BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era global saat ini membawa remaja pada fenomena maraknya

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

Untuk memenuhi sebagian persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh : PUJI YATMI J

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan tahap akhir pematangan sosio biologis manusia dalam mata rantai tumbuh kembang anak.

BAB I PENDAHULUAN. dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat (Sarwono, 2001)

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seks bebas atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse

PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMA NEGERI 1 PALU Oleh: Rizal Haryanto 18, Ketut Suarayasa 29,

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri kenyataan bahwa remaja sekarang sudah berperilaku seksual secara bebas.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, makin banyak pula ditemukan penyakit-penyakit baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa terjadinya perubahan-perubahan baik perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. demonstrasi di International Computer Communication Conference (ICCC) pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat sesuai dengan Visi Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena perilaku seks bebas di kalangan remaja mengakibatkan terjadinya kecenderungan meningkatnya pelaku seks pranikah, penderita HIV/AIDS, dan kasus Aborsi. Fenomena ini mengejutkan semua pihak termasuk orang tua. Betapa remaja yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa ada beban moral. Kesucian yang diagung-agungkan sebagai bukti keperjakaan bagi lelaki dan keperawanan bagi perempuan hanya untuk malam pengantin menjadi sebuah dongeng masa lalu. Perilaku seks bebas terjadi akibat pergaulan remaja sekarang sangat memprihatinkan. Sikap remaja sekarang cenderung permisif (serba boleh) terhadap perilaku seks bebas. Melakukan seks tidak lagi dipandang tabu meski usia masih belasan tahun. Mereka melakukan itu demi kesenangan, meski ada pula yang sebagian melakukannya untuk beberapa lembar uang. Pada sebagian remaja yang menjadi pelacur, kecenderungan menjual diri tidak dilakukan di lokalisasi pelacuran tetapi dilakukan melalui koneksi antar teman sehingga sulit diperoleh data yang pasti tentang jumlah remaja yang menjadi pelacur. Para remaja yang menjual diri tersebut ada juga yang berstatus sebagai pelajar (Nugraha, 2003). Sebuah survey yang dilakukan oleh Youth Risk Behavior Survei (YRBS) secara Nasional di Amerika Serikat pada tahun 2006 mendapati bahwa 47,8% pelajar

yang duduk di kelas 9-12 telah melakukan hubungan seks pranikah, 35% pelajar SMA telah aktif secara seksual (Daili, 2009). Jones (2005), mengatakan dalam 20 tahun terakhir terdapat peningkatan jumlah remaja putri yang berhubungan seks pranikah seperti di Inggris, Amerika Serikat, Kanada, dan Australia. Sekitar 17% remaja putri berhubungan seks pranikah sebelum usia 16 tahun dan ketika usia 19 tahun, tiga perempat remaja putri satu kali melakukan seks pranikah. Sementara untuk kasus Aborsi memperlihatkan kecenderungan yang meningkat juga. World Health Organization (WHO) memperkirakan ada 20 juta kejadian aborsi tidak aman (Unsafe Abortion) di dunia, 9,5% (19 dari 20 juta tindakan aborsi tidak aman) diantaranya terjadi di negara berkembang. Sekitar 13% dari total perempuan yang melakukan aborsi tidak aman berakhir dengan kematian. Resiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1 berbanding 3.700 dibanding dengan aborsi yang aman. Di wilayah Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahun, dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia, dimana 2.500 di antaranya berakhir dengan kematian, angka aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja (Soetjiningsih, 2004). Menurut sebuah laporan, setiap tahun telah terjadi 1,5 juta kasus aborsi di Amerika Serikat, ratusan ribu di negara-negara Eropa, dan lebih dari 2 juta di kawasan Asia. Di Jepang, sejak 1972, tercatat rata-rata 1,5 juta kasus aborsi setiap

