum dilakukan Redenominasi Rupiah. 4. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 5. Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan, atau badan usaha yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. 6. Pencabutan dan Penarikan adalah rangkaian kegiatan yang menetapkan Rupiah tidak berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II PEMBERLAKUAN REDENOMINASI RUPIAH Pasal 2 (1) Redenominasi Rupiah dilakukan dengan cara menghilangkan 3 (tiga) digit angka nol dalam Rupiah Lama sehingga setiap 1.000 (seribu) Rupiah Lama sama nilainya dengan 1 (satu) Rupiah setelah Redenominasi Rupiah. (2) 1 (satu) Rupiah setelah dilakukan Redenominasi Rupiah sama dengan 100 (seratus) Sen. (3) Redenominasi Rupiah mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2020. Pasal 3 Sejak berlakunya Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3), setiap penggunaan atau penyebutan Rupiah dalam: a. harga atau nilai barang dan/atau jasa; b. harga atau nilai tukar mata uang asing; c. pencatatan transaksi; d. peraturan perundang-undangan; e. keputusan pengadilan; 2 / 13

f. perjanjian; g. surat berharga; h. akta; i. dokumen keuangan; j. bukti pembayaran; dan k. dokumen lainnya, harus menggunakan atau dinyatakan dalam Rupiah setelah Redenominasi Rupiah. Pasal 4 Semua penggunaan atau penyebutan uang Rupiah dalam setiap: a. harga atau nilai barang dan/atau jasa; b. harga atau nilai tukar mata uang asing; c. pencatatan transaksi; d. peraturan perundang-undangan; e. keputusan pengadilan; f. perjanjian; g. surat berharga; h. akta; i. dokumen keuangan; j. bukti pembayaran; dan k. dokumen lainnya, yang telah ada sebelum diberlakukannya Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, baik dalam bentuk tulisan maupun data elektronik, dikonversi menjadi harga atau nilai dalam Rupiah setelah Redenominasi Rupiah. BAB III TATA CARA PEMBULATAN Pasal 5 (1) Dalam hal konversi harga atau nilai barang dan/atau jasa serta hak atau kewajiban yang dapat dinilai dengan uang menghasilkan nilai pecahan yang kurang dari satu sen dalam Rupiah setelah Redenominasi Rupiah, maka nilai pecahan tersebut dibulatkan ke sen terdekat. (2) Pembulatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan nilai 0,5 (lima per sepuluh) sen atau lebih dibulatkan menjadi 1 (satu) sen, dan nilai yang kurang dari 0,5 (lima persepuluh) sen dihilangkan. (3) Ketentuan pembulatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikecualikan untuk pembulatan terhadap beberapa harga barang dan/atau jasa yang harus ditampilkan dalam tiga desimal. BAB IV PENGELUARAN DAN PENGEDARAN RUPIAH SETELAH REDENOMINASI RUPIAH 3 / 13

Pasal 6 Dalam rangka pelaksanaan Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan Rupiah setelah Redenominasi Rupiah dengan tahapan sebagai berikut: a. tahap pertama terhitung sejak tanggal 1 Januari 2020, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan Rupiah dengan kata Baru. b. tahap kedua terhitung sejak tanggal 1 Januari 2025, Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan Rupiah tanpa kata Baru. BAB V MASA BERLAKU RUPIAH LAMA DAN RUPIAH DENGAN KATA BARU Pasal 7 (1) Dengan berlakunya Rupiah dengan kata Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, Rupiah Lama tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai konversi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan dilakukan Pencabutan dan Penarikan dari peredaran terhadap Rupiah Lama oleh Bank Indonesia. (2) Pencabutan dan Penarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 31 Desember 2024. (3) Rupiah Lama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditukarkan dengan Rupiah dengan kata Baru di Bank Indonesia, bank yang beroperasi di Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Pasal 8 (1) Dengan berlakunya Rupiah tanpa kata Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, Rupiah dengan kata Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah sampai dengan dilakukan Pencabutan dan Penarikan dari peredaran terhadap Rupiah dengan kata Baru oleh Bank Indonesia. (2) Pencabutan dan Penarikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling lambat 31 Desember 2028. (3) Rupiah dengan kata Baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditukarkan dengan Rupiah tanpa kata Baru di Bank Indonesia, bank yang beroperasi di Indonesia, atau pihak lain yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Pasal 9 Penukaran Rupiah Lama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dan Rupiah dengan kata Baru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) yang telah dilakukan Pencabutan dan Penarikan dapat dilakukan paling lama 10 tahun sejak tanggal dicabut dari peredaran dan dinyatakan tidak berlaku. BAB VI KEWAJIBAN PELAKU USAHA Pasal 10 4 / 13