tahun. Dengan mengacu pada angka-angka tersebut, setiap tahun sedikitnya tercatat 40 sampai 60 juta kasus aborsi di seluruh dunia (Gunawan, 2009). Menurut data World Health Organization (WHO) tahun 2007, bahwa setiap tahun terdapat sekitar 210 juta ibu yang hamil di seluruh dunia. Dari angka tersebut, 46 juta diantaranya melakukan aborsi, dan hampir setengahnya dilakukan dengan cara yang tidak aman (sekitar 20 juta). Akibatnya, terdapat 70.000 kematian ibu melakukan aborsi tidak aman setiap tahun, sementara 4 juta lainnya mengalami kesakitan (Sinaga, 2007). Selain aborsi, kasus HIV/AIDS beberapa tahun belakangan ini banyak terjadi pada remaja. Menurut WHO (2007) jumlah penderita HIV/AIDS di dunia ada sebanyak 33.300.000 dan di Asia ada sebanyak 4.900.000 kasus. Dari jumlah tersebut sebanyak 1,5 juta penderita tertular melalui penyalahgunaan obat (jarum suntik) dan pekerja seks komersial. Pada tahun 2008, di negara Cina diperkirakan penderita HIV/AIDS sebanyak 430.000 kasus, di Taiwan sebanyak 6.000 kasus, dan di Malaysia sebanyak 797 kasus (www.wikipedia.org, 2011). Di Indonesia, menurut laporan Bappennas dan UNDP, virus HIV/AIDS diperkirakan telah menginfeksi antara 172.000-219.000 orang (Purwaningsih, 2010). Remaja Indonesia dewasa ini tampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seks bebas. Hal ini ditunjukkan oleh fakta yang terjadi pada remaja Indonesia seperti yang diungkapkan dalam sebuah artikel di website BKKBN yang berjudul Tiap Tahun 15 juta Remaja Melahirkan bahwa pada tahun 2006, sekitar 15% dari remaja

usia 10-24 tahun di Indonesia yang jumlahnya mencapai 62 juta jiwa telah melakukan hubungan seks di luar nikah. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tercatat 4,2% dari remaja telah melakukan hubungan seks sebelum mereka menikah dan data menunjukkan bahwa para remaja melakukan seks untuk pertama kali dalam usia relatif muda. Sebagian besar atau 70,2% dilakukan oleh remaja berusia antara 15-19 tahun dan 24,4%, remaja usia 20-24 tahun. Meskipun demikian, 5,4% remaja yang berusia 10-14 tahun juga ada dalam kelompok dimaksud. Menurut Badan Kordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN 2010), diketahui sebanyak 51% remaja di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (JABODETABEK) telah melakukan hubungan seks pranikah. Dari kota-kota lain di Indonesia juga didapatkan data remaja yang sudah melakukan seks pranikah tercatat 54% di Surabaya, 47% di Bandung dan 52% di Medan. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Asfriyati (2005), tentang masalah kehamilan pranikah pada remaja di Kota Medan ditinjau dari kesehatan reproduksi diketahui sekitar 5,5 11% remaja melakukan hubungan seksual sebelum usia 19 tahun. Menurut Tukiran dkk (2010) Faktor teman menjadi salah satu indicator yang mendorong remaja melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan mengakui mereka mempunyai teman yang sudah melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebanyak 53,7%. Parawansa (2000) dalam Qomariah (2002) menyatakan bahwa jumlah aborsi di Indonesia dilakukan oleh 2 juta orang tiap tahun, dari jumlah itu, 70.000 dilakukan