(1) Pelaku usaha wajib mencantumkan kuotasi atau menyatakan harga atau tarif barang dan/atau jasa dalam Rupiah Lama dan Rupiah dengan kata Baru secara bersamaan: a. 6 (enam) bulan sebelum diberlakukannya Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2; b. 3 (tiga) tahun sejak diberlakukannya Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. (2) Pencantuman kuotasi atau menyatakan harga atau tarif barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada barang dan/atau daftar harga. (3) Setelah berakhirnya batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kewajiban pencantuman kuotasi atau menyatakan harga atau tarif barang dan/atau jasa dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Kewajiban mencantumkan kuotasi atau menyatakan harga atau tarif barang dan/atau jasa dalam Rupiah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk pelaku usaha mikro. Pasal 11 Setiap Pelaku Usaha dilarang menaikan harga atau nilai dalam rangka konversi harga barang atau nilai jasa, serta hak atau kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dari Rupiah Lama menjadi Rupiah setelah Redenominasi Rupiah, kecuali untuk pembulatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Pasal 12 Sejak diberlakukan Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, setiap Pelaku Usaha wajib menyesuaikan pencatatan transaksi, bukti transaksi, laporan, dan dokumen lainnya yang memuat nilai Rupiah, baik yang dilakukan melalui sistem elektronik maupun manual, dengan nilai Rupiah setelah Redenominasi Rupiah. BAB VII KOORDINASI DAN KERJA SAMA Pasal 13 Pemerintah dan Bank Indonesia melakukan koordinasi dan kerja sama dalam rangka sosialisasi, pelaksanaan, dan pengawasan Redenominasi Rupiah. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 14 (1) Setiap Pelaku Usaha yang tidak mencantumkan kuotasi atau menyatakan harga atau tarif barang dan/atau jasa dalam Rupiah Lama dan Rupiah dengan kata Baru secara bersamaan 6 (enam) bulan sebelum diberlakukannya Redenominasi Rupiah atau 3 (tiga) tahun sejak diberlakukannya Redenominasi Rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu Rupiah) setelah Redenominasi Rupiah atau setara Rp200.000.000,00 (dua ratus juta Rupiah) sebelum Redenominasi Rupiah. (2) Dalam hal pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dibayar maka pidana denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan. 5 / 13

Pasal 15 (1) Setiap Pelaku Usaha yang menaikan harga atau nilai dalam rangka konversi harga barang atau nilai jasa, serta hak atau kewajiban yang dapat dinilai dengan uang dari Rupiah Lama menjadi Rupiah setelah Redenominasi Rupiah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 untuk mendapatkan keuntungan, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu Rupiah) setelah Redenominasi Rupiah atau setara Rp200.000.000,00 (dua ratus juta Rupiah) sebelum Redenominasi Rupiah. (2) Dalam hal pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dibayar maka pidana denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan. Pasal 16 (1) Setiap Pelaku Usaha yang sejak diberlakukannya Redenominasi Rupiah tidak menyesuaikan pencatatan transaksi, bukti transaksi, laporan, dan dokumen lainnya yang memuat nilai Rupiah, baik yang dilakukan melalui sistem elektronik maupun manual dengan nilai Rupiah setelah Redenominasi Rupiah, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp200.000,00 (dua ratus ribu Rupiah) setelah Redenominasi Rupiah atau setara Rp200.000.000,00 (dua ratus juta Rupiah) sebelum Redenominasi Rupiah. (2) Dalam hal pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat dibayar maka pidana denda diganti dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan Di Jakarta, Pada Tanggal... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Ttd. JOKO WIDODO Diundangkan Di Jakarta, Pada Tanggal... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, Ttd. YASONNA HAMONANGAN LAOLY 6 / 13