oleh remaja putri yang belum menikah. Menurut Nugraha, (2002) bahwa tiap tahun jumlah wanita yang melakukan aborsi sebanyak 2,5 juta. Hasil penelitian yang dilakukan Utomo (2001) di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia tahun 2000, menyimpulkan bahwa di Indonesia terjadi 43 aborsi per 1000 kelahiran hidup. Ia juga menyampaikan bahwa sebagian besar aborsi adalah aborsi yang disengaja, ada 78% wanita di perkotaan dan 40% di pedesaan yang melakukan aborsi dengan sengaja. Valentino (2005) menyatakan bahwa tingkat aborsi (pengguguran kandungan) di kalangan remaja di tanah air tidak berbeda dengan angka-angka yang disebutkan di atas, dimana diperkirakan dari hasil survey dan penelitian pada tahun 2005 masih cukup tinggi hingga mencapai 30%. Atau mencapai dua juta orang/tahun, dan 30% diantaranya atau 600 ribu orang dari kalangan remaja. Tingginya tingkat aborsi yang dilakukan kalangan remaja terjadi akibat perilaku hubungan seksual sebelum menikah, bahkan banyak juga remaja yang terjangkit berbagai jenis penyakit menular seksual (PMS). Menurut data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) pada tahun 2002 penderita HIV/AIDS ada sebanyak 110.000 dan pada 2006 naik menjadi 193.000 dan pada tahun 2007-2008 jumlah kasus ini ditaksir menjadi 270.000 orang. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah perilaku seks bebas yang didominasi oleh kelompok usia remaja (Depkes RI, 2008). Disamping itu, moral anak-anak dalam hubungan seksual telah memasuki tahap yang mengkhawatirkan. Lebih dari 60% remaja SMP dan SMA Indonesia, sudah tidak perawan lagi (Depkes 2008).

Berdasarkan hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada tahun 2007 diperoleh pengakuan remaja bahwa : Sebanyak 93,7% anak SMP dan SMU pernah melakukan ciuman, petting, dan oral seks, 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan, 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi. Dari 2 juta wanita Indonesia yang pernah melakukan aborsi, 1 juta adalah remaja perempuan, 97% pelajar SMP dan SMA mengaku suka menonton film porno. Hal demikian juga berlaku di Indonesia, di mana media elektronik telah merambah kehidupan sehingga seorang anak Sekolah Dasar (SD) sudah memiliki Handphone (HP) atau Blackberry (BB) bahkan ada yang memiliki Jaringan sosial Facebook walaupun dengan memalsukan identitas umur. Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh teknologi komunikasi dalam akses internet, memungkinkan seseorang tidak perlu ke warnet untuk mengakses internet, cukup dari sebuah HP, ataupun BB maka situs porno di internet dapat diakses. Di samping itu juga, pesatnya pertumbuhan warung internet (warnet) yang buka 24 jam perhari memberikan ruang dan tempat bagi remaja untuk mengekspresikan diri melalui media internet. Hurlock (2003) menyebutkan bahwa remaja lebih tertarik kepada materi seks yang berbau porno dibandingkan dengan materi seks yang dikemas dalam bentuk pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian Qomariyah (2002) penggunaan internet pada kalangan remaja dapat disimpulkan. Pertama, usia responden saat pertama kali mengenal dan menggunakan internet ialah 12 tahun. Rata-rata saat itu mereka telah memasuki kelas VII SMP, dimana tugas-tugas sekolah yang diberikan mulai

mengharuskan mereka mencari sumber atau bahan-bahannya di internet sehingga mereka dituntut harus bisa menggunakan internet. Berdasarkan aspek intensitas penggunaan internet, sebagian besar remaja lebih sering mengakses internet di warnet meskipun di sekolah mereka terdapat fasilitas internet yang dapat dimanfaatkan secara free (baik di laboratorium komputer atau perpustakaan sekolah). Dari jumlah waktu penggunaan internet per bulan menunjukkan bahwa pada umumnya kalangan remaja di perkotaan yang sering mengakses internet di rumah termasuk dalam kategori heavy users (pengguna internet yang menghabiskan waktu lebih dari 40 jam per bulan). Sedangkan remaja yang sering mengakses internet di warnet dan memanfaatkan wifi area publik sebagai tempat akses internet mereka dikategorikan sebagai medium users (pengguna internet yang menghabiskan waktu antara 10 sampai 40 jam per bulan). Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, informasi dari media massa yang paling cepat adalah internet. Banyak hal yang dapat diketahui dari internet, tidak hanya hal yang positif tetapi juga hal negatif. Ribuan situs yang dibuat orang setiap hari, tidak hanya situs-situs yang menampilkan informasi penting tentang keadaan dunia saat ini tetapi juga situs-situs yang berkaitan dengan nafsu syahwat yaitu situs porno yang mudah diakses siapa saja. Walaupun Departemen Komunikasi dan Informasi mengambil kebijakan dengan memblokir situs-situs porno tersebut, tetapi karena jumlahnya yang jutaan tetap saja situs-situs porno tersebut tetap dapat diakses oleh pengguna internet termasuk para remaja yang akan