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR... 7 / 13

RANCANGAN PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN HARGA RUPIAH I. UMUM Untuk memelihara kesinambungan perkembangan perekonomian nasional sangat dibutuhkan adanya jumlah rupiah yang cukup dan dalam pecahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang disesuaikan dengan kebijakan fiskal dan moneter agar senantiasa terjaganya nilai mata uang dan daya beli masyarakat. Kepercayaan masyarakat suatu negara atas mata uangnya sangat penting untuk terus dijaga bahkan ditingkatkan dari waktu ke waktu, karena selain untuk keperluan menjaga stabilitas ekonomi negara, meningkatnya kepercayaan masyarakat pada mata uang negaranya akan menumbuhkan rasa bangga pada mata uangnya. Preferensi masyarakat untuk menggunakan mata uang negaranya sendiri yang semakin tinggi akan sangat membantu pengendalian ekonomi nasional, khususnya dalam pengendalian penggunaan mata uang asing. Kondisi itu tentu akan membantu bank sentral untuk menjaga kestabilan nilai tukar mata uang dimaksud. Dengan melihat pentingnya nilai mata uang dalam mendukung perkembangan perekonomian nasional yang semakin meningkat tersebut, sementara itu di sisi lain masih terdapat kendala terkait dengan jumlah digit yang banyak dalam mata uang Rupiah, maka kebijakan perubahan harga mata uang atau yang disebut redenominasi sangat diperlukan. Redenominasi diartikan sebagai upaya untuk menyederhanakan penyebutan/penulisan pecahan (denominasi) mata uang suatu negara dengan cara menghilangkan sejumlah digit angka nol dalam denominasi Rupiah tanpa mengurangi daya beli uang tersebut. Redenominasi berbeda dengan sanering yang merupakan pemotongan nilai uang sedangkan harga-harga barang tetap bahkan cenderung meningkat sehingga daya beli efektif masyarakat menjadi menurun. Redenominasi Rupiah ini bukan merupakan kebijakan baru karena kebijakan redenominasi pernah dilakukan Indonesia tahun 1965. Pada saat itu, pemerintah mengeluarkan uang Rupiah baru sebagai pengganti uang kertas lama dengan perbandingan nilai Rp1 uang baru sama dengan Rp1000 uang lama. Penerbitan uang Rupiah baru saat itu ditujukan untuk mempersiapkan terwujudnya kesatuan moneter bagi seluruh wilayah Republik Indonesia. Penyederhanaan mata uang Rupiah dapat menjadi suatu cara untuk meningkatkan kepercayaan terhadap mata uang Rupiah. Pecahan mata uang Rupiah yang sederhana dapat mencerminkan kesetaraan kredibilitas dengan negara maju lainnya di kawasan. Dari sisi sistem pembayaran non tunai, redenominasi dapat mencegah terjadinya kendala teknis akibat jumlah digit yang besar. Redenominasi dapat menjadi kebijakan untuk mengantisipasi permasalahan akibat nilai transaksi yang melampaui jumlah digit yang dapat ditolerir oleh infrastruktur sistem pembayaran dan sistem pencatatan transaksi, di samping juga untuk meningkatkan efisiensi transaksi perekonomian. Dampak lain yang cukup terasa terjadi pula dalam dunia pendidikan dimana denominasi Rupiah yang besar kurang mendukung pendidikan dasar anak usia sekolah karena transaksi tunai sehari-hari yang jumlah digitnya besar sangat berbeda dengan pengetahuan yang dipelajari di sekolah. Dengan mempertimbangkan beberapa hal tersebut di atas, kebijakan redenominasi mata uang Rupiah merupakan suatu kebijakan yang sangat dibutuhkan Indonesia saat ini. Kondisi ekonomi Indonesia yang menunjukkan perkembangan yang semakin baik sangat kondusif bagi pelaksanaan redenominasi. Indikator makro ekonomi utama seperti tingkat inflasi cenderung menurun, nilai tukar Rupiah membaik secara signifikan, serta laju pertumbuhan ekonomi semakin menguat. Secara bersama-sama, kondisi ini telah berkontribusi terhadap ketahanan perekonomian Indonesia sebagai suatu tonggak periode perekonomian Indonesia yang menuju kepada stabilitas makro ekonomi. Dalam rangka menuju ke periode baru tersebut, kebijakan penyederhanaan denominasi uang Rupiah dapat menjadi suatu simbol dimulainya suatu era baru perekonomian yang lebih stabil. Redenominasi dilakukan dengan cara menghilangkan 3 (tiga) digit angka nol dalam Rupiah yang ada saat ini. Kebijakan tersebut tidak semata-mata hanya menghilangkan digit tertentu dalam penggunaan 8 / 13