berdampak terhadap terjadinya kasus-kasus seksual yang tidak bertanggung jawab seperti pemerkosaan dan lain-lain (Gultom, 2011). Banyaknya kasus-kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh remaja akibat rangsangan dari media massa seperti internet, televisi, film, majalah, dan lain-lain, sehingga perilaku seks pranikah semakin meningkat, angka kejadian aborsi tinggi, dan penularan HIV/AIDS juga meningkat. Maka sangat penting untuk mengetahui seberapa besar pengaruh internet terhadap seks bebas. Selain internet ditemukan juga bahwa pengaruh teman sebaya sangat penting di dalam mempengaruhi remaja dalam melakukan seks bebas. Penelitian Kardawati dkk. (2008) tentang sikap remaja terhadap perilaku seks bebas; dipengaruhi oleh orang tua atau teman sebaya? Hasilnya menunjukkan persepsi komunikasi orang tua-anak tidak mempengaruhi sikap remaja terhadap perilaku seks bebas (p<0.05), sedangkan interaksi teman sebaya mempengaruhi dengan sangat signifikan (p < 0.01). Artinya dalam hal ini teman sebaya sangat berpengaruh terhadap perilaku remaja. Karena remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan, minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga (Hurlock, 2003). Menurut Papalia (2009) setidaknya ada 2 (dua) aspek dalam interaksi teman sebaya, adapun aspek-aspek interaksi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Tuntutan Konformitas, Penyesuaian diri terhadap teman (adaptasi).

Studi pendahuluan yang penulis lakukan di SMA XYZ khususnya pada kelas 2 bahwa beberapa siswa sering cabut (bolos) dari sekolah dan berada di warnet pada jam sekolah hingga sore bahkan malam hari. Kecenderungan remaja di warnet yaitu lebih banyak waktunya untuk bermain game online dan membuka situs porno dibandingkan mencari informasi yang bermanfaat atau berguna sesuai dengan materi pelajaran di sekolah. Beberapa siswa melakukan aktivitas tersebut (berinternet) secara individu, tetapi beberapa siswa yang lain melakukan secara berkelompok (teman sebaya). Hasil wawancara dengan 2 orang siswa yang ikut berkelompok tersebut mengapa melihat situs porno bersama dengan teman, mereka mengatakan kalau dia mengikuti teman lainnya yang sudah terbiasa membuka situs-situs khusus untuk orang dewasa tersebut. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik melakukan penelitian berjudul Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Kelas 2 SMA XYZ Tahun 2012. 1.2. Permasalahan Bagaimana pengaruh paparan media internet dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas pada Kelas 2 SMA XYZ Tahun 2012. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh paparan media internet dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas 2 SMA XYZ tahun 2012.

1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh paparan media internet dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas pada remaja kelas 2 SMA XYZ tahun 2012. 1.5. Manfaat Penelitian a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi khususnya perilaku seksual remaja dan meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian. b. Bagi Yayasan Pendidikan SMA XYZ, hasil penelitian ini sebagai masukan dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi remaja sebagai generasi muda dalam memanfaatkan internet dan televisi sebagai sumber informasi kesehatan yang benar termasuk memberikan pendidikan tentang pertemanan sebaya yang benar dan sehat. c. Bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan mengingat ke depan Medan mengarah ke era globalisasi sehingga perlu adanya suatu usaha untuk mengantisipasi terhadap muatan seksual dari media massa dan pengaruh teman sebaya. d. Bagi pihak lain sebagai studi perbandingan untuk dijadikan pengkajian yang lebih mendalam terhadap pengaruh paparan media internet dan teman sebaya terhadap perilaku seks bebas.