atau penulisan Rupiah, namun juga dimaksudkan untuk mengubah seluruh penggunaan dan penyebutan Rupiah dalam pencatatan transaksi, peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, perjanjian, surat berharga, dokumen keuangan, akta, dan dokumen lainnya. Dengan berlakunya undang-undang ini maka seluruh penyebutan dan/atau penggunaan Rupiah harus dinyatakan dalam Rupiah setelah Redenominasi. Sementara itu, seluruh penyebutan dan/atau penggunaan Rupiah dalam pencatatan transaksi, peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan, perjanjian, surat berharga, dokumen keuangan, akta, dan dokumen lainnya yang telah ada sebelum berlakunya undang-undang ini, dengan undang-undang ini dikonversi menjadi harga atau nilai Rupiah setelah Redenominasi. Untuk memberikan kepastian hukum, dalam undang-undang ini juga diatur mengenai pembulatan, yaitu dalam hal setelah konversi terdapat pecahan yang kurang dari satu sen maka nilai pecahan tersebut dibulatkan ke sen terdekat. Meskipun demikian terdapat pengecualian atas aturan pembulatan terhadap beberapa harga barang atau jasa dalam redenominasi, yang mana harga setidaknya harus ditampilkan dalam tiga desimal. Sebagai pelaksanaan kebijakan Redenominasi, mulai dari tanggal 1 Januari 2020 Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan Rupiah dengan kata Baru. Setelah berakhirnya masa tersebut, terhitung sejak tanggal 1 Januari 2025 Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan Rupiah tanpa kata Baru. Rupiah Lama dan Rupiah dengan kata Baru masih tetap berlaku sampai dengan dicabut dan ditarik dari peredaran. Untuk melindungi masyarakat akan kenaikan harga sebagai akibat dari Redenominasi, maka dalam undang-undang ini diatur bahwa pelaku usaha wajib mencantumkan kuotasi atau menyatakan harga dan/atau barang dan jasa dalam Rupiah Lama dan Rupiah dengan kata Baru sebelum Redenominasi selama 6 (bulan) sebelum dan setelah Redenominasi selama 3 (tiga) tahun berlakunya undang-undang ini. Disamping itu, dalam undang-undang ini juga diatur tindak pidana berkenaan dengan pelanggaran ketentuan kuotasi, konversi dan ketentuan pencatatan transaksi, bukti transaksi dan laporan yang memuat nilai Rupiah. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1) Dengan penyederhanaan penyebutan atau penulisan 3 (tiga) digit angka nol dalam Rupiah Lama, maka: Uang Rupiah Lama pecahan Rp100.000 menjadi Rp100 setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp50.000 menjadi Rp50 setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp20.000 menjadi Rp20 setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp10.000 menjadi Rp10 setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp5.000 menjadi Rp5 setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp2.000 menjadi Rp2 setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp1.000 menjadi Rp1 setelah Redenominasi. Ayat (2) 9 / 13

Uang Rupiah Lama pecahan Rp500 menjadi 50 Sen setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp200 menjadi 20 Sen setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp100 menjadi 10 Sen setelah Redenominasi. Uang Rupiah Lama pecahan Rp50 menjadi 5 Sen setelah Redenominasi. Ayat (3) Pasal 3 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Huruf i Huruf j Huruf k Yang dimaksud dengan dokumen lainnya antara lain adalah catatan-catatan atau surat-menyurat yang memuat suatu nilai Rupiah. Huruf a Huruf b Pasal 4 10 / 13

Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Contoh: Sebelum dilakukannya Redenominasi Rupiah, suatu perjanjian kredit bernilai Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta Rupiah), dengan cicilan per bulan Rp120.000,00 (seratus dua puluh ribu Rupiah). Setelah dilakukan Redenominasi Rupiah, perjanjian kredit tersebut harus dibaca menjadi Rp.120.000,00 (seratus dua puluh ribu Rupiah) dengan cicilan per bulan Rp120,00 (seratus dua puluh Rupiah), tanpa perlu dilakukan perubahan atas perjanjian kredit yang bersangkutan. Huruf g Huruf h Huruf i Contoh: Nilai suatu bilyet deposito sebelum dilakukan Redenominasi adalah Rp1.000.000,00 (satu juta Rupiah). Setelah dilakukan Redenominasi Rupiah, nilai bilyet deposito tersebut harus dibaca menjadi Rp.1.000,00 (seribu Rupiah) tanpa harus dilakukan perubahan atau penggantian bilyet deposito tersebut. Huruf j Huruf k Yang dimaksud dengan dokumen lainnya antara lain adalah catatan-catatan atau surat-menyurat yang memuat suatu nilai Rupiah, seperti nota debet dan nota kredit. Ayat (1) Cukup Jelas. Ayat (2) Pasal 5 Contoh pembulatan keatas: Nilai Rupiah Lama Rp25.837,78 (dua puluh lima ribu delapan ratus tiga puluh tujuh Rupiah dan tujuh puluh delapan sen) dikonversi menjadi Rupiah Baru Rp25,84 (dua puluh lima Rupiah dan delapan puluh empat sen). Contoh pembulatan ke bawah: Nilai Rupiah Lama Rp25.834,78 (dua puluh lima ribu delapan ratus tiga puluh empat Rupiah dan tujuh puluh delapan sen) dikonversi menjadi Rupiah Baru Rp25,83 (dua puluh lima Rupiah dan delapan puluh tiga sen). 11 / 13

Ayat (3) Harga barang atau jasa per unit berikut ini setidaknya harus ditampilkan dalam tiga desimal: 1) Harga Minyak dan Gas pada satuan liter/barrel, 2) Liquified Petroleum Gas (LPG) dijual dalam jumlah besar, 3) Air, listrik, telepon dan layanan Internet, 4) Harga saham, 5) Nilai tukar mata uang asing Contoh: Jika harga telepon/detik adalah Rp.1,- (Rupiah Lama) setelah dibagi dengan 1.000 menjadi Rp.0,001 maka dengan aturan pembulatan akan menunjukkan harga Rp. 0, Namun demikian, hal ini tidak masuk akal dari sudut pandang ekonomis, maka dianjurkan menetapkan harga ke dalam sepuluh, seratus atau seribu unit produk, sehingga setelah dikonversi ke Rupiah Baru akan memberikan harga lebih tinggi dari nol. Pasal 6 Pasal 7 Ayat (1) Contoh: Uang Rp100,00 (seratus Rupiah) dengan kata Baru mulai berlaku pada tanggal 1 bulan Januari Tahun 2020. Sejak tanggal tersebut uang Rp100.000,00 (seratus ribu Rupiah) Lama memiliki nilai yang sama dengan uang Rp100,00 (seratus Rupiah) dengan kata Baru tanpa mengurangi daya belinya. Dengan demikian pada saat yang bersamaan terdapat 2 (dua) denominasi uang untuk nilai yang sama, yaitu uang Rp100,00 (seratus Rupiah) dengan kata Baru dan Rp100.000,00 (seratus ribu Rupiah) Lama. Ayat (2) Ayat (3) Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Ayat (1) Yang dimaksud dengan mencantumkan kuotasi atau menyatakan harga atau tarif barang dan/atau jasa dalam Rupiah Lama dan Rupiah dengan kata Baru secara bersamaan adalah mencantumkan 12 / 13

label atau daftar harga/tarif pada barang dan jasa dalam Rupiah Lama dan Rupiah dengan kata Baru secara bersamaan terhadap suatu barang atau jasa. Contoh: untuk harga beras 1 kilogram dicantumkan harga Rp6.000,00 (enam ribu Rupiah) Lama dan Rp6,00 (enam Rupiah) dengan kata Baru. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Yang dimaksud dengan usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria sebagaimana diatur dalam undang-undang mengenai usaha mikro, kecil, dan menengah. Pasal 11 Pasal 12 Yang dimaksud dengan sistem elektronik adalah serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau menyebarkan informasi elektronik. Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR... 13 / 